BLOK 11
“MALOCCLUSION”
DE BRUYNE 18
Dentistry Book Recreated, Uncovered, Yield & Needed
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami “TIM MODUL” bisa menyelesaikan Buku Blok 11 tentang
MALOCCLUSION tepat pada waktunya. Kami juga berterima kasih kepada dosen FKIK
UMY yang telah memberikan materi yang sangat bermanfaat kepada kami.
Kami berharap buku ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan
kita tentang pembelajaran sikap, keterampilan umum, pengetahuan, dan keterampilan
khusus yang diajarkan dalam pembelajaran blok. Kami menyadari sepenuhnya bahwa buku
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kritik, saran, serta usulan demi perbaikan
buku ini sangat dibutuhkan.
Semoga buku ini bisa dipahami dengan baik oleh pembaca dan berguna untuk
semua. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan yang kurang berkenan dan kami
mohon saran yang membangun dari pembaca untuk kebaikan di masa yang akan datang.
Tim Modul
KATA PENGANTAR | ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI | iv
DOA
DOA | v
ORTODONSIA (KULIAH ELS)
Oleh : drg. M. Sulchan, Sp.Ort
Editor : Millati Salsabila
Overjet(jarakgigit)
Lingual crossbite
a. mesioversi
b. distoversi
c. bukoversi
d. palatoversi
e. labioversi
f. transposisi
g. mesiolabiotorsiversi
h. distopalatorsiversi
Perawatan Ortodontik
A. Menurut waktu perawatan dan tingkatan maloklusi
1. Ortodontik preventif / pencegahan
2. Ortodontik interseptif
3. Ortodontik kuratif
B. Menurut periode perawatan :
1. Periode aktif
2. Periode pasif
C. Menurut cara pemakaian alat
1. Alat lepasan / Removable Appliance
2. Alat cekat / Fixed Appliance
A.1. Ortodontik Preventif
Ortodontik preventif, yaitu segala tindakan yang menghilangkan segala
pengaruh yang dapat merubah jalannya perkembangan normal agar tidak terjadi
malposisi gigi dan hubungan rahang yang abnormal. Ortodontik preventif ada prenatal
dan postnatal.
a. Prenatal
Pada waktu anak masih dalam kandungan ➔ nutrisi ibu harus baik karena
penting untuk pertumbuhan janin ➔ harus cukup Kalsium, Fosfor, Fluor dan
vitamin-vitamin A, B, C, serta D.
b. Post natal
Setelah lahir ➔ nutrisi harus baik agar pertumbuhan & perkembangannya
normal.
Contoh :
- Sebelum gigi tumbuh kebersihan mulut dijaga, apabila ada sisa air susu atau
sisa makanan dapat mengiritasi mukosa mulut ➔ peradangan
- Pemberian susu dengan botol ➔ pemilihan dot yang tepat ➔ tidak
menganggu pertumbuhan rongga mulut
- Anak dijaga dari kebiasaan jelek, misalnya menghisap ibu jari karena dapat
menyebabkan kelainan
- Setelah gigi tumbuh kebersihan rongga mulut harus dijaga
- Anak diajari menyikat gigi dengan benar
- Diperiksakan ke dokter gigi secara periodik
- Penambahan gigi yang karies, topikal aplikasi F
- Pencabutan gigi desidui yang sudah goyah / waktunya ganti gigi permanen
- Pemberian space maintainer pada bekas gigi yang hilang sebelum waktunya
(prematur loss), dll.
A.2. Ortodontik Interseptif
• Ortodontik interseptik, yaitu tindakan perawatan ortodontik pada maloklusi
yang telah mulai tampak, untuk mencegah agar maloklusi yang ada tidak
berkembang menjadi parah.
CACAT
Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau
mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagiinya
untuk melakukan secara selayaknya (UU RI No 4 Th 1997)
Ada 3 jenis cacat
- Cacat fisik
- Cacat mental
- Cacat fisik dan mental
AKSESIBILITAS
Adalah kemudahan yang disediakan bagi penyandang cacat guna mewujudkan
kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan
REHABILITASI
Adalah proses refungsionalisasi (kemampuan fisik, mental, dan social) penyandang
dan pengembangan untuk memungkinkan penyandang cacat mampu melaksanakan
fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat (sesuai bakat,
kemampuan, Pendidikan, dan pengalaman)
Ada 3 jenis rehabilitasi
- Rehabilitasi medik
- Rehabilitasi Pendidikan
- Rehabilitasi pelatihan
- Rehabilitasi social
BANTUAN SOSIAL
- Pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial → perlindungan dan pelayanan terus
menerus
- Upaya peningkatan kesejahteraan sosial berasaskan keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, manfaat, kekeluargaan, adil dan merata,
keseimbangan, keserasian dan keselarasan dalam perikehidupan, hukum,
kemandirian, dan ilmu pengetahuan dan teknologi → tujuan kemandirian dan
kesejahteraan
- Kesempatan, hak dan kewajiban → sama → aksesibilitas ; kewajiban sesuai
kecacatan dan kemampuan
ASAL KECACATAN
1. Cacat yang merupakan pembawaan dari lahir
2. Cacat yang timbul akibat sakit yang diderita
Keadaan cacat sangat menganggu penderita baik secara fisik maupun psikis. Syariat
membolehkan si penderita menghilangkan cacat, memperbaiki, atau mengurangi
gangguan dengan cara operasi.
Operasi kecantikan yang memang diubutuhkan guna menghilangkan gangguan,
hukumnya boleh dilakukan dan tidak termasuk merubah ciptaan Allah.
a. Operasi/Bedah
- Operasi medis → kemaslahatan, manfaat dan kesehatan tubuh.
- Memperbaiki dan memulihkan fungsi organ yang rusak (karena bawaan atau
kecelakaan/sakit) → menjaga kehidupan, menghindari dari yang
membinasakannya.
- Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa:
barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka
bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan
barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-
olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya
telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa)
keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka
sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di
muka bumi (QS. Al-Maidah : 32)
b. Operasi Plastik
- Operasi thd bagian tubuh (yg terlihat) karena gangguan fungsional→ berobat
Termasuk operasi bibir sumbing, luka bakar (non darurat)→menghilangkan
halangan utk menjalani kehidupan sosial.
- Operasi terhadap bagian tubuh non fungsional (operasi plastik
estetika)→diperindah bentuknya→ HARAM
- Etiologi maloklusi merupakan studi tentang sebab atau akibat. Secara umum
maloklusi disebabkan faktor genetik atau faktor lingkungan.
- Etiologi maloklusi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebab suatu
maloklusi yang dapat terjadi karena satu dari kemungkinan penyebabnya
(Bhalajhi, 2004).
- Manajemen ortodonti secara komprehensif termasuk identifikasi kemungkinan
faktor etiologi dan suatu upaya untuk mengeliminasi
- Pengetahuan tentang etiologi berguna dalam penentuan maloklusi untuk
mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat (Bishara, 2001).
- Perkembangan gigi geligi dan oklusi yang normal terkait dengan faktor2 yaitu
dentoalveolar, skeletal, dan neuromuscular.
- Membatasi kemungkinan faktor etiologi sangatlah sulit (Bhalajhi, 2004).
ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 15
Menurut White dan Gardner
Menurut Graber
1. faktor loca: Faktor lokal menyebabkan efek maloklusi pada sebatas satu atau
dua gigi yang berdekatan atau gigi lawannya
2. faktor general: Faktor general berefek pada tubuh secara keseluruhan dan
memiliki efek yang besar terhadap struktur dento-facial.
ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 16
A. Faktor General
1) Herediter
• Herediter berkontirbusi menjadi salah satu penyebab maloklusi.
• Anak mewarisi material genetic dari kedua orang tua nya. Selain itu ras,
suku, etnis juga dapat mempengaruhi bentuk dentofasial
• Sifat bawaan dari orang tua dapat diturunkan yaitu ukuran gigi :
Ukuran gigi diturunkan berdasarkan gen. Kondisi abnormal misalnya:
➢ mikrodontia/ makrodontia,
➢ dimensi lengkung gigi,
➢ Adanya crowding/spacing,
➢ Bentuk gigi yang abnormal: peg shaped,
➢ jumlah gigi yang abnormal: anodontia (tidak ada benih gigi),
oligodontia (tidak ada benih gigi >6 gigi), hipodonsia (tidak ada
benih gigi <6 gigi)
➢ Overjet,
➢ Variasi inter-arch
➢ Frenulum : ukuran, bentuk
➢ Posisi: diastema central
ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 17
2) Kongenital
Kongenital: tampak setelah lahir. Abnormalitas mulai saat ada pembuahan
tetapi tidak terdeteksi
Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan maloklusi dibedakan menjadi:
• Faktor general
Keadaan yang abnormal dari ibu selama kehamilan, malnutrisi,
endokrinopati, penyakit infeksi, gangguan metabolik dan nutrisi, kecelakaan
selama kehamilan, tekanan intra-uterine, trauma pada fetus akibat tekanan
eksternal.
• Faktor local
Perkembangan rahang yang abnormal akibat posisi intra-uterine, cleft pada
palatum dan wajah, macroglossia dan microglossia, cleidocranial dysostosis
(tidak ada tulang clavicula).
ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 18
3) Lingkungan
a. Pre natal (trauma, maternal fibroid, kekurangan cairan amniotik,
maternal diet dan metabolisme, infeksi german measles, penggunaan
obat selama hamil→thalomide→ cleft palate, kedudukan fetus dalam
uterus). Contoh lain adalah pengguanaan obat tetrasiklin dapat
menyebabkan diskolorasi warna hijau pada gigi.
b. Post natal: faktor yang dapat mempengaruhi setelah anak dilahirkan
hingga dewasa
Birth injury → forceps delivery
Cerebral palsy→ kehilangan keseimbangan atau inkoordinasi
otot
Tmj injury
Milwaukee braces → untuk perawatan scoliosis, pemakaian
jangka panjang dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan
mandibular
ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 19
b. Penyakit infeksi
ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 20
Syphilis kongenital: hutchinson’s teeth
5) Malnutrisi
• Selama kehamilan harus tercukupi calcium, phosphor, vit. A, vit. C dan vit.
D
• Nutrisi baik untuk perkembangan janin
• Kekurangan salah satu zat nutrisi dapat berpengaruh terhadap maloklusi
ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 21
▪ Kebiasaan orofacial berpengaruh terhadap struktur orofacial karena
dilakukan berulang dan durasi yang lama
Ketika bayi menghisap, lidah tidak dibatasi oleh gigi sehingga lidah akan menjulur ke
depan. Bila kebiasaan tersebut berlangsung terus menerus dapat menyebabkan
terjadinya maloklusi
ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 22
Klasifikasi kebiasaan orofacial
i. Tekanan intrinstik
Thumb sucking
Finger sucking
Tongue thrust swallow
Mouth breathing
tongue, lip, cheek, blanket-sucking
Nail, lip, tongue biting
Macroglossia, overgrowth of the tongue
Incorrect swallowing, anaesthesia throat.
a. Thumb sucking
b. toungue thrusting
Terjadi karena prolonged thumb sucking dan retained infantile swallow
Transisi infantile swallow→ mature swallow diikuti menjulurkan lidah
Makroglosia
Adenoid and tonsil mencegah blocking oropharynx
Hipersensitive palate
ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 23
c. Mouth breathing
Umumnya karena ada obstruksi saluran pernafasan.
Dapat bersifat sementara/ permanen
Alergi
Pembesaran tonsil dan adenoid
Deviasi septum nasal
Polip nasal
Pembesaran nasal turbinates
d. Mouth breathing
Menyebabkan long face syndrome & vertical maxillary excess.
Penampakan klinis:
Postur bibir inkompeten
Gummy smile (gigi anterior tampak berlebih, gusi terlihat turun. Bila
tersenyum gusinya terlihat)
Hidung tampak lebih flat, nostril kecil & kurang berkembang
Steep mandibular plane
Crossbite posterior
Postur mulut terbuka
Bibir atas pendek, dan full bibir bawah
Lengkung rahang RA berbentuk V shaped
Hubungan skeletal klas II
Gingivitis gigi anterior RA. Berawal dari xerostomia sehingga bisa
menyebabkan gingivitis.
8) Postur tubuh
Sikap tubuh dgn mengangkat bahu ke atas → deep overbite
Sikap kepala yg selalu menunduk → retrusi mandibular
ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 24
9) Trauma
a. Prenatal
Berhubungan dengan hypoplasia mandibula, asimetri wajah. – postur dari
fetus, macam-waktu-keparahan dari jenis trauma berperan penting dalam
efek yg dihasilkan
Pada saat melahirkan – forceps → mengenai tmj → ankylosis
(penulangan) pada sendi → pertumbuhan mandibula terhambat
b. Postnatal
Trauma mengenai dan merusak rahang dan gigi
ex: dilaserasi, deformasi, displacement
Perawatan orto : hati2 trauma pada gigi permanen 🡪 non-vital/resorpsi
akar parah/ankylosis 🡪 tidak dapat digerakkan
B. Faktor lokal
1) Anomali jumlah gigi
Supernumerary : gigi ekstra yang morfologinya abnormal dan tidak
menyerupai gigi normal. Atau disebut mesiodens pada midline maksila.
ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 25
2) Missing teeth
Frekuensi yang sering missing teeth:
Molar ketiga
Incisivus lateral maksila
Premolar kedua mandibular
Incisivus mandibular
Premolar kedua maksila
Tidak adanya benih gigi tersebut bisa unilateral atau bilateral. Missing
teeth dapat menyebabkan spacing, sehingga gigi-gigi migrasi, dapat juga
menyebabkan retained gigi
Desidui
ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 26
4) Anomali bentuk gigi
Gigi yang berbentuk peg (terutama insisivus lateralis) akan
mengakibatkan spacing pada lengkung gigi dan migrasi gigi disekitarnya.
Gigi yang memiliki cingulum terlampau besar akan menganggu overjet
dan overbite normal.
Gigi yang mengalami dilaserasi tidak dapat erupsi mencapai ketinggian
normal, sehingga akan
Menimbulkan maloklusi.
ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 27
10) Ankilosis
Gigi yang mengalami ankilosis tidak dapat erupsi mencapai ketinggian
normal, sehingga menyebabkan infraoklusi.
ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 28
DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS PERAWATAN
ORTHODONTI
Oleh : drg. Puspitarini Nindya Sp. Ort
Editor : Hanna Nidaa Syafira
DIAGNOSIS
Langkah pertama dalam diagnosis : harus memahami dahulu masalahnya dari awal
pasien datang. Setelah memahami masalah, langkah berikutnya yaitu membuat
perumusan masalah lalu melakukan pemeriksaan-pemeriksaan yang terkait dengan
masalah yang ada pada pasien → menginterpretasikan hasil pemeriksaan →
mendapatkan suatu diagnosis.
DIAGNOSIS KOMPREHENSIF
Saat ini, diagnosis ortodontik harus dilakukan berdasarkan beberapa metode
pemeriksaan. Komprehensif diagnosis merupakan kesimpulan dari fakta
terpenting. Diskusi mengenai etiologi, pemeriksaan klinis, fungsional, dan aspek
radiologis merupakan pertimbangan penting untuk diagnosis. Tetapi untuk kasus
tertentu metode pemeriksaan tambahan lain mungkin diperlukan (contoh : Perawatan
ortho → radiografi panoramic sefalometri). Kesalahan dalam mendiagnosis dapat
terjadi karena kesalahan interpretasi atau kurangnya informasi.
MALOKLUSI
Maloklusi adalah oklusi yang menyimpang dari bentuk standar tetapi masih diterima
sebagai bentuk normal (tapi tidak ideal). Disebabkan oleh ketidakseimbangan
komponen dentofasial, sehingga maloklusi adalah ketidaknormalan atau kelainan
oklusi.
GOLONGAN MALOKLUSI
Dental dysplasia
• Maloklusi bersifat dental (berkaitan dengan gigi saja)
• 1 gigi/ lebih dalam 1 atau 2 rahang dalam hubungan abnormal satu dengan
yang lain
• Hubungan RA dan RB normal
Skeletal dysplasia
o Berkaitan dengan skeletal
• Hubungan anteroposterior RA dan atau RB terhadap basis cranium tidak
normal
• Hubungan RA dan RB tidak normal
• Posisi gigi dalam lengkung gigi baik / normal
Skeletodental dysplasia
• Tidak hanya gigi yg abnormal tapi juga meliputi skeletal.
• Hubungan RA terhadap RB dapat > maju atau > mundur
• Hubungan rahang terhadap mandibula tidak normal
• Fungsi otot : Normal/Tidak Normal
• bergantung macam kelainan dan tingkat keparahan
KLASIFIKASI MALOKLUSI
Tujuan : Untuk menggolongkan maloklusi mandibula kelompok-kelompok dimana
tiap-tiap kelompok memiliki sifat-sifat khas yang mudah ditandai dan mempunyai
variasi yang pokok.
Maksud :
o Memudahkan analisis etiologi
o Rencana perawatan dan prognosis tiap-tiap kelompok
3. Skeletal
o abnormalitas maksila, mandibula atau kedua-duanya
KLASIFIKASI ANGLE
Dasar : Hubungan mesiodistal yang normal antara gigi geligi RA & RB.
Sebagai kunci oklusi : digunakan gigi Molar pertama RA.
Dasar pemilihan :
a. Merupakan gigi terbesar.
b. Gigi permanen yang tumbuh dalam urutan pertama.
c. Tidak menggantikan gigi desidui
d. Bila ada pergeseran gigi M1 akan diikuti pergeseran poros gigi lainnya.
e. Jarang mengalami anomali
KLAS I ANGLE
Maloklusi kelas I adalah hubungan maloklusi dengan posisi gigi molar pertama
permanen rahang atas berada dalam relasi yang normal dengan gigi molar pertama
permanen rahang bawah sehingga sering disebut neutro-oklusi
KLAS II ANGLE
Hubungan molar pertama tetap rahang atas terletak lebih ke mesial daripada molar
pertama tetap rahang bawah atau puncak tonjol mesiobukal gigi molar pertama tetap
rahang atas letaknya lebih ke anterior daripada buccal groove gigi molar pertama
tetap rahang bawah.
Karakteristik :
- Tonjol mesiobukal M1 RA terletak pada ruangan di antara tonjol
mesiobukal M1 dan tepi distal tonjol bukal gigi P2 RB
- Tonjol mesiolingual gigi M1 RA beroklusi pada mandibula dari tonjol
mesiobukal gigi M1 dan tepi distal tonjol bukal P2 RB
- Lengkung gigi di mandibulr dan mandibulanya sendiri terletak dalam
hubungan yang lebih ke distal terhadap lengkung gigi di maksila, sebanyak:
0,5 lebar mesiodistal M1 dan Selebar mesiodistal P.
klas II div 1
klas II div 2
Karakteristik :
o Tonjol mesiobukal gigi M1 RA beroklusi dengan bagian distal tonjol distal
M1 dan tepi mesial tonjol mesial gigi M2 RB.
o Relasi gigi anterior → bisa gigitan silang / gigitan terbalik cross bite anterior
o Lengkung gigi mandibula dan mandibulanya sendiri terletak dalam hubungan
yang lebih mesial terhadap lengkung gigi maksila
o Tonjol bukal M1 RA beroklusi pada ruangan interdental antara bagian distal
gigi M1 dengan tepi mesial tonjol mesial gigi M2 RB.
Sub Divisi
o Bila relasi klas III hanya terdapat pada 1 sisi / unilateral.
Case History
• Data pribadi : Nama, Alamat, Jenis kelamin, dan Pekerjaan
• Medical history :
- Misalnya pasien asma atau alergi konsumsi kortikosteroid jangka Panjang
→ berefek terhadap remodeling tulang kaitannya dengan pergerakan gigi
dan durasi perawatan.
• Dental history : dental trauma, PSA, waktu kontrol rutin/tidak ke dokter gigi
- Dental trauma→ mobilitas gigi dan resorspi akar
- Kontrol rutin ke dokter gigi→ OHI bagus
Pemeriksaan Umum
• Tinggi badan
• Status gizi
• Berat badan
• Keadaan umum → jasmani, rohani
• Bentuk kepala → brachicephali, dolichocephali, mesocephali
• Bentuk muka → brachyfacial, mesofacial, dolichofacial
• Profil wajah → lurus, cembung, cekung
• Pemeriksaan otot-otot mastikasi, bibir atas, bibir bawah
Pemeriksaan Fungsional
• TMJ
• Pernafasan
• Bicara
• Menelan
• Oklusi
Pemeriksaan Radiografi
o Panoramik → posisi M3, Impaksi gigi, kelengkapan gigi
o Sefalometri → analisis dental, skeletal, jaringan lunak. membantu
menegakkan diagnosis
o CBCT (Cone Beam Computed Tomography)
Diagnosis Sementara
Misalnya: Maloklusi Angle Klas II divisi 1 dengan hubungan skeletal klas II maksila
prognatik mandibula retrognatik, palatal bite, malposisi gigi individual 11 dan 21
labioversi, kebiasaan buruk menghisap jempol.
1. Etiologi Maloklusi
• Etiologi dapat dihilangkan dengan sempurna → prognosis baik, ex:
mesiodens, persistensi, diastema central
• Penyebab masih aktif dan dapat dihilangkan secara permanen → prognosis
baik, ex: kebiasaan buruk
• Penyebab masih aktif namun hanya dapat dikendalikan sebagian atau
bahkan tidak dapat diubah sama sekali → tidak stabil, ex: klas II divisi 1
• Penyebab tidak dapat ditentukan
2. Tipe Pasien
o Usia
o Motivasi
o Sikap mental anak: kooperatif
5. Derajat Maloklusi
o Kasus ringan mengindikasikan kesuksesan perawatan
o Maloklusi berat yang disertai dengan penyimpangan pola pertumbuhan
maksila atau mandibula atau keduanya merupakan kasus yang unfavorable
Misal: pada anak yang sudah lebih dewasa
- Kasus klas II divisi 1 maksila overgrowth
- Kasus klas III mandibula overgrowth
(harmoni wajah yang diinginkan sulit)
6. Studi Radiologi
o Tulang yang abnormal
o Kondisi patologis
o Gigi yang hilang
o Gigi rotasi
o Gigi impacted
o Akar yang deformasi
Contoh :
• Outline dari semua pengukuran yang dapat memberikan yang terbaik untuk
pasien dan manfaat maksimum jangka panjang.
• Pasien menginginkan perawatan ortodonti karena berbagai macam
alasan.Oleh karena itu, dokter gigi harus melakukan rencana terhadap
perawatan yang akan dilakukan melalui pemeriksaan dan diagnosis yang telah
ditetapkan.
• Treatment plan diformulasikan khusus untuk masing2 individual pasien.
Dalam sudut pandang pasien, dasar utama mereka mencari / membutuhkan
perawatan ortodonti karena keinginan memperbaiki/ peningkatan estetika
wajah dan fungsi nya. Dokter gigi juga harus memastikan perawatan yang
dilakukan dapat stabil setelah perawatan selesai.
• Secara umum pasien sudah puas ketika gigi sudah rapi, akan tetapi sebagai
doktergigi harus bisa menjelaskan bahwa pergerakan gigi ke posisi yang baru
dan kondisi yang stabil itu sangat penting. Hal ini dilakukan supaya gigi tidak
mudah relapse
A. Tujuan perawatan ortodonti
• Estetik
• Fungsi
• Stabilisasi
B. Prinsip dalam penentuan rencana perawatan ortodonti
• Patient concerns
• Patient motivation
• Medical history
• General dental health
• Growth estimation
• Problem list
• Treatment aims
• Treatment options
• Informed consent
(Naini, 2011)
• Kasus klas II, → ekstraksi gigi pada RA untuk mengurangi proklinasi gigi
dan mencegah perkembangan RA berlebih ke anterior. Hasil akhir Molas Klas
II dan Caninus klas I
• Kasus klas III → menghindari ekstraksi gigi RA saja supaya tidak retardasi
Pencabutan pada gigi rahang bawah, Hasil akhir relasi molar klas III dan
relasi C klas I
• Pada kasus klas III yang dilakukan pencabutan gigi pada kedua Rahang, RA
dan RB, maka hasil akhir relasi molar klas I dan relasi C klas 1
9. Perencanaan retensi
Gigi yang bergerak berpotensi kembali ke posisi awal → relapse.
Faktor yg mempengaruhi terjadinya relaps:
1. Peregangan ligamen periodontal
- Peregangan fiber gingiva : relaps rotasi gigi
2. Oklusi yang tidak stabil
- Interdigitasi tidak dalam kondisi baik
3. Pola pertumbuhan yang masih berlanjut
10. Re-evaluasi
Perawatan harus di re evaluasi secara berkala (kontrol) selama fase perawatan
ortodonti aktif
1. Patient concerns
- Keluhan utama pasien
- Persamaan persepsi keluhan utama pasien dengan orangtua nya
C. Perawatan ortodonti
1) Maloklusi klas I Angle
Masalah yang terkait pada maloklusi Angle kelas I biasanya merupakan masalah
dental dan memiliki profil yang harmonis lurus atau cembung normal, kecuali apabila
maloklusi merupakan protusi bimaksiler skeletal. Gigi geligi dapat menunjukkan
beberapa variasi dari malposisi individual dan yang paling banyak ditemukan adalah
proklinasi bimaksiler dan crowding (Singh, 2008).
❑ Perawatan spqcing/ diastema
- Eliminasi faktor etiologi → misalnya frenektomi, pengambilan mesiodens,
menghilangkan bad habit
Perawatan ortodonti lepasan:
- Alat Hawley sederhana bersama dengan dua finger spring pada sebelah distal
dari incicivus sentralis dapat menutup diastema dalam waktu 3-6 bulan.
Finger spring umumnya dibuat dari kawat berdiameter 0,6 mm.
❑ Perawatan crossbite
- Crossbite anterior
1. Tounge blade (pada psien anak)
4. Screw appliance
6. Orto cekat
• Perawatan crossbite posterior
a) Screw appliance
b) Coffin sprin
c) Quad helix appliance
d) RME
e) Niti expanders
f) Alat cekat
Alat ortodontik :
• Lepasan/removable
• Cekat/fixed
• Fungsional/myofungsional
• Ortopedik (mengubah/mengarahkan skeletal)
Desain alat lepasan ortodontik dengan penambahan :
- Spring/pir pembantu (plat aktif)
- Skrup/spring ekspansi (plat ekspansi) ex : coffin spring
- Peninggi gigitan/ bite plane anterior atau posterior.
- Kombinasi dengan alat cekat (removefixed)
Note : ortodontik yang bisa dilepas sendiri oleh pasien sehingga pasien bisa melepas
dan memasang sendiri kapanpun yang mereka inginkan. Saat insersi pemakaian
pertama alat pertama pada pasien, dokter gigi atau operator akan mengajarkan atau
memberikan pelatihan kepada pasien cara memasangnya, arah dan cara
melepaskannya. Gerakannya biasanya gerakan tipping (hanya mahkota yang
bergerak), apabila ada gerakan yang tidak bisa digerakkan oleh orthodontik lepasan
sedangkan pasien memiliki kendala biaya dan hanya 1 gigi yang tidak bisa digerakkan
atau koreksi dapat menggunakan kombinasi dengan alat cekat / remofixed, dengan
memasangkan 1 braket atau salah satu komponen dari cekat sedang yang lainnya
adalah lepasan.
1. Komponen aktif :
- Aktif labial arch/ Labial bow
- Spring
- Skrup ekspansi
- Elastik
LABIAL ARCH
Note : bisa aktif / pasif, sebagai retainer jadi pasif. Diameter 0,8 mm buat pasif, aktif
0,7mm
Fungsi : Retraksi gigi insisivus, mempertahankan bentuk lengkung gigi berada di
posisinya.
Macam Labial arch:
- Short - Robert,s retractor
- Long - Mills retractor
- Reverse - Fitted
- Split - High with apron spring
Lengan yang tertanam ada di mesial normalnya labial arch di distal. Kasus P1 sudah
dicabut, ruang P1 belum di tertutup, jika berada di distal akan numpuk dengan adam
klamer.
- Retainer gigi anterio setelah perawatan aktif selesai
- Kontrol C : mencegah C bergeser ke bukal selama retraksi gigi anterior
➢ Robert,s retractor
Indikasi :
- kasus proklinasi gigi anterior yang sangat berlebihan
Note : perlu diperhatikan membentuk loop seperti segitiga, walaupun ada helikel / koil
yang berfungsi agar lebih lenting/lentur dari kawat tersebut, harus diberi diberi
penguat dibelakangnya.
➢ Mills retractor / Extended labial arch
Indikasi :
- >> overjet
Kerugian :
- Desain tidak disukai pasien
- Pembuatan sulit
Horizontal loop menanbah kelenturan / range gerakan ke arah vertikal, vertikal loop:
menambah kelenturan/ range gerakan kearah horizontal, L loop kombinasi horizontal
dan verikal loop
Modifikasi loop :
➢ Fitted
➢ Intermaxillary bow
- Kawat 0,9 mm
- Biasanya digunakan pada aktivator (alat myofungsional)
- Kengannya ada diatas, band dibawah untuk merevisi klass 3
❖ T spring
Untuk anterior bisa tapi cenderung untuk
posterior didorong ke arah bukal.
❖ Coffin spring
Terdapat skrup spring dengan kawat
0,9mm untuk ekstansi
SKRUP EKSPANSI
RUBBER ELASTIK
Jarang digunakan untuk alat lepasan, tetapi di klinis tetap digunakan.
Pada plat aktif digunakan :
- Retraksi gigi anterior, elastik dikaitkan pada labial arch yang dilengkapi dengan
hook (+/-)
- Distalisasi gigi kaninus/ premolar, elastik dikaitkan modifikasi coil adam klamer di
gigi molar dengan modifikasi kaitan pada ujung lengan finger spring di gigi kaninus/
premolar
Labial arch diberi rubber elastik, diberikan tergantung jumlah dan jenis gigi yang
digerakkan tergantung dengan optimum forcenya.
2. Komponen retentif
- Membantu menjaga plat aktif agar tetap pada tempatnya dan menahannya dari
pergeseran alat
- Pada plat aktif diperoleh dari kawat yang melingkari/memeluk bagian undercut gigi
(mengunci alat tersebut agar tidak bisa lepas sehingga adam klamer harus diletakkan
pada bagian ini)
- Komponen kawat -> clasp/ klamer
A. Cervikal undercut
B & C. Mesial dan distal proksimal undercut
Macam komponen retentif:
- Circumferencial clasp - Jackson’s clasp
- Adam,s klamer - Triangular clasp
- Southend klamer - Arrowhead clasp
- Ball-end clasp - Crozat clasp
Circumferencial / ¾ clasp/C klamer
Kerugian :
- tidak bisa untuk gigi parsial erupsi
Keuntungan :
- Desain sederhaha
- Mudah dibuat
Adam’s klamer
- Kawat 0,7 mm (retentif) kalau latihan boleh 0,6 mm
- ukuran 2/3 panjang mesiodistal gigi
- dilihat dari oklusal, tidak boleh menempel dengan bukal gigi dengan jarak 1-1,5mm
- loopnya harus masuk ke undercut bagian mesial atau distal
Keuntungan:
- Dapat dibuat pada gigi :
> I, C, P dan M
> decidui /permanent
> gigi erupsi sebagian, hanya sisi mesial saja yang dipasang loop kecilnya
- Tidak perlu tang khusus
- Retensi di area buko-proksimal undercut, bisa untuk semua keadaan
Southend klamer
Ball-end clasp
- Buatan pabrik
- Ball masuk ke interproksimal diantara 2 gigi posterior yang berdekatan
Indikasi :
- Jika membutuhkan retensi tambahan
- Retensi di area buko-cerviko undercut serta mesial & distal proksimal undercut
Kerugian : - Tidak bisa untuk gigi parsial erupsi
Keuntungan :
- Desain sederhaha
- Mudah dibuat
Triangular clasp
Crozat clasp
BITE PLANE
Alat myofungsional yang biasanya ditambahkan pada desain alat ortodontik lepasan
untuk membebaskan oklusi. Termasuk alat pasif.
Peninggi gigitan boleh diberikan pada plat aktif dan ekspansi secara bersamaan plat
ekspansi tidak boleh bersamaan dengan spring sehingga bergerak ke arah yang tidak
seharusnya.
Rahang atas : Rahang bawah :
Anterior inclined bite plane Anterior inclined bite plane (Catalans
appliance)
Anterior flat bite plane Posterior bite plane
Posterior bite plane
Sved bite plane
Hollow bite plane
Modifikasi dari upper anterior bite plane, untuk gigi bercampur yang inklinasi
sehingga bite plane sampai ke posterior
Indikasi : - Splint gigi
- Mencegah proklinasi gigi
- Tambahan anchorage
Konstruksi : - desain flat/ inclined bite plane
- plat akrilik meluas mencapai 1/3 incisal permukaan labial gigi
anterior atas
Indikasi : - Cross bite anterior 1/2 gigi pada usia tumbuh kembang berkaitan dengan
TMJ
Kontraindikasi : - Overbite <
- True mandibular prognatism
Konstruksi :
- Angulasi inclined plane 45⁰-60⁰ terhadap aksis gigi insisivus bawah, semakin
curam incisivus atas semakin besar
Mekanisme :
- Umumnya 10-14 hari crossbite terkoreksi
- Maksimum pemakaian 2-3 minggu
- Jika dipakai dalam jangka panjang gigi posterior supraoklusi dan gigi anterior
open bite
Note : ada beberapa yang ditambahin dr kata-kata dokternya jadi semisal ada salah
kata atau salah pemahaman monmaap yak
Alat Fungsional
Memandu/ mengarahkan kekuatan yang hasilkan oleh otot orofasial (otot-otot
yang ada di disekitar mulut dan otot-otot wajah), erupsi gigi dan pertumbuhan
dentofasial untuk mengkoreksi maloklusi. Alat ini bersifat pasif, hanya
menyalurkan kekuatan dari otot-otot tubuh.
Digunakan pada prosedur modifikasi pertumbuhan yang bertujuan interseptif
(sudah mrnunjukkan tanda-tanda maloklusi) dan merawat diskrepansi rahang
(rahang yang tumbuh kembangnya tidak harmonis).
Note :
Pada kasusu maloklusi Angle Kelas II dilakukan perawatan pada saat pertumbuhan
dan sudak tidak terjadi proses tumbuh kembang. Pada saat sudah tidak terjadi
pertumbuhan, perawatan yang dilakukan hanya untuk merubah dental. Namun pada
saat masa pertumbuhan perawatan dapat dilakukan secara dental dan skeletal. Pada
alat myofungsional ini hanya dapat merawat skeletal.
2. Myotonic appliances
→ fungsi tergantung pada massa otot
Myodynamic appliances
→ fungsi tergantung pada aktivitas otot
3. Removable functional appliance
→ dapat dilepas/dipasang sendiri oleh pasien dalam mulut
Fixed functional appliance
→ dipasang cekat pada gigi oleh operator dan tidak dapat dilepas sendiri oleh
pasien
Contoh : Herbs appliance
4. Group I appliance
Menghantarkan kekuatan otot secara langsung ke gigi untuk koreksi maloklusi
Contoh: oral screen & inclined plane
• Group II appliance
Mereposisi mandibula dan kekuatan yang dihasilkan dihantarkan ke gigi dan
struktur lainnya
Contoh : aktivator & bionator
• Group III appliance
mereposisi mandibula tetapi beraktivitas di daerah vestibulum, diluar lengkung
gigi
Contoh : Frankle & vestibular screen
Kasus tersebut
menunjukkan maloklusi
Angle Kelas II, dilihat
dari sefalogram atau
sefalometri rahang
bawah mengalami
retrusi. Namun, ini
terlihat seperti rahang
atas mengalami
protrusive.
Bionator
Terdiri dari plat atas dan bawah yang mempunyai inclined bite plane pada
permukaan oklusalnya
RA : bite block menutupi tonjol palatal gigi posterior meluas ke anterior s/d mesial
ridge P2
RB : bite block meluas ke distal s/d distal marginal ridge P2
Bite block atas dan bawah dikunci pada sudut 45˚
Aktivator
Monoblock
Andresen Appliance
Noerwegian appliance
Aktivator bersifat
Fungsional Fisiologis :
➔ karena melanjutkan kekuatan-kekuatan fungsional saat rahang membuka dan
menutup dari otot-otot sekitar mulut ke tulang alveolus dan gigi.
Fungsional Ortopedik
➔ karena selalu terdapat usaha alat dalam keseimbangan dan mencegah agar tidak
keluar dari mulut maka kekuatan tersebut diteruskan ke tulang alveolus dan gigi
Pasif :
➔ karena saat memakai seperti terapung dalam mulut, tidak ada tarikan/tekanan
permanen pada gigi
Komponen activator
1. Base Plate maksila
2. Base Plate mandibula
3. Oklusal plate menutupi
RA : ½ oklusal
RB :seluruh oklusal
4. Guide wire
Modifikasi activator
Intrusi
Ekstrusi
2. Kontrol Sagital
Protrusif Retrusi
Triming pada verkeilung gigi posterior plat akrilik distopalatal RA dan mesiolingual
RB, menyebabkan pergerakan gigi RA ke distal dan gigi RB ke mesial
4. Kontrol Transversal
Ekspansi Kontraksi
Penyesuaian bentuk gulungan wax terhadap lengkung gigi rahang bawah, diatur
lebar dan panjangnya
Instruksikan pasien berlatih memposisikan gigitan edge to edge
Dengan dipandu wax roll lunak di gigitkan pada pasien sesuai posisi latihan
7. Pengisian akrilik
Analisis Ortodontik
Study model : Set up Kesling, determinasi lengkung, perhitungan dengan
metode Nance, Moyers, Pont, Khorkhaus, Howes
Wajah/ Facial
Hubungan Skeletal
Sefalometri : Untuk menentukan tipe skeletal
Analisis Percobaan : Dapat menentukan etiologi malrelasi; bentuk kebiasaan
buruk, kondisi anatomis yang menyebabkan kelainan
A. Analisis Wajah
ANALISIS ORTODONTIK | 99
❑ Frontal Analisis Wajah
- Untuk menilai kesimetrisan wajah secara keseluruhan dalam arah vertikal
dan transversal.
- Hubungan antara lebar bitemporal, bizygomatik, bigonial dan mental dilihat
dari midline.
- Membandingkan tinggi dan bentuk wajah
- Terdapat variasi pada lebar-sempit, panjang-pendek serta bentuk wajah
persegi atau segitiga tiap individu.
Keterangan :
Gl : glabela
Ulc : Upper Lip Contour /
kontur bibir atas
Lic : Lower Lip Contour /
kontur bibir bawah
Sy : symphisis/ pogonion
B. Hubungan Skeletal
1. Terhadap dasar kepala/ basis cranii
2. Inter-rahang: relasi mandibula terhadap maksila
- Pengamatan ini harus dilakukan dari samping, tegak lurus terhadap bidang
sagital pasien, untuk menghindari kesalahan.
- Transfer posisi bidang orbital RA ke studi model RA dan RB
- Studi model sudut boxing bagian samping depan tepat pada posisi bidang
orbital pasien
❑ Sendi Temporomandibula
- Maloklusi mengakibatkan gangguan pada TMJ?
- Cara :
1. Pasien duduk tegak dan relaks
2. Kedua jempol operator ditempelkan pada kondilus pasien kanan
dan kiri
a. Pasien diinstruksikan membuka mulut kemudian digerakkan
pelan-pelan.
▪ Rasakan gerakan berputar kondilus kanan dan kiri, simetris
atau tidak ?
▪ Jika tidak simetris
→ Gangguan TMJ pada saat rotasi mandibula
b. Pasien diinstruksikan membuka lebar-lebar dan melakukan
gerakan membuka – menutup
▪ Rasakan pergeseran kondilus simetris atau tidak ?
▪ Jika tidak simetris
→ Jika ada, berarti ada gangguan pada saat translasi
mandibula
3. Pada saat mandibula digerak-gerakan
▪ Jika dirasakan ada getaran /suara gemerisik didengar pasien
→ Krepitasi
▪ Jika setiap gerakan disertai rasa sakit
→ Peradangan kondil (kondilitas).
Lip Competent
Lips Incompetent
Foto Rontgen
a. Intra oral : periapikal radiograf
b. Ekstra oral : OPG, Sefalometri radiograf
C. SEFALOMETRI
Diastema sentral
❑ Water Test
- Pasien diminta mengisi mulut dengan air dan mempertahankannya dalam
beberapa saat.
▪ Jika mampu menahan beberapa saat
→ Pernafasan hidung
▪ Jika tak mampu menahan
→ Pernafasan mulut
Curve of Spee
Curve of spee dibentukkan oleh distal marginal ridge gigi M2 dalam lengkung dan
incisal edge dari insisivus sentral rahang bawah.
Tujuan curve of spee adalah untuk menentukan akhir perawatan.
Hal yang perlu diperhatikan:
1. Titik incisal atau tepi incisal rahang bawah dari samping (curve of spee hanya
mengukur rahang bawah)
2. Titik terdistal molarm biasanya gigi molar 2 dan menggunakan penggaris
3. Lengkung kanan dan kiri bisa berbeda, sebaiknya mengukur dengan penggaris
4. Dulihat dari cekung terdalam (biasanya di gigi P2), bukan garis lurusnya yang
dilihat
5. Kemudian diukur dari garis sampai gigi P2 tingginya beberapa dengan
menggunakan sliding caliper bagian bawahnya, bukan bagian ujung yang runcing.
c. Tunggu sampai agak keras, kemudian lapisi bagian atas gips dengan selapis tipis
wax cair panas.
Keterangan :
: lengkung pra koreksi (awal/mula-mula)
------------ : lengkung pasca koreksi (ideal)
grinding
• Besar retraksi gigi anterior RA = jarak antara puncak lengkung awal dengan puncak
lengkung ideal
METODE PONT
Metode ini dikenalkan oleh Dr. Pont thn. 1909, digunakan untuk gigi RA
• Dasar : Pada lengkung gigi dengan susunan gigi teratur terdapat hubungan antara Σ
m-d 4 insisivus RA dengan lebar lengkung gigi daerah inter P1 dan inter M1.
• Tujuan : mengetahui pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah lateral
yaitu normal, kontraksi (kurang) atau distraksi (lebih)
• Kriteria :
< 5 mm berarti ringan
5 – 10 mm berarti sedang
> 10 mm berarti berat
• Susunan gigi normal, ideal :
- Gigi-gigi yang lebar membutuhkan lengkung yang lebar
- Gigi-gigi yang kecil membutuhkan lengkung yang kecil
- Keseimbangan antara besar gigi dengan lengkung gigi
• Hubungan tersebut dinyatakan dalam : Indeks Premolar dan Indeks Molar
• Jarak inter P1 dan jarak inter M1 yang seharusnya untuk lebar m-d 4 insisivus RA
terukur
∑ I x 100
Jarak P1 - P1 =
80
∑ I x 100
Jarak M1 - M1 =
64
• Perhitungan Pont digunakan untuk periode gigi bercampur dan periode gigi
permanen
Periode gigi bercampur Gigi pedoman 6 4 1 1 4 6
6 V 4 III 2 1 1 2 III 4 V 6
6 V IV 3 2 1 1 2 3 IV V 6
METODE BOLTON
Metode ini dikenalkan oleh Bolton dalam dua indeks, yaitu :
a. Indeks anterior bolton (Anterior Bolton Index / ABI)
b. Indeks keseluruhan bolton (Overall Bolton Index/ OBI)
• Analisis Bolton merupakan perbandingan antara lebar mesio-distal total gigi-gigi rahang
bawah dan rahang atas. Analisis ini digunakan pada gigi permanen dengan melakukan
pengukuran lebar mesiodistal setiap gigi permanen
• Analisis ini digunakan untuk :
- menentukan ukuran yang tidak
proporsional antara gigi rahang atas dan
rahang bawah
- memprediksi posisi akhir gigi dalam
lengkung rahang sehingga diperoleh hasil
perawatan yang baik
- memperkirakan hubungan overjet dan
overbite yang kemungkinan akan didapat
setelah perawatan selesai
ABI
- Merupakan persentase dari perbandingan ukuran mesiodistal gigi anterior (kaninus
kiri sampai kaninus kanan) rahang atas dengan rahang bawah.
- Rumus :
ABI = C - C rahang bawah x 100 %
C - C rahang atas
- Oklusi normal apabila → ABI = 77,2% (74,5 – 80,4 %)
OBI
- Merupakan persentase perbandingan ukuran mesiodistal gigi M1 kiri hingga M1
kanan rahang atas dengan rahang bawah
- Rumus :
OBI = M1-M1 rahang bawah x 100 %
M1-M1 rahang atas
• OBI dan ABI dapat digunakan untuk mengetahui letak kesalahan yang harus dikoreksi
(dirahang atas atau rahang bawah)
• Apabila ABI > 77,2 %, OBI > 91,3%, maka ukuran lengkung gigi rahang atas benar dan
rahang bawah terlalu besar/ panjang dari seharusnya. Kemudian berdasarkan ukuran gigi
RA yang benar dilihat ukuran gigi RB yang seharusnya pada tabel Bolton.
• Apabila ABI < 77,2 %, OBI < 91,3%, maka ukuran lengkung gigi rahang bawah benar
dan rahang atas terlalu besar/ panjang dari seharusnya. Kemudian berdasarkan ukuran
gigi RB yang benar dilihat ukuran gigi RA yang seharusnya pada tabel Bolton.
• Hasil analisis Bolton dapat digunakan untuk menyusun rencana perawatan ortodontik
seperti interproximal stripping, ekspansi, dan ekstraksi, atau kombinasinya.
Metode Perhitungan
1. Periode gigi bercampur : Nance, Huckaba, dan Moyers
2. Periode gigi permanen : Pont, Korkhaus, Howes, Bolton, Kesling, dan Determinasi
lengkung
METODE KORKHAUS
• Prediktor : lebar mesiodistal gigi 4
gigi insisivus RA.
• Untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan lengkung gigi rahang
atas kearah anterior, dengan cara
mengetahui diskrepansi tinggi
lengkung gigi yang ideal berdasarkan
table dan hasil pengukuran pada
model studi.
• Tetapkan tinggi lengkung gigi yang
ideal melalui table Korkhaus, catat
pada formulir.
• Ukur tinggi lengkung gigi pasien yang ada pada model studi dengan cara sebagai
berikut :
a. Letakan penggaris di atas permukaan oklusal gigi P1 kanan dan kiri tepat
pada titik pengukuran Pont,
METODE HOWES
• Metode ini dikenalkan oleh Ashley E. Howes 1941
• Gigi crowding (Howes) :
• Dasar
Pada susunan gigi normal :
a. Ada hubungan antara lebar lengkung gigi dengan panjang perimeter lengkung
gigi
Hubungan antara lebar lengkung gigi dgn panjang perimeter lengkung gigi
dinyatakan dengan Indeks Howes untuk Premolar, besarnya 43 %
Jarak (P1-P1)
Indeks P : x 100 = 43 %
Jumlah m-d (M1-M1)
Hubungan antara lebar lengkung basal dengan panjang perimeter lengkung gigi
dinyatakan dengan Indeks Howes untuk Fossa canina, besarnya 44 %
Jarak inter fc
Indeks FC : x 100 = 44 %
Jumlah m-d (M1-M1)
: PMBAW x 100
TTM
• Analisis
- Lengkung gigi dapat menampung gigi-gigi ke dlm lengkung ideal dan stabil
jika indeks premolar ≤ 43%.
- Lengkung basal dapat menampung gigi-gigi ke dalam lengkung ideal dan stabil
jika indeks fossa canina ≤ 44%.
- Apabila indeks fossa canina pasien < 37%, ini merupakan kasus dengan
indikasi pencabutan.
- Apabila indeks fossa canina didapatkan < 44% tetapi > 37% ini merupakan
kasus meragukan, apakah merupakan kasus dengan indikasi ekspansi atau
pencabutan
- Apabila IFC > IP berarti inklinasi gigi-gigi posterior diregio P1 konvergen, ini
merupakan indikasi ekspansi.
- Apabila IFC < IP berarti inklinasi gigi posterior divergen, ini merupakan kontra
indikasi ekspansi
- Bila ekspansi akan dilakukan, pada orang dewasa, maksimal hanya dapat
mencapai → IP = IFC ( inklinasi gigi posterior tegak ) yaitu sebesar 44%
- Dapat dihitung berapa milimeter ekspansi lengkung gigi mungkin bisa
dilakukan ?
Inter P1
43% cabut cabut / ekspansi 44%
• Catatan
- Jika PMBAW > PMD, indikasi ekspansi
- Jika PMD < PMBAW, kontraindikasi ekspansi
- Jika PMBAW x 100
TTM
Metode Korkhaus:
Tabel Korkhaus : …….. mm
Jarak I – (P1-P1) pengukuran : …….. mm Diskrepansi : …….. mm
Keterangan: ……………………………………………………………………….
Metode Howes:
Jarak lebar mesiodistal M1-M1 : …….. mm
Jarak P1-P1 (tonjol) : …….. mm
Indeks P : Jarak P1-P1 x 100%
md M1-M1
Lengkung gigi untuk menampung gigi-gigi : ……..
Jarak inter fossa canina : …….. mm
Indeks FC: Jarak FC x 100%
md M1-M1
Keterangan: ..............................................................................................................
Prosedur perawatan :
1. Penjelasan ke pasien dan 6. Rencana perawatan
keluarganya 7. Penentuan alat
2. Identifikasi pasien 8. Penentuan prognosis perawatan
3. Pemeriksaan pasien
4. Penegakan diagnosis
5. Analisis etiologi
2. Identifikasi pasien
- Tempat dilakukan perawatan
- Tanggal mulai perawatan
- Nomor kartu
- Nama pasien
- Umur dan jenis kelamin
- Nomer model
- Suku bangsa
- Pekerjaan
- Agama
- Nama orang tua
- Pekerjaan orang tua
- Alamat oang tua
- Operator
3. Pemeriksaan pasien
- Pemeriksaan subjektif/ anamnesis:
a. Keluhan utama : alasan/motivasi apa yang menyebabkan pasien ingin dirawat
(faktor estetis / fungsional). Contoh : giginya maju / berjejal / renggang.
b. Keluhan sekunder : keluhan yang baru disadari setelah mendapat penjelasan
dari operator.
c. Riwayat kasus :
Riwayat gigi-geligi ( Dental History ) : untuk mengetahui mulai kapan dan
bagaimana proses terbentuknya maloklusi pasien.
➔ Periode gigi desidui : urutan erupsi, gigi, karies proksimal (akan
berpengaruh pada lengkung gigi), trauma, kunjungan ke dokter gigi.
(+) Lee way space adalah selisih besar ruang c,m1, dan m2 dengan ruang
C, P1, dan P2. Dimana ruang c, m1, dan m2 lebih besar. Fungsi dari Lee
way space adalah untuk occlusal adjustment yang terletak di distal m2.
➔ Periode gigi bercampur : proses pergantian gigi susu ke gigi permanen.
: kemungkinan adanya persistensi / prolonged
retensi atau premature loss.
➔ Periode gigi permanen
d. Riwayat keluarga
➔ Apakah maloklusi pasien merupakan faktor herediter (keturunan) yang
diwariskan orang tua.
➔ Informasi keadaan gigi-geligi kedua orang tua dan saudara kandung
pasien.
➔ Ada atau tidak persamaan gigi pasien dgn orangtua dan saudaranya.
➔ Adakah diantara saudaranya yang pernah dirawat ortodontik, dan alat
apa yang digunakan.
➔ Kebiasaan buruk
➔ Mengetahui etiologi maloklusi pasien apakah berasal dari suatu
kebiasaan buruk yang telah/ sedang dilakukan pasien.
➔ Perlu ditanyakan :
• Macam kebiasaan buruk yang dilakukan.
• Lokasi dan cara melakukan kebiasaan tersebut.
• Kapan/ umur pasien waktu melakukan kebiasaan.
• Durasi: berapa lama melakukan kebiasaan.
• Frekuensi: sering/tidaknya mlkkn kebiasaan.
• Intensitas : kuat/tidaknya bad habit dilakukan.
- Pemeriksaan objektif, meliputi :
Pemeriksaan klinis :
➔ Umum :
a. Jasmani : tinggi dan berat
b. Mental
c. Status gizi Hitung Indeks Masa Tubuh
IMT = BB ( kg) X 100
TB²(m)
Indeks Masa Tubuh →untuk melihat status gizi orang dewasa
Pemeriksan gizi
➔ Lokal
a. Ekstra Oral :
Bentuk kepala : simetris/ asimetris
Klasifikasi Indeks kepala ( Sukadana,1976) :
4. Dolicochepali 70,0 – 74,9 (panjang / sempit)
5. Mesochepali 75,0 – 79,9 (lonjong / oval)
6. Brachicephali 80,0 – 84,9 (lebar, persegi)
Hubungan antara bentuk muka dengan lengkung gigi (tapi tidak semua kasus)
Pengelompokan bentuk kepala berdasarkan indeks kepala dengan jalan
pengukuran lebar kepala dan panjang kepala (Martin, 1954 cit. Salzmann,
1966 : Olivier, 1971 : Sukadana, 1976), dengan rumus :
Profil Muka
Pemeriksaan profil muka dimaksudkan untuk me-ngetahui apakah
maloklusi pasien berpengaruh thd. penampilan wajah pasien.
Amati titik – titik : Glabela ( Gl ), Bibir atas ( Ulc ), Bi-bir bawah ( Llc ),
Pogonion ( Pog ).
Jika garis Gl – Ulc dan Llc – Pog membentuk
sudut lancip Profil muka cembung
garis lurus Profil muka lurus
sudut tumpul Profil muka cekung
Pemeriksaan laboratoris :
a. Analisis foto muka dan profil
Tampak depan : Bentuk muka. Simetris / asimetris
Tampak samping : Profil muka
b. Pembuatan model studi
Data yang diperlukan guna perawatan ortodontik tdk semuanya dapat diperoleh
langsung dari pasien, karena banyak pengukuran yang tidak dapat dilaku-kan dalam
rongga mulut pasien.
Data : - langsung dari pasien ekstra oral
- tidak langsung model studi
Contoh : - pengukuran mesiodistal gigi
- pengukuran jarak transversal lengkung gigi ( lebar lengkung gigi )
- pengukuran jarak transversal lengkung basal (lebar lengkung basal)
- pengukuran jarak sagital ( tinggi lengkung gigi )
Skema gigi-gigi dari oklusal : RA - RB
- gambaran lengkung gigi
- bentuk boksing
- kode gigi (nomenclatur)
• Dengan pemberian tekanan yang tepat, gigi-gigi dapat digerakan tanpa mengakibatkan
kerusakan baik pada gigi-gigi tersebut maupun perlekatannya pada tulang.
o Hukum WOLF :
o Tulang sewaktu-waktu membentuk dan merubah dirinya oleh karena tekanan,
bertambah atau berkurang massanya untuk mengimbangi tekanan tersebut.
o Potensial listrik yang timbul akibat tekanan disebut PIEZOELEKTRIK.
Stimulus Respon
Transducer.
(rangsangan/aksi). (jawaban/reaksi).
Periodontal Ligament
• Struktur fibrosa jaringan ikat, dengan saraf dan komponen vaskular, yang bergabung
dengan Cementum menutupi akar ke tulang alveolar
• Mentransmisikan gaya yang diterapkan pada gigi.
• Sel-sel didalam PDL:
o Fibroblast
o Osteoblast
o Osteoclast
o sel tidak berdiferensiasi
Osteoblast
Periodontium
a. Micrograph menunjukkan periodontal ligament (L) dengan banyak pembuluh darah (V)
dan insersi ke dalam alveolar bone (B). Ligamentum ini berfungsi sebagai periosteum
• Membrana periodontalis terletak diantara gigi dan tulang alveolus, tekanan pada gigi
akan menjepit.
• Tekanan yang kuat → pembuluh darah tersumbat → sel-sel mati.
• Fibroblast: Sel yang bertanggung jawab memproduksi & degradasi matriks ekstraselular.
• Cementoblast: Sel yang bertanggung jawab produksi sementum.
• Osteoblast: Sel yang bertanggung jawab memproduksi tulang & koordinasi deposisi
tulang dan resorpsi.
• Osteoclast: Sel yang bertanggung jawab dalam resorpsi tulang.
• Respon terhadap Fungsi Normal
• Resting pressures dari bibir atau pipi dan lidah biasanya tidak seimbang.
• Di beberapa daerah, seperti di anterior rahang bawah, tekanan lidah lebih besar dari
tekanan bibir.
Kraw dan Enlow menggambarkan ada tiga zone yang spesifik pada serabut-serabut
periodontium, yaitu :
• Inner zone:
Tertanam dalam cementum. Zone ini terdiri dari mature collagen bundles yang relatif
stabil.
• External zone
Tertanam dalam dinding alveolus. Zone ini dikatakan kurang stabil dan kadang-kadang
dapat mengadakan perubahan.
• Intermediate zone
Zone ini sangat tidak stabil, terdiri dari immature collagen fiber, sangat mudah
mengadakan perubahan.
• Bila gigi bergerak, serabut-serabut pada inner zone akan terbawa bersama gigi,
sedangkan serabut-serabut pada external zone akan lepas dari perlekatannya pada tulang
yang diresorpsi.
• Serabut-serabut collagen dalam matrix tulang akan menyambungkan diri dengan serabut-
serabut baru dalam intermediate zone.
DAFTAR PUSTAKA
Leslie P. Gartner, Ph.D., James L. Hiatt, Ph.D.,2014. Color Atlas And Text Of Histology.
Sixth Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Anthony L Mescher, Ph.D. 2013. Junqueira’s Basic Histology text and atlas. New York:
McGraw-Hill Education
Kekuatan Ortodontik
• Kekuatan sangat penting untuk mengawali/merangsang remodeling maupun
membimbing gerakan gigi menuju ke posisi yang diinginkan.
• Gigi bergerak oleh kekuatan yang dihasilkan dari pegas kawat atau elastik yang
dipasang pada alat ortodontik lepasan maupun cekat.
• Pegas dan elastik mempunyai energi potensial, bila bentuknya diubah maka akan
menjadi energi kinetik dan akan kembali ke bentuknya semula.
• Bila energi ini dikenakan pada gigi maka gigi akan terbawa olehnya. Kekuatan ini
merangsang fenomena seluler dalam remodeling jaringan periodontium.
Dampak
Gambar : Dampak dari kekuatan
dari kekuatan yang yang berbeda
berbeda selama
selama retraksi
retraksi kaninus.A. Kekuatan yang
kaninus.
a. Kekuatan pergerakan
betul menghasilkan yang benar maksimal
menghasilkan pergerakan
dari kaninus maksimal dari
dan pergerakan kaninus
minimal dari dan
gigi-gigi
lainnya. B. Kekuatan yang berlebihan dapat menghasilkan pergerakan kaninus berkurang dan
pergerakan minimal dari gigi-gigi lainnya
akan menimbulkan pergerakan yang tidak diinginkan dari gigi-gigi lainnya. Ini dapat terlihat
b. Kekuatan yang berlebihan dapat menghasilkan pergerakan kaninus berkurang dan
dengan bertambahnya jarak gigit.
akan menimbulkan pergerakan yang tidak diinginkan pada gigi lainnya. Hali ini
dapat terlihat dengan bertambahnya tumpang gigit.
Aktivasi minimal
Gambar dari pegas
: Aktivasi palatal
maksimal 0,5pegas
dari mm palatal
untuk retraksi
0,5 mmkaninus.
untuk retraksi kaninus.
Jenis Gaya
Menurut durasinya, gaya ortodonti dapat dibagi :
1. Gaya yang terus menerus (continous force)
- Yaitu tekanan yang diberikan terus menerus dan untuk waktu yang cukup lama
sehingga gaya dapat dipertahankan untuk tidak menurun menjadi nol selama
interval kunjungan pasien.
- Pengaplikasian continous force pada gigi memberikan hasil berupa remodeling
tulang alveolar, reorganisasi ligamen periodontal serta pergerakan gigi.
- Tidak pernah menurun ke nol.
- Ditemukan pada ortodontik cekat.
Force Duration
• Ambang batas : 6 jam per hari.
• Tidak ada pergerakan gigi jika force diterapkan kurang dari 6 jam/hari.
• Dari 6 sampai 24 jam/hari, semakin LAMA gaya diterapkan, semakin gigi akan
bergerak.
Rotation 35-60
Extrusion 35-60
Intrusion 10-20
*Value tergantung pada ukuran gigi; lebih kecil untuk gigi seri, lebih tinggi untuk
multirooted gigi posterior.
• Center of Rotation : The point around which rotation occurs when an object is being
moved.
Titik dimana rotasi akan terjadi ketika gigi akan digerakkan.
Sources of Anchorage
1. Luas permukaan akar, semakin banyak gigi ada di unit anchorage, semakin besar luas
permukaan akar gabungan dan semakin kecil kemungkinan untuk bergerak. Yang biasa
digunakan adalah gigi molar.
Akar pendek < akar panjang
Akar kecil < akar besar
2. Mukosa dan tulang, palatal dapat digunakan sebagai sumber anchorage melalui pelat
dasar akrilik alat removable atau tombol akrilik yang melekat pada lengkungan palatal.
3. Implan, anchorage mutlak dapat disediakan oleh implan yang dapat ditempatkan dalam
tulang cancellous, tetapi secara rutin digunakan di langit-langit mulut.
5. Elastics, intermaxillary lubang anchorage satu lengkung gigi terhadap yang lain dengan
menggunakan elastics.
Pembagian Anchorage
Compound
anchorage.
Tooth borne
anchorage.
Intramaxillary Stationary
anchorage anchorage.
Intraoral Tissue borne
anchorage anchorage.
Intermaxillary Reciprocal
anchorage anchorage.
Occipital
anchorage
Cranial
anchorage
Extraoral
anchorage
Cervical
anchorage
Facial anchorage
1. Intraoral anchorage
I. Intramaxillary anchorage
Sistem penjangkaran dengan menggunakan gigi-gigi dalam lengkung rahang
yang sama sebagai unit penjangkar.
Tooth borne anchorage dapat berupa :
a. Simple anchorage
Sistem penjangkaran dengan gigi yang mempunyai resistensi lebih besar
dipakai sebagai anchorage untuk menggerakkan gigi dengan resistensi
yang lebih kecil.
b. Compound anchorage
Sistem penjangkaran dengan beberapa gigi / sekelompok gigi mempunyai
resistensi lebih besar dipakai sebagai anchorage untuk menggerakkan gigi
dengan resistensi yang lebih kecil.
c. Stationary anchorage
Sistem penjangkaran dengan gigi penjangkar diusahakan untuk tidak
bergerak secara tipping, atau bila bergerak maka gerakannya adalah
bodily.
d. Reciprocal anchorage
Sistem penjangkaran dengan dua atau sekelompok gigi dengan resistensi
yang sama digunakan untuk saling menggerakkan satu sama lain dengan
arah berlawanan.
Kedua unit bergerak dengan jarak kurang lebih sama.
Dicontohkan dengan menutupnya diastema antara dua gigi seri tengah.
2. Extraoral anchorage
Perlu diperhatikan :
1 Anchorage loss gigi posterior pada perawatan ortodontik removable, akan menyebabkan
gigi anterior yang bagian palatal/lingualnya kontak dengan plat akrilik ikut terdorong ke
labial sehingga tampak lebih protrusif. Hal ini terjadi karena plat akrilik yang menyatukan
gigi anchorage (posrterior) dan gigi anterior secara utuh terdorong ke anterior, akibat
pengurangan plat akrilik palatal gigi anterior yang tidak mencukupi/ tidak dilakukan.
Sehingga pengaktifan spring yang kita harapkan akan meretraksi gigi anterior menghasilkan
hal yang sebaliknya.
2. Pada pergerakan gigi no.3., untuk mengurangi resiko anchorage loss, pengaktifan spring
di bagian anterior dilakukan pertahap dibatasi hanya pada per 2 gigi setiap kali kontrol.
Anatomy of Maxilla
Contraindications Of RME
• Pasien yang mempunyai anterior open bites, steep mandibular planes, dan profil
convex.
QUAD HELIX
Alat ini bersifat semi cekat, dapat menghasilkan gerakan paralel simetris atau
asimetris maupun gerakan non paralel simetris atau asimetris, tergantung kebutuhan.
PLAT EKSPANSI
Plat Dasar
Cara Prosessing:
Metode Flasking
▪ Jenis Bahan : Heat Curing Acrylic (HCA)
▪ Polimerisasi memerlukan pemanasan dengan penggodogan.
▪ Pengerjaan: Model malam → Inbed dalam cuvet → Press →Digodog → Poles.
Metode Quick Curing
▪ Jenis Bahan : Cold Curing Acrylic(CCA) atau Self Curing Acrylic(SCA).
▪ Polimerisasi tidak memerlukan pemanasan (reaksi eksotermis)
▪ Pengerjaan :
▪ Ditabur kemudian ditetesi
▪ Dicampur dalam pot
▪ Dikuas kemudian dioleskan
Klamer
Klamer Adam harus dalam keadaan pasif, tetapi dalam keadaan kontak dengan permukaan
gigi, tidak boleh terlalu menekan gigi.
Cara pembuatan :
▪ Sebelum Klamer Adam dibuat, kedua titik mesiobukal dan distobukal di bawah
kontur terbesar gigi yang diberi klamer ditentukan terlebih dahulu dengan spidol.
▪ Apabila kedua titik tersebut tidak terlihat karena tertutup oleh gingiva, maka model
gingiva sebelah interdental harus dikurangi sesuai dengan bentuk giginya sampai
kedua titik yang dimaksud dapat terlihat.
▪ Ambil sepotong kawat stainless steel diameter 0,7 mm.
▪ Kawat dibengkokkan dengan mempergunakan kekuatan ibu jari, sedangkan tang
Adams/universal hanya dipergunakan untuk memegang saja.
▪ Bengkokan merupakan sudut lancip kurang lebih 70 – 80 derajat.
▪ Berilah tanda untuk bengkokan yang kedua.
▪ Jarak antara bengkokan pertama dan kedua sama dengan jarak antara kedua titik
mesio dan distobukal yang telah tergambar ( 2/3 lebar mesiodistal gigi).
▪ Bengkokan kedua juga dibuat dengan mempergunakan kekuatan dari ibu jari.
Elemen Ekspansif
• Elemen ekspansif dapat berupa sekrup ekspansi ( expansion screw ) yang dibuat
oleh pabrik atau berupa coffin spring yang dibuat sendiri dari kawat stainless
diameter 0,9 1,25 mm.
• Sekrup ekspansi terdapat bermacam-macam, tapi dasar kerjanya sama.
• Tersedia berbagai tipe, antara lain:
– tipe Badcock
– tipe Fisher.
Sekrup Ekspansi
➢ Screw merupakan alat yang digunakan untuk proklinasi dua gigi atau lebih,
diletakkan sejajar pada gigi yang akan digerakkan.
➢ Screw memiliki keunggulan dibanding dengan spring karena mudah untuk diatur,
memiliki tendensi dislodge yang lebih rendah, lebih stabil dan tekanan dapat mudah
dikendalikan.
• Tiap sekrup mempunyai 4 lubang, dilengkapi dengan kunci pemutar. Kekuatan yang
dihasilkan sekrup bersifat intermittent ( berselang-seling ). Gambar anak panah pada
sekrup menunjukkan arah pengaktifan. Sekrup ekspansi dibuat untuk pembukaan
0,18 mm — 0,20 mm setiap seperempat putaran ( 90° ).
• Pemutaran sekrup dilakukan putaran setiap hari atau 2 X 'A putaran setiap minggu,
tergantung pada setiap kasus dan arah pelebaran yang diharapkan.
• Selain sekrup, elemen ekspansif lainnya adalah Coffin yang dibuat dari kawat
stainless steel diameter 0,9 — 1,25 mm. Kekuatan yang dihasilkan coffin bersifat
kontinyu.
• Plat ekspansi dengan coffin dapat menghasilkan gerakan paralel simetris atau
asimetris maupun gerakan non paralel simetris atau asimetris, tergantung
pengaktifan.
▪ Busur labial pada plat ekspansi dibuat dari kawat stainless steel diameter 0,7 mm.
▪ Di samping dapat menambah daya retensi alat, Busur labial ini dapat digunakan
untuk meretraksi gigi-gigi anterior yang protrusi.
▪ Pada pelebaran lengkung gigi ke anterior, misalnya pada kasus di mana terdapat
gigitan silang pada gigi-gigi depan ( anterior crossbite ), busur labial ini tidak
diperlukan dan untuk menambah retensi alat ditambahkan spur atau taji yang
dipasang di sebelah distal insisivi lateral atau Adams clasp untuk keempat insisivi
atas.
• Tie bar dibuat dari kawat stailess steel diameter 0,9 — 1,25 mm.
▪ Spur / taji dipasang pada insisivus lateral agar tidak menggeser ke distal.
CATATAN
• Untuk plat ekspansi rahang bawah yang paralel dan simetris, sekrup diletakkan di
garis tengah sebelah lingual gigi-gigi anterior.
• Sumbu panjang sekrup paralel dengan bidang oklusal dan tegak lurus terhadap garis
tengah.
• Plat tidak boleh terlalu tebal dan dalam karena dapat mengganggu gerakan lidah
yang dapat mengurangi stabilitas alat.
• Retensi diperoleh dengan pemasangan Adams clasp pada gigi-gigi premolar dan
molar bawah.
• Telah diterangkan dimuka bahwa plat ekspansi sangat efektif digunakan untuk
perawatan pada periode gigi bercampur karena pertumbuhan tulang masih aktif,
sehingga selain dapat dilakukan pelebaran lengkung gigi juga dapat terjadi
pelebaran tulang basal.
• Pada pasien dewasa hanya terjadi pelebaran pada corona' arch ( lengkung gigi )
tanpa diikuti oleh pelebaran lengkung basal.
• Untuk melakukan ekspansi pada pasien dewasa perlu diperhatikan beberapa hal
antara lain:
• Jika menurut perhitungan metode Pont didapatkan pertumbuhan lengkung gigi tidak
mencapai normal ( istilah umum : kontraksi ).
• Jika indeks Howes menujukkan :
• inter tonjol P1 antara 36% - 43%
• inter fossa canina antara 37% - 44%.
Jadi jarak interfossa lebih besar dari jarak intertonjol bukal
Pi. Secara klinis atau pada model studi terlihat inklinasi gigi P1
condong ke palatinal ( conver-gen ).
• Jika terdapat diharmoni rahang, yaitu dalam keadaan okiusi menunjukkan
adanya penyempitan salah satu rahang dibandingkan dengan lengkung gigi
antagonisnya
• Perawatan ortodontik dengan melebarkan lengkung gigi/ rahang menggunakan alat
ekspansi harus dilakukan over expansion untuk mengatasi relaps yang mungkin
terjadi.
• Hal ini disebabkan tertariknya serabut-serabut periodontal yang sangat elastis
sewaktu dilebarkan, serabut-serabut tersebut akan mengkerut kembali sehigga
kemungkinan terjadinya relaps sangat besar.
Tujuan umum :
• Mahasiswa mampu melakukan tracing sefalogram lateral.
• Mahasiswa mampu melakukan interpretasi sefalogram lateral.
• Mahasiswa mampu melakukan diagnosis / diagnosa sefalometri.
Alat dan Bahan
• Sefalogram lateral
• Tracing box / illuminator
• Kertas kalkir 70 gram ukuran folio
• Selotip
• Pensil 4 H
• Karet penghapus
• Penggaris segitiga
• Penggaris
• Busur derajat
• Sefalometri landmark
• Landmark anatomi → sefalogram
•
• Titik A (subspinal): titik paling posterior pada busur antara SNA dan
prosthion.
• Titik B (supramental): titik paling posterior pada busur antara infradental
dan pogonion.
➢ SNA
➢ SNB
➢ ANB
➢ SND
➢ Oklusal to S-N
➢ Go-Gn to S-N
▪ Normal:
- Anguler = 220 +/- 20
- Linier = 4 mm +/- 2 mm
▪ Interpretasi = Insisivus atas normal / protrusif / retrusive
Note :
- Garis dari akar ke mahkota gigi I RA kemudian diproyeksikan dengan N ke
A (Nasion ke Subspinal ).
➢ I-NB
➢ Pog to N-B
➢ I to I
➢ S-Line (Steiner-Line)
- Pada S-Line ini dibuat garis pada jaringan lunaknya ada juga yang
menyebut Soft Tissue Line
- Jika garis menempel dagu, bibir bawah, nempel bibir atas
melewati hidung maka S-Line = normal
- Bibir di depan S-Line = klas II
- min= 820
- maks= 950
- rerata= 87,80
➢ I-I / I to I
E. ANALISIS TWEED
▪ Tweed = bidang mandibular yang menempel pada corpus mandibula
Perawatan preventif tidak hanya perawatan untuk ortho, tetapi juga perawatan seperti
penumpatan gigi, nutrisi untuk ibu hamil, dan penggunaan space maintainer. (Secara
umum untuk perawatan gigi desidui)
Perawatan interseptif → sudah tampak maloklusi, biasanya pada periode mix dentition.
Contoh perawatan :
1. Edukasi ortu
2. Kontrol karies
3. Perhatian terhadap gigi susu
4. Pencabutan gigi supernumerari
5. Menghilangkan traumatik oklusi
6. Memperhatikan waktu tanggal gigi desidui
7. Perawatan ankilosis gigi desidui
8. Perawatan perlekatan frenulum abnormal
9. Mengatasi kebiasaan buruk
10. Space maintainance
Kontrol Karies
Karies pada interdental jika tidak ditumpat maka akan menyebabkan kekurangan
panjang lengkung gigi. Bisa menyebabkan pergeseran gigi sebelahnya dan mengganggu
erupsi gigi permanen.
gigi supernumerary
Jurnal :
frenulum labialis yang besar/tebal merupakan ciri khas dari central diastema
milkwaukee braces
Space Maintainance
Menjaga ruang akibat premature loss gigi desidui dan gigi penggantinya belum erupsi
• Premature loss gigi desidui.
• Secara umum : Lepasan dan cekat.
• Syarat :
1. Mempertahankan posisi mesiodistal gigi-gigi sehingga tidak terjadi mesial/distal
drifting.
2. Tidak menghalangi erupsi gigi permanen.
3. Konstruksinya simpel, mudah dilepas dan dipasang jika lepasan, dan tidak
menghalangi pasien dari membersihkan gigi-gigi.
lingual arch
Ortodonti Interseptif
• Perawatan pada periode mix dentition
• Kelainan mulai sedikit nampak.
• Space regainer bukan space maintainer.
• Tidak pasti.
Kooperatif Pasien
• Menurut Graber, pondasi dari banyak perawatan dini adalah tingkat kooperatif
pasien.
• Kemampuan dari memotivasi pasien merupakan kunci keberhasilan dari inisiasi
perawatan baik pada awal gigi bercampur atau awal gigi permanen.
• Salah satu kekhawatiran dari ortodontis saat melakukan perawatan ortodonti periode
gigi bercampur adalah tingkat kooperatif pasien dan ortu pasien.
Perawatan Klas I
• Maloklusi yang paling sering terjadi adalah crowding (berjejal).
• Pasien berjejal disebabkan karena kekurangan tempat untuk gigi permanen erupsi.
• Relasi molar adalah klas I.
• Perawatan pada gigi bercampur berjejal adalah serial ekstraksi, ekspansi ortopedik,
space manajemen seperti maintenance of lee way space (0,9 mm tiap sisi untuk
rahang atas dan 1,7 mm tiap sisi untuk rahang bawah).
Lee way space = ruang yang timbul akibat adanya perbedaan lebar mesiodistal gigi
pada pergantian gigi kaninus, molar pertama dan molar kedua desidui oleh kaninus,
premolar pertama dan premolar kedua permanen.
Transpalatal Arch
• Untuk rahang atas
• ketika pergantian gigi susu ke permanen sebaiknya gigi maksila tidak bergerak ke
mesial sedangkan 243isbanding harus bergerak ke mesial. Karena posisi m2 desidui
RB RB itu sejajar sedangkan relasi molar permanen yang baik itu Angle Klas I (tidak
sejajar, mesiobukal M1 atas berada di buccal groove M2 bawah)
• Dibuat dengan kawat stainless steel 0.036 inch.
• Menjaga M1 tidak mesial drifting selama pergantian gigi m2 → P2.
Lingual Arch
• Pada rahang bawah
• Juga menggunakan kawat stainless steel 0.036 inci.
• Pada M1.
• Tidak terlalu penting 244isbanding transpalatal arch.
• Hanya diperlukan pada pasien yang maksimum anchorage.
• Dilepas ketika gigi P2 selesai erupsi.
• Ketiga poin di atas karena supaya kelak angle klas I.
lingual arch
2. Inter-Transitional Period
1. Pada tahap ini terdapat gigi desidui dan gigi permanen
2. Diantara gigi gigi I dan M1 terdapat gigi gigi c dan m
Serial Ekstraksi
• Perawatan lain yang juga digunakan untuk merawat diskrepansi adalah pencabutan
berseri.
• Secara bertahap pencabutan gigi desidui untuk memfasilitasi ruang guna erupsi
gigi permanen.
• Biasanya diakhiri dengan tidak memiliki gigi keempat gigi P1.
• Menurut Graber: “indikasi dari serial ekstraksi jika tidak cukup ruang pada rahang
untuk erupsi kesemua gigi permanen”.
• Menurut Proffit: “diskrepansi 10 mm”
• Menurut Ringenberg: “diskrepansi 7 mm atau lebih”
Prosedur :
a. Diskrepansi 5-7 mm (Bhalajhi)
b. Butuh Roentgen OPG
Metode :
1. Dewel’s
Metode Dewel
1. Ketika pasien usia 8-9 tahun cabut caninus desidui → untuk tumbuh gigi
Inisisivus permanen
2. Setahun kemudian cabut molar 1 desidui → untuk tumbuh P1, langsung
diikuti exo P1 → untuk erupsi Caninus permanen. Jadi tidak punya P1.
Metode Tweed
1. Usia 8 tahun cabut m1 desidui
2. kemudian cabut P1 permanen & caninus desidui
3. =Nance
Facebows
- Inner bow pada tube M atas.
- Outer bow pada leher belakang.
- Low pull facebow.
- High pull facebow.
Aktivator
• Indikasi : retrusi mandibular.
• Bionator adalah bentuk modern dari activator
• Twin block adalah nama lain dari aktivator
Chin cup
Merupakan alat ortopedik ekstraoral yang digunakan untuk membatasi pertumbuhan
mandibular ke arah depan dan bawah
Grinding
1. 0,2 mm anterior.
2. 0,5 mm posterior.
3. Setelahnya aplikasi fluor.
4. Tidak melakukan grinding pada tempat yang sama.
Kontraindikasi :
1. Desidui, tidak rampan karies.
2. Permanen, karies di interproksimal.
3. OHI buruk, banyak karie
Pasien dilakukan grinding jika ?
• Carey, diskrepansi kurang dari seperempat gigi premolar satu
• Lihat kondisi gigi, banyak karies?
• Lihat OHI.
• Lihat Roentgen, tidak lebih dari setengah tebal email.
Ekspansi
1. Satu putar = ¼ putar = 90 derajat.
2. Pont kontraksi.
3. Howes, IFC lebih besar dari IP.
4. Carey, diskrepansi lebih dari ¼ P1 dan kurang dari ½ P1.
5. Studi model konvergen.
6. RME / RPE → mandibula tidak.
7. Ekspansi konven → gigi gigi bawah iya
8. Banyak modifikasi : bilateral, unilateral, distalisasi molar.
Deep bite
1. Tertutupnya gigi anterior mandibula lebih dari sepertiga terhadap gigi anterior
maksila.
2. Baik garis maupun bidang horizontal sefalometri saling sejajar satu sama lain.
3. Skeletal deep bite karena rotasi mandibula berlawanan jarum jam.
4. Dental deep bite → Thompson-Brodie.
5. Diatasi dengan bite raiser anterior, supaya molar ekstrusi.
6. Bite plane posterior untuk crossbite anterior.
7. Bite raiser/bite plane = 1,5 sampai 2 mm ketebalan, senyaman pasien.
8. Bisa juga dengan aktivator atau bionator bertahap dikurangi plat di molar supaya
ekstrusi.
Spacing
1. Retraksi jika korkhaus protraksi atau anterior dish out atau overjet besar atau
sefalometri
2. INA protrusif atau INA dan INB nya protrusif atau I to I nya kecil.
3. Hati hati dengan spacing atau sentral diastema.
4. Hilangkan kebiasaan buruk / bad habit.
Crossbite
1. Anterior → bite raiser/bite plane posterior.
2. Posterior
3. Memanfaatkan freeway space.
Retraksi
1. Retraksi kaninus terlebih dahulu.
2. Kurangi verkeilung.
3. Aktifkan U loop pada 1/3 mesial.
Klasifikasi
➢ Prediksi ukuran gigi C P1 P2 yg belum erupsi sangat penting untuk analisis gigi dan
panjang lengkung (tooth size-arch length analysis) pada masa gigi bercampur
➢ Minimal intervensi treatment maloklusi dapat dimungkinkan jika pemeriksaan
ketersediaan ruang sudah dilakukan seawal mungkin.
➢ Perawatan preventif → space maintainer
➢ Gigi decidui dicabut karena untuk mencegah fokal infeksi
➢ Untuk menjaga space gigi posterior, yang paling bagus adalah dengan gigi decidui itu
sendiri, jadi jangan sampai terjadi premature loss, kecuali jika dikhawatirkan terjadi
fokal infeksi
Misal seorang laki laki dengan jumlah mesiodistal 4 incisivus permanen RB adalah 20 mm,
ingin mengetahui ruang yang dibutuhkan untuk pertumbuhan gigi C P1 P2 permanen rahang
bawah. Maka dilihat pada table, biasanya menggunakan persentil 75 (untuk klinisi persentil
75 lebih mendekati). Maka jumlah c p1 p2 yang belum tumbuh diprediksikan membutuhkan
ruang sebesar 20,6 mm. untuk mengetahui ruang yang tersedia nanti dicocokan dengan
model gigi dengan mengukur lengkung dari distal I2 permanen sampai mesial M1 permanen.
Untuk mengetahui apakah cukup ruang/kurang ruang, dapat dilakukan dengan menghitung
selisih ruang yang dibutuhkan dan ruang yang tersedia (Ruang yang dibutuhkan dikurangi
ruang yang tersedia)
- Misal ruang yang tersedia 19mm. Maka terdapat kekurangan ruang 1,6mm
- Misal ruang yang tersedia 21mm. maka terdapat kelebihan ruang 0,4mm
Y = a + b(x)
RA : Y = 11 + 0,5x
RB : Y = 10,5 + 0,5x
- Keuntungan : simpel, tidak perlu rontgen dan table
- Kekurangan : tidak cocok untuk populasi di luar Eropa (khususnya Eropa bagian barat
laut)
Metode Huckaba
- Untuk memprediksi ukuran gigi-geligi yang belum tumbuh menggunakan rontgen foto
- Pada rontgen terdapat distorsi sehingga rumus perbandingan:
A = B
A’ B’
A = besar gigi yang sudah erupsi
A’ = besar gigi tersebut (yang sudah erupsi) pada rongent foto
B = besar gigi yang beIum erupsi
B’ = besar gigi yang belum erupsi dalam rongent foto
Metode Nance
- Memerlukan rontgen foto
- Mengukur selisih gigi c m1 m2 decidui dengan C P1 P2 yang akan erupsi
- Normal RA: 0,9
- Normal RB: 1,7
Prosedur:
- Ukur mesiodistal gigi yang sudah erupsi
- Ukur mesiodistal tiap gigi yang belum erupsi (C P1 P2) dari IOPA
- Jumlah total mesiodistal semua gigi per kwadran : ruang yang diperlukan (required
space) untuk erupsi gigi permanen
- Ruang yang tersedia (available space) didapat dengan menggunakan kawat tembaga
untuk mengukur perimeter dari mesial M1 kanan – mesial M1 kiri
- Bandingkan required dan available space untuk mengetahui diskrepansi panjang
lengkung
Determinasi Lengkung
- Menggunakan plastik transparan ditapakkan pada model gigi (posterior: fissure,
anterior:incisal)
- Buat lengkung ideal pada plastik tersebut (caranya ditarik dari mesial anterior ke distal
posterior dengan berpatokan dengan gigi yang dianggap ideal)
- Ukur panjang lengkung tersebut
- Bandingkan dengan semua ukuran gigi yang akan menempati lengkung tersebut
➢ Kekurangan ruang
0-2 : observasi
2-4 : space maintainer
2-4 dengan mesial drifting : space regainer
>4 : space regainer
Dengan analisis yang berbeda bisa jadi hasilnya berbeda.
Pada 6 bulan pertama pasca pencabutan dini gigi desidui akan mengakibatkan penyempitan
ruang. Pencabutan gigi desidui akan mengakibatkan perubahan oklusi pada beberapa
bulan/tahun kemudian, sehingga berdasarkan pertimbangan dibutuhkan penahan ruang
segera setelah dilakukan pencabutan.
Hampir semua kasus kehilangan dini gigi molar desidui akan memengaruhi penurunan pada
panjang lengkung gigi.
A. SPACE MAINTAINER
- Adalah alat yang digunakan untuk mempertahankan ruang yang terjadi akibat
pencabutan dini gigi sulung
- Ada 2 jenis yaitu cekat dan lepasan
- Tidak digunakan lagi apabila gigi permanen pengganti sudah erupsi
C. INDIKASI
- Kehilangan dini gigi desidui dan gigi permanen penggantinya belum siap erupsi
- Pencabutan dini gigi di regio posterior
(note: pencabutan m2 akan lebih banyak menyebabkan penyempitan ruang
daripada pencabutan m1)
- Kehilangan dini gigi di regio anterior
- Kehilangan dini gigi anterior permanen, yang disebabkan:
o Trauma pada gigi anterior anak
o Proses patologis yang parah
D. KONTRA INDIKASI
- Tidak ada sama sekali tulang alveolar di atas mahkota yang sedang tumbuh
- Terdapat ruang yang cukup untuk erupsi gigi permanen
- Ruang hasil premature loss gigi desidui lebih besar dari ukuran mesio-distal gigi
permanen pengganti sehingga tidak terjadi kekurangan ruang
DEFINISI
Kerusakan pada jaringan keras gigi yang sifatnya merusak (patologis) , non karies dan
irreversible
Abrasi
▪ Bahasa latin : abrader → mengikis
▪ Keausan patologis pada jaringan keras gigi melalui proses mekanis dari objek asing
maupun zat yang abnormal dan berulang
▪ Faktor etiologi : pasien dan bahan
▪ Faktor pasien : teknik, frekuensi, waktu, tekanan menyikat gigi
▪ Faktor bahan : kekasaran, ph, dan jumlah pasta gigi ; tipe dan kekakuan sikat gigi
▪ Penggunaan sikat gigi secara horizontal → v-shaped defect
▪ Area servikal, terutama kaninus dan premolar → resesi gingiva, akar terekspos
▪ Kebiasaan penggunaan objek lain : merokok dengan pipa, penggunaan tusuk gigi,
menggigit benang → abrasi pada permukaan oklusal dan insisal
▪ Saat ini makanan kurang menyebabkan abrasi, karena sifat makanan yang semakin
lunak
Abfraksi
▪ Bahasa latin : frangere → patah, pecah
▪ Defek berbentuk wedge shaped pada cej
▪ Diduga kuat karena tekanan oklusal yang sangat kuat
▪ Tekanan kunyah / oklusal → mikrofaraktur enamel-dentin → perlahan merambat
tegak lurus aksis gigi → defek wedge shaped
▪ Cenderung sulit membedakan antara abfraksi dan abrasi
Erosi
▪ Bahasa latin : eroder → merusak
▪ Hilangnya lapisan permukaan gigi secara bertahap akibat proses kimiawi (asam),
tanpa melibatkan bakteri
▪ Asam yang berasal dari luar atau dalam tubuh, bukan dari bakteri
▪ Ekstrinsik : asam sulfur di pabrik baterai, gas khlorin di kolam renang, buah sitrus,
saliva buatan, vitamin c
▪ Intrinsik : asam lambung → gastritis, peptic ulcer
B. KEAUSAN KIMIAWI
1. Paparan asam
2. Gigi tajam dan berkawah
3. Hipersensitif
4. Model studi sulit oklusi
ALGORITMA
DIAGNOSTIK
- Konsumsi buah sitrus > 2 kali sehari → keausan posterior maksila dan
mandibula
Definisi Logopedik
Ilmu yang mempelajari Cacad dipengucapan dan cara menanganinya
Dasar Terminologi:
Membantu Diagnosis dalam Pembetulan Kelainan Bicara. Dengan Identifikasi
NOTE :
Saat berbicara terdapat Artikulasi dan Resonansi
• Artikulasi = Artikulasi Aktif (Lidah) dan Artikulasi Pasif (Palatum Gigi Geligi
• Resonansi = Letaknya di rongga mulut dan pita suara yang menghasilkan volume
rongga mulut
LOGOPEDIK | 276
Tujuan
• Mempermudah Anamnesis
• Membantu Diagnosis
• Deteksi Dini
• Distingtif (Voice Print)
• Patokan Koreksi Perawatan
PENDAHULUAN
• Bicara ➔ Artikulasi Vokal (Verbal) → (Ketrampilan, Kemampuan) → Kognitif
• Bahasa ➔ (Memberi, Menerima) → Informasi → (Lisan dan Tertulis) →
Komunikasi
Didengar Jelas
Setiap fonem
Menuturkan Kata
Bicara Normal
Sempurna Bibir, Lidah, Gigi,
Palatum, Velum,
Nasal, Pita Suara,
Otot Pernafasan
Kelainan Gangguan Bicara
Periode Tumbuh Kembang → Kelainan Rongga Mulut Dalam Bentuk dan Struktur
Jaringan Keras dan Lunak → Perubahan Artikulasi Fonem Vokal dan Konsonan →
Pengucapan Tidak Jelas → TA dan CA Tidak Tepat → Penggantian (Substitusi),
Penambahan (Adisi), Penghilangan (Omisi), Tak Jelas (Distorsi)
Substitution
Merupakan penggantian suara bericara dengan bicara yang benar. Satu atau lebih
suara digantikan, yang menghasilkan hilangnya fonem kontras. Contoh : “dood” untuk
“good”, “wabbit” untuk “rabbit”.
[beyat] = [bεrat] ‘berat‘
LOGOPEDIK | 277
[y] = [r]
[r] → [y/ --y-- /v-v#]
Selain penggantian huruf /r/ → /y/ juga terdapat penggantian sebagai berikut (Dewi
et al, 2015) :
a) [peyas] [pəras] ‘Peras ‘
b) [heyan] [heran] ‘Heran’
Addition
Merupakan penambahan suara berbicara ekstra yang mendekatai suara artikulasi
yang benar. Terdapat satu atau lebih suara tambahan yang dimasukkan ke dalam suatu kata
yang diucapkan. Contoh : “buhlack” untuk “black”.
Omission (deletion)
Merupakan hilangnya suara berbicara dalam kata. Suara yang diinginkan tidak
diproduksi, tetapi justru hilang atau terhapus dari kata yang dimaksud. Contoh : “cu” untuk
“cup”, “poon” untuk “spoon”.
Dalam bahasa Melayu, ommisi ini dapat terjadi pada gangguan bicara akibat
ankyloglossia seperti : (Dewi et al, 2015)
a) [telñata] [tərñata] ‘ternyata’
b) [cuaŋ] [curaŋ] ‘curang’
Distortion
Ketidaktepatan produksi suara dan berbicara. Suara yang dihasilkan akan berubah
atau terganggu. Contoh : suara “s” lateral
Interdental lisping : Tipe distorsi berdsarkan produksi konsonan sibilan dengan ujung lidah
penempatannya terlalu jauh ke depan (melawan gigi atau diantara gigi). Contoh : /s/ and /z/.
• Perawatan Orthodontik hanya berfokus pada dental estetik dan fungsi mastikasi.
Meskipun kadang ditemukan pengaruh malposisi gigi dan lengkung skeletal pada
produksi suara.
• Produksi suara normal dan kavitas oral berhubungan secara dinamis, sehingga
dokter gigi sebaiknya memiliki kemampuan mengenali dan menentukan bagaimana
anomali dental dan perawatan ortho yang berkaitan pada produksi suara.
• Lengkung dental dan skeletal berperan sebagai petunjuk struktural penempatan
lidah dan bibir yang terlibat pada produksi suara
• Hampir 90% konsonan diproduksi bagian anterior kavitas oral yang menunjukkan
bahwa relasi lengkung dental dapat merupakan faktor paling penting yang
mempengaruhi artikulasi
• Deviasi struktur dental atau aligment-nya dapat mempengaruhi proses normal
tekanan dan aliran udara, posisi lidah dan bibir, sehingga mempengaruhi produksi
suara bicara.
• Misalignment yang terjadi dapat berupa : crowded, crossbite, overbite, underbite,
openbite.
• NB : Perubahan bicara pada vowel (disphonia), kalau perubahan artikulasi pada
konsonan (dslosia). Dismena (berhubungan dengan saraf)
• Perubahan akustik seperti variasi produksi vowel terjadi pada maloklusi kelas II dan
III karena perubahan adaptif letak lidah an konturnya, perubahan pergerakan
mandibula, peningkatan overjet, perubahan amplitudo produksi /s/ , kecepatan dan
durasi dan perubahan posisi bibir, dan incisivus dan lidah
• 3 jenis maloklusi dental memiliki efek negatif pada produksi suara yaitu openbite,
mandibular progtism, dan mandibular retrogntism
LOGOPEDIK | 278
• Orthodontic Treatment Priority Index (Grainer) tidak ada kaitan signifikan dengan
klasifikasi Angle, Overjet, Overbite, Anterior Crossbite, Maxillary
Crowding/Spacing, Mandibular crowding/ spasing, tetapi signifikan bila dikaitkan
dengan openbite dan crossbite posterior (Leavy K.M, dkk, 2015)
• Kesalahan produksi suara biasanya berupa kesalahan distorsi auditori atau distorsi
visual. Pada distorsi visual, properti suara target tertahan, meskipun lingual protrusi
terlihat
LOGOPEDIK | 279
LOGOPEDIK | 280
LOGOPEDIK | 281
Klinis
LOGOPEDIK | 282
Kelainan/Gangguan Pengucapan
Artikulasi Konsonan
• Bibir : /p/, /b/, /m/
• Lidah : /r/, /d/, /t/, /dh/, /n/
• Maloklusi Klas III :/s/, /z/, /t/, /l/, /n/
• Maloklusi Klas II :/p/, /b/, /m/
• Maloklusi Klas I dengan Open Bite :/f/, /v/, /s/
• Palatum :/m/, /n/, /ny/, /ng/
Vokal
• Velum :/a/, /i/, /e/
LOGOPEDIK | 283
Kasus Open Bite
Maloklusi Klas II
LOGOPEDIK | 284
Maloklusi Klas III
Ankyloglossia
LOGOPEDIK | 285
Bunyi Bahasa
• Dibedakan berdasarkan ada/ tidak hambatan
• Bunyi Vokal
o Tidak ada hambatan pada alat bicara
o Hambatan pada Pita Suara yang bergetar
o Glotis tertutup tidak rapat
o Semua Vokal Bunyi Bersuara
• Bunyi Konsonan
o Hambatan pada Alat Bicara
o Terjadi Artikulasi berupa Bunyi Konsonan
o Bersuara bila disertai getaran Pita Suara Tanpa getaran Pita Suara,
Glotis terbuka dihasilkan Bunyi Konsonan Tak Bersuara
• Bunyi Semi Vokal
LOGOPEDIK | 286
Untuk Konsonan
• Terbentuknya disertai hambatan alat bicara
• Derajat Kenyaringannya lebih rendah dari Vokal
• Konsonan Letup tak bersuara paling rendah
• Kenyaringannya /p/, /t/, /th/, /c/, /k/
• Kemudian diikuti Geseran tak bersuara /f/, /s/
• Diikuti Letup bersuara /b/, /d/, /dh/, /j/, /g/
• Geseran bersuara /v/, /z/
• Nasal /m/, /n/, /ng/, /ny/
• Sampingan /l/
• Paling Tinggi derajat Kenyaringannya Konsonan Getar /r/
Klasifikasi Vokal
• Berdasarkan sisten Vokal Kardinal
o Mempunyai Kualitas Bunyi,
o Keadaan Lidah,
o Bentuk Bibir Tertentu
o Diberi lambang sesuai abjad fonetik Internasional yaitu /i/, /e/, /ɛ/, /a/,
/ɑ/, /ɔ/, /o/, /u/ dan diberi urutan 1-8
• Berdasarkan Tinggi Rendahnya Lidah
o Vokal Tinggi /i/, /u/
o Vokal Madya /e/, /ɛ/, /ə/, /o/, /ɔ/
o Vokal Rendah /a/, /ɑ/
• Berdasarkan Lidah yang Bergerak
o Vokal Depan /i/, /e/, /ɛ/, /a/
o Vokal Tengah /ə/
o Vokal Belakang /u/, /o/, /ɔ/, /ɑ/
• Berdasarkan Striktur
o Vokal Tertutup yaitu antara /i/ dan /u/
o Vokal Semi Tertutup yaitu antara /e/ dan /o/
o Vokal Semi Terbuka yaitu antara /ɛ/ dan /ɔ/
o Vokal Terbuka yaitu antara /a/ dan /ɑ/
• Berdasarkan Bentuk Bibir
o Vokal Bulat Terbuka /ɔ/
o Vokal Bulat Tertutup /o/, /u/
o Vokal Netral /ɑ/
LOGOPEDIK | 287
o Vokal Tak Bulat /i/, /e/, /ə/, /ɛ/, /a/
Klasifikasi Konsonan
Dibedakan menurut cara dihambat (cara artikulasi)
• Menurut tempat hambatan (tempat artikulasi)
• Hubungan artikulasi aktif dan pasif (Striktur)
• Getaran Pita Suara
• Arah arus udara dan mekanisme waktu bunyi konsonan diucapkan
Dibedakan:
• Konsonan Hambat Letup
o Hambatan penuh arus udara, dilepas tiba-tiba, struktur rapat
o Macamnya :
1. K.H.L.Bilabial
▪ Bunyi yang terjadi :/p/ (K.keras tak bersuara) /b/ (K.lunak bersuara)
▪ Distribusi Awal, Tengah (Hambat Letup) /p/, /b/ (Ind, Jw)
▪ Distribusi Akhir (Letup Hambat /p/)
▪ Distribusi Akhir /b/ (Ind, Jw) diucapkan /p/
2. K.H.L.Apiko-denta
▪ Bunyi yang terjadi: /t/ (K.keras tak bersuara) /d/ (K.lunak bersuara)
▪ Distribusi Awal, Tengah (Hambat letup /t/ (Ind, Jw)
▪ Distribusi Akhir (Letup Hambat /t/)
▪ Tanpa aspirasi (Ind), dengan aspirasi /dh/, /th/ (Jw)
3. K.H.L.Apiko-palatal
▪ Bunyi yang terjadi /ṭ/ (K.keras tak bersuara) /ḍ/
(K.lunak bersuara)
▪ Dalam bahasa Indonesia /ṭ/ tidak ada
▪ Distribusi Awal, Tengah /ṭ/ (Jw)
▪ Distribusi Awal, Tengah /ḍ/ (Ind, Jw)
4. K.H.L.Medio-palatal
o Bunyi yang terjadi /c/ (K.keras tak bersuara) /j/ (K.lunak
bersuara)
o Distribusi Awal, Tengah /c/, /j/ (Ind, Jw) tak ada di Akhir
LOGOPEDIK | 288
5. K.H.L.Dorso-velar
o Bunyi yang terjadi /k/ (K.keras tak bersuara) /g/ (K.lunak
bersuara)
o Distribusi Awal, Tengah /k/, /g/ (Hambat Letup) (Ind, Jw)
o Distribusi Akhir /k/ (Letup Hambat)
• Konsonan Hamzah
o Merapatkan seluruh panjang Pita Suara
o Langit-langit Lunak
o Arus udara terhambat beberapa saat
o Glotis tertutup rapat
o Secara tiba-tiba Pita Suara dipisahkan dan terjadi letupan
o Seperti kata ma'af, rakyat, kakak (Ind); sa'at, anak (Jw)
o Distribusi : Tengah, Akhir
• Konsonan Nasal
o Menutup rapat jalan udara paru-paru melalui rongga hidung
o Striktur rapat
o Langit-langit lunak beserta anak tekak diturunkan
o Udara masuk rongga hidung
o Macamnya
1. K.N.Bilabial
o Bunyi yang terjadi /m/
o Getaran Pita Suara, termasuk Konsonan Bersuara
o Distribusi : Awal, Tengah, Akhir (Ind, Jw)
2. K.N.Apiko-alveolar
o Bunyi yang terjadi /n/
o K. bersuara, distribusi: Awal,Tengah,Akhir (Ind, Jw)
3. K.N.Medio-palatal
o Bunyi yang terjadi /ny/
o Konsonan bersuara, Distribusi: Awal, Tengah (Ind, Jw)
4. K.N.Dorso-velar
o Bunyi yang terjadi /ng/
o Konsonan bersuara
o Distribusi: Awal, Tengah, Akhir (Ind, Jw)
• Konsonan Sampingan
o Dengan menutup arus udara di tengah rongga mulut
o Udara keluar melalui dua/satu sisi dengan striktur
renggang lebar
o Artikulasi ujung lidah dan gusi
o Bunyi yang dihasilkan sampingan Apiko-alveolar /l/
o Termasuk Konsonan bersuara
o Distribusi Awal, Tengah, Akhir (Ind, Jw)
• Konsonan Geseran atau Frikatif
o Dengan menyempitkan jalannya arus udara dari paru, jalan
udara terhalang dan keluar bergeser
o Striktur tidak rapat, renggang
o Tempat artikulasi :
1. K.G.Labio-dental
LOGOPEDIK | 289
o Bunyi yang terjadi /f/ (K.keras tak bersuara) /v/ (K.lunak
bersuara)
o Distribusi Awal dan Akhir /f/ sebagai kata pungutan
(Ind,Jw)
o Distribusi Awal /v/ sebagai kata pungutan
2. K.G.Lamino-alveolar
o Bunyi yang terjadi /s/ (K.keras tak bersuara) /z/ (K.lunak
bersuara)
o Distribusi Awal, Tengah, Akhir /s/ (Ind, Jw)
o Distribusi Awal, Tengah /z/ (Ind, Jw)
o Merupakan kata pungutan
o K.G.Apiko-prepalatal
o Bunyi yang terjadi /ʃ/ seperti diujarkan dengan /sy/ bunyi
Geseran Lamino-palatal /ɜ/ bahasa Indonesia tidak ada
3. K.G.Dorso-velar
o Bunyi yang terjadi /kh/
o Konsonan tak bersuara
o Distribusi Awal, Tengah, Akhir /kh/ (Ind, Jw)
o Merupakan kata pungutan
4. K.G.Laringeal
o Disebut juga Geseran Glotal
o Bunyi yang terjadi /h/ (K,tak bersuara)
o Distribusi Awal, Tengah, Akhir (Ind, Jw)
• Konsonan Getar
o Dengan menghambat jalannyaarus udara yang dihembuskan
berulang-ulang dengan cepat
o Striktur rapat renggang (dihambat-dilepas) berkali-kali
dengan cepat
1. Konsonan Getar Apiko-alveolar
o Bunyi yang terjadi /r/
o Distribusi Awal, Tengah, Akhir (Ind, Jw)
• Semi Vokal
o Termasuk konsonan
o Belum membentuk konsonan murni
o Hubungan antar artikulator renggang-terbentang atau
renggang lebar
o Dibedakan sesuai artikulasinya:
1. Semi Vokal Bilabial dan Labio-dental
o Bunyi yang terjadi /w/
o Bunyi bersuara
o Distribusi Awal, Tengah (Ind, Jw)
2. Semi Vokal Medio-palatal
o Bunyi yang terjadi /y/
o Bunyi bersuara
o Distribusi Awal, Tengah (Ind, Jw)
IDENTIFIKASI SUARA
LOGOPEDIK | 290
• Persepsi artikulasi dalam bahasa Indonesia belum banyak diteliti
• Persepsi artikulasi bukan suatu hal yang mudah dilakukan
• Artikulasi merupakan suatu aktifitas verbal yang meluncur tanpa ada
batas waktu yang jelas antara satu kata dengan kata yang lain
• Dengan kemajuan teknologi metode Identifikasi suara dapat
diperoleh dengan merekam artikulasi maupun tingkah laku anak saat
berujar baik secara visual maupun auditori
• Mendalami suatu kata diperlukan proses
• Terlebih dulu menentukan apakah bunyi atau kata yang didengar
adalah kata dalam bahasa Indonesia
• Mengumpulkan fitur-fitur yang secara alami melekat pada arti fisik
kata tersebut
• Membandingkan dengan satu makna dengan kata tersebut
• Memilih diantara makna kata sama yang memenuhi syarat
BAHASA INDONESIA
• Bahasa persatuan bangsa Indonesia
• Sudut pandang linguistik merupakan banyak ragam bahasa Melayu
• Bahasa yang hidup, menghasilkan kata-kata baru
• Bukan bahasa Ibu
• Bercampur/ penggabungan dengan dialek bahasa ibu/ daerah
• Digunakan sangat luas diberbagai tingkat pendidikan
• Mempunyai 26 fonem, 21 huruf mati (konsonan) dan sisanya 5 huruf
hidup (vokal)
LOGOPEDIK | 291
LOGOPEDIK | 292
LOGOPEDIK | 293
LOGOPEDIK | 294
LOGOPEDIK | 295
LOGOPEDIK | 296
• Identifikasi Kelainan Sistem Bicara
o Perkembangan Bicara :
Babling 2 – 3 bulan >3 bulan tidak ada babling
Lalling 5 – 7 bulan >7 bulan tidak ada lalling
Ekolalia 9 – 10 bulan >10 bulan tidak ada ekolalia
Bicara 12 – 18 bulan >18 bulan tidak bisa bicara
o Kemampuan Pengucapan :
Konsonan
`m`, `n`, `h` : 24 bulan >24 bulan tidak bisa
`p`, `b`, `ing`, `w`, `d`, `g` : 30 bulan >30 bulan tidak bisa
`y`, `k`, `f`, `sh` : 36 bulan >36 bulan tidak bisa
`t`, `ch`, `dge` : 42 bulan >42 bulan tidak bisa
`l`, `s` (zh) : 48 bulan >48 bulan tidak bisa
`r` : 60 bulan >60 bulan tidak bisa
`z` : 66 bulan >66 bulan tidak bisa
`th` : 78 bulan >78 bulan tidak bisa
Semua huruf : 96 bulan >96 bulan tidak bisa
Vokal
`a`, `i`, `u`, `e`, `o` : 2 bulan >2bulan tidak bisa
Ketidakmampuan huruf : ..........................................................................
o Kemampuan Bicara :
Kemampuan berkomunikasi : sendiri bantuan orang lain
Kemampuan memulai percakapan : sendiri bantuan orang lain
Frekuensi suara : pelan sedang keras
Kelainan pengucapan : logat morfem ..................................
Fisiologis Patologis .................................
LOGOPEDIK | 297
LOGOPEDIK | 298
ANALISA BITE MARK
drg. Iwan Joe Dewanto, PhD
Editor : Ayu Annisa Mutmainnah
• Bite mark (bekas gigitan) merupakan bagian dari odontologi forensik, dikenal
pula dengan istilah forensic dentistry atau Bite mark evidence expertise.
• Pemanfaatan Odontologi forensik :
1. Proses identifikasi pelaku pada tindak kriminal
2. Proses identifikasi pada sisa jenasah yang sudah rusak (mayat tak
dikenal)
3. Medico-legal aspek pada kasus-kasus malpraktek dokter
4. Proses identifikasi pada DVI (disaster victim identification)
2. Tekanan lidah
Tekanan lidah disebabkan ketika bahan yang dimasukkan ke dalam mulut
ditekan oleh lidah terhadap gigi / rugae palatal dan tanda khas hadir karena
mengisap / menyodorkan lidah
3. Goresan gigi
Goresan gigi disebabkan oleh gesekan gigi pada permukaan gigi secara umum
melibatkan gigi anterior. Presentasi klinis dapat dilakukan bentuk goresan dan
lecet. Goresan dan lecet yang menunjukkan ketidakteraturan dan kekhasan
tepi insisal yang berguna dalam identifikasi
Range :
- min= 820
- maks= 950
- rerata= 87,80
▪ Kesimpulan: kedudukan mandibula terhadap cranium normal /
protrusif / retrusive. Ketika masih di dalam range masih normal.
Range :
- jika A didepan B hasil negative = klas II
- Jika A dibelakang B hasil positif = klas III
- min= -90
- maks= 00
- rerata= -4,60
Range :
Note :
- Mandibula plane (bidang mandibula) untuk Tweed → Menempel
dengan corpus mandibula
- Mandibula plane untuk Downs → Gonion ke Menton
- Mandibula plane untuk Steiner → Gonion ke Gnation
Range :
- min= 530
- maks= 660
- rerata=59,40
▪ Kesimpulan: pertumbuhan mandibular ke arah bawah depan
normal / besar / kecil
Range :
- min= 1,50
- maks= 14,30
- rerata= 9,30
▪ Kesimpulan: berarti kedudukan bidang oklusal terhadap
cranium normal/ menjauhi cranium/ mendekati cranium.
➢ I-I / I to I
Range :
- min= 930
- maks= 1100
- rerata= 104,50
▪ Kesimpulan: gigi insisivus mandibula terhadap bidang oklusal
normal/protrusif/retrusif
Range :
- min= 81,50
- maks= 950
- rerata= 91,40
▪ Kesimpulan: gigi I bawah terhadap bidang mandibular
normal/protrusif/retrusive.
Range :
- min= -1 mm
- maks= 5 mm
▪ Kesimpulan: gigi I atas normal/protrusif/retrusive
Range :
- min=1050
- maks=1150
▪ Kesimpulan: I atas normal/protrusif/retrusive
A. PANORAMIK
➢ Indikasi
▪ Pemeriksaan gigi gigi secara keseluruhan
▪ Pemeriksaan kelainan intraosseous
▪ Pemeriksaan secara garis besar dari sendi TMJ
▪ Evaluasi pertumbuhan gigi permanen dan impaksi gigi
▪ Trauma dentomaksilofasial
▪ Kelainan pertumbuhan tulang rahang
➢ Kelebihan panoramik dibanding dengan full mouth series
Full mouth series → periapical sebanyak 17x
▪ Bisa mencakup gigi dan tulang yang lebih luas
▪ Bisa digunakan pada pasien trismus (tidak bisa buka mulut)
▪ Bisa digunakan pada pasien yang kesulitan dalam penggunaan
intraoral film
▪ Cepat dan nyaman
▪ Hasilnya lebih informatif dan menarik untuk edukasi ke pasien
maupun presentasi
➢ Kekurangan panoramik
➢ Contoh Ro Panoramik
Note :
- Film ditempelkan pada bidang oklusal
- Kalau ada gigi yang impaksi akan terlihat, posisi juga akan terlihat
tetapi bisa jadi posisi itu tidak akan terlihat secara sempurna. Tetapi
tidak bisa memastikan dengan jelas posisi gigi yang belum impaksi itu
di sisi labial/ palatalnya.
Note :
- Titik hitam atau logamnya berada di bukal
- Yang sama-sama geser ke mesial adalah giginya berarti giginya same
lingual atau giginya berada di lingual.
- Yang geser ke distal adalah titiknya berarti opposite buccal atau
titiknya berada di buccal.
Referensi
• White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and
Interpretation 7th Ed. St. Louis, Missouri; 2014
• Whaites E. Drage N. Essentials of dental radiography and
radiology. 5th ed. toronto: churchill livingstone elsevier; 2013.