Anda di halaman 1dari 335

MODUL

BLOK 11
“MALOCCLUSION”

DE BRUYNE 18
Dentistry Book Recreated, Uncovered, Yield & Needed

This Book Belongs To:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ANGGOTA TIM MODUL

1. Rafi Kusuma R. S (20180340012)


2. Nadia Hasna Nabila Priyansa (20180340019)
3. Rafika Sifana L (20180340026)
4. Baiq Kholida Musyrhifatun (20180340034)
5. Widya Ranasti (20180340049)
6. Shabika Almariza P (20180340061)
7. Naufal Magavan Muhammad P (20180340082)
8. Yely Okta Mariza (20180340084)
9. Ayu Annisa Mutmainnah (20180340086)
10. Melania Rizky K (20180340087)
11. Millati Salsabila (20180340088)
12. Willis (20180340089)
13. Safira Meita Hapsari (20180340090)
14. Dena Chantika Arsarini (20180340094)
15. Widya Firgina (20180340097)
16. Hanna Nidaa Syafira (20180340098)
17. Syaina Azzahra (20180340101)
18. Nida Zakiyah (20180340103)

ANGGOTA TIM MODUL | i


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami “TIM MODUL” bisa menyelesaikan Buku Blok 11 tentang
MALOCCLUSION tepat pada waktunya. Kami juga berterima kasih kepada dosen FKIK
UMY yang telah memberikan materi yang sangat bermanfaat kepada kami.

Kami berharap buku ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan
kita tentang pembelajaran sikap, keterampilan umum, pengetahuan, dan keterampilan
khusus yang diajarkan dalam pembelajaran blok. Kami menyadari sepenuhnya bahwa buku
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kritik, saran, serta usulan demi perbaikan
buku ini sangat dibutuhkan.

Semoga buku ini bisa dipahami dengan baik oleh pembaca dan berguna untuk
semua. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan yang kurang berkenan dan kami
mohon saran yang membangun dari pembaca untuk kebaikan di masa yang akan datang.

Yogyakarta, 11 Maret 2020


Penyusun

Tim Modul

KATA PENGANTAR | ii
DAFTAR ISI

ANGGOTA TIM MODUL .................................................................................................. i


KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
DOA .................................................................................................................................... v
drg. M. Sulchan A., Sp.Ort
ORTODONSIA (KULIAH ELS) .................................................................................... 1
MACAM-MACAM PERAWATAN ORTHODONSI ...................................................10
KECACATAN DAN KETIDAKMAMPUAN (IRK) ....................................................12
drg. Puspitarini Nindya, Sp.Ort
ETIOLOGY OF MALOCCLUSION .............................................................................15
DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS PERAWATAN ORTHODONTI..............................29
RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT PLANNING) ..................46
drg. Novarini Prahastuti, Sp.Ort
PLAT AKTIF DAN BITE PLAN...................................................................................65
ALAT FUNGSIONAL DAN AKTIVATOR .................................................................85
ANALISIS ORTODONTIK ...........................................................................................99
DETERMINASI LENGKUNG DAN KESLING .........................................................119
PERHITUNGAN PONT, BOLTON, KORKHAUS DAN HOWES ............................133
PROSEDUR PEMERIKSAAN KLINIS ......................................................................143
Dr. drg. Tita Ratya Utari, Sp.Ort
BIOMEKANIKA ORTODONTIK...............................................................................155
PERGERAKAN GIGI ..................................................................................................175
PLAT EKSPANSI ........................................................................................................191
drg. Bayu Ananda Paryontri, Sp.Ort
SEFALOMETRI ORTODONTI ..................................................................................219
PERAWATAN PADA PERIODE GIGI DESIDUI (ORTODONTI PENCEGAHAN,
PASIEN 2 - 6 TAHUN) ...............................................................................................235
PERAWATAN PADA PERIODE GIGI BERCAMPUR (ORTODONTI INTERSEPTIF,
PASIEN 6 - 12 TAHUN) .............................................................................................242
PERAWATAN PADA PERIODE GIGI PERMANENT (ORTODONTI KURATIF,
PASIEN 12 – 13 Tahun Keatas) ...................................................................................254
drg. Atiek Driana Rahmawati, MDSc., Sp.KGA
METODE ANALISIS RUANG MASA GIGI BERCAMPUR ....................................257
SPACE MAINTAINER ...............................................................................................261
drg.fahmi Yunisa, Sp.Pros.
ATRISI GIGI ...............................................................................................................267
drg. Rinaldi Budi utomo MS, Sp. KGA
LOGOPEDIK ...............................................................................................................276
drg. Iwan Joe Dewanto, PhD
ANALISA BITE MARK ..............................................................................................299

DAFTAR ISI | iii


KULIAH PANEL ...........................................................................................................310
drg. Bayu Ananda Prayontri, Sp.Ort
ANALISIS DOWNS ....................................................................................................310
drg. Erwin Setyawan, Sp. RKG
RADIOGRAF PADA ORTODONTIK ........................................................................318

DAFTAR ISI | iv
DOA

DOA | v
ORTODONSIA (KULIAH ELS)
Oleh : drg. M. Sulchan, Sp.Ort
Editor : Millati Salsabila

Sub pokok bahasan :


A. Falsafah Ortodonsia
B. Perawatan Ortodonsia
C. Istilah Dalam Ortodonsia
Falsafah Ortodonsia
A. Pengertian dan Definisi Ortodonsia
• Ortodonsia  orthos + dons
baik/betul gigi
• Pengertian menurut Bahasa
Ortodonsia : ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk memperbaiki /
membetulkan letak gigi yang tidak teratur / tidak rata
• Gigi tidak teratur  Malposisi  Malrelasi  Maloklusi

Maloklusi dapat terjadi :


1. Gigi ( dental )
2. Tulang Rahang ( sceletal )
3. Kombinasi 1 + 2 ( dentosceletal )
4. Pengaruh otot ( muscular )
B. Sejarah perkembangan ortodonsia
• Maloklusi dikenal sejak 25 abad yang lalu
• Hipocrates (460 SM) : buku Epidemic  lengkung gigi sempit,
palatum tinggi, gigi berjejal
• Celcus (25 SM) : jika gigi kedua tumbuh sebelum gigi pertama
tanggal  gigi pertama harus dicabut dan gigi kedua didorong
dengan jari
• Galus Pinus Secundus (Pliny) th. 24 – 79 : perawatan maloklusi
secara mekanis
• Kneisel, Jerman (756) : buku ttg perawatan dgn alat lepasan dan
penggunaan sendok cetak untuk membuat tiruan model gigi
• Piere Fauchard, Perancis (1728-1846) : buku ttg letak gigi yang tidak
beraturan
• Joseph Fox (1803) : buku ttg perawatan maloklusi
• Le Foulon (1839) : mengenalkan istilah orthodontia
• Dr. Weinberger : 3 periode perkembangan di AS
1. Periode awal (1830-1880) : prwt dilakukan scr coba-coba,
didasarkan pada pengalaman
2. Periode kedua (1880-1900) : ortodonsi berkembang sebagai ilmu
pengetahuan.

ORTODONSIA (KULIAH ELS) | 1


Norman William Kingsley merawat penderita palotoschisis,
mengenalkan biteplane dan occipital anchorage
3. Periode akhir (1900-sekarang) : periode ortodonsi modern.
• Dr. Edward H. Angle (1855-1930)
• Th. 1900 mendirikan sekolah Post Graduate of Orthodontic yang pertama
• Menggolongkan maloklusi dlm klas-klas  Angle Classification (Klas I, II
dan III)
• Th. 1907 menulis Malocclusion of the teeth
• Mengenalkan perawatan ortodontik cekat edgewise Appliace
• Mengembangkan prwt ortodontik modern
• Karena jasanya  disebut Bapak ilmu ortodontik modern.
• Perawatan ortodontik : alat lepasan ( removable appliances ) atau alat cekat ( fixed
appliances ). berkembang dari yang konvensional sampai perawatan modern.
• Perawatan ortodontik sering dikombinasikan dengan tindakan bedah, misalnya
bedah ortognatik, pada kasus kelainan skeletal.

Definisi / Batasan Ortodonsia


• Dr. Edward H. Angle (1907)
Ortodonsia adalah ilmu yang bertujuan membetulkan kedudukan gigi-geligi
• Dr. Noyes (1911)
Ortodonsia adalah ilmu yang mempelajari hubungan gigi-gigi terhadap
perkembangan muka dan memperbaiki akibat dari pertumbuhan yang tidak baik
• The British Society of Orthodontist (1922)
Ortodonsia adalah ilmu yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan
rahang & muka serta tubuh pada umumnya yang mempengaruhi letak gigi dari
pengaruh luar & dalam, juga mencegah & memperbaiki perkembangan yang
abnormal yang telah mengalami hambatan dan pengaruh jelek
• Dr. Mc Coy (1931)
Ortodonsia adalah ilmu yang mempelajari perkembangan gigi-geligi dan alat
pengunyah di mana diperhatikan faktor-faktor yang mengontrol proses
pertumbuhan untuk memperoleh fungsi dan hubungan anatomis yang normal
• American Association of Orthodontist
Ortodonsia adalah ilmu yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan gigi
geligi & jaringan sekitarnya serta tubuh sejak janin sampai dewasa, dengan tujuan
mencegah dan memperbaiki keadaan gigi yang letaknya tidak baik untuk
mencapai hubungan fungsional serta anatomis yang normal.
Dari batasan-batasan diatas:
• Angle dan Noyes  lebih mengutamakan tindakan kuratif (memperbaiki dan
membetulkan letak gigi)
• 1923 – sekarang  tindakan preventif lebih diutamakan (tindakan pencegahan,
dgn cara mengontrol proses pertumbuhan), selain tindakan kuratif juga tetap
masih dikerjakan

ORTODONSIA (KULIAH ELS) | 2


Tujuan Perawatan Ortodontik
1. Mencegah terjadinya bentuk muka yang abnormal, yang disebabkan oleh
kelainan rahang dan gigi.
2. Mempertinggi fungsi pengunyahan
3. Mempertinggi daya tahan gigi terhadap karies
4. Menghindarkan perusakan gigi terhadap penyakit periodontal
5. Mencegah perawatan ortodontik yang berat pada usia yang lebih lanjut
6. Mencegah dan menghilangkan cara pernafasan abormal dan segi
perkembangan gigi-geligi
7. Memperbaiki cara bicara yang salah
8. Menghilangkan kebiasaan jelek
9. Mengoreksi sendi rahang yang abnormal
10. Menimbulkan rasa percaya diri yang besar.
Mencegah terjadinya bentuk muka yang abnormal
• Adanya kelainan rahang dan susunan gigi tidak teratur  bentuk muka tidak
harmonis & estetika kurang  perkembangan mental kurang sehat
• Contoh : deviasi rahang, protrusi bimaksilar, prognasi mandibula, gigi
berjejal, gigi maju/ mrongos/ protusif
•  dengan upaya pencegahan yang benar, cacat muka dapat dihindari
Mempertinggi fungsi pengunyahan
• Pengunyahan yang betul dan efisien dapat dicapai setinggi mungkin jika
susunan giginya baik, stabil dan seimbang, begitu juga hubungan rahangnya
• Jika gigi tidak teratur, atau lengkung gigi sempit
 mengakibatkan gerakan lidah tidak bebas
 penelanan yang salah
 menimbulkan kelainan lebih lanjut
Mempertinggi daya tahan gigi terhadap karies
• Adanya gigi berjejal  sisa makanan sulir dibersihkan  plak gigi naik
• Pengaruh laktobasillus  asam laktat  dekalsifikasi email dan dentin 
karies gigi
• Perawatan ortodontik  susunan gigi baik  mudah dibersihkan  daya
tahan ditingkatkan
Menghindarkan perusakan gigi terhadap penyakit periodontal
• Adanya plak gigi  gingivitis, periodontitis, sulkus periodontal, dental
pocket, para-dontosis
• Gigi berjejal  oklusi traumatis  kerusakan jaringan periodontal
Mencegah perawatan ortodontik yang berat pada usia yang lebih lanjut
• Pencegahan terhadap maloklusi, atau perawatan pada maloklusi yang ringan
lebih efektif dan bermanfaat daripada perawatan terhadap maloklusi yang
sudah terjadi

ORTODONSIA (KULIAH ELS) | 3


Mencegah dan menghilangkan cara pernafasan yang abnormal
• Adanya radang pada tonsila palatina (amandel), tonsila faringea (adenoid),
sinusitis Mencegah perawatan ortodontik yang berat pada usia yang lebih
lanjut bernafas melalui mulut  otot-otot pipi hipertonus
 pertumbuhan rahang ke arah lateral terhambat
 lengkung rahang dan lengkung pipi sempit
 gigi maju / protrusif
Memperbaiki cara bicara yang salah
• Orang yang mempunyai kebiasaan meletakkan lidah di antara lengkung
giginya  gigitan terbuka
•  proses pembentukan suara (artikulasi) terganggu  pengucapan kata / cara
bicara salah
•  Dengan perawatan ortodontik untuk mengoreksi maloklusinya  cara
bicara diperbaiki
Menghilangkan kebiasaan jelek
• Adanya kebiasaan jelek (bad habit) dapat menimbulkan maloklusi baru atau
memperberat kelainan yang sudah ada
•  Dengan melakukan perawatan ortosontik
 Kebiasaan jelek dapat dihilangkan
 akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kebiasaan jelek dapat dikoreksi
Memperbaiki persendian rahan yang abnormal
• Adanya infeksi pada sendi rahang dan kebiasaan mengunyah satu sisi 
deviasi rahang  cacat muka
Perawatan ortodontik  koreksi sendi rahang
• Menumbuhkan percaya diri yang besar
Perawatan ortodontik koreksi malpklusi  gigi tersusun rapi  percaya
diri tumbuh
Istilah-istilah dalam ortodonsia
A. Hubungan gigi-gigi RA dan RB
1. Oklusi yaitu hubungan antara gigi-gigi RA dan RB dimana terdapat kontak
sebesar-besarnya antara gigi-gigi tersebut. Oklusi normal yaitu hubungan
yang harmonis antara gigi-gigi di rahang yang sama dengan gigi rahang
yang berlainan. Gigi-gigi dalam kontak sebesar-besarnya dan kondilus
mandibularis terdapat dalam fossa glenoidea.
Oklusi normal meliputi hal-hal kompleks :
a. Kedudukan gigi rahang atas & rahang bawah dalam posisi normal
b. Fungsi yang normal dari jaringan dan otot-otot pengunyah
c. Hubungan persendian yang normal
2. Maloklusi yaitu suatu penyimpangan gigi-gigi dari posisi normal yang
mengganggu fungsi yang sempurna dari gigi-geligi

Klasifikasi Dr. EH. Angle dan Lischer

ORTODONSIA (KULIAH ELS) | 4


• Dr. EH. Angle membagi hubungan gigi menjadi Klas I, Klas II dan Klas III,
sedangkan Lischer membagi hubungan gigi menjadi netroklusi, distoklusi
dan mesioklusi
A. Netroklusi (Klas I Angle)
B. Distoklusi (Klas II Angle)
C. Mesioklusi (Klas III Angle)
Netroklusi (Klas I Angle)

Distoklusi (Klas II Angle)

Mesioklusi (Klas III Angle)

Overjet(jarakgigit)

Overbite (tumpang gigit)

ORTODONSIA (KULIAH ELS) | 5


Anterior crossbite

Lingual crossbite

ORTODONSIA (KULIAH ELS) | 6


Buccal crossbite & Complete lingual c.b.

Lingual c.b. & Complete lingual c.b

B. Istilah untuk hubungan rahang terhadap tulang dasar kepala (basis


cranii)
Terdapat 3 bidang sebagai pedoman
• a. Bidang sagital (bidang garis tengah) :
1. Kontraksi
2. Distraksi
• b. Bidang horisontal Frankfurt :
1. Atraksi
2. Abstraksi
• c. Bidang transversal (bid. Orbital / Simon) :
1. Protraksi / Protrusi
RA : Protraksi / Protrusi maksila
RB : Protrusi mandibula / Prognasi / Progeni
RA + RB : Protrusi bimaksilar
2. Retraksi / Retrusi
RA : Retraksi / retrusi maksila
RB : Retraksi / retrusi mandibula / Retrognasi

ORTODONSIA (KULIAH ELS) | 7


C. Istilah untuk menyatakan malposisi gigi individual terhadap tulang
basal
Harus diperhatikan hal-hal sbb :
1. Hubungan gigi tersebut dengan gigi lainnya pada rahang yang sama
2. Hubungan gigi tersebut dengan gigi lainnya pada rahang yang berbeda
3. Posisi gigi tersebut dengan kontralateralnya (gigi sejenis) pada rahang yang
sama
4. Posisi aksis / sumbu gigi terhadap aksis tulang alveolar

Macam-macam malposisi gigi individual


a. Elongasi / ekstrusi / supraversi / supraklusi
b. Depresi / intrusi / infraversi / infraklusi
c. Transversi :
mesioversi distoversi
bukoversi linguoversi
labioverssi palatoversi
transposisi rotasi / torsiversi
Rotasi / torsiversi / gigi terputar
Untuk mendiagnosis posisi gigi yang torsiversi harus dilihat :
Tepi / sisi mana dan ke arah mana gigi tersebut terputar
Contoh :
• Mesiolabiotorsiversi : tepi mesial gigi terputar ke arah labial
Catatan :
• Mesiolabiotorsiversi tidak sama dgn
Mesiolabioversi

a. mesioversi
b. distoversi
c. bukoversi
d. palatoversi
e. labioversi
f. transposisi
g. mesiolabiotorsiversi
h. distopalatorsiversi

ORTODONSIA (KULIAH ELS) | 8


ORTODONSIA (KULIAH ELS) | 9
MACAM-MACAM PERAWATAN ORTHODONSI
Oleh: drg. M. Shulchan A, Sp, Ort
Editor : Melania Rizky

Perawatan Ortodontik
A. Menurut waktu perawatan dan tingkatan maloklusi
1. Ortodontik preventif / pencegahan
2. Ortodontik interseptif
3. Ortodontik kuratif
B. Menurut periode perawatan :
1. Periode aktif
2. Periode pasif
C. Menurut cara pemakaian alat
1. Alat lepasan / Removable Appliance
2. Alat cekat / Fixed Appliance
A.1. Ortodontik Preventif
Ortodontik preventif, yaitu segala tindakan yang menghilangkan segala
pengaruh yang dapat merubah jalannya perkembangan normal agar tidak terjadi
malposisi gigi dan hubungan rahang yang abnormal. Ortodontik preventif ada prenatal
dan postnatal.
a. Prenatal
Pada waktu anak masih dalam kandungan ➔ nutrisi ibu harus baik karena
penting untuk pertumbuhan janin ➔ harus cukup Kalsium, Fosfor, Fluor dan
vitamin-vitamin A, B, C, serta D.
b. Post natal
Setelah lahir ➔ nutrisi harus baik agar pertumbuhan & perkembangannya
normal.

Contoh :
- Sebelum gigi tumbuh kebersihan mulut dijaga, apabila ada sisa air susu atau
sisa makanan dapat mengiritasi mukosa mulut ➔ peradangan
- Pemberian susu dengan botol ➔ pemilihan dot yang tepat ➔ tidak
menganggu pertumbuhan rongga mulut
- Anak dijaga dari kebiasaan jelek, misalnya menghisap ibu jari karena dapat
menyebabkan kelainan
- Setelah gigi tumbuh kebersihan rongga mulut harus dijaga
- Anak diajari menyikat gigi dengan benar
- Diperiksakan ke dokter gigi secara periodik
- Penambahan gigi yang karies, topikal aplikasi F
- Pencabutan gigi desidui yang sudah goyah / waktunya ganti gigi permanen
- Pemberian space maintainer pada bekas gigi yang hilang sebelum waktunya
(prematur loss), dll.
A.2. Ortodontik Interseptif
• Ortodontik interseptik, yaitu tindakan perawatan ortodontik pada maloklusi
yang telah mulai tampak, untuk mencegah agar maloklusi yang ada tidak
berkembang menjadi parah.

MACAM-MACAM PERAWATAN ORTHODONSI | 10


• Ortodontik interseptif dilakukan pada periode campuran (mixed dentition)
pada usia ± 6-12 tahun.
• Contoh :
- Pemberian space regainer pada ruangan yang menyempit akibat
penggeseran gigi
- Pencabutan terencana (serial extraction) pada slight crowding gigi
anterior
- Ekspansi secara cepat (rapid expansion) pada rahang yang sempit
A.3. Ortodontik Kuratif/Korektif
• Ortodontik kuratif / korektif yaitu tindakan perawatan pada maloklusi yang
telah terjadi.
• Gigi-gigi yang malposisi digeser ke posisi normal dengan tekanan mekanis
yang dihasilkan oleh alat ortodontik.
• Ortodontik kuratif dilakukan pada periode gigi permanen.

MACAM-MACAM PERAWATAN ORTHODONSI | 11


KECACATAN DAN KETIDAKMAMPUAN (IRK)
Oleh: drg. M Sulchan A, Sp. Ort
Editor: Dena Chantika Arsarini

CACAT
Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau
mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagiinya
untuk melakukan secara selayaknya (UU RI No 4 Th 1997)
Ada 3 jenis cacat
- Cacat fisik
- Cacat mental
- Cacat fisik dan mental

AKSESIBILITAS
Adalah kemudahan yang disediakan bagi penyandang cacat guna mewujudkan
kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan

REHABILITASI
Adalah proses refungsionalisasi (kemampuan fisik, mental, dan social) penyandang
dan pengembangan untuk memungkinkan penyandang cacat mampu melaksanakan
fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat (sesuai bakat,
kemampuan, Pendidikan, dan pengalaman)
Ada 3 jenis rehabilitasi
- Rehabilitasi medik
- Rehabilitasi Pendidikan
- Rehabilitasi pelatihan
- Rehabilitasi social

BANTUAN SOSIAL
- Pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial → perlindungan dan pelayanan terus
menerus
- Upaya peningkatan kesejahteraan sosial berasaskan keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, manfaat, kekeluargaan, adil dan merata,
keseimbangan, keserasian dan keselarasan dalam perikehidupan, hukum,
kemandirian, dan ilmu pengetahuan dan teknologi → tujuan kemandirian dan
kesejahteraan
- Kesempatan, hak dan kewajiban → sama → aksesibilitas ; kewajiban sesuai
kecacatan dan kemampuan

ASAL KECACATAN
1. Cacat yang merupakan pembawaan dari lahir
2. Cacat yang timbul akibat sakit yang diderita

• “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-


baiknya.” (At-Tiin:4)

KECACATAN DAN KETIDAKMAMPUAN (IRK) | 12


• “Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan
menjadikan mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia
menyusun tubuhmu.” (Al-Infithaar:7-8)
• “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan , Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Al-Israa’ : 70)
• “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan , maka
sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes
mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada
kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu
yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian
kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan
dan di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak
mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat
bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah
bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan
yang indah.” (Al-Hajj:5)

Keadaan cacat sangat menganggu penderita baik secara fisik maupun psikis. Syariat
membolehkan si penderita menghilangkan cacat, memperbaiki, atau mengurangi
gangguan dengan cara operasi.
Operasi kecantikan yang memang diubutuhkan guna menghilangkan gangguan,
hukumnya boleh dilakukan dan tidak termasuk merubah ciptaan Allah.

a. Operasi/Bedah
- Operasi medis → kemaslahatan, manfaat dan kesehatan tubuh.
- Memperbaiki dan memulihkan fungsi organ yang rusak (karena bawaan atau
kecelakaan/sakit) → menjaga kehidupan, menghindari dari yang
membinasakannya.
- Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa:
barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka
bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan
barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-
olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya
telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa)
keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka
sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di
muka bumi (QS. Al-Maidah : 32)
b. Operasi Plastik
- Operasi thd bagian tubuh (yg terlihat) karena gangguan fungsional→ berobat
Termasuk operasi bibir sumbing, luka bakar (non darurat)→menghilangkan
halangan utk menjalani kehidupan sosial.
- Operasi terhadap bagian tubuh non fungsional (operasi plastik
estetika)→diperindah bentuknya→ HARAM

KECACATAN DAN KETIDAKMAMPUAN (IRK) | 13


- “Berobatlah wahai hamba Allah karena sesungguhnya Allah ‘azza wa jaa
tidak menurunkan suatu penyakit kecuali ia turunkan juga obatnya, kecuali
satu penyakit (penyakit tua=pikun)” (HR. Ahmad al-Turmudzi, Abu Dawud
dan Ibn.Majah).
- “ dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan
angan-angan kososng pada mereka dan akan menyuruh mereka benar-benar
memotongnya, dan akan aku suruh mereka (merubah ciptaan Allah), lalu
benar-benar mereka merubhnya” Siapa saja yang menjadikan syaitan
menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian
yang nyata” (QS.An-Nisa’:119)
- Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat
kesombongan walaupun sebesar debu. Ada seseorang yang bertanya
bagaimana dengan seseorang yang suka memakai baju dan sandal yang
bagus?” Beliau menjawab : “Sesungguhnya Allah itu Indah dan menyukai
keindahan. Sombong itu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain”
(HR.Muslim).
- Dari Hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ra Nabi saw bersabda: Allah
swt melaknat orang yang membuat tato dan yang melaksanakannya, orang
yang mencabuti bulu-bulu di wajahnya, orang yang mengkikir giginya agar
renggang dan kelihatan indah dan yang merubah ciptaan Allah.
Hadits diatas menjelaskan bahwa laknat tidak akan diperuntukkan kecuali
untuk hal yang haram maka rekayasa dengan maksud merubah ciptaan Allah
adalah diharamkan.
- Larangan merubah ciptaanNya juga beraku untuk orang-orang yg membantu
pelaksanaannya. → kaidah fiqhiyyat: “Apa yang mendorong terlaksananya
keharaman maka hukumnya haram”

Beberapa syarat dibolehkannya rekayasa kesehatan yaitu:


1. Hendaklah si Penderita benar-benar membutuhkan pengobatan tersebut
2. Hendaklah ada izin dari si Penderita atau wali darinya untuk rekayasa
tersebut.
3. Hendaklah seorang Dokter tersebut telah berpengalaman dan begitu juga
dengan para pembantunya
4. Hendaklah si Dokter telah memperkirakan dengan rekayasa tersebut akan
berhasil dan mampu menyelamatkan si Penderita dan tidak
membahayakannya.
5. Hendaknya telah memastikan tidak ada lagi cara lain yang lebih ringan dari
rekayasa tersebut.
6. Hendaknya tidak menimbulkan bahaya yang lain yang bahkan lebih besar dari
penyakit yang diderita olehnya. Hal ini sesuai dengan kaidah “ Sebuah bahaya
tidak bisa dihilangkan dengan mendatangkan bahaya yang lain.”

KECACATAN DAN KETIDAKMAMPUAN (IRK) | 14


ETIOLOGY OF MALOCCLUSION
Oleh: drg. Puspitarini Nindya Sp.Ort
Editor: Rafika Sifana

- Etiologi maloklusi merupakan studi tentang sebab atau akibat. Secara umum
maloklusi disebabkan faktor genetik atau faktor lingkungan.
- Etiologi maloklusi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebab suatu
maloklusi yang dapat terjadi karena satu dari kemungkinan penyebabnya
(Bhalajhi, 2004).
- Manajemen ortodonti secara komprehensif termasuk identifikasi kemungkinan
faktor etiologi dan suatu upaya untuk mengeliminasi
- Pengetahuan tentang etiologi berguna dalam penentuan maloklusi untuk
mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat (Bishara, 2001).
- Perkembangan gigi geligi dan oklusi yang normal terkait dengan faktor2 yaitu
dentoalveolar, skeletal, dan neuromuscular.
- Membatasi kemungkinan faktor etiologi sangatlah sulit (Bhalajhi, 2004).

KLASIFIKASI ETIOLOGI MALOKLUSI


Menurut Moyer

Adapun klasifikasi menurut Moyer yaitu:

- Herediter, yang terdiri dari 1)Sistem neuromuskuler, 2) Tulang, 3) Gigi, 4)


Jaringan lunak
- Gangguan perkembangan yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik)
- Trauma, yang terbagi menjadi: )Trauma pre natal , 2) Trauma post natal
- Agen fisik, contohnya: 1) Pencabutan gigi decidui yang terlalu awal (Prematur
loss), 2) Kebiasaan makan (misal makan satu sisi)
- Kebiasaan buruk, contohnya: 1)Menghisap ibu jari, 2) Tongue thrusting, 3) Lip
sucking dan menggigit bibir, 4) Postur, 5) Menggigit jari/kuku, 6) Kebiasaan
lainnya
- Penyakit, contohnya: Penyakit sistemik, 2) Penyakit endokrin, 3) Penyakit lokal:
Penyakit nasofaring dan gangguan respirasi, penyakit gingiva dan periodontal,
tumor, karies
- Malnutrisi

ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 15
Menurut White dan Gardner

- Abnormalitas berdasarkan dental, contohnya:


1) Malrelasi antero-posterior,
2) Malrelasi vertical
3) Malrelasi lateral
4) Disproporsi antara ukuran tulang dan gigi,
5) Abnormalitas kongenital

- Abnormalitas pre erupsi, contohnya:


1) Posisi benih gigi yang abnormal,
2) Kehilangan gigi
3) Supernumerary teeth atau bentuk gigi yang tidak normal
4) Prolonged retention gigi decidui (gigi decidui belum tanggal tetapi gigi
permanen belum tumbuh. Persistensi: gigi decidui belum tanggal tapi gigi
permanen sudah tumbuh)
5) Frenulum labial yang besar (menyebabkan diastema central)
6) Traumatic injury

- Abnormalitas post erupsi, contohnya:


1) Muskular,
2) Premature loss gigi decidui
3) Pencabutan gigi permanen (menyebabkan mesial drifting gigi permanen di
belakangnya)

Menurut Graber

Graber mengklasifikasikan etiologi maloklusi menjadi 2 yaitu

1. faktor loca: Faktor lokal menyebabkan efek maloklusi pada sebatas satu atau
dua gigi yang berdekatan atau gigi lawannya
2. faktor general: Faktor general berefek pada tubuh secara keseluruhan dan
memiliki efek yang besar terhadap struktur dento-facial.

ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 16
A. Faktor General
1) Herediter
• Herediter berkontirbusi menjadi salah satu penyebab maloklusi.
• Anak mewarisi material genetic dari kedua orang tua nya. Selain itu ras,
suku, etnis juga dapat mempengaruhi bentuk dentofasial
• Sifat bawaan dari orang tua dapat diturunkan yaitu ukuran gigi :
Ukuran gigi diturunkan berdasarkan gen. Kondisi abnormal misalnya:
➢ mikrodontia/ makrodontia,
➢ dimensi lengkung gigi,
➢ Adanya crowding/spacing,
➢ Bentuk gigi yang abnormal: peg shaped,
➢ jumlah gigi yang abnormal: anodontia (tidak ada benih gigi),
oligodontia (tidak ada benih gigi >6 gigi), hipodonsia (tidak ada
benih gigi <6 gigi)
➢ Overjet,
➢ Variasi inter-arch
➢ Frenulum : ukuran, bentuk
➢ Posisi: diastema central

ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 17
2) Kongenital
Kongenital: tampak setelah lahir. Abnormalitas mulai saat ada pembuahan
tetapi tidak terdeteksi
Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan maloklusi dibedakan menjadi:
• Faktor general
Keadaan yang abnormal dari ibu selama kehamilan, malnutrisi,
endokrinopati, penyakit infeksi, gangguan metabolik dan nutrisi, kecelakaan
selama kehamilan, tekanan intra-uterine, trauma pada fetus akibat tekanan
eksternal.
• Faktor local
Perkembangan rahang yang abnormal akibat posisi intra-uterine, cleft pada
palatum dan wajah, macroglossia dan microglossia, cleidocranial dysostosis
(tidak ada tulang clavicula).

ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 18
3) Lingkungan
a. Pre natal (trauma, maternal fibroid, kekurangan cairan amniotik,
maternal diet dan metabolisme, infeksi german measles, penggunaan
obat selama hamil→thalomide→ cleft palate, kedudukan fetus dalam
uterus). Contoh lain adalah pengguanaan obat tetrasiklin dapat
menyebabkan diskolorasi warna hijau pada gigi.
b. Post natal: faktor yang dapat mempengaruhi setelah anak dilahirkan
hingga dewasa
 Birth injury → forceps delivery
 Cerebral palsy→ kehilangan keseimbangan atau inkoordinasi
otot
 Tmj injury
 Milwaukee braces → untuk perawatan scoliosis, pemakaian
jangka panjang dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan
mandibular

4) Keadaan metabolik tubuh dan penyakit


a. Ketidakseimbangan kelenjar endokrin

ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 19
b. Penyakit infeksi

ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 20
Syphilis kongenital: hutchinson’s teeth

5) Malnutrisi
• Selama kehamilan harus tercukupi calcium, phosphor, vit. A, vit. C dan vit.
D
• Nutrisi baik untuk perkembangan janin
• Kekurangan salah satu zat nutrisi dapat berpengaruh terhadap maloklusi

6) Kebiasaan buruk (bad habit)


Kebiasaan buruk (bad habit) yang menimbulkan tekanan abnormal, yaitu
• Kebiasaan menghisap yang abnormal
• Menghisap ibu jari : openbite
• Tongue thrusting dan tongue sucking : openbite
• Menggigit bibir dan kuku
• Kebiasaan menelan yang abnormal
• Speech defects
• Kelainan respirasi (pembengkakan tonsil, mouth breathing)
• Tonsil dan adenoid
• Psikogenik dan bruxism
• Postur

7) Orofacial function and development


▪ Perkembangan dental dan skeletal orofacial terkait erat dengan
perkembangan fungsi orofacial. Komponen neuromuscular pada bayi baru
lahir, fungsi dasarnya:
 Feeding
 Pernafasan
 Kebutuhan emosional bayi (secara naluriah bisa menghisap)
 Lidah, bibir, palatum : sucking reflex : infantile swallow (penelanan
pada bayi)
▪ Ada deviasi dari kondisi normal menyebabkan prolonged retrntion,
perkembangan abnormal rahang dan gigi
▪ Habit adalah kebiasaan yang dilakukan secara berulang dan bagian dari
pikiran bawah sadar karena dilakukan sehari hari (subconscious mind)

ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 21
▪ Kebiasaan orofacial berpengaruh terhadap struktur orofacial karena
dilakukan berulang dan durasi yang lama

Ketika bayi menghisap, lidah tidak dibatasi oleh gigi sehingga lidah akan menjulur ke
depan. Bila kebiasaan tersebut berlangsung terus menerus dapat menyebabkan
terjadinya maloklusi

ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 22
Klasifikasi kebiasaan orofacial

i. Tekanan intrinstik
 Thumb sucking
 Finger sucking
 Tongue thrust swallow
 Mouth breathing
 tongue, lip, cheek, blanket-sucking
 Nail, lip, tongue biting
 Macroglossia, overgrowth of the tongue
 Incorrect swallowing, anaesthesia throat.

ii. Tekanan ekstrinsik→ penggunaan bantal yang salah


iii. Tekanan fungsional→ maloklusi yang tampak pada musisi. Misal karena
memainkan alat music seperti seruling, biola, terompet, dll.

a. Thumb sucking

Ciri khas thumb sucking yaitu terdapat callus.

b. toungue thrusting
 Terjadi karena prolonged thumb sucking dan retained infantile swallow
 Transisi infantile swallow→ mature swallow diikuti menjulurkan lidah
 Makroglosia
 Adenoid and tonsil mencegah blocking oropharynx
 Hipersensitive palate

ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 23
c. Mouth breathing
 Umumnya karena ada obstruksi saluran pernafasan.
 Dapat bersifat sementara/ permanen
 Alergi
 Pembesaran tonsil dan adenoid
 Deviasi septum nasal
 Polip nasal
 Pembesaran nasal turbinates

d. Mouth breathing
Menyebabkan long face syndrome & vertical maxillary excess.
Penampakan klinis:
 Postur bibir inkompeten
 Gummy smile (gigi anterior tampak berlebih, gusi terlihat turun. Bila
tersenyum gusinya terlihat)
 Hidung tampak lebih flat, nostril kecil & kurang berkembang
 Steep mandibular plane
 Crossbite posterior
 Postur mulut terbuka
 Bibir atas pendek, dan full bibir bawah
 Lengkung rahang RA berbentuk V shaped
 Hubungan skeletal klas II
 Gingivitis gigi anterior RA. Berawal dari xerostomia sehingga bisa
menyebabkan gingivitis.

8) Postur tubuh
 Sikap tubuh dgn mengangkat bahu ke atas → deep overbite
 Sikap kepala yg selalu menunduk → retrusi mandibular

ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 24
9) Trauma
a. Prenatal
 Berhubungan dengan hypoplasia mandibula, asimetri wajah. – postur dari
fetus, macam-waktu-keparahan dari jenis trauma berperan penting dalam
efek yg dihasilkan
 Pada saat melahirkan – forceps → mengenai tmj → ankylosis
(penulangan) pada sendi → pertumbuhan mandibula terhambat
b. Postnatal
 Trauma mengenai dan merusak rahang dan gigi
 ex: dilaserasi, deformasi, displacement
 Perawatan orto : hati2 trauma pada gigi permanen 🡪 non-vital/resorpsi
akar parah/ankylosis 🡪 tidak dapat digerakkan

B. Faktor lokal
1) Anomali jumlah gigi
 Supernumerary : gigi ekstra yang morfologinya abnormal dan tidak
menyerupai gigi normal. Atau disebut mesiodens pada midline maksila.

 Suplemental teeth: gigi ekstra yang menyerupai gigi normal (regio


premolar dan incisivus lateral).

ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 25
2) Missing teeth
Frekuensi yang sering missing teeth:
 Molar ketiga
 Incisivus lateral maksila
 Premolar kedua mandibular
 Incisivus mandibular
 Premolar kedua maksila
 Tidak adanya benih gigi tersebut bisa unilateral atau bilateral. Missing
teeth dapat menyebabkan spacing, sehingga gigi-gigi migrasi, dapat juga
menyebabkan retained gigi
Desidui

3) Anomali ukuran gigi


 Ukuran gigi yang lebih besar daripada normal akan mengakibatkan
terjadinya crowding,
 Sedangkan ukuran gigi yang lebih kecil daripada normal akan
menyebabkan spacing.

ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 26
4) Anomali bentuk gigi
 Gigi yang berbentuk peg (terutama insisivus lateralis) akan
mengakibatkan spacing pada lengkung gigi dan migrasi gigi disekitarnya.
 Gigi yang memiliki cingulum terlampau besar akan menganggu overjet
dan overbite normal.
 Gigi yang mengalami dilaserasi tidak dapat erupsi mencapai ketinggian
normal, sehingga akan
Menimbulkan maloklusi.

5) Anomali frenulum labial


Frenulum labialis yang tebal dan perlekatannya mencapai papila interdental
dapat menyebabkan diastema pada insisivus sentral maksila.

6) Premature loss gigi decidui

 Gigi decidui anterior yang mengalami premature loss jarang


menimbulkan maloklusi. Gigi decidui molar yang mengalami premature
loss sebaliknya dapat menyebabkan gigi permanen bergeser ke mesial
menempati ruang kosong terebut sehingga menimbulkan maloklusi.
 Hilangnya gigi decidui yang terlalu awal juga dapat menyebabkan
defisiensi lengkung gigi, sehingga menjadi faktor penyebab terjadinya
crowding.

7) Prolonged retensi gigi decidui


Gigi decidui yang mengalami prolong retensi akan mengganggu erupsi gigi
permanen penggantinya. Gigi permanen tersebut akan erupsi lebih ke palatal,
lingual atau bukal sehingga mengakibatkan malposisi gigi.

8) Erupsi gigi permanen terlambat


Ada beberapa alasan yang menyebabkan gigi permanen terlambat erupsi,
yaitu factor kongenital, adanya supernumerary teeth, adanya penghalang
mukosa yang cukup kuat,premature loss, kelainan endokrin, dan adanya sisa
akar gigi desidui.

9) Arah erupsi yang abnormal


Penyebab maloklusi salah satunya adalah arah erupsi yang abnormal yang
dapat terjadi karena panjang lengkung kurang, adanya supernumerary teeth,
sisa akar gigi decidui, atau terbentuknya tulang. Caninus maksila yang paling
sering erupsi pada posisi abnormal.

ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 27
10) Ankilosis
Gigi yang mengalami ankilosis tidak dapat erupsi mencapai ketinggian
normal, sehingga menyebabkan infraoklusi.

11) Karies gigi


Karies gigi dapat menyebabkan migrasi gigi yang berdekatan (terutama pada
karies proksimal), inklinasi aksial yang abnormal dan supraoklusi gigi
antagonis.

12) Tumpatan gigi yang kurang baik


Restorasi yang over-contour dapat menyebabkan premature contact yang
dapat mengakibatkan functional shift pada mandibula. Restorasi yang under-
contour dapat menyebabkan supraoklusi gigi antagonis. Restorasi proksimal
yang under-contour dapat menyebabkan drifting pada gigi sebelahnya.

ETIOLOGY OF MALOCCLUSION | 28
DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS PERAWATAN
ORTHODONTI
Oleh : drg. Puspitarini Nindya Sp. Ort
Editor : Hanna Nidaa Syafira

DIAGNOSIS

Langkah pertama dalam diagnosis : harus memahami dahulu masalahnya dari awal
pasien datang. Setelah memahami masalah, langkah berikutnya yaitu membuat
perumusan masalah lalu melakukan pemeriksaan-pemeriksaan yang terkait dengan
masalah yang ada pada pasien → menginterpretasikan hasil pemeriksaan →
mendapatkan suatu diagnosis.

DIAGNOSIS KOMPREHENSIF
Saat ini, diagnosis ortodontik harus dilakukan berdasarkan beberapa metode
pemeriksaan. Komprehensif diagnosis merupakan kesimpulan dari fakta
terpenting. Diskusi mengenai etiologi, pemeriksaan klinis, fungsional, dan aspek
radiologis merupakan pertimbangan penting untuk diagnosis. Tetapi untuk kasus
tertentu metode pemeriksaan tambahan lain mungkin diperlukan (contoh : Perawatan
ortho → radiografi panoramic sefalometri). Kesalahan dalam mendiagnosis dapat
terjadi karena kesalahan interpretasi atau kurangnya informasi.

DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS PERAWATAN ORTHODONTI | 29


Bagian dari diagnosis komprehensif
1. Riwayat kasus
2. Pemeriksaan klinis
3. Analisis fungsional
4. Analisis Roentgen
5. Analisis foto profil → penting pada perawatan ortho
6. Pemeriksaan radiografi
7. Analisis model studi

PROSES DIAGNOSIS ORTODONTIK


Bhalajhi (2006) ada 2 jenis pemeriksaan yang harus dilakukan untuk menentukan
diagnosis ortodontik, yaitu
1. Pemeriksaan esensial → terdiri dari : anamnesis, pemeriksaan
klinis, analisis studi model, pemeriksaan radiografi, dan analisis foto profil
2. Pemeriksaan tambahan → merupakan bagian dari pemeriksaan pada
diagnostik ortodonthi yang tidak harus dipenuhi pada semua kasus maloklusi,
sehingga dokter gigi tidak diharuskan melakukan seluruh pemeriksaan
tambahan. Pemeriksaan tambahan tersebut meliputi radiografi tambahan,
pemeriksaan electromiograf aktivitas otot, radiografi pergelangan tangan
(Hand-wrist Radiograghy), tes endokrin, estimasi Basal Metabolic Rate
(BMR), diagnostic set up, occlusogram.

Hand-wrist radiography → melakukan radiografi pergelangan tangan pasien untuk


mengetahui tingkat kematangan tulang kraniofasial sebelum melakukan perawatan

DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS PERAWATAN ORTHODONTI | 30


Diawali dengan melakukan initial diagnosis (mengetahui etiologi, anomalinya)
setelah itu baru bisa mengetahui diagnosis dan prognosisnya → melakukan initial
therapy → melanjutkan diagnosis → melakukan terapi → mendapatkan diagnosis
final.

Dalam melakukan diagnosis dan rencana perawatan dokter gigi harus :


1. Mengetahui berbagai macam karakteristik maloklusi dan deformitas
dentofasial
2. Mendefinisikan masalah, termasuk kemungkinan etiologi
3. Mendesain startegi perawatan berdasarkan kebutuhan dan keinginan spesifik
individual (mengutamakan chief complaint)

Hasil perawatan ortodontik yang maksimal dapat diperoleh dengan


kemampuan mendiagnosis yang tepat. Klasifikasi maloklusi memegang peranan
penting sebagai pedoman dalam menentukan diagnosis dan prosedur perencanaan
perawatan ortodontik. Klasifikasi adalah pengelompokan maloklusi dan
malrelasi berdasarkan ciri-ciri yang sama sehingga dapat memudahkan
pembahasan dalam sudut pandang yang sama (Singh, 2007).
Bhalajhi (2006) menyatakan bahwa manfaat klasifikasi maloklusi adalah
untuk membantu melakukan diagnosis dan menentukan rencana perawatan,
mempermudah visualisasi dan memahami masalah yang berhubungan dengan
maloklusi, mempermudah komunikasi, dan mempermudah dalam
membandingkan berbagai tipe maloklusi.

MALOKLUSI

Maloklusi adalah oklusi yang menyimpang dari bentuk standar tetapi masih diterima
sebagai bentuk normal (tapi tidak ideal). Disebabkan oleh ketidakseimbangan
komponen dentofasial, sehingga maloklusi adalah ketidaknormalan atau kelainan
oklusi.

gambar maloklusi yang ideal

GOLONGAN MALOKLUSI
Dental dysplasia
• Maloklusi bersifat dental (berkaitan dengan gigi saja)
• 1 gigi/ lebih dalam 1 atau 2 rahang dalam hubungan abnormal satu dengan
yang lain
• Hubungan RA dan RB normal

DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS PERAWATAN ORTHODONTI | 31


• Keseimbangan muka dan fungsi normal
• Perkembangan muka dan pola skeletal baik

Skeletal dysplasia
o Berkaitan dengan skeletal
• Hubungan anteroposterior RA dan atau RB terhadap basis cranium tidak
normal
• Hubungan RA dan RB tidak normal
• Posisi gigi dalam lengkung gigi baik / normal

Skeletodental dysplasia
• Tidak hanya gigi yg abnormal tapi juga meliputi skeletal.
• Hubungan RA terhadap RB dapat > maju atau > mundur
• Hubungan rahang terhadap mandibula tidak normal
• Fungsi otot : Normal/Tidak Normal
• bergantung macam kelainan dan tingkat keparahan

KLASIFIKASI MALOKLUSI
Tujuan : Untuk menggolongkan maloklusi mandibula kelompok-kelompok dimana
tiap-tiap kelompok memiliki sifat-sifat khas yang mudah ditandai dan mempunyai
variasi yang pokok.
Maksud :
o Memudahkan analisis etiologi
o Rencana perawatan dan prognosis tiap-tiap kelompok

Secara garis besar ada 3 tipe maloklusi :


1. Dalam lengkung (intra-arch)
a. Variasi posisi gigi individual, dapat mempengaruhi susunan gigi
dalam lengkung rahang
b. Malposisi gigi individual, dapat berupa inklinasi → tipping
c. Perpindahan posisi gigi, spacing dan crowding

DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS PERAWATAN ORTHODONTI | 32


(A) distal inklinasi (B) mesial inklinasi (C) palatal inklinasi (D) labial inklinasi (E)
mesial displacement (F )distal displacement
note :
tipping : pergerakan gigi dimana gigi yang miring dapat ditegakkan dan gigi
yang tegak dapat dimiringkan (mahkota gigi yang bergerak)
rotasi : gerakan gigi berputar
supraversi : keadaan di mana gigi lebih tinggi dari garis oklusi.
infraversi : keadaan di mana gigi lebih rendah atau tidak mencapai bidang
oklusi.
transposisi : bertukar tempat

2. Antar lengkung (inter- arch)


Hubungan satu atau beberapa gigi yang malposisi pada satu lengkung gigi
terhadap lengkung antagonisnya.
o Dapat terjadi pada :
o Bidang Sagital yaitu :
o 1) oklusi pra normal → posisi mandibula lebih ke anterior daripada
oklusisentrik
o 2) oklusi post normal → posisi mandibula lebih ke distal saat
oklusisentrik
o Bidang Vertikal yaitu : deep bite dan open bite
o Bidang Transversal → crossbite

Overjet → melihat hubungan anteroposterior

3. Skeletal
o abnormalitas maksila, mandibula atau kedua-duanya

rahang tumbuh berlebih → prognatik, rahang tumbuh kurang dari normal →


retrognatik.

KLASIFIKASI ANGLE
Dasar : Hubungan mesiodistal yang normal antara gigi geligi RA & RB.
Sebagai kunci oklusi : digunakan gigi Molar pertama RA.
Dasar pemilihan :
a. Merupakan gigi terbesar.
b. Gigi permanen yang tumbuh dalam urutan pertama.
c. Tidak menggantikan gigi desidui
d. Bila ada pergeseran gigi M1 akan diikuti pergeseran poros gigi lainnya.
e. Jarang mengalami anomali

KLAS I ANGLE
Maloklusi kelas I adalah hubungan maloklusi dengan posisi gigi molar pertama
permanen rahang atas berada dalam relasi yang normal dengan gigi molar pertama
permanen rahang bawah sehingga sering disebut neutro-oklusi

DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS PERAWATAN ORTHODONTI | 33


Karakteristik:
a. Tonjol mesiobukal gigi Molar pertama RA terletak pada celah bagian bukal
(buccal groove) gigi Molar pertama RB.
b. Gigi Caninus RA terletak pada ruang antara tepi distal gigi Caninus dan tepi
mesial P1 RB
c. Tonjol mesiolingual M1 RA beroklusi pada fossa central M1
Jenis maloklusi yang terdapat pada maloklusi Angle klas I :
a. Gigi depan berjejal
b. Gigi rotasi, linguoversi dsb
c. Lengkung gigi terlalu sempit atau terlalu lebar
d. Gigitan terbalik (klas I Angle dengan gejala klas III)

KLAS II ANGLE
Hubungan molar pertama tetap rahang atas terletak lebih ke mesial daripada molar
pertama tetap rahang bawah atau puncak tonjol mesiobukal gigi molar pertama tetap
rahang atas letaknya lebih ke anterior daripada buccal groove gigi molar pertama
tetap rahang bawah.
Karakteristik :
- Tonjol mesiobukal M1 RA terletak pada ruangan di antara tonjol
mesiobukal M1 dan tepi distal tonjol bukal gigi P2 RB
- Tonjol mesiolingual gigi M1 RA beroklusi pada mandibula dari tonjol
mesiobukal gigi M1 dan tepi distal tonjol bukal P2 RB
- Lengkung gigi di mandibulr dan mandibulanya sendiri terletak dalam
hubungan yang lebih ke distal terhadap lengkung gigi di maksila, sebanyak:
0,5 lebar mesiodistal M1 dan Selebar mesiodistal P.

DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS PERAWATAN ORTHODONTI | 34


KLAS II ANGLE DIVISI 1
o Mandibula dalam posisi distal over jet >> besar
o Gigi depan atas protrusif
o Lengkung gigi atas sempit
o Diastemata gigi anterior
o Gigi depan bawah supraversi – palatal bite
o Deep over bite
o Kedudukan bibir abnormal

klas II div 1

KLAS II ANGLE DIVISI 2


Jika gigi-gigi anterior di RA inklinasinya tidak ke labial (retrusif I central RA)
o RA tidak begitu sempit
o Inklinasi gigi I1 RA vertikal/ palatinal
o Inklinasi gigi I2 RA ke labial, atau labiotorsiversi
o Steep bite– deep overbite, hampir menutupi seluruh permukaan labial gigi
bawah
o Kedudukan bibir normal
o Fungsi hidung normal
o tidak ada kelainan muka yang mencolok

klas II div 2

KLAS II ANGLE SUB DIVISI


Bila relasi klas II hanya terdapat pada 1 sisi / unilateral

contoh yang kanan klas II yang kiri Klas I

DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS PERAWATAN ORTHODONTI | 35


KLAS III ANGLE
Gigi molar pertama tetap rahang atas terletak lebih ke distal dari gigi molar pertama
tetap rahang bawah atau puncak tonjol mesiobukal gigi molar pertama tetap rahang
atas letaknya lebih ke posterior dari buccal groove gigi molar pertama tetap rahang
bawah.

Karakteristik :
o Tonjol mesiobukal gigi M1 RA beroklusi dengan bagian distal tonjol distal
M1 dan tepi mesial tonjol mesial gigi M2 RB.
o Relasi gigi anterior → bisa gigitan silang / gigitan terbalik cross bite anterior
o Lengkung gigi mandibula dan mandibulanya sendiri terletak dalam hubungan
yang lebih mesial terhadap lengkung gigi maksila
o Tonjol bukal M1 RA beroklusi pada ruangan interdental antara bagian distal
gigi M1 dengan tepi mesial tonjol mesial gigi M2 RB.

Sub Divisi
o Bila relasi klas III hanya terdapat pada 1 sisi / unilateral.

Tipe Klas III Angle:


Tipe I :
- Lengkung gigi, gigi-gigi normal
- Edge to edge bite (incisal incisivus RA RB saling bertemu, overjet 0)
- Lengkung gigi mandibula bergerak ke depan secara bodily
Tipe 2 :
- Insisivi RB berjejal
- Terdapat relasi lingual terhadap insisivi RA
Tipe 3 :
- Lengkung maksila, < berkembang (retrognatik)
- Insisisi RA berjejal
- Lengkung gigi, gigi geligi mandibula normal

TRUE CLASS III


Relasi : tonjol mesiobukal M1 RA beroklusi dengan celah interdental antara M1 dan
M2 RB
Maloklusi bersifat genetik yaitu oleh karena :
o Pertumbuhan mandibular yang berlebihan
o Mandibula yang lebih ke anterior
o Kurangnya pertumbuhan maksila
o Maksila yang lebih ke posterior
o Kombinasi antar keduanya

DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS PERAWATAN ORTHODONTI | 36


PSEUDO CLASS III
o Yaitu terdapat gejala seperti klas III yang ditandai dengan gerakan mandibular
ke anterior pada waktu menutup mulut → klas III postural atau habitual
o Penyebab:
o Oklusi prematur → mandibula lebih maju
o Pergerakan mandibular ke anterior supaya terjadi kontak pada bagian Anterior
(kasus prematur loss gigi desidui posterior)

MODIFIKASI LISHER’S TERHADAP KLASIFIKASI ANGLE


a. Klas I Angle = Neutro Oklusi
b. Klas II Angle = Disto Oklusi
c. Klas III Angle = Mesio Oklusi

KLAS I ANGLE MODIFIKASI DEWEY


Menurut Dewey Maloklusi Klas I Angle dibagi menjadi 5 tipe:

1. Tipe 1 yaitu gigi anterior berjejal (crowding)

Relasi molarnya klas I

2. tipe 2 yaitu gigi insisivus maksilaris labioversi (proklinasi/protrusif)

3. tipe 3 yaitu gigi insisivus maksilaris terdapat pada posisi linguoversi


dari insisivus mandibularis gigitan bersilang anterior (crossbite
anterior)

DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS PERAWATAN ORTHODONTI | 37


4. tipe 4 yaitu gigi molar/premolar bukoversi atau linguoversi, tetapi gigi
insisivus dan kaninus dalam posisi normal (crossbite posterior)

5. tipe 5 yaitu gigi molar permanen mengalami pergeseran ke mesial


(mesial drifting) akibat gigi M2 desidui/ P2 tanggal lebih awal

KLASIFIKASI DEWEY Modifikasi Klas III Angle


1. Tipe 1 : Lengkung gigi RA dan RB normal, tetapi apabila dioklusikan,
terjadi edge to edge pada gigi insisivus yang menyebabkan mandibula maju
ke depan
2. Tipe 2 : Insisivus mandibula berjejal dan berada pada relasi lingual terhadap
insisivus maksila
3. Tipe 3 : Insisivus maksila berjejal dan dalam relasi crossbite dengan gigi
anterior mandibular

KLASIFIKASI SKELETAL MENURUT SALZMANN


Skeletal Klas I : Merupakan maloklusi dental murni, terdapat kehrmonisan tulang
wajah, rahang dan kepala
Profil : Orthognatik, ada 4 divisi :
DIVISI 1 : Malrelasi insisivus, kaninus dan premolar
DIVISI 2 : Protrusi insisivus maksila
DIVISI 3 : Insisivus maksila linguoversi
DIVISI 4 : Bimaxillary protrusi (

Skeletal Klas II: Perkembangan mandibula ke distal tidak normal dihubungkan


dengan maksila
1. Divisi 1 :
o Lengkung maksila > sempit dari mandibula
o Crowded caninus
o Cross bite
o Pengurangan tinggi wajah vertikal

DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS PERAWATAN ORTHODONTI | 38


o protrusi gigi anterior maksila
o profil : retrognathic mandibula
2. Divisi 2 :
o Inklinasi lingual insisivus maksila
o Insisivus lateral normal / labioversi

Skeletal Klas III


- Pertumbuhan berlebihan dari mandibula sudut mandibula tumpul
- profil : Prognathic Mandibula

DASAR PENETAPAN DIAGNOSIS


Untuk menentukan diagnosis diperlukan alat bantu:
1. Case history (medical & dental)
2. Chief Complaint pasien
3. Pemeriksaan klinis
4. Model studi (plaster / digital)
5. Evaluasi Radiografi
6. Analisis Foto Profil
(El-Bialy et al, 2016)

Case History
• Data pribadi : Nama, Alamat, Jenis kelamin, dan Pekerjaan
• Medical history :
- Misalnya pasien asma atau alergi konsumsi kortikosteroid jangka Panjang
→ berefek terhadap remodeling tulang kaitannya dengan pergerakan gigi
dan durasi perawatan.
• Dental history : dental trauma, PSA, waktu kontrol rutin/tidak ke dokter gigi
- Dental trauma→ mobilitas gigi dan resorspi akar
- Kontrol rutin ke dokter gigi→ OHI bagus

Chief Complaint Pasien


• Concern utama pasien diutamakan, sekalipun sudah dilakukan pemeriksaan
klinis dan analisis.
• Pertanyaan yang biasa diajukan: Apa yang menyebabkan pasien datang ke
dokter gigi?

Pemeriksaan Umum
• Tinggi badan
• Status gizi
• Berat badan
• Keadaan umum → jasmani, rohani
• Bentuk kepala → brachicephali, dolichocephali, mesocephali
• Bentuk muka → brachyfacial, mesofacial, dolichofacial
• Profil wajah → lurus, cembung, cekung
• Pemeriksaan otot-otot mastikasi, bibir atas, bibir bawah

DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS PERAWATAN ORTHODONTI | 39


Pemeriksaan Intraoral
• Lidah
• Palatum
• Gingiva
• Perlekatan frenulum
• Tonsil
• Gigi geligi
• Garis Simon
• Overjet - Overbite
• Freeway space

Pemeriksaan Fungsional
• TMJ
• Pernafasan
• Bicara
• Menelan
• Oklusi

MODEL STUDI ORTODONTIK


o Klasifikasi maloklusi : Relasi molar , Relasi kaninus
o Bentuk lengkung gigi → Parabola / Setengah elips / Trapeziod / U-form /
V-form / Setengah lingkaran
o Relasi gigi anterior → crossbite, deepbite, edge to edge, openbite
o Relasi gigi posterior → crossbite, deepbite, edge to edge, openbite,
scissor bite
o Midline
o Malposisi gigi individual → labioversi, palatoversi, transposisi
o Analisis ukuran gigi
o Analisis perhitungan → Pont - Howes - Korkhous - Determinasi
lengkung

Pemeriksaan Radiografi
o Panoramik → posisi M3, Impaksi gigi, kelengkapan gigi
o Sefalometri → analisis dental, skeletal, jaringan lunak. membantu
menegakkan diagnosis
o CBCT (Cone Beam Computed Tomography)

Diagnosis Sementara

DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS PERAWATAN ORTHODONTI | 40


Diagnosis
1. Klasifikasi Angle
2. Tipe maloklusi → dental/ skeletal
3. Malrelasi
4. Malposisi
5. Kebiasaan buruk

Misalnya: Maloklusi Angle Klas II divisi 1 dengan hubungan skeletal klas II maksila
prognatik mandibula retrognatik, palatal bite, malposisi gigi individual 11 dan 21
labioversi, kebiasaan buruk menghisap jempol.

DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS PERAWATAN ORTHODONTI | 41


PROGNOSIS DALAM PERAWATAN ORTODONTIK
• Prediksi tendensi di waktu yang akan datang apabila sebuah kasus ortodontik
dirawat atau tidak dirawat
• Penentuan derajat kesuksesan permanen yang akan menyertai suatu rangkaian
stimulasi mekanik dan perawatan fungsional
• Prognosis bukanlah hanya pendugaan semata, dibuat setelah diagnosis
ditetapkan dan sebelum rencana perawatan dilakukan
• Kasus harus dipelajari dengan seksama, jujur terhadap pasien mengenai kasus
yang dihadapi → informed consent

Kategori prognosis adalah sebagai berikut :


• Ad vitam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap proses kehidupan.
• Ad functionam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap fungsi organ
atau fungsi manusia dalam melakukan tugasnya.
• Ad sanationam, menunjuk pada penyakit yang dapat sembuh total sehingga
dapat beraktivitas seperti biasa.

Prognosis digolongkan sebagai berikut:


• Sanam : sembuh
• Bonam : baik
• Malam : buruk/jelek
• Dubia : tidak tentu/ragu-ragu
• Dubia ad sanam : tidak tentu/ragu-ragu, cenderung sembuh/baik
• Dubia ad malam : tidak tentu/ragu-ragu, cenderung memburuk/jelek

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengambil prognosis :


1. Etiologi Maloklusi
2. Tipe Pasien
3. Kepribadian orang tua: kooperatif
4. Stabilitas tulang
5. Derajat Maloklusi
6. Studi Radiologi
7. Pergerakan gigi yang dibutuhkan
8. Skill Operator

1. Etiologi Maloklusi
• Etiologi dapat dihilangkan dengan sempurna → prognosis baik, ex:
mesiodens, persistensi, diastema central
• Penyebab masih aktif dan dapat dihilangkan secara permanen → prognosis
baik, ex: kebiasaan buruk
• Penyebab masih aktif namun hanya dapat dikendalikan sebagian atau
bahkan tidak dapat diubah sama sekali → tidak stabil, ex: klas II divisi 1
• Penyebab tidak dapat ditentukan

2. Tipe Pasien
o Usia
o Motivasi
o Sikap mental anak: kooperatif

DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS PERAWATAN ORTHODONTI | 42


o Keadaan fisik anak: sehat?
o Derajat tanggung jawab & ketergantungan

3. Kepribadian Orang Tua : Kooperatif/tidak


4. Stabilitas Tulang
o Kualitas tidak normal
o Tulang ber-cancellous tinggi
o Maturitas tulang
o Kegagalan pertumbuhan vertikal pada regio molar dan premolar
o Ketebalan massa di sebelah bukal atau lingual dari molar permanen atau
desidui, menunjukkan kalsifikasi proc. Alveolus yang tidak memadai
sehingga diperlukan penambahan jaringan tulang yang overnormal untuk
menahan tekanan kunyah (stress dan strain) yang diterima unit-unit gigi
o Faulty calcification pada anak malnutrisi atau ricket
o Kadang penyebab sudah menjadi masa lalu dan inaktif sehingga prognosis
bisa memuaskan namun kadangkala tidak
o Kerentanan terhadap penyakit, infeksi dan bentuk yang abnormal
mengindikasikan stamina tulang yang tidak baik

5. Derajat Maloklusi
o Kasus ringan mengindikasikan kesuksesan perawatan
o Maloklusi berat yang disertai dengan penyimpangan pola pertumbuhan
maksila atau mandibula atau keduanya merupakan kasus yang unfavorable
Misal: pada anak yang sudah lebih dewasa
- Kasus klas II divisi 1 maksila overgrowth
- Kasus klas III mandibula overgrowth
(harmoni wajah yang diinginkan sulit)

6. Studi Radiologi
o Tulang yang abnormal
o Kondisi patologis
o Gigi yang hilang
o Gigi rotasi
o Gigi impacted
o Akar yang deformasi

Intra oral, profile radiogram entire skull


Wrist radiogram
Carpal indeks: untuk mendeteksi status perkembangan struktur tulang

7. Pergerakan Gigi yang Dibutuhkan


o Skill operator : dokter gigi General Practitioner / spesialis
o Stabilitas dan efektifitas alat
o Rutinitas pemakaian alat
o Jenis alat yang digunakan : Removable / Fixed Appliances

Harus memahami biomekanika pergerakan gigi dan efek pergerakan gigi


terhadap gigi lainnya

DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS PERAWATAN ORTHODONTI | 43


8. Skills Operator
o Kompetensi
o Skills wire bending
o Penegakan diagnosis
o Biomekanika pergerakan gigi
o Biomekanika alat
o Up to date alat ortodontik terbaru

Contoh :

DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS PERAWATAN ORTHODONTI | 44


DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS PERAWATAN ORTHODONTI | 45
RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT
PLANNING)
Oleh : drg. Puspitarini Nindya Wardana Sp.Ort
Editor : Ayu Annisa Mutmainnah

• Outline dari semua pengukuran yang dapat memberikan yang terbaik untuk
pasien dan manfaat maksimum jangka panjang.
• Pasien menginginkan perawatan ortodonti karena berbagai macam
alasan.Oleh karena itu, dokter gigi harus melakukan rencana terhadap
perawatan yang akan dilakukan melalui pemeriksaan dan diagnosis yang telah
ditetapkan.
• Treatment plan diformulasikan khusus untuk masing2 individual pasien.
Dalam sudut pandang pasien, dasar utama mereka mencari / membutuhkan
perawatan ortodonti karena keinginan memperbaiki/ peningkatan estetika
wajah dan fungsi nya. Dokter gigi juga harus memastikan perawatan yang
dilakukan dapat stabil setelah perawatan selesai.
• Secara umum pasien sudah puas ketika gigi sudah rapi, akan tetapi sebagai
doktergigi harus bisa menjelaskan bahwa pergerakan gigi ke posisi yang baru
dan kondisi yang stabil itu sangat penting. Hal ini dilakukan supaya gigi tidak
mudah relapse
A. Tujuan perawatan ortodonti
• Estetik
• Fungsi
• Stabilisasi
B. Prinsip dalam penentuan rencana perawatan ortodonti
• Patient concerns
• Patient motivation
• Medical history
• General dental health
• Growth estimation
• Problem list
• Treatment aims
• Treatment options
• Informed consent
(Naini, 2011)

RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT PLANNING) |


46
1. Menyusun tujuan perawatan
• Menyusun urutan permasalahan membantu dalam menentukan goal dan
solusi dari masalah
• Chief complaint pasien / keinginan orang tua pasien (pasien anak) →
concern utama
• Umumnya pasien mengutamakan estetik dan fungsi
• Drg → long term stability → mengkomunikasikan kepada pasien/ orang
tua pasien
• Drg → realistis
2. Assesment potensi pertumbuhan
• Status pertumbuhan pasien harus dipertimbangkan ketika merencakan
perawatan
• Pasien yang masih dalam tumbuh kembang:
✓ drg dapat memodulasi pertumbuhan struktur dentofacial
✓ Mengarahkan gigi ke posisi yang baik
✓ Perawatan preventif atau interceptif ortodonti untuk mencegah
maloklusi lebih lanjut
• Pasien dewasa:
✓ Perawatan lebih terbatas untuk menggerakan gigi
✓ Koreksi bedah (surgical correction)
3. Assesment faktor etiologi
• Faktor etiologi bertanggung jawah terjadinya maloklusi→ eliminasi
• Faktor etiologi yang tetap ada/persistent → maloklusi yang telah dirawat
menjadi relapse
• Perawatan ortodonti komprehensif → menghilangkan penyebab/ etiologi
maloklusi.
• Faktor etiologi meragukan --> masih mungkin tingkat keberhasilan
tinggi
• Faktor etiologi sulit dideteksi/ tidak diketahu penyebabnya→sulit
4. Merencanakan hubungan interincisal akhir/ final
• Membentuk hubungan interincisal yang ideal→salah satu dari tujuan
perawatan ortodonti yang harus dicapai.
a) Hubungan incisor klas I
• Maloklusi klas I angle : hubungan interincisal baik, harus dieprtahankan

RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT PLANNING) |


47
b) Hubungan Incisor Klas II divisi 1
Kasus maloklusi klas II divisi 1 → keparahan diskrepansi skeletal yang
menentukan pilihan perawatan dan mekanika pergerakan yg akan dilakukan
• Skeletal Klas I→ retroklinasi incisivus central maksila→ hubungan
interincisal dapat normal (gambar B)
• Skeletal Klas II mild→ perawatan kamuflase retroklinasi atau pergerakan ke
palatal bodily menggunakan fix appliance, kadang butuh pencabutan gigi →
hasil baik (gambar c)

• Skeletal Klas II severe→


✓ perlu modifikasi pertumbuhan (pasien tumbuh kembang) menggunakan
Myofunctional → activator, bionator, herbst appliance
✓ Surgical correction pada pasien dewasa (non growing patient)

c) Hubungan incisor klas II divisi 2


• Skeletal klas I atau Skeletal klas II mild→ uprighting incisivus maksila
menggunakan palatal root torque (gambar e)
• Skeletal klas II severe → proklinasi incisivus maksila menjadi klas II divisi
1, diikuti modifikasi pertumbuhan (gambar f)
• Pasien dewasa → surgical

RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT PLANNING) |


48
d) Hubungan Incisor Klas III
• Klas III postural/ pseudo → prognosis baik → menghilangkan hambatan
oklusal dengan proklinasi incisivus maksila→ overjet positif (gambar G)
• Klas III severe→ proklinasi incisivus maksila dan retroklinasi incisivus
mandibula (Gambar H)
• Klas III very severe → surgical

5. Merencanakan kebutuhan ruang


Secara umum Maloklusi membutuhkan ruang untuk menggerakan gigi ke
posisi yang ideal. Beberapa kondisi yang membutuhkan ruang untuk koreksi:
a) Crowding → setiap mm dari crowding membutuhkan sekian mm ruang pada
lengkung
b) Rotasi → rotasi gigi anterior membutuhkan ruang utk derotasi
c) Leveling curve of spee
Pada kasus skeletal umumnya terjadi peningkatan kurva of spee– sehg butuh
space
d) Koreksi proklinasi → space untuk retraksi gigi. Setiap 1 mm retraksi
membutuhkan 2 mm ruang
- Diastema (ada ruang) untuk retraksi
- Berjejal/ tidak ada space → mencari ruang
e) Koreksi molar : hubungan molar yg tidak baik→ tidak stabil. Hubungan
molar harus mencapai good intercuspation
f) Ruang untuk anchorage loss

RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT PLANNING) |


49
Pergerakan gigi tercapai apabila penjangkar alat ortodonti tepat. →
menghindari anchorage loss.
Beberapa metode untuk mendapatkan space / ruang:
1. Menggunakan ruang yg telah ada
2. Proximal stripping
3. Ekspansi lengkung
4. Ekstraksi gigi
5. Distalisasi gigi
6. Uprighting gigi molar
7. Derotasi gigi posterior
8. Proklinasi gigi anterior
6. Merencanakan ekstraksi gigi
❑ Diskrepansi gigi dan lengkung gigi → kekurangan ruang pada crowding
atau gigi proklinasi → ekstraksi
❑ Memperbaiki hubungan antar rahang
❑ Ekstraksi pada klas I skeletal atau dental→ umumnya dilakukan pada
kedua rahang, baik RA dan RB untuk menjaga hubungan oklusal bagian
bukal

• Kasus klas II, → ekstraksi gigi pada RA untuk mengurangi proklinasi gigi
dan mencegah perkembangan RA berlebih ke anterior. Hasil akhir Molas Klas
II dan Caninus klas I

RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT PLANNING) |


50
• Klas II, Rb crowding (molar tidak full kasl II) → ekstakri gigi ra dan rb. Hasil
akhir molar klas 1 dan relasi C klas I

• Kasus klas III → menghindari ekstraksi gigi RA saja supaya tidak retardasi
Pencabutan pada gigi rahang bawah, Hasil akhir relasi molar klas III dan
relasi C klas I

• Pada kasus klas III yang dilakukan pencabutan gigi pada kedua Rahang, RA
dan RB, maka hasil akhir relasi molar klas I dan relasi C klas 1

7. Perencanaan Anchorage/ penjangkar


Tujuannya untuk meminimalisasi pergerakan gigi yang tidak diinginkan.

RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT PLANNING) |


51
Kegagalan dalam penentuan anchorage → kegagalan dalam mekanika
perawatan
Kebutuhan anchorage setiap individu tergantung pada faktor2 berikut:
1) Jumlah gigi yang digerakkan
semakin banyak jumlah yang digerakan maka semakin besar anchorage yang
dibutuhkan
2) Tipe gigi
Anchorage pergerakan Gigi anterior berakar 1< anchorage pergerakan gigi
posterior akar jamak
3) Tipe pergerakan gigi : Tipping atau bodily
4) Durasi perawatan
Perawatan ortodonti yang kompleks → gigi anterior crowding parah, leveling
lama → resiko anchorage loss
Kategori anchorage:
Maximum, medium, minimum
8. Pemilihan alat
Berdasarkan beberapa faktor:

9. Perencanaan retensi
Gigi yang bergerak berpotensi kembali ke posisi awal → relapse.
Faktor yg mempengaruhi terjadinya relaps:
1. Peregangan ligamen periodontal
- Peregangan fiber gingiva : relaps rotasi gigi
2. Oklusi yang tidak stabil
- Interdigitasi tidak dalam kondisi baik
3. Pola pertumbuhan yang masih berlanjut
10. Re-evaluasi
Perawatan harus di re evaluasi secara berkala (kontrol) selama fase perawatan
ortodonti aktif
1. Patient concerns
- Keluhan utama pasien
- Persamaan persepsi keluhan utama pasien dengan orangtua nya

RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT PLANNING) |


52
2. Motivasi pasien
- Menanyakan sberapa stress pasien terhadap kondisi maloklsui nya sehingga
dia mencari perawatan → untuk mengetahui seberapa kuat komitmen
terahadp perawatan
3. Medical history
Secara umum pasien2 usia muda→ sehat
Akan tetapi pasien dengan kondisi medik perlu perhatian khusus, misalnya:
- Pasien dgn reaksi delayed hipersensitivitas tipe IV terhadap nickel / karet
- Pasien alergi latex
- Pasien infeksi endocarditis, berdasarkan guidelines Nasional Institute for
Health and Clinical Excellence 2008→ tidak memerlukan antibiotic
profilaksis tetapi maintaining oral hygiene ketika perawatan ortodonti
- Pasien epilepsi→ hindari pemakaian alat removable karena bisa fraktur ketika
seizure→ serpihan bisa tertelan/terhirup
4. General dental health : OH buruk → rentan dekalsifikasi
5. Status pertumbuhan
6. Urutan permasalahan
7. Jaringan lunak, skeletal , dan gigi
8. Tujuan perawatan

RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT PLANNING) |


53
9. Pilihan perawatan
Dalam merencanakan pilihan perawatan, beberapa hal yg harus diperhatikan:
- Waktu perawatan
- Analisis ruang
- Keparahan maloklsui
- Anchorage
- Retensi
10. Informed consent
Pasien → autonomy
- Perawatan apa yg akan dilakukan
- Apa yg akan diberikan/ tidak diberikan
- Resiko dan manfaat pilihan perawatan
- Apa potensi yg terjadi jika tidak dilakukan perawatan

C. Perawatan ortodonti
1) Maloklusi klas I Angle
Masalah yang terkait pada maloklusi Angle kelas I biasanya merupakan masalah
dental dan memiliki profil yang harmonis lurus atau cembung normal, kecuali apabila
maloklusi merupakan protusi bimaksiler skeletal. Gigi geligi dapat menunjukkan
beberapa variasi dari malposisi individual dan yang paling banyak ditemukan adalah
proklinasi bimaksiler dan crowding (Singh, 2008).
❑ Perawatan spqcing/ diastema
- Eliminasi faktor etiologi → misalnya frenektomi, pengambilan mesiodens,
menghilangkan bad habit
Perawatan ortodonti lepasan:
- Alat Hawley sederhana bersama dengan dua finger spring pada sebelah distal
dari incicivus sentralis dapat menutup diastema dalam waktu 3-6 bulan.
Finger spring umumnya dibuat dari kawat berdiameter 0,6 mm.

RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT PLANNING) |


54
Alat split labial bow – alat lepasan dengan busur labial yang terpisah disertai
dengan komponen retentif (klamer Adam/ klamer C/ ball clasps) dapat digunakan
untuk menutup diastema sentral. Kawat diameter 0,7 mm digunakan untuk
membuat alat ini.

Perawatan ortodonti cekat


• M Spring → Alat sederhana dengan perlekatan cekat pada permukaan tengah
labial atau palatal dengan spring yang dibentuk ‘M’ atau ‘W’ dapat dengan
mudah menutup diastema sentral.

• Karet elastik dibentangkan dengan bentuk ‘figure 8’ sering digunakan


bersamaan dengan alat ortodonsi cekat.

RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT PLANNING) |


55
❑ Perawatan crowding
Untuk mengoreksi gigi berjejal diperlukan ruangan yang cukup yang dapat
diperoleh dari
- enamel stripping → metal strip abrasive: malsimal 0,25mm tiap permukaan
gigi
- ekspansi lengkung gigi
- Distalisasi molar → Alat ekspansi, headgear, alat cekat
- proklinasi insisivus
- ekstraksi gigi permanen

❑ Perawatan crossbite
- Crossbite anterior
1. Tounge blade (pada psien anak)

RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT PLANNING) |


56
2. Catlan’s appliance (lower anterior inclined bite plane

3. Double Cantilever Spring/ Z Spring

4. Screw appliance

RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT PLANNING) |


57
5. Frankel appliance

6. Orto cekat
• Perawatan crossbite posterior
a) Screw appliance
b) Coffin sprin
c) Quad helix appliance
d) RME
e) Niti expanders
f) Alat cekat

RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT PLANNING) |


58
❑ Perawatan openbite
1. Openbite anterior → tounge crib
2. Openbite posterior→ lateral tongue spike
3. Openbite skeletal→ chin cup, surgical

Perawatan protrusive bimaksiler


- Orto cekat non skeletal anchorage
- Orto cekat skeletal anchorage

Perawatan ortodonti pada kasus maloklusi klas II


A. Mencegah Maloklusi Kelas II Terjadi (Preventif)
1. BLM→ mengobati infeksi nasal kronis, rhinitis alergi → kadang perlu oral
shield
2. Penelanan abnormal → KIE
3. Postur & aktivitas bibir → excersise selama 30 menit dibagi dalam periode 5
menit. Aktivitas latihan tsb adalah:
• Pada maloklusi Kelas II divisi I pasien meletakkan bibir bawahnya di atas
permukaan labial atas dan berusaha menekan-nekan ke belakang.
• Meletakkan bibir bawah di depan bibir atas atau sebaliknya dan menekannya
selama mungkin (lip massage exercises)
• Menahan tangkai es krim diantara bibir dan menahannya selama mungkin

RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT PLANNING) |


59
• Botton pull exercises
• Latihan bibir dengan menahan kertas di antara bibir selama mungkin.
4. Bad habit menggigit jari → KIE, dummy, oles obat pahit

B. Menghambat Maloklusi Kelas II Berkembang (Interseptif)


• Perawatan pada maksila prognasi & mandibula normal → face bow atau
headgear
• Perawatan pada mandibula defisiensi → activator, frankel, herbs appliance,
jasper jumper
• Kombinasi maksila prognasi dan mandibula defisiensi → activator
dimodifikasi dg headgear
• Perawatan maloklusi Kelas II dentoalveolar dengan hubungan skeletal normal
→ space regainer, screw, ekstra oral appliance
C.Perawatan Maloklusi Kelas II pada Dewasa (Kuratif)
Tujuan perawatan utama adalah untuk mengoreksi crowding dan gigi yang tidak
teratur serta menstabilkan relasi molar dan incisivus. Tujuan perawatan adalah
sebagai berikut (Bhalaji, 2004):
• Mengurangi overjet
• Mengurangi overbite
• Koreksi crowding dan gigi yang tidak teratur
• Koreksi relasi molar yang tidak stabil
• Koreksi crossbite posterior
• Menormalkan otot pengunyahan.

Perawatan Maloklusi Kelas II dengan Pembedahan Ortognatik


Tahapan pembedahan secara garis besarnya adalah sebagai berikut:
• Bila terdapat kompensasi dentoalveolar perlu dilakukan dekompensasi, yaitu
menempatkan gigi dalam letak yang normal sehingga kadang-kadang terdapat
jarak gigit yang lebih besar.
• Kemudian dilakukan pembedahan rahang untuk mengkoreksi relasi antar
lengkung atas dan bawah.
• Sesudah pembedahan rahang kadang-kadang masih diperlakukan perawatan
ortodontik untuk mendapatkan relasi gigi yang lebih baik secara terperinci

Perawatan ortodonti pada kasus maloklusi klas III


PERAWATAN PADA PSEUDO MALOKLUSI KELAS III

reverse stainless steel crown

RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT PLANNING) |


60
tongue blade

alat ortodontik lepasan berupa peninggi gigitan


• PERAWATAN PADA MALOKLUSI KELAS III SKELETAL PADA
MASA TUMBUH KEMBANG
a) Terapi dengan Alat Frankel III

RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT PLANNING) |


61
maxillary exspansion appliance untuk protraksi maksila dan penggunaan FR
III sebagai retainer
b. Terapi dengan chin cup

Occipital Pull Chin Cup (McNamara,1994)


c. Terapi dengan face mask

RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT PLANNING) |


62
Face Mask (Proffit,2007)

• PERAWATAN MALOKLUSI KELAS III PADA PASIEN DEWASA


1. Perawatan kamuflase
2. Kombinasi perawatan ortodontik dengan bedah ortognatik

RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT PLANNING) |


63
Osteotomi Le Fort I (Proffit,2007)

Sagital split osteotomy (Proffit,2007)

RENCANA PERAWATAN ORTODONTI (TREATMENT PLANNING) |


64
PLAT AKTIF DAN BITE PLAN
Oleh : drg. Novarini Prahastuti, Sp. Ort
Editor : Rhifa

Alat ortodontik :
• Lepasan/removable
• Cekat/fixed
• Fungsional/myofungsional
• Ortopedik (mengubah/mengarahkan skeletal)
Desain alat lepasan ortodontik dengan penambahan :
- Spring/pir pembantu (plat aktif)
- Skrup/spring ekspansi (plat ekspansi) ex : coffin spring
- Peninggi gigitan/ bite plane anterior atau posterior.
- Kombinasi dengan alat cekat (removefixed)
Note : ortodontik yang bisa dilepas sendiri oleh pasien sehingga pasien bisa melepas
dan memasang sendiri kapanpun yang mereka inginkan. Saat insersi pemakaian
pertama alat pertama pada pasien, dokter gigi atau operator akan mengajarkan atau
memberikan pelatihan kepada pasien cara memasangnya, arah dan cara
melepaskannya. Gerakannya biasanya gerakan tipping (hanya mahkota yang
bergerak), apabila ada gerakan yang tidak bisa digerakkan oleh orthodontik lepasan
sedangkan pasien memiliki kendala biaya dan hanya 1 gigi yang tidak bisa digerakkan
atau koreksi dapat menggunakan kombinasi dengan alat cekat / remofixed, dengan
memasangkan 1 braket atau salah satu komponen dari cekat sedang yang lainnya
adalah lepasan.

Gerakan gigi dengan alat lepasan:


- Tipping (gerakan mahkota gigi)
- Koreksi overbite/ overjet
- Koreksi anterior/posterior crossbite
- Ekstrusi
- Intrusi
Gerakan gigi tidak bisa dengan alat lepasan :
- Torquing (gerakan akar gigi). Mahkota tetap, akar bergerak. Saat akhir
perawatan orthodontik cekat. Gigi sudah rapi tapi terjadi labialisasi (inklinasi
terlalu ke labial)
- Rotasi gigi posterior. Perlu gerakan kopel yaitu berlawan arah pada sisi
berbeda.

Angulasi Torquing Bodily (Gerakan ke arah mesial/distal)

PLAT AKTIF DAN BITE PLAN | 65


Plat aktif terdiri dari :
◼ Komponen Aktif
◼ Komponen Retentif
◼ Base plat/ plat akrilik

1. Komponen aktif :
- Aktif labial arch/ Labial bow
- Spring
- Skrup ekspansi
- Elastik

LABIAL ARCH
Note : bisa aktif / pasif, sebagai retainer jadi pasif. Diameter 0,8 mm buat pasif, aktif
0,7mm
Fungsi : Retraksi gigi insisivus, mempertahankan bentuk lengkung gigi berada di
posisinya.
Macam Labial arch:
- Short - Robert,s retractor
- Long - Mills retractor
- Reverse - Fitted
- Split - High with apron spring

➢ Short Labial Arch :

- Indikasi : reduksi overjet yang kecil, retensi dan penutupan ruang/diastema,


- Kontraindikasi : >> proklinasi insisivus (inklinasi yang besar)
Letak lengan mesial loop jika untuk :
- Retraksi gigi: di interdental gigi C dan I2
- Retensi hasil perawatan : 1/3 mesial permukaan bukal gigi C
➢ Long Labial Arch

PLAT AKTIF DAN BITE PLAN | 66


- Retensi (pada saat pencabutan P1, C harus digerakkan ke posterior sehingga C harus
di retraksi)
- Kontrol C (mengontrol gerakan gigi Canius)
Ex : P1 sm C ada space, loopnya dikecilkan (diaktifkan)
- Penutupan space antara C dan P

➢ Reverse Loop Labial Arch

Lengan yang tertanam ada di mesial normalnya labial arch di distal. Kasus P1 sudah
dicabut, ruang P1 belum di tertutup, jika berada di distal akan numpuk dengan adam
klamer.
- Retainer gigi anterio setelah perawatan aktif selesai
- Kontrol C : mencegah C bergeser ke bukal selama retraksi gigi anterior

➢ Split labial Arch tipe “tidak overlap”

Tidak overlap : tidak tumpang tindih.


- Ujung labial arch di mid-line
- Retraksi gigi anterior, spacenya kecil
- Meratakan lengkung gigi
Note : lengkung gigi anterior tidak simetris, jika menggunakan labial arch yang
menyatu akan kesulitan saat pengaktifan akan membentuk lengkung anterior untuk
menjadi bagus, jika terpotong seperti ini dapat menyesuaikan keinginan kita.

PLAT AKTIF DAN BITE PLAN | 67


➢ Spilt labial Arch tipe “overlap”

Note : ujungnya masuk ke interdental IC sehingga membentuk kait, diaktifkan dengan


mengaktifkan loop.
- Ujung labial arch overlap di mid-line dan terkait pada sisi distal I1 pada kedua sisi
berlawanan
- Khusus untuk koreksi diastema sentral dan protrusi gigi

➢ Robert,s retractor

Indikasi :
- kasus proklinasi gigi anterior yang sangat berlebihan
Note : perlu diperhatikan membentuk loop seperti segitiga, walaupun ada helikel / koil
yang berfungsi agar lebih lenting/lentur dari kawat tersebut, harus diberi diberi
penguat dibelakangnya.
➢ Mills retractor / Extended labial arch

Indikasi :
- >> overjet
Kerugian :
- Desain tidak disukai pasien
- Pembuatan sulit

PLAT AKTIF DAN BITE PLAN | 68


Keuntungan :
- Perluasan loop membuat range aksi dan kelenturan kawat meningkat, light force
(kekuatannya ringan jadi kemungkinan sakit sedikit)

Fungsi loop : menambah kelenturan/kelentingan

Horizontal loop menanbah kelenturan / range gerakan ke arah vertikal, vertikal loop:
menambah kelenturan/ range gerakan kearah horizontal, L loop kombinasi horizontal
dan verikal loop

Modifikasi loop :

➢ Fitted

- Busur labial beradaptasi dengan bentuk kontour permukaan gigi.


- U loop biasanya kecil

PLAT AKTIF DAN BITE PLAN | 69


- Tidak untuk aktif menggerakkan gigi
- Sebagai retainer

➢ High with apron spring


- Kawat busur :0,9 mm
- Apron spring : 0,4 mm
- Retraksi gigi
- Kasus >>>overjet
Kerugian :
- Resiko melukai jaringan lunak
- Sulit dibuat

➢ Intermaxillary bow

- Kawat 0,9 mm
- Biasanya digunakan pada aktivator (alat myofungsional)
- Kengannya ada diatas, band dibawah untuk merevisi klass 3

SPRING/ PIR PEMBANTU


Berperan dalam variasi pergerakan gigi
Kekuatan : - Jumlah gigi yang digerakkan
- Area permukaan akar
- ± 20grm/ cm2 area akar gigi
Pertimbangan F = D.4 / L.3
F= force; D = diameter; L= panjang kawat
Macam spring :
( Cantilever spring : single, cranked & double)
- Finger spring/ single cantilever spring
- Cranked cantilever spring
- Z spring/ double cantilever spring
- T spring
- Coffin spring
- Buccal/ palatal retractor spring
- Self suporting buccal spring
- Flapper spring

PLAT AKTIF DAN BITE PLAN | 70


❖ Finger spring / Single cantilever spring

Untuk menggerakkan gigi I2,


dikarenakan koil kearah gigi I2 dan bisa
digerakkan ke arah mesial atau labial

❖ Cranked cantilever spring


Posisi di palatal, gerakannya
didorong ke depan.

❖ Z spring/ double cantilever spring

PLAT AKTIF DAN BITE PLAN | 71


Disebut bumper spring,
berfungsi untuk labialisasi gigi
insicivus dan insicivus yang
rotasi.

❖ T spring
Untuk anterior bisa tapi cenderung untuk
posterior didorong ke arah bukal.

❖ Coffin spring
Terdapat skrup spring dengan kawat
0,9mm untuk ekstansi

❖ Buccal/ palatal retractor spring


Untuk koreksi caninus
ektopik sehingga balik
ke lengkung awal dan
untuk menurukan gigi
yang diatas diberi
komposit, koreksi masuk
ditekuk secara horizontal
jika kearah retrusi
kearah vertikal.

PLAT AKTIF DAN BITE PLAN | 72


Dibagian posterior diberi penguat

❖ Self suporting buccal spring

Mendorong bukal gigi posterior ke


arah lingual atau palatal, saat
didorong masuk bagian palatal
lingual / palatal dikurangi
diaktifkan dengan cara horizontal

PLAT AKTIF DAN BITE PLAN | 73


❖ Flapper spring
Untuk mendorong 2 gigi insicivus yang
midline ke depan. Diperhatikan bagian
ujungnya akan menentukan cara
pengaktifannya, saat menggerakan gigi
anterior ke depan akan membutuhkan
ruang sedangkan gigi posterior rotasi
jika dikoreksi akan menghasilkan
ruang, ujungnya hanya sedikit tidak
sampai midline
❖ Paddle spring
Untuk menahan atau mendorong gigi yang
linguoversi ditekan kedepan agar ada
perubahan inklinasi

SKRUP EKSPANSI

RUBBER ELASTIK
Jarang digunakan untuk alat lepasan, tetapi di klinis tetap digunakan.
Pada plat aktif digunakan :
- Retraksi gigi anterior, elastik dikaitkan pada labial arch yang dilengkapi dengan
hook (+/-)
- Distalisasi gigi kaninus/ premolar, elastik dikaitkan modifikasi coil adam klamer di
gigi molar dengan modifikasi kaitan pada ujung lengan finger spring di gigi kaninus/
premolar

Labial arch diberi rubber elastik, diberikan tergantung jumlah dan jenis gigi yang
digerakkan tergantung dengan optimum forcenya.

PLAT AKTIF DAN BITE PLAN | 74


Pencabutan M1, jika menggunakan
removed akan lama maka diberi karet
elastik pada koil labial arch, di koil
fingerspring dan plat juga dikurangi agar
bisa bergerak dan ditarik satu persatu
tergantung optimum forcenya dan
kekuatan yang menarik harus lebih
besar, ukuran karet sesuai dengan
optimum force yang ditarik

2. Komponen retentif
- Membantu menjaga plat aktif agar tetap pada tempatnya dan menahannya dari
pergeseran alat
- Pada plat aktif diperoleh dari kawat yang melingkari/memeluk bagian undercut gigi
(mengunci alat tersebut agar tidak bisa lepas sehingga adam klamer harus diletakkan
pada bagian ini)
- Komponen kawat -> clasp/ klamer

A. Cervikal undercut
B & C. Mesial dan distal proksimal undercut
Macam komponen retentif:
- Circumferencial clasp - Jackson’s clasp
- Adam,s klamer - Triangular clasp
- Southend klamer - Arrowhead clasp
- Ball-end clasp - Crozat clasp
 Circumferencial / ¾ clasp/C klamer
Kerugian :
- tidak bisa untuk gigi parsial erupsi
Keuntungan :
- Desain sederhaha
- Mudah dibuat

PLAT AKTIF DAN BITE PLAN | 75


Jika gigi M1 sudah hilang dan
M2 terjadi mesioversi bisa
menggunakan klamer jenis ini

 Adam’s klamer
- Kawat 0,7 mm (retentif) kalau latihan boleh 0,6 mm
- ukuran 2/3 panjang mesiodistal gigi
- dilihat dari oklusal, tidak boleh menempel dengan bukal gigi dengan jarak 1-1,5mm
- loopnya harus masuk ke undercut bagian mesial atau distal
Keuntungan:
- Dapat dibuat pada gigi :
> I, C, P dan M
> decidui /permanent
> gigi erupsi sebagian, hanya sisi mesial saja yang dipasang loop kecilnya
- Tidak perlu tang khusus
- Retensi di area buko-proksimal undercut, bisa untuk semua keadaan

 Southend klamer

PLAT AKTIF DAN BITE PLAN | 76


Untuk gigi yang sangat labialisasi,
sehingga inklinasinya sangat ke
labial

 Ball-end clasp

- Buatan pabrik
- Ball masuk ke interproksimal diantara 2 gigi posterior yang berdekatan
Indikasi :
- Jika membutuhkan retensi tambahan

 Jackson’s clasp/ U clasp/ Full clasp

- Retensi di area buko-cerviko undercut serta mesial & distal proksimal undercut
Kerugian : - Tidak bisa untuk gigi parsial erupsi
Keuntungan :
- Desain sederhaha
- Mudah dibuat

 Triangular clasp

PLAT AKTIF DAN BITE PLAN | 77


 Schwarz clasp / Arrowhead clasp

 Crozat clasp

PLAT AKTIF DAN BITE PLAN | 78


3. Base Plate
Ketebalan : 1,5 - 2mm
Bisa ditambahkan bite plane untuk koreksi masalah khusus ortodontik
Fungsi :
- Menyatukan seluruh komponen (aktif & retentif) secara bersamaan menjadi satu
unit fungsional
- Menambah retensi alat pada posisi yang tepat
- Membantu distribusi kelebihan kekuatan pada suatu area yang besar
- Menambah anchorage alat pada suatu tempat

Keuntungan alat ortodontik lepasan :


- Lebih murah
- Mudah dibersihkan
Kerugian alat ortodontik lepasan :
- Alat mudah rusak/patah atau hilang
- Mudah dilepas tanpa butuh ketrampilan oleh pasien sehingga mempengaruhi hasil
perawatan

BITE PLANE
Alat myofungsional yang biasanya ditambahkan pada desain alat ortodontik lepasan
untuk membebaskan oklusi. Termasuk alat pasif.
Peninggi gigitan boleh diberikan pada plat aktif dan ekspansi secara bersamaan plat
ekspansi tidak boleh bersamaan dengan spring sehingga bergerak ke arah yang tidak
seharusnya.
Rahang atas : Rahang bawah :
Anterior inclined bite plane Anterior inclined bite plane (Catalans
appliance)
Anterior flat bite plane Posterior bite plane
Posterior bite plane
Sved bite plane
Hollow bite plane

PLAT AKTIF DAN BITE PLAN | 79


Upper anterior inclined bite plane

Indikasi : - retroklinasi gigi anterior bawah


Mekanisme :
- Memandu mandibula ke depan
- Proklinasi gigi anterior bawah
- Mengurangi overbite
Konstruksi : menahan inter-ruang gigi posterior 2-3 mm
Yang berubah rahang bawah

Upper anterior flat bite plane

Indikasi : - Deep over bite


- Sakit akibat gangguan TMJ
Mekanisme :
- Elongasi gigi posterior
- Intrusi gigi anterior bawah
- Membebaskan kontak gigi dan mereposisi mandibula ke depan
Konstruksi :
- Menahan inter-ruang gigi posterior 2-3 mm shg gigi posterior tidak berkontak,
karena cenderung mencari kontaknya / elongasi sehingga terjadi supraoklusi gigi
posterior dan gigi anterior inklusi
- Meluas inter kaninus rahang

PLAT AKTIF DAN BITE PLAN | 80


Posterior bite plane

Indikasi : - Crossbite anterior/posterior (P1 - M1)


- Sakit akibat gangguan TMJ
Note : jika crossbite di posterior, harus dibebaskan dari fossa dengan tonjol agar bisa
bergerak ke lateral
Mekanisme :
- Membebaskan oklusi
Konstruksi :
- Menutup seluruh permukaan oklusal gigi posterior
- Ketebalan <

Sved bite plane

Modifikasi dari upper anterior bite plane, untuk gigi bercampur yang inklinasi
sehingga bite plane sampai ke posterior
Indikasi : - Splint gigi
- Mencegah proklinasi gigi
- Tambahan anchorage
Konstruksi : - desain flat/ inclined bite plane
- plat akrilik meluas mencapai 1/3 incisal permukaan labial gigi
anterior atas

PLAT AKTIF DAN BITE PLAN | 81


Hollow bite plane

Modifikasi dari upper anterior flate bite plane


Indikasi :
- Proklinasi gigi anterior disertai deep overbite
Mekanisme :
- Retraksi gigi bermaan dengan koreksi deep overbite
Konstruksi :
- Terdapat rongga di belakang gigi anterior
- Tinggi bite plane pas (tidak -/+) setinggi permukaan palatal gigi.

Lower anterior inclined bite plane

Untuk jumping, diberi rongga


karena gigi atas lebih besar,
gigi bawah tidak kuat untuk
encourage sehingga akan
bergerak ke palatal

Indikasi : - Cross bite anterior 1/2 gigi pada usia tumbuh kembang berkaitan dengan
TMJ
Kontraindikasi : - Overbite <
- True mandibular prognatism
Konstruksi :
- Angulasi inclined plane 45⁰-60⁰ terhadap aksis gigi insisivus bawah, semakin
curam incisivus atas semakin besar

PLAT AKTIF DAN BITE PLAN | 82


- Semakin curam plane, maka tekanan ke arah depan pada gigi insisivus atas
makin besar

Mekanisme :
- Umumnya 10-14 hari crossbite terkoreksi
- Maksimum pemakaian 2-3 minggu
- Jika dipakai dalam jangka panjang gigi posterior supraoklusi dan gigi anterior
open bite

Note : ada beberapa yang ditambahin dr kata-kata dokternya jadi semisal ada salah
kata atau salah pemahaman monmaap yak

PLAT AKTIF DAN BITE PLAN | 83


PLAT AKTIF DAN BITE PLAN | 84
ALAT FUNGSIONAL DAN AKTIVATOR
Oleh : drg. Novarini Prahastuti, Sp.Ort
Editor : Millati Salsabila

Alat Fungsional
 Memandu/ mengarahkan kekuatan yang hasilkan oleh otot orofasial (otot-otot
yang ada di disekitar mulut dan otot-otot wajah), erupsi gigi dan pertumbuhan
dentofasial untuk mengkoreksi maloklusi. Alat ini bersifat pasif, hanya
menyalurkan kekuatan dari otot-otot tubuh.
 Digunakan pada prosedur modifikasi pertumbuhan yang bertujuan interseptif
(sudah mrnunjukkan tanda-tanda maloklusi) dan merawat diskrepansi rahang
(rahang yang tumbuh kembangnya tidak harmonis).

Note :
Pada kasusu maloklusi Angle Kelas II dilakukan perawatan pada saat pertumbuhan
dan sudak tidak terjadi proses tumbuh kembang. Pada saat sudah tidak terjadi
pertumbuhan, perawatan yang dilakukan hanya untuk merubah dental. Namun pada
saat masa pertumbuhan perawatan dapat dilakukan secara dental dan skeletal. Pada
alat myofungsional ini hanya dapat merawat skeletal.

Klasifikasi Alat Fungsional


1. Tooth borne active appliance
Tooth borne passive appliance
Tissue borne active appliance
2. Myotonic appliances
Myodynamic appliances
3. Removable functional appliance
Fixed functional appliance
4. Group I appliance
• Contoh : oral screen di vestibulum dan inciled plane → ada
diamterior atas dan bawah, memgenai gigi

ALAT FUNGSIONAL DAN AKTIVATOR | 85


Group II appliance
Mereposisi/pembentukan mandibula melewati lengkung gigi.
Group III appliance
Mereposisi/pembentukan mandibula di vestibulum

1. Tooth borne active appliance


Merupakan modifikasi desain aktivator dan bionator yang menggunakan skrup
ekspansi/ komponen aktif
Contoh :
- Spring memberikan kekuatan intrinsik untuk perubahan transversal/ antero-
posterior.

a. Tooth borne passive appliance


Tidak mempunyai kekuatan intrinsik yang dihasilkan oleh komponen seperti spring/
skrup. Hasil perawatan tergantung pada kelenturan jaringan lunak dan aktivitas otot.
Contoh :
- The Andresen Activator
- The Bionator
Twin Block

b. Tissue borne active appliance


Ditempatkan pada vestibulum dan tidak / sedikit berkontak dengan gigi. Hasil
perawatan tergantung desakan pada kelenturan jaringan lunak
Contoh : Frankle appliance

2. Myotonic appliances
→ fungsi tergantung pada massa otot
Myodynamic appliances
→ fungsi tergantung pada aktivitas otot
3. Removable functional appliance
→ dapat dilepas/dipasang sendiri oleh pasien dalam mulut
Fixed functional appliance
→ dipasang cekat pada gigi oleh operator dan tidak dapat dilepas sendiri oleh
pasien
Contoh : Herbs appliance

4. Group I appliance
Menghantarkan kekuatan otot secara langsung ke gigi untuk koreksi maloklusi
Contoh: oral screen & inclined plane
• Group II appliance
Mereposisi mandibula dan kekuatan yang dihasilkan dihantarkan ke gigi dan
struktur lainnya
Contoh : aktivator & bionator
• Group III appliance
mereposisi mandibula tetapi beraktivitas di daerah vestibulum, diluar lengkung
gigi
Contoh : Frankle & vestibular screen

ALAT FUNGSIONAL DAN AKTIVATOR | 86


Prinsip perawatan
 Aplikasi kekuatan→ activator. Aktivator dapat mereposisikan mandibula
karena pada saat pembuatan working bite dan dijadikan satu dengan alat,
mandibula akan maju ke depan dan akan terjadi remodeling pada condyle
terhadap fossa.
 Eliminasi kekuatan→ oral screen/vertibuler. Alat ini akan menahan pipi atau
bibir agar tidak berkontak dengan bibir.
1. Aplikasi kekuatan
→ Adanya aksi tekan dan tarik pada struktur yang terlibat menghasilkan
perubahan bentuk awal kemudian diikuti adaptasi terhadap fungsi
→ postur mandibula tertekan, karena penempatan tekanan antar-maksila
pada gigi dan rahang melalui otot mastikasi dan wajah
2. Eliminasi kekuatan
→ Menghilangkan pengaruh lingkungan abnormal yang menghambat
sehingga dapat dicapai pertumbuhan optimal
→ Mengurangi tekanan langsung yang mengenai gigi- gigi dari otot-otot
perioral

Komponen dasar alat fungsional :


1. Bite plane (peninggi gigitan)
➔ Memacu atau mendukung eruption. Ex : Ketika terdapat bite plane di gigi
anterior, maka gigi posterior tidak kontak. Gigi yang tidak kontak akan
mencari kontaknya atau elongasi.
2. Shields atau screen (di tempatkan pada vestibulum)
➔ Keseimbangan otot linguofasial
3. Construction/working bite
➔ Mereposisi mandibula

ALAT FUNGSIONAL DAN AKTIVATOR | 87


Pemakaian alat fungsional terjadi :
1. Perubahan ortopedik
2. Perubahan dento-alveolar
3. Perubahan muskular/otot

Kasus tersebut
menunjukkan maloklusi
Angle Kelas II, dilihat
dari sefalogram atau
sefalometri rahang
bawah mengalami
retrusi. Namun, ini
terlihat seperti rahang
atas mengalami
protrusive.

Macam-macam alat fungsional


 Bite plane  Bionator
 Oral screen  Frankle appliance
 Lip bumper  Twin Blocks
 Aktivator  Herbst

ALAT FUNGSIONAL DAN AKTIVATOR | 88


Bite Plane
Alat ini dapat melihat otot bibir
Oral/ vestibulum screen

Bionator

ALAT FUNGSIONAL DAN AKTIVATOR | 87


Terdapat Flenk yang berfungsi untuk menahan otot-otot pipi dan membantu pertumbuhan
palatum kearah lateral

Twin block standard

 Terdiri dari plat atas dan bawah yang mempunyai inclined bite plane pada
permukaan oklusalnya
 RA : bite block menutupi tonjol palatal gigi posterior meluas ke anterior s/d mesial
ridge P2
 RB : bite block meluas ke distal s/d distal marginal ridge P2
 Bite block atas dan bawah dikunci pada sudut 45˚

ALAT FUNGSIONAL DAN AKTIVATOR | 88


Frankle appliance

Aktivator
 Monoblock
 Andresen Appliance
 Noerwegian appliance

Aktivator bersifat
 Fungsional Fisiologis :
➔ karena melanjutkan kekuatan-kekuatan fungsional saat rahang membuka dan
menutup dari otot-otot sekitar mulut ke tulang alveolus dan gigi.
 Fungsional Ortopedik
➔ karena selalu terdapat usaha alat dalam keseimbangan dan mencegah agar tidak
keluar dari mulut maka kekuatan tersebut diteruskan ke tulang alveolus dan gigi
 Pasif :
➔ karena saat memakai seperti terapung dalam mulut, tidak ada tarikan/tekanan
permanen pada gigi
Komponen activator
1. Base Plate maksila
2. Base Plate mandibula
3. Oklusal plate menutupi
RA : ½ oklusal
RB :seluruh oklusal
4. Guide wire
Modifikasi activator

ALAT FUNGSIONAL DAN AKTIVATOR | 89


Indikasi
 Periode aktif pertumbuhan dengan pola pertumbuhan yang menguntungkan.
 Maloklusi Klas II divisi 1dan 2
 Maloklusi Klas III
 Maloklusi klas I open bite / deep bite
 Tinggi wajah bagian bawah rata-rata /kurang
kontra indikasi
 Crowding parah
 Tinggi wajah anterior bawah >>>
 Masa pertumbuhan sudah selesai
 Gigi insisivus bawah prokumbensi parah
 Tinggi muka anterior bagian bawah >>>
 Pertumbuhan mandibula ke arah vertikal >>>
 Hidung tersumbat karena masalah struktural dalam hidung / alergi kronis yang tidak
dirawat
 Keterbatasan pemakaian pada usia pertumbuhan yang sudah selesai

Aktivator koreksi 3 jurusan :


1. Vertikal → DOB
2. Sagital (antero-posterior)
→ Klas II atau Klas III Angle
3. Transversal
→ koreksi lengkung gigi sempit
→ posterior cross bite

ALAT FUNGSIONAL DAN AKTIVATOR | 90


Trimming aktivator
1. Kontrol vertical

Intrusi

Ekstrusi

2. Kontrol Sagital

Protrusif Retrusi

ALAT FUNGSIONAL DAN AKTIVATOR | 91


3. Perawatan maloklusi Klas II

Rahang Atas Rahang Bawah

Triming pada verkeilung gigi posterior plat akrilik distopalatal RA dan mesiolingual
RB, menyebabkan pergerakan gigi RA ke distal dan gigi RB ke mesial

Perawatan maloklusi Klas III

4. Kontrol Transversal

Ekspansi Kontraksi

Perubahan akibat pemakaian aktivator

ALAT FUNGSIONAL DAN AKTIVATOR | 92


Kerja alat aktivator
Pemakaian aktivator dalam mulut akan membawa mandibula ke posisi lebih ke depan
 Perluasan lingual flange
→ memacu mandibula ke depan
 Labial arch/ guide wire
→ mengontrol gigi anterior
 Acrylic cap yang menutupi gigi anterior bawah mengontrol erupsi dan
pergerakan ke depan gigi
 Trimming pada verkeilung akrilik
bertujuan sebagai guide gigi posterior ke mesial pada RB dan ke distal serta bukal
pada RA

ALAT FUNGSIONAL DAN AKTIVATOR | 93


 Saran pemakaian 12-14 jam/ hari.
 Minggu I : 2 jam siang hari untuk adaptasi
 Minggu selanjutnya :
→ 2 jam siang hari + malam sampai bangun pagi

Tahap pembuatan aktivator


1. Pembuatan gigitan kerja
2. Fiksasi model pada okludator
3. Pembuatan guide wire
4. Pembuatan malam
5. Try-in
6. Penanaman dalam kuvet
7. Pengisian akrilik

Pembuatan Gigitan Kerja

Wax di panaskan diatas burner sampai lunak

ALAT FUNGSIONAL DAN AKTIVATOR | 94


Wax digulung, dibentuk tapal kuda

Penyesuaian bentuk gulungan wax terhadap lengkung gigi rahang bawah, diatur
lebar dan panjangnya
Instruksikan pasien berlatih memposisikan gigitan edge to edge

Kasus Klas II atau Klas III :


- Relasi M1 Angle menjadi Klas 1
- Koreksi Median line menjadi segaris

Dengan dipandu wax roll lunak di gigitkan pada pasien sesuai posisi latihan

ALAT FUNGSIONAL DAN AKTIVATOR | 95


Menggunakan alat pemandu untuk mencapai tinggi wax pada interincisal gigi
anterior

- Wax labial bagian anterior


dipotong sebatas incisal gigi
- Ketebalan malam:
Anterior 2-4 mm
Posterior 4-6 mm
- Jika relasi M1 Klas 1 saat
pembuatan working bite
sudah tercapai
sedangkan overjet masih
besar karena inklinasi
insisivus atas terlalu ke labial, maka hal ini dapat dikoreksi setelah relasi M1 di
perbaiki. Interoklusal clearance 3-4 mm memudahkan mandibukla mengayun ke
depan untuk mengkoreksi interkuspasi posterior.

2. Fiksasi model pada okludator

3. Pembuatan guide wire


a. Maxillary guide wire Angle Klas II
b. Intermaxillary Guide wire Angle klas III
4. Pembuatan model malam
a. plat dasar RA
b. plat dasar RB
c. tanam guide wire
d. plat RA & RB disatukan dengan memasang working bite diantaranya

ALAT FUNGSIONAL DAN AKTIVATOR | 96


5. Try-in
6. In bed model kerja dan malam dalam cuved → bagian lingual menghadap
ke atas

7. Pengisian akrilik

* Self/ Cold cured acrylic resin


* Hot cured acrylic resin
Kerugian :
 Dibutuhkan pasien yang sangat kooperatif
 Tidak memperbaiki secara tepat mendetail dan penyelesaian oklusi, sehingga pada
akhir perawatan mungkin membutuhkan alat ortodontik lain selanjutnya misalnya
alat cekat untuk memperbaiki oklusi
 Tidak bisa digunakan pada kasus tinggi muka bagian bawah >> karena bisa
menyebabkan rotasi mandibula ke arah anterior

ALAT FUNGSIONAL DAN AKTIVATOR | 97


ALAT FUNGSIONAL DAN AKTIVATOR | 98
ANALISIS ORTODONTIK
Oleh : drg. Novarini Prahastuti, Sp. Ort
Editor : Rafi Kusuma R.S

Analisis Ortodontik
 Study model : Set up Kesling, determinasi lengkung, perhitungan dengan
metode Nance, Moyers, Pont, Khorkhaus, Howes
 Wajah/ Facial
 Hubungan Skeletal
 Sefalometri : Untuk menentukan tipe skeletal
 Analisis Percobaan : Dapat menentukan etiologi malrelasi; bentuk kebiasaan
buruk, kondisi anatomis yang menyebabkan kelainan

A. Analisis Wajah

Wajah dibagi menjadi 3 bagian yang sama


besarnya oleh garis :
1. Hair line (trichion) - glabella (alis mata)
2. Glabella - subnasale (1/3 bagian tengah}
3. Subnasale- menton (1/3 bawah}
Sepertiga bawah bagian wajah dibagi :
a. 1/3 bibir atas the upper lip
b. 2/3 bibir bawah

ANALISIS ORTODONTIK | 99
❑ Frontal Analisis Wajah
- Untuk menilai kesimetrisan wajah secara keseluruhan dalam arah vertikal
dan transversal.
- Hubungan antara lebar bitemporal, bizygomatik, bigonial dan mental dilihat
dari midline.
- Membandingkan tinggi dan bentuk wajah
- Terdapat variasi pada lebar-sempit, panjang-pendek serta bentuk wajah
persegi atau segitiga tiap individu.

❑ Analisis Kesimetrisan Wajah


Menggunakan 3 garis yaitu :
a. Facial midline (garis vertikal melalui soft tissue nasion, subnasal dan soft
tissue pogonion)
b. Bipupilary line (garis horisontal yang menghubungkan pupil kanan dan
kiri)
c. Lip line (garis horisontal yang melalui bidang stomion / pertemuan bibir atas
dan bawah)

ANALISIS ORTODONTIK | 100


- Kedua garis horisontal berpotongan tegak lurus dengan bidang
horisontal.
- Membandingkan sisi kanan dan kiri bidang dari facial midline. Kedua
sisi wajah terhadap facial midline dalam arah vertikal and horisontal
sama besar dan simetris.
- ---> menunjukkan adanya deviasi lateral mandibula serta pola
pertumbuhan asimetri dari maksila atau mandibula.

❑ Profil Muka Menurut Graber

Keterangan :
Gl : glabela
Ulc : Upper Lip Contour /
kontur bibir atas
Lic : Lower Lip Contour /
kontur bibir bawah
Sy : symphisis/ pogonion

B. Hubungan Skeletal
1. Terhadap dasar kepala/ basis cranii
2. Inter-rahang: relasi mandibula terhadap maksila

ANALISIS ORTODONTIK | 101


❑ Garis Simon
- Posisi rahang terhadap bidang orbital
- Untuk mengetahui apakah maloklusi yang diderita pasien hanya melibatkan
rahang (tipe skeletal), atau hanya melibatkan gigi geligi (tipe dental) atau
kombinasi keduanya (tipe dentoskeletal)
- Cara :
1. Pasien duduk tegak dengan pandangan lurus ke depan.
2. Titik orbital ‘O’ dan titik Tragus ‘Tr’ ditandai
3. Penggaris segitiga siku-siku diproyeksikan :
→ sisi siku yang pendek ke titik ‘O’ dan ‘Tr’ (bidang FHP)
→ sisi siku yang panjang (bidang orbital)
4. Bibir pasien ditarik dengan kaca mulut
5. Amati posisi penggaris

- Pengamatan ini harus dilakukan dari samping, tegak lurus terhadap bidang
sagital pasien, untuk menghindari kesalahan.
- Transfer posisi bidang orbital RA ke studi model RA dan RB
- Studi model sudut boxing bagian samping depan tepat pada posisi bidang
orbital pasien

ANALISIS ORTODONTIK | 102


- Diagnosis :
 Pada oklusi sentrik
 Maksila normal : 1/3 distal permukaan labial C .
- dibelakangnya : protrusif,
- didepannya : retrusif.
 Mandibula normal : interdental C dan P1 Bila
- dibelakangnya : protrusif
- didepannya : retrusif.
- Posisi penggaris segitiga yang benar, dengan bidang horisontal (H) yang
melalui Tragus- Titik Orbital sejajar lantai

❑ Sendi Temporomandibula
- Maloklusi mengakibatkan gangguan pada TMJ?
- Cara :
1. Pasien duduk tegak dan relaks
2. Kedua jempol operator ditempelkan pada kondilus pasien kanan
dan kiri
a. Pasien diinstruksikan membuka mulut kemudian digerakkan
pelan-pelan.
▪ Rasakan gerakan berputar kondilus kanan dan kiri, simetris
atau tidak ?
▪ Jika tidak simetris
→ Gangguan TMJ pada saat rotasi mandibula
b. Pasien diinstruksikan membuka lebar-lebar dan melakukan
gerakan membuka – menutup
▪ Rasakan pergeseran kondilus simetris atau tidak ?
▪ Jika tidak simetris
→ Jika ada, berarti ada gangguan pada saat translasi
mandibula
3. Pada saat mandibula digerak-gerakan
▪ Jika dirasakan ada getaran /suara gemerisik didengar pasien
→ Krepitasi
▪ Jika setiap gerakan disertai rasa sakit
→ Peradangan kondil (kondilitas).

❑ Tonus Otot Mastikasi (m. Messeter)


- Untuk mengetahui apakan maloklusi pasien terjadi karena ada tonus otot
pengunyahan yang tidak normal.
- Cara :

ANALISIS ORTODONTIK | 103


1. Tempelkan kedua telapak tangan pada kedua pipi pasien kanan
dan kiri,
2. pasien melakukan gerakan pengunyahan dan menggigit kuat-kuat.
3. Rasakan kekencangan otot pipi
- Hipertonus otot :-→ otot pipi terasa terlalu kencang pada keadaan rahang
pasien menyempit.

❑ Tonus Otot Bibir (m. Orbicularis oris)


- Untuk mengetahui apakan maloklusi pasien terjadi karena ada tonus otot
bibir yang tidak normal.
- Kasus : -→Protrusif gigi anterior atas
- Cara :
1. Tahan bibir bawah dengan kaca mulut
2. Pasien diinstruksikan menelan ludah.
3. Rasakan kekecangan otot bibir bawah.
4. Lakukan pada bibir atas dengan cara yang sama.

❑ Bibir Posisi Istirahat


- Untuk mengetahui incompetensi/ competensi otot-otot bibir pasien pada
posisi istirahat.
- Kasus : -→Protrusif gigi anterior atas
- Amati diam-diam tanpa sepengetahuan pasien,
posisi bibir :
▪ Menutup atau terbuka?
▪ Bibir bawah di belakang gigi anterior atas?
- Incompetensi otot bibir -→ jika saat pasien menutup bibirnya, penutupan
tampak dipaksakan

Lip Competent

Lips Incompetent

ANALISIS ORTODONTIK | 104


Peningkatan LAFH Mandibula retrusi
(Lower Anterior
Facial Height)

Bibir atas yang Insisivus


pendek protrusif

❑ Free Way Space


- Untuk mengetahui berapa besar jarak interocclusal pasien pada saat posisi
istirahat
- Dapat berguna untuk menentukan ketebalan bite plane jika diperlukan
pada perawatan nanti.
- Cara :
1. Posisi pasien kepala tegak dengan pandangan lurus ke depan
sejajar lantai
2. Titik Nasion, SNA dan Pogonion diberi tanda
3. Pengukuran :
• Jarak Sn – Pog saat bibir tertutup pada posisi istirahat
• Jarak Sn – Pog saat oklusi sentrik
4. Catatlah selisih pengukuran tadi.
5. Free way space normal : 2 – 4 mm

ANALISIS ORTODONTIK | 105


❑ Deep Over Bite
- Keadaan dimana overlap-ping gigi-gigi insisivi atas dan bawah dalam arah
vertikal lebih besar dari normal
- Terjadi pada Klas I, Klas II maupun Klas III.
- Etiologi : dental, skeletal maupun kombimasi dentoskeletal
- Sebab-sebab dental :
a. Supraoklusi gigi anterior
b. Infraklusi gigi posterior
c. Kombinasi a. dan b.
d. Inklinasi gigi-gigi posterior ke lingual
- Sebab-sebab skeletal
a. Ramus mandibula pendek
b. Sudut Gonion tajam
c. Pertumbuhan prosesus alveolaris berlebihan
d. Kombinasi a + b + c
- Pada keadaan normal, proporsi muka dalam arah vertikal adalah :
N – S NA = 43 % N – Me

SNA – Me = 57% N-Me


N : Nasion Me : Menton
SNA : Spina Nasalis Anterior
- Ukuran normal ini penting untuk tindakan pera-watan, apakah koreksi
dilakukan dengan ekstrusi gigi posterior atau intrusi gigi anterior

ANALISIS ORTODONTIK | 106


- Analisis deep over bite pada:
a. Cetakan model gigi
Kedalaman Kurva Spee
 Tidak curam, tepi insisal gigi anterior bawah tinggi :
→ Supraklusi gigi anterior bawah
 Sangat curam, tepi insisal gigi anterior bawah tidak tinggi:
→ Infraklusi gigi posterior
 Sangat curam, tepi insisal gigi anterior bawah tinggi :
→ Kombinasi Supraklusi gigi anterior bawah danInfraklusi
gigi posterior
b. Foto profil
 Jika N-SNA > / SNA-Me <
→ Infraklusi gigi posterior
 Jika N – SNA < , SNA-Me >
→Supraklusi gigi anterior
 Jika N-SNA=43% N-Me : N-Me <
→Kombinasi supraklusi gigi anterior dan infraklusi gigi
posterior
c. Sefalogram ( hasil sefalometri radiografi )
Untuk deep over bite tipe skeletal
a) Sudut bidang mandibula (MPA) kecil
MPA : sudut yang dibentuk oleh bidang mandibula (MP)
dan Frankfurt Horizontal Plane (FHP)
b) Ramus mandibula pendek
c) Sudut Gonion tajam
d) Pertumbuhan muka arah vertikal kurang
d. Langsung pada pasien : metoda Thompson & Brodie
Etiologi dental dari malrelasi Deep Overbite.
Deep overbite jika :

ANALISIS ORTODONTIK | 107


❑ overbite > 4 mm
❑ overbite < 4 mm namun pada keadaan klinis
→ Jika tepi incisal incisivus rahang atas menutupi > 1/ 3
tepi incisal incisivus rahang bawah dalam arah vertikal.
→Karena mahkota gigi pendek dan atau kecil
Cara:
 Sediakan malam dengan ukuran 2x1x1,5-2 cm
 Posisi pasien kepala tegak dengan pandangan lurus ke
depan sejajar lantai
 Titik Nasion, SNA dan Menton diberi tanda
 Ukur jarak N-SNA
 Hitung jarak N-M dengan rumus 100/43 x N-SNA
 Bentangkan sliding kaliper sebesar perhitungan
 Ujung atas sliding di titik N (vertikal)
 Hangatkan 2 buah malam, tempatkan di gigi P1,P2 dan M1
kiri-kanan RB
 Tuntun pasien mengatupkan mulut sambil mengucapkan
kata “M” sampai titik menton tepat di ujung sliding bawah.
 Pertahankan posisi sampai malam mengeras
 Lakukan analisis dengan memasang malam tersebut pada
studi model
Hasil analisis ada 3 macam :
1. Deep overbite masih ada sedangkan malam di regio gigi
posterior tergigit habis
→ Supraoklusi gigi anterior
2. Deep overbite terkoreksi sedangkan malam di regio gigi
posterior masih tebal
→ Infraoklusi gigi posterior
3. Deep overbite masih ada sedangkan malam di regio gigi
posterior masih tebal
→ Kombinasi supraoklusi gigi anterior dan infraoklusi gigi
posterior.

KLASIFIKASI DEEP OVERBITE MENURUT AKERLY

ANALISIS ORTODONTIK | 108


Hubungan Insisivus pada Deep Overbite Ada 2 Macam :
1. Incomplete overbite
❑ Gigi insisivus RB tidak berkontak dengan insisivus RA atau palatum
ketika sentrik oklusi
2. Complete overbite
❑ Gigi insisivus RB berkontak dengan permukaan palatal insisivus RA
atau palatum ketika sentrik oklusi.

ANALISIS ORTODONTIK | 109


❑ The Two-Finger Diagnostic Test :
- Untuk analisis skeletal rahang dalam arah antero-posterior/ sagital .
- Dilakukan dapat secara extraoral atau intraoral
❑ Hubungan Skeletal Rahang

ANALISIS ORTODONTIK | 110


C
Keterangan: A: Class I, B: Class II, C: Class III

- Class I — mandibula 2–3 mm di belakang maksila


- Class II — mandibula retrusi terhadap maksila ( mandibula > 4 mm dibelakang
maksila)
- Class III — mandibula protrusi terhadap maksila ( mandibula < 2 mm dibelakang
maksila)

Foto Rontgen
a. Intra oral : periapikal radiograf
b. Ekstra oral : OPG, Sefalometri radiograf

Analisis foto Ronsen (RÖntgen)


Mengetahui :
a. Apakah gigi-giginya lengkap / ada agenese
b. Perbandingan mahkota – akar
c. Kelainan pada akar gigi
d. Resorpsi akar gigi
e. Pembentukan akar gigi permanen
f. Kondisi benih gigi permanen
g. Keadaan patologis gigi
h. Ketebalan jaringan sekitar gigi
i. Memperkirakan ukuran mesiodistal gigi permanen yang belum erupsi  untuk
mengetahui besarnya Lee way space pada perhitungan metode Nance

C. SEFALOMETRI

ANALISIS ORTODONTIK | 111


ANALISIS ORTODONTIK | 112
ANALISIS ORTODONTIK | 113
❑ Hubungan ANB dengan Klasifikasi Skeletal
Sudut ANB Tipe Skeletal
▪ 2˚ - 4˚----------------→ I
▪ > 4˚ ----------------→ II
▪ < 2˚ ----------------→ III
❑ Blench Test
- Merupakan percobaan untuk mengetahui pengaruh frenulum labialis
terhadap diastema sentral
- Diastema sentral dapat disebabkan oleh :
a. Faktor herediter
b. Supernumery teeth, misal adanya mesiodens
c. Frenulum labialis yang abnormal

Diastema sentral

- Cara melakukan Blanche test:


1. Bibir atas pasien yang mempunyai frenulum labialis tebal ditarik ke
atas dan ke arah luar.

ANALISIS ORTODONTIK | 114


2. Perhatikan papila interdental di daerah palatal
▪ Jika area papila insisivus tampak pucat (ischaemia), berarti
diastema disebabkan oleh perluasan perlekatan frenulum labialis
ke arah palatum
→ Menunjukkan keadaan abnormal
▪ Jika bibir ditarik tidak ada tanda pucat pada papila palatinal →
diastema tidak disebabkan oleh frenulum labialis.

D. Analisis Percobaan : Bad Habit


Bernafas lewat mulut ( mouth breathing )
- Percobaan untuk mengetahui adanya mouth breathing :
a) Cotton Butterfly test
b) Refleks ala nasi/ kontrol alar musculator
c) Mouth mirror test
d) Water test
- Etiologi mouth breathing :
1. Kelainan bentuk anatomis :
- Septum nasi bengkok/ membesar
- Bibir atas pendek
2. Keadaan patologis
- Katarak nasal kronis
- Nasal stenosis
- Pertumbuhan tumor cavum nasi
- Congesti nasal yang komplit
- Polip hidung
- Tonsilitis / adenoiditis
Menurut Moyers :
Tanda-tanda mouth breathing
a. RA kontraksi, palatum tinggi dan sempit
b. Gigi-gigi anterior protrusi/ labioversi
c. Gigi-gigi anterior RA dan RB berjejal
d. Bibir bawah membesar dan pecah-pecah
e. Sering ada deep over bite
f. Relasi Molar Klas I atau Klas II Angle
g. Terjadi iritasi gingiva ---> gingiva kering
h. Saliva mengental, populasi bakteri meningkat
Menurut Salzman :
a. Berat badan kurang
b. Mulut terbuka
c. Bibir bawah terletak antara insisivi RA dan RB
d. Lengkung gigi RA sempit
e. Palatum tinggi, kadang-kadang berbentuk ‘V’
f. Hidung tampak kotor, bibir atas mengelupas
g. Sering menderita pilek berulang-ulang

ANALISIS ORTODONTIK | 115


❑ Cotton Butterfly Test
Cara melakukan Butterfly Test
1. Sejumput kapas, tipiskan
2. Puntir bagian tengahnya sehingga menyerupai
bentuk kupu-kupu
3. Bagian tengah dibasahi air, tempelkan pada
filtrum diatas bibir atas
4. Masing-masing sayap tepat di depan lubang
hidung
5. Perhatikan, adakah getaran kapas akibat udara
pernafasan pasien
Jika kapas bergetar → pernapasan hidung
Jika tidak bergetar → pernapasan mulut
Refleks Ala Nasi
Pada waktu bernafas normal terjadi perubahan ukuran bagian luar hidung
(cuping hidung /ala nasi) tampak jelas.
Pernafasan hidung → Refleks ala-nasi baik.
Pernafasan mulut → Perubahan tersebut tidak tampak.

Cara melakukan tes :


- Pasien diminta menutup bibir, lalu menarik nafas panjang melalui hidung
berkali-kali, amati refleks ala nasinya.
▪ Jika ada refleks (positif)
→ Pernafasan hidung
▪ Jika tak ada (negatif)
→ Pernafasan mulut

❑ Mouth Mirror Test


Udara pernafasan mengandung uap air yang ikut keluar pada waktu ekspirasi,
yang dapat terdeteksi jika menggunakan kaca mulut di depan lubang hidung.
- Cara melakukan tes :
Letakkan kaca mulut di depan lubang hidung pasien, amati adakah uap air
yang keluar yang mengembun pada kaca mulut.

ANALISIS ORTODONTIK | 116


▪ Jika ada embun
→ Pernapasan hidung
▪ Jika tak ada embun
→ Pernapasan mulut
- Cara lain Mirror test :
Menggunakan 2 kaca mulut dengan sisi cermin dipegang antara hidung dan
mulut (cermin 2 sisi diletakan )

❑ Water Test
- Pasien diminta mengisi mulut dengan air dan mempertahankannya dalam
beberapa saat.
▪ Jika mampu menahan beberapa saat
→ Pernafasan hidung
▪ Jika tak mampu menahan
→ Pernafasan mulut

Curve of Spee
Curve of spee dibentukkan oleh distal marginal ridge gigi M2 dalam lengkung dan
incisal edge dari insisivus sentral rahang bawah.
Tujuan curve of spee adalah untuk menentukan akhir perawatan.
Hal yang perlu diperhatikan:
1. Titik incisal atau tepi incisal rahang bawah dari samping (curve of spee hanya
mengukur rahang bawah)
2. Titik terdistal molarm biasanya gigi molar 2 dan menggunakan penggaris
3. Lengkung kanan dan kiri bisa berbeda, sebaiknya mengukur dengan penggaris
4. Dulihat dari cekung terdalam (biasanya di gigi P2), bukan garis lurusnya yang
dilihat
5. Kemudian diukur dari garis sampai gigi P2 tingginya beberapa dengan
menggunakan sliding caliper bagian bawahnya, bukan bagian ujung yang runcing.

ANALISIS ORTODONTIK | 117


ANALISIS ORTODONTIK | 118
DETERMINASI LENGKUNG DAN KESLING
Oleh : drg. Novarini Prahastuti, Sp.Ort
Editor : Melania Rizky
METODE KESLING
• Metode analisis Set up model dikemukakan oleh Kesling (1956). Merupakan
prosedur laboratorium yang melibatkan pemotongan dan reposisi/ pemasangan
kembali gigi dalam model studi duplikat untuk mengkoreksi maloklusi yang ada.
• Metode cara langsung pada model dengan memisahkan gigi-gigi yang akan
dikoreksi dengan cara menggergaji masing-masing mahkota gigi dari bagian
processus alveolarisnya setinggi 3 mm dari marginal gingiva, kemudian menyusun
kembali pada posisi yang benar.
• Pemasangan gigi disusun sesuai rencana perawatan berdasarkan diagnosis,
kemudian diuji dan diubah sampai tercapai hasil yang terbaik.
• Cara ini memungkinkan simulasi hasil sebelum memulai perawatan ortodontik
• Suatu positioner gigi yang membantu dalam penyelesaian perawatan ortodontik
dapat dipakai untuk menegakkan diagnosis, merencanakan perawatan maupun
prognosis perawatan suatu kasus secara individual.
• Karena cara ini mampu untuk mendiagnosis maka disebut : DIAGNOSTIC SET
UP MODEL
• Model yang telah disusun kembali dalam lengkung gigi tersebut merupakan
gambaran suatu hasil perawatan, karena itu disebut : PROGNOSIS SET UP
MODEL
• Kekurangan : pembuatan cukup melelahkan
• Keuntungan : bagi ortodontists
- informasi dapat dipercaya.
- rencana perawatan menjadi kurang spekulatif
- terutama untuk kasus ortodontik ‘borderline’ dimana biasanya ada masalah
klinis.
Prosedur
1. Siapkan model RA & RB.
2. Fiksasi pada okludator yang sesuai, dengan dibuat kedudukan basis dari model
sejajar dengan bidang oklusal (model RB).

Seharusnya bidang oklusal dengan bidang mandibula (mandibulair plane) membentuk


sudut rata-rata 15
3. Kemudian memotong / memisahkan gigi-gigi dari model tersebut pada aproksimal
kontak dengan pisau/gergaji tipis
Caranya :
a. Buat lubang dengan gergaji ±3 mm di atas gingival margin (fornix) antara
1 1

DETERMINASI LENGKUNG DAN KESLING | 119


b. Dari lubang ini buat irisan arah horisontal kanan - kiri misalnya sampai M1.
c. Kemudian dari sini buat irisan vertikal pada aproksimal M2-M1

d. Buat pada setiap aproksimal irisan arah vertikal.


e. Pisahkan masing-masing gigi, beri tanda
f. Susun kembali gigi-gigi tersebut dalam lengkung yang dikehendaki dengan
perantaraan pelekatan wax.
g. Perlu diperhatikan :
Akan terlihat:
- cukup ruang
- kurang ruang,
maka dilakukan
pengurangan gigi
(pencabutan 1
atau 2 gigi : P1
atau P2).
• Rahang Atas caranya sama seperti pada RB, pertimbangkan: overjet dan overbite
Modifikasi Cara Pembuatan Kesling
a. Siapkan hasil cetakan yang belum diisi gips.

b. Isi dengan gips sampai  5 mm dari gingival margin.

c. Tunggu sampai agak keras, kemudian lapisi bagian atas gips dengan selapis tipis
wax cair panas.

DETERMINASI LENGKUNG DAN KESLING | 120


d. Tunggu wax keras kemudian isi lagi dengan gips. Lapisan wax ini berfungsi sebagai
pemisah

e. Lepaskan dari cetakan


f. Model difiksasi pada okludator dan diberi tanda serta dipisahkan arah vertikal pada
aproksimal kontaknya.
g. Susun kembali sesuai lengkung yang dikehendaki dengan cara sama.
h. Pada gigi yang berjejal parah, pemotongan gigi sampai lengkung basal sulit
dilakukan. Untuk kasus ini, pemotongan dilakukan sedikit di bawah mahkota klinis
i. Pada cara kedua, lapisan wax separator juga sedikit di bawah mahkota klinis
Kasus :
1. Rahang Bawah normal, penyusunan gigi RA mengikuti Rahang Bawah
2. Rahang Atas normal, penyusunan gigi RB mengi-kuti Rahang Atas
3. Rahang Atas & Rahang Bawah tidak normal, tentukan Rahang Bawah lebih dulu

DETERMINASI LENGKUNG DAN KESLING | 121


DETERMINASI LENGKUNG DAN KESLING | 122
DETERMINASI LENGKUNG DAN KESLING | 123
Analisis Ruang pada Gigi Berjejal
Prinsip dasar : membandingkan antara ruang yang tersedia dan ruang yang dibutuhkan untuk
mengatur gigi sebagaimana mestinya.

DETERMINASI LENGKUNG DAN KESLING | 124


Perbandingan antara ruang yang tersedia dan ruang yang dibutuhkan untuk menentukan :
a. Apakah di dalam lengkung terjadi kekurangan ruang yang akhirnya terjadi crowding
b. Ataukah tersedia cukup ruang untuk menampung gigi-gigi
c. Atau kelebihan ruang yang akan membuat celah / spacing di antara gigi-gigi
DETERMINASI LENGKUNG
• Salah satu cara menetapkan kebutuhan ruang untuk pengaturan gigi-gigi dalam
perawatan ortodontik.
• Mengetahui diskrepansi ukuran mesio-distal gigi ( kebutuhan ruang ).
• Metode cara tidak langsung yaitu dengan mengukur panjang lengkung ideal yang
direncanakan pada plastik transparan di atas plat kaca kemudian membandingkan
dengan jumlah lebar mesiodistal gigi yang akan ditempatkan pada lengkung
tersebut.
• Perencanan perawatan akan lebih mudah dilakukan karena tidak perlu membuat
model khusus (Set up model).
Bahan dan Alat
1. Model studi
2. Plat kaca atau mika, tebal 2 mm
3. Plastik transparan
4. Spidol F (fine) tiga warna (hijau, biru dan merah)
5. Kaliper geser skala 0,05 mm
6. Alkohol atau thinner
7. Kapas
Cara Kerja
1. Penapakan lengkung pra-koreksi ( lengkung awal / lengkung mula-mula).
- Membuat lengkung awal RA & RB
- Mengecek ketepatan hasil penapakan
2. Penapakan lengkung pasca koreksi ( lengkung ideal ).
- Membuat lengkung ekspansi RA & RB
3. Mengukur dikrepansi lengkung ideal RA&RB
4. Menetapkan cara pencarian ruang
Menapak Lengkung Pra Koreksi
1. Penapakan pada rahang atas:
a. Model studi rahang atas diletakkan diatas meja datar sejajar lantai.
b. Plat gelas / mika diletakkan diatas permukaan oklusal gigi-gigi.

DETERMINASI LENGKUNG DAN KESLING | 125


c. Diatas plat dilapisi plastik transparan.
d. Pengamatan tegak lurus bidang plat, penapakan m-d terbesar dari gigi M1 kanan –
M1 kiri dilakukan dengan spidol biru.
e. Menetapkan titik puncak lengkung sesuai dengan posisi median line gigi di daerah
inter dental Insisivus sentral atas.
f. Menetapkan basis lengkung di kedua kaki lengkung ( kanan dan kiri ) di distal gigi
terakhir yang posisinya normal.
g. Mentransfer posisi basis lengkung RA ke model RB
- Model RA dan RB dioklusikan secara sentrik
- Posisi basis lengkung gigi RA ditransfer ke gigi RB dengan membuat garis pada
permukaan bukal mahkota gigi RB kanan dan kiri, tepat pada sisi distal gigi RA
yang dipilih sebagai basis lengkung
- Posisi basis lengkung gigi RA tidak selalu akan sama dengan posisi distal gigi
RB
Contoh :
- koreksi hanya sampai gigi 12&22 maka basis lengkung dibuat didistal gigi 13 & 23
- maka basis lengkung dibuat di distal 15 & 25
- koreksi dilakukan sampai 15 & 25 maka basis lengkung ditetapkan pada distal gigi
16 & 26

2. Penapakan pada rahang bawah :


a. Plat gelas diletakkan pada permukaan oklusal model gigi RB.

DETERMINASI LENGKUNG DAN KESLING | 126


b. Plastik transparan dibalik supaya posisi kanan dan kiri RA sesuai dengan RB,
kemudian basis lengkung rahang atas dihimpitkan pada posisi basis yang telah
dibuat pada RB tadi .
c. Kemudian dilakukan penapakan dengan spidol biru mengikuti m-d terlebar dari
gigi M1 kanan – M1 kiri.
d. Menetapkan posisi puncak lengkung RB di daerah interdental Insisivus sentral
bawah.
e. Menetapkan basis lengkung di kedua kaki lengkung ( kanan dan kiri ) di distal gigi
terakhir yang posisinya normal.
Mengecek Ketepatan Hasil Penapakan
Pengukuran dengan sliding calipers :
- Jarak puncak lengkung RA & RB = overjet pasien
- Lebar kaki lengkung RA & RB hasil penapakan = lebar pada model studi.
Menapak Lengkung Ideal
Mengacu kepada oklusi normal, posisi dan relasi rahang serta kemampuan alat yang dipakai
untuk melakukan koreksi terhadap gigi, kemudian ditetapkan :
a. koreksi median line
b. koreksi relasi M1 (klasifikasi Angle )
c. koreksi malposisi ringan gigi posterior atau dianggap normal saja
d. Retraksi maksimal gigi anterior untuk mengkompensasi rahang yang protrusif
e. Lengkung ideal RA dibuat terlebih dahulu diikuti RB, atau sebaliknya

1. Penapakan pada Rahang Atas


a. Plat gelas dletakkan pada permukaan oklusal model RA dan plastik transparan
dibalik dikembalikan pada posisi semula.
b. Tetapkan posisi puncak lengkung ideal RA yang akan dibuat yaitu :
- Jika tidak ada retraksi, puncak lengkung tetap
- Retraksi maksimal sampai inklinasi gigi insivus atas tegak yaitu dengan
meletakkan titik spidol merah tepat setinggi foramen insisivum
- Retraksi sampai inklinasi gigi insisivus normal yaitu 2-4 mm didepan foramen
insisivum
c. Ukur besar retraksi gigi anteror atas yang telah ditetapkan dengan dan hitung besar
perubahan overjet.
Apabila nilainya negatif akan terjadi crossbite anterior, jika tidak dilakukan retrusi
pada RB.
d. Tetapkan beberapa titik posisi gigi lain yang dianggap normal (jika ada)
hubungkan titik basis lengkung kanan dan kiri ke puncak lengkung membentuk
lengkung ideal rahang atas.

2. Penapakan pada Rahang Bawah


a. Plat gelas dipindahkan ke model RB. Plastik transparan dibalik posisi basis
dipaskan pada posisi semula.
b. Tetapkan overjet akhir yang akan direncanakan dengan menetapkan posisi puncak
lengkung ideal RB dibelakang puncak lengkung ideal RA.
c. Tetapkan besar retraksi (mungkin juga protraksi) pada RB yang harus dilakukan
dengan mengukur jarak posisi titik puncak lengkung awal ke puncak lengkung
ideal RB.

DETERMINASI LENGKUNG DAN KESLING | 127


d. Tetapkan beberapa titik posisi gigi lain yang dianggap normal (jika ada),
hubungkan titik basis lengkung kanan dan kiri kepuncak lengkung membentuk
lengkung ideal RB.
Mengukur Diskrepansi Lengkung
Dilakukan dengan mempertimbangkan apakah perlu dilakukan koreksi median line
gigi atau tidak.
1. Pengukuran pada Rahang Atas
a. Pada lengkung ideal tetapkan posisi puncak lengkung tepat pada posisi median
RA. Jika perlu dilakukan koreksi median line tetapkan posisi puncak lengkung
ideal dengan menggeser posisi median line ke posisi yang benar sesuai dengan
besar pergeseran gigi yang ada.
b. Dengan spidol F (hijau) tetapkan posisi basis kanan dan kiri lengkung ideal (distal
P2 atau distal M1) sesuai dengan posisi gigi P2/ M1 yang sebenarnya.
c. Ukur kecukupan ruang lengkung ideal :
- Dari median line ke basis kanan dengan menggunakan sliding caliper, mulai
tapakkan ukuran mesiodistal gigi dari I1sampai P2/ M1, tandai dengan spidol
F (merah)
- Kekurangan ruang sisi kanan akan diketahui dengan membandingkan selisih
jarak titik distal P2/ M1 sebenarnya (warna hijau) dengan titik distal P2/ M1
setelah disusun sesuai lengkung ideal.
- Dari median line ke basis kiri dengan menggunakan sliding caliper, mulai
tapakkan ukuran mesiodistal gigi dari I1sampai P2/ M1, tandai dengan spidol
F (merah)
- Kekurangan ruang sisi kiri akan diketahui dengan membandingkan selisih jarak
titik distal P2/ M1 sebenarnya (warna hijau) dengan titik distal P2/ M1 setelah
disusun sesuai lengkung ideal.

2. Pengukuran pada Rahang Bawah


- dengan cara yang sama seperti pada RA dilakukan juga pengukuran pada RB
- Gambar hasil penapakan :

Keterangan :
: lengkung pra koreksi (awal/mula-mula)
------------ : lengkung pasca koreksi (ideal)

Menetapkan Cara Pencarian Ruang → Analisis Carey


• Apabila kekurangan ruang per sisi lengkung didapatkan :
a. 1/2 m-d gigi P1: cabut gigi P1 pada sisi tersebut.
b. > 1/4 - 1/2 m-d gigi P1 :
- jika ada pergeseran median line, cabut satu P1 satu sisi lengkung
- jika lengkung gigi simetris, cabut dua P2 kanan dan kiri,

DETERMINASI LENGKUNG DAN KESLING | 128


- jika lengkung gigi kontraksi, ekspansi kombinasi grinding
c. < dari 1/4 m-d gigi P1 :
- jika pasien tidak rentan karies, grinding gigi anterior
- jika lengkung gigi kontraksi di ekspansi
• Apabila hasil perhitungan Determinasi Lengkung di analisis berdasarkan metode
Carrey ditetapkan rencana perawatan dengan ekspansi, maka perlu dibuat
Determinasi Lengkung Ekspansi.
Determinasi Lengkung Ekspansi
Cara kerja :
1. Penapakan lengkung pra-koreksi
- Membuat lengkung awal RA & RB
- Mengecek ketepatan hasil penapakan
2. Penapakan lengkung ekspansi
- Membuat lengkung ekspansi RA & RB
Contoh kombinasi dengan grinding :

grinding

• Pengukuran kawat tembaga sisi kanan-kiri berdasarkan :

Membuat Lengkung Ekspansi RA


- Tarik garis lurus dari kedua ujung kaki
- Ukur jarak ekspansi maksimum: selisih IFC – IP ( mm) --> Howes
- Ekspansi bisa dilakukan jika: IFC > IP, karena ekspansi lateral maksimum: IP = IFC
- Tandai titik IP awal (menurut Howes) dan titik ekspansi maksimum.
- Ukur jumlah mesiodistal gigi-geligi sisi kanan lalu sisi kiri, jangan sampai tertukar.
- Kawat lunak ditandai di antara kedua sisi merupakan puncak lengkung, kedua ujung
kawat merupakan kaki lengkung

DETERMINASI LENGKUNG DAN KESLING | 129


- Puncak lengkung kawat diletakan sesuai puncak determinasi lengkung ideal terdahulu
(sebelum di ekspansi: akan retraksi/ protraksi/ tetap?)
- Kawat bagian lateral diletakkan antara 2 titik tanda (awal – ekspansi maksimum)
- Kedua sisi kawat dilebarkan ke lateral hingga ujung-ujungnya tepat jatuh di
perpanjangan garis lurus kaki determinasi mula-mula.
- Bentuk lengkung kawat seideal mungkin.
- Perhatikan apakah lateral kawat melebihi titik ekspansi maksimum sisi kanan-kiri
lengkung?
- ≤ batas ekspansi maksimum, buat garis merah terputus-putus menyusuri kawat,
membentuk lengkung ekspansi.
- > batas ekspansi maksimum, maka lebar lateral lengkung diubah hanya sampai titik
maksimum ekspansi
- Maka kedua ujung kawat tidak bisa jatuh tepat di perpanjangan garis lurus kaki
determinasi mula-mula, tapi menjadi jatuh di distal garis tersebut.
- Buat garis merah terputus-putus menyusuri kawat, membentuk lengkung ekspansi.
- Jarak ke arah distal antara ujung kawat dengan bagian kawat yang memotong garis
perpanjangan garis lurus kaki determinasi mula-mula, merupakan diskrepansi
determinasi lengkung ekspansi pada sisi tersebut.
- Diskrepansi ini nantinya akan diatasi dengan penggrindingan mesio-distal gigi anterior.
Sehingga perawatan menjadi ekspansi dengan kombinasi grinding.
- Untuk mengetahui ekspansi lateral yang dibutuhkan, maka ukur jarak lateral lengkung
mula-mula dengan lengkung ekspansi sejajar titik IP.
- Dari jumlah yang diketahui dengan lebih jelas dapat direncanakan berapa putaran skrup
ekspansi yang dibutuhkan dalam suatu perawatan.

Membuat Lengkung Ekspansi RB


- Plat kaca dipindahkan ke model rahang bawah. Plastik transparan dibalik, posisi basis
dipaskan pada posisi semula.
- Tarik garis lurus dari kedua ujung kaki determinasi lengkung rahang bawah melebar
ke samping.
- Tetapkan overjet akhir yang direncanakan dengan menetapkan puncak lengkung ideal
rahang bawah di belakang puncak lengkung rahang atas.
- Sesuaikan bentuk lengkung ekspansi rahang bawah dalam arah lateral dengan lengkung
ekspansi rahang atas supaya diperoleh interdigitasi yang baik pada akhir perawatan.
- Dengan kawat lunak dilakukan dengan cara yang sama seperti pengukuran pada rahang
atas

Determinasi Lengkung Kasus Diastema


Cara kerja :
1. Penapakan lengkung pra-koreksi
- Membuat lengkung awal RA & RB
- Mengecek ketepatan hasil penapakan
2. Penapakan lengkung setelah diastema ditutup
- Membuat lengkung ideal RA & RB

• Besar retraksi gigi anterior RA = jarak antara puncak lengkung awal dengan puncak
lengkung ideal

DETERMINASI LENGKUNG DAN KESLING | 130


Membuat Lengkung Diastema RA
- Ukur jumlah mesiodistal gigi-geligi sisi kanan lalu sisi kiri, jangan sampai tertukar
- Kawat lunak yang mudah dibentuk diukur sesuai panjang sisi kanan beri tanda
dilanjutkan panjang sesuai sisi kiri, kemudian ujung kawat dipotong
- Tanda di antara kedua sisi merupakan puncak lengkung sedangkan kedua ujung kawat
merupakan kaki lengkung.
- Ke dua kaki kawat diletakkan pada distal M1 kanan dan kiri
- Titik tengah kawat diletakkan menyentuh garis tengah vertikal perpanjangan puncak
lengkung
- Ukur jarak puncak determinasi lengkung awal ke ideal (vertikal) : besar retraksi gigi
anterior gigi rahang (jika seluruh diastema ditutup)
- Diskrepansi RA dan RB = 0 , karena kelebihan ruang sudah ditutup dengan retraksi.
Membuat Lengkung Diastema RB
- Plat kaca dipindahkan ke model rahang bawah. Plastik transparan dibalik, posisi basis
dipaskan pada posisi semula.
- Dari puncak lengkung ideal rahang atas direncanakan besar overjet sehingga dapat
ditentukan posisi tepat puncak lengkung ideal rahang bawah.
- Sesuaikan bentuk lengkung ideal RB dengan lengkung ideal RA supaya diperoleh
interdigitasi yang baik pada akhir perawatan.
- Dengan kawat lunak dilakukan dengan cara yang sama seperti pengukuran pada rahang
atas

DETERMINASI LENGKUNG DAN KESLING | 131


DETERMINASI LENGKUNG DAN KESLING | 132
PERHITUNGAN PONT, BOLTON, KORKHAUS DAN HOWES
drg. Novarini Prahastuti, Sp.Ort.
Editor : Melania Rizky

METODE PONT
Metode ini dikenalkan oleh Dr. Pont thn. 1909, digunakan untuk gigi RA
• Dasar : Pada lengkung gigi dengan susunan gigi teratur terdapat hubungan antara Σ
m-d 4 insisivus RA dengan lebar lengkung gigi daerah inter P1 dan inter M1.
• Tujuan : mengetahui pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah lateral
yaitu normal, kontraksi (kurang) atau distraksi (lebih)
• Kriteria :
< 5 mm berarti ringan
5 – 10 mm berarti sedang
> 10 mm berarti berat
• Susunan gigi normal, ideal :
- Gigi-gigi yang lebar membutuhkan lengkung yang lebar
- Gigi-gigi yang kecil membutuhkan lengkung yang kecil
- Keseimbangan antara besar gigi dengan lengkung gigi
• Hubungan tersebut dinyatakan dalam : Indeks Premolar dan Indeks Molar

Perhitungan Indeks Pont


a. Untuk regio inter premolar pertama :

PERHITUNGAN PONT, BOLTON, KORKHAUS DAN HOWES | 133


∑ I x 100
Indeks Premolar = = 80
Jarak P1 - P1

b. Untuk regio inter molar pertama :


∑ I x 100
Indeks Molar = = 64
Jarak M1 - M1

• Jarak inter P1 dan jarak inter M1 yang seharusnya untuk lebar m-d 4 insisivus RA
terukur
∑ I x 100
Jarak P1 - P1 =
80
∑ I x 100
Jarak M1 - M1 =
64

Prosedur Perhitungan untuk Inter P1


1. Ukurlah Σ m-d 4 insisivus RA dengan sliding kaliper.
2. Pengukuran inter P1 adalah lebar titik terdistal cekung mesial gigi P1 atas kanan dan
kiri, atau jarak puncak tonjol bukal gigi P1 bawah kanan dan kiri.
3. Hitung jarak inter P1 dengan menggunakan rumus untuk P1 (seharusnya)
4. Selisih hasil pengukuran - perhitungan
Kesimpulan, jika diperoleh :
a. pengukuran = perhitungan → Pertumbuhan lengkung inter P1 gigi normal
b. pengukuran > perhitungan → Pertumbuhan ke lateral distraksi
c. pengukuran < perhitungan → Pertumbuhan ke lateral kontraksi
Prosedur Perhitungan untuk Inter M1
1. Ukurlah Σ m-d 4 insisivus RA dengan sliding kaliper.
2. Pengukuran inter M1 adalah jarak antara cekung mesial pada permukaan oklusal
M1 atas kanan dan kiri, atau jarak titik tertinggi tonjol tengah pada tonjol bukal M1
bawah kanan dan kiri.
3. Hitung jarak inter M1 dengan menggunakan rumus untuk M1 (seharusnya)
4. Selisih hasil pengukuran - perhitungan
Kesimpulan, jika diperoleh :
a. pengukuran = perhitungan → Pertumbuhan lkg inter M1 gigi normal
b. pengukuran > perhitungan → Pertumbuhan ke lateral distraksi
c. pengukuran < perhitungan → Pertumbuhan ke lateral kontraksi
Pertumbuhan arah lateral kurang → kontraksi
Pertumbuhan arah lateral lebih → distraksi
Derajat kontraksi / distraksi :
- Mild degree / ringan : 0,5 – 5 mm
- Medium degree : 5,5 – 10 mm
- Severe degree / parah : > 10 mm
Menentukan Jarak Inter P1 dan Jarak Inter M1
1. Pengukuran study model ( sebenarnya )
2. Perhitungan dgn rumus ( seharusnya )
3. Tabel Pont ( seharusnya ), sebagai bandingan

PERHITUNGAN PONT, BOLTON, KORKHAUS DAN HOWES | 134


Cara Menggunakan Tabael Pont
1. Ukurlah Σ m-d 4 insisivus RA dengan sliding kaliper.
2. Lihat tabel Σ m-d 4 insisivus RA sebesar yang terukur.
Pada tabel terdapat kolom ke arah kanan menunjukkan Jarak P1 - P1, kolom Jarak M1 - M1,
Juga terdapat kolom selanjutnya jarak sagital antara insisivus dan interpremolar satu atas (
perhitungan Korkhaus )

• Perhitungan Pont digunakan untuk periode gigi bercampur dan periode gigi
permanen
Periode gigi bercampur Gigi pedoman 6 4 1 1 4 6

6 V 4 III 2 1 1 2 III 4 V 6

6 V IV 3 2 1 1 2 3 IV V 6

METODE BOLTON
Metode ini dikenalkan oleh Bolton dalam dua indeks, yaitu :
a. Indeks anterior bolton (Anterior Bolton Index / ABI)
b. Indeks keseluruhan bolton (Overall Bolton Index/ OBI)

• Analisis Bolton merupakan perbandingan antara lebar mesio-distal total gigi-gigi rahang
bawah dan rahang atas. Analisis ini digunakan pada gigi permanen dengan melakukan
pengukuran lebar mesiodistal setiap gigi permanen
• Analisis ini digunakan untuk :
- menentukan ukuran yang tidak
proporsional antara gigi rahang atas dan
rahang bawah
- memprediksi posisi akhir gigi dalam
lengkung rahang sehingga diperoleh hasil
perawatan yang baik
- memperkirakan hubungan overjet dan
overbite yang kemungkinan akan didapat
setelah perawatan selesai

ABI
- Merupakan persentase dari perbandingan ukuran mesiodistal gigi anterior (kaninus
kiri sampai kaninus kanan) rahang atas dengan rahang bawah.
- Rumus :
ABI = C - C rahang bawah x 100 %
C - C rahang atas
- Oklusi normal apabila → ABI = 77,2% (74,5 – 80,4 %)

OBI
- Merupakan persentase perbandingan ukuran mesiodistal gigi M1 kiri hingga M1
kanan rahang atas dengan rahang bawah
- Rumus :
OBI = M1-M1 rahang bawah x 100 %
M1-M1 rahang atas

PERHITUNGAN PONT, BOLTON, KORKHAUS DAN HOWES | 135


- Oklusi normal apabila → OBI = 91,3% ( 87,5 – 94,8%)

• OBI dan ABI dapat digunakan untuk mengetahui letak kesalahan yang harus dikoreksi
(dirahang atas atau rahang bawah)
• Apabila ABI > 77,2 %, OBI > 91,3%, maka ukuran lengkung gigi rahang atas benar dan
rahang bawah terlalu besar/ panjang dari seharusnya. Kemudian berdasarkan ukuran gigi
RA yang benar dilihat ukuran gigi RB yang seharusnya pada tabel Bolton.
• Apabila ABI < 77,2 %, OBI < 91,3%, maka ukuran lengkung gigi rahang bawah benar
dan rahang atas terlalu besar/ panjang dari seharusnya. Kemudian berdasarkan ukuran
gigi RB yang benar dilihat ukuran gigi RA yang seharusnya pada tabel Bolton.
• Hasil analisis Bolton dapat digunakan untuk menyusun rencana perawatan ortodontik
seperti interproximal stripping, ekspansi, dan ekstraksi, atau kombinasinya.

Analisis Study Model


1. Set up Kesling → 3 dimensi
2. Determinasi Lengkung → 2 dimensi
3. Perhitungan : Nance, Moyers, Pont, Khorkhaus, Howes

PERHITUNGAN PONT, BOLTON, KORKHAUS DAN HOWES | 136


Perhitungan dalam Ortodontik
• Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan rahang termasuk lengkung gigi dan
lengkung basal
• Apakah maloklusi pasien disebabkan karena adanya gangguan pertumbuhan dan
perkembangan
• Perlu perhitungan-perhitungan tertentu sesuai dengan periode gigi-geligi pasien

Metode Perhitungan
1. Periode gigi bercampur : Nance, Huckaba, dan Moyers
2. Periode gigi permanen : Pont, Korkhaus, Howes, Bolton, Kesling, dan Determinasi
lengkung

Alat dan Bahan


1. Model studi
2. Foto rongent : individual / periapical, panoramic, dan sefalometrik
3. Tabel standar normal
4. Rumus tertentu
5. Alat ukur : sliding kaliper

METODE KORKHAUS
• Prediktor : lebar mesiodistal gigi 4
gigi insisivus RA.
• Untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan lengkung gigi rahang
atas kearah anterior, dengan cara
mengetahui diskrepansi tinggi
lengkung gigi yang ideal berdasarkan
table dan hasil pengukuran pada
model studi.
• Tetapkan tinggi lengkung gigi yang
ideal melalui table Korkhaus, catat
pada formulir.
• Ukur tinggi lengkung gigi pasien yang ada pada model studi dengan cara sebagai
berikut :
a. Letakan penggaris di atas permukaan oklusal gigi P1 kanan dan kiri tepat
pada titik pengukuran Pont,

b. dengan sliding kaliper, pangkal pegangan ditempelkan pada permukaan


labial didekat incisal incisivus sentral kanan dan kiri (di daerah interdental)

PERHITUNGAN PONT, BOLTON, KORKHAUS DAN HOWES | 137


c. kemudian kaliper digeser membuka sehingga penunjuk pada pangkal
pegangan mencapai posisi penggaris.
d. Catat hasil pengukuran pada formulir
• Diskrepansi tinggi lengkung gigi pasien diperoleh dengan membandingkan hasil
pengukuran dengan data table (indeks Korkhaus)
• Apakah pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi pasien kearah anterior :
normal, protraksi atau retraksi ?
Caranya :
- Ukur jarak sagital antara insisivus sentral atas dan garis transversal inter
premolar satu atas
- Lihat pada tabel Pont, dengan pedoman jumlah lebar mesiodistal ke-empat
insisivi atas
- Bandingkan ad.1 dan ad.2
Kesimpulan, jika diperoleh :
a. Pengukuran = tabel → pertumbuhan lengkung gigi ke anterior
normal
b. Pengukuran > tabel → pertumbuhan lengkung gigi ke anterior
lebih besar dari normal (protraksi)
c. Pengukuran = tabel → pertumbuhan lengkung gigi ke anterior
kurang (retraksi)

Tabel Indeks Pont dan Korkhaus

METODE HOWES
• Metode ini dikenalkan oleh Ashley E. Howes 1941
• Gigi crowding (Howes) :

PERHITUNGAN PONT, BOLTON, KORKHAUS DAN HOWES | 138


- lebih diakibatkan masalah lebar lengkung daripada panjang lengkung.
- bukan hanya disebabkan ukuran gigi namun juga karena lengkung basal yang
tidak cukup dalam menampung gigi.
• Prediktor :
- Jumlah lebar m-d gigi – gigi RA dari M1 kanan sampai M1 kiri (
6.5.4.3.2.1.1.2.3.4.5.6 )
- Panjang perimeter lengkung gigi
- Cara :
1. Ukur lebar mesiodistal gigi-gigi dari M1 – M1 catat pada formulir
pemeriksaan
2. Ukur lebar lengkung gigi dengan mengukur jarak inter P1 pada titik bagian
dalam tonjol bukal gigi P1 kanan dan kiri
3. Hitung indeks premolar pasien yaitu : lebar inter P1 dibagi jumlah lebar
mesiodistal gigi M1-M1 dikalikan 100.
4. Hitung lebar lengkung basal dengan mengukur jarak interfossa canina
yaitu titik pada basis alveolaris setinggi apeks gigi P1 kanan dan kiri ( titik
8 mm dibawah puncak papila interdental distal kaninus kanan dan kiri).
5. Hitung indeks fossa canina pasien yaitu : lebar inter fossa canina dibagi
jumlah lebar mesiodistal gigi M1-M1 dikalikan 100

• Dasar
Pada susunan gigi normal :
a. Ada hubungan antara lebar lengkung gigi dengan panjang perimeter lengkung
gigi

PERHITUNGAN PONT, BOLTON, KORKHAUS DAN HOWES | 139


b. Ada hubungan antara lebar lengkung basal dengan panjang perimeter lengkung
gigi
c. Ada keseimbangan antara lebar lengkung gigi dengan lebar lengkung basal
• Istilah
- TTM : Total Tooth Material (m-d M1-M1)
- PMBAW : Premolar Basal Arch Width ( Inter Fossa Canina)
- PMD : Premolar Diameter (Inter Premolar)

Hubungan antara lebar lengkung gigi dgn panjang perimeter lengkung gigi
dinyatakan dengan Indeks Howes untuk Premolar, besarnya 43 %

Jarak (P1-P1)
Indeks P : x 100 = 43 %
Jumlah m-d (M1-M1)

Hubungan antara lebar lengkung basal dengan panjang perimeter lengkung gigi
dinyatakan dengan Indeks Howes untuk Fossa canina, besarnya 44 %

Jarak inter fc
Indeks FC : x 100 = 44 %
Jumlah m-d (M1-M1)

: PMBAW x 100
TTM
• Analisis
- Lengkung gigi dapat menampung gigi-gigi ke dlm lengkung ideal dan stabil
jika indeks premolar ≤ 43%.
- Lengkung basal dapat menampung gigi-gigi ke dalam lengkung ideal dan stabil
jika indeks fossa canina ≤ 44%.
- Apabila indeks fossa canina pasien < 37%, ini merupakan kasus dengan
indikasi pencabutan.
- Apabila indeks fossa canina didapatkan < 44% tetapi > 37% ini merupakan
kasus meragukan, apakah merupakan kasus dengan indikasi ekspansi atau
pencabutan
- Apabila IFC > IP berarti inklinasi gigi-gigi posterior diregio P1 konvergen, ini
merupakan indikasi ekspansi.
- Apabila IFC < IP berarti inklinasi gigi posterior divergen, ini merupakan kontra
indikasi ekspansi
- Bila ekspansi akan dilakukan, pada orang dewasa, maksimal hanya dapat
mencapai → IP = IFC ( inklinasi gigi posterior tegak ) yaitu sebesar 44%
- Dapat dihitung berapa milimeter ekspansi lengkung gigi mungkin bisa
dilakukan ?

PERHITUNGAN PONT, BOLTON, KORKHAUS DAN HOWES | 140


44% < 37% > 37% - < 44% 44%
Inter FC

Inter P1
43% cabut cabut / ekspansi 44%

• Catatan
- Jika PMBAW > PMD, indikasi ekspansi
- Jika PMD < PMBAW, kontraindikasi ekspansi
- Jika PMBAW x 100
TTM

≤ 37%, lengkung basal tidak cukup, maka ekstraksi


≥ 44%, tanpa ekstraksi
37% - 44%, kasus borderline

Metode Korkhaus:
Tabel Korkhaus : …….. mm
Jarak I – (P1-P1) pengukuran : …….. mm Diskrepansi : …….. mm
Keterangan: ……………………………………………………………………….

Metode Howes:
Jarak lebar mesiodistal M1-M1 : …….. mm
Jarak P1-P1 (tonjol) : …….. mm
Indeks P : Jarak P1-P1 x 100%
md M1-M1
Lengkung gigi untuk menampung gigi-gigi : ……..
Jarak inter fossa canina : …….. mm
Indeks FC: Jarak FC x 100%
md M1-M1
Keterangan: ..............................................................................................................

PERHITUNGAN PONT, BOLTON, KORKHAUS DAN HOWES | 141


PERHITUNGAN PONT, BOLTON, KORKHAUS DAN HOWES | 142
PROSEDUR PEMERIKSAAN KLINIS
Oleh : drg. Novarini Prahastuti, Sp. Ort
Editor : Syaina Azzahra

• Diagnosis adalah bagian paling penting dari perawatan ortodontik.


• Tujuan dari proses diagnostik adalah mempersiapkan data lengkap dari masalah pasien
untuk membuat berbagai pilihan pengobatan ke dalam rencana perawatan yang rasional
supaya diperoleh hasil terbaik.
Perawatan rasional ini adalah penentuan dari poin-poin utama yang menjadi keluhan
pasien. Tapi, dalam melakukan pemeriksaan nantinya, kita juga akan menemukan
kelainan pada pasien yang pasien tidak sadari biasa disebut keluhan sekunder.
• Diagnosis ortodontik yang komprehensif tidak hanya fokus pada hubungan gigi-geligi
maksila dan mandibula, tetapi juga malrelasi antar keduanya, malposisi serta profil wajah
pasien.
• Perlu evaluasi kesehatan secara keseluruhan dan kondisi oklusal pasien dengan
pertimbangan hubungan gigi terhadap tulang basal/komponen skeletal lainnya,
neuromuscular, dan jaringan lunak.
(+) pada orang yang protrusif, menandakan bahwa bibirnya hipotonus.
• Rencana perawatan ortodontik :
→ menghilangkan dan mengkontrol faktor etiologi dengan cara mengedukasi pasien
ataupun memberikan alat seperti pada anak-anak yang memiliki kebiasaan tongue
thrusting.
→ pencarian ruang.
→ menggunakan faktor potensi pertumbuhan pasien untuk memandu oklusi menuju
normalitas terutama dalam perawatan ortodontik awal.
Faktor pertumbuhan pasien bisa berdampak positif dan negatif. Negatifnya adalah jika
perawatan orthodontik telah selesai dilakukan sebelum masa pertumbuhan, maka
kemungkinan besar akan terjadi relapse. Dampak positifnya adalah jika perawatan
dilakukan dengan alat myofungsional pada kasus mandibula yang protrusif pada masa
pertumbuhan, maka prognosis perawatan akan sangat baik.
• Maka, prosedur diagnostik harus mengikuti rangkaian yang disusun sesuai tahap yang
berurutan.

Data hasil pemeriksaan pasien diperoleh dari :


1. Anamnesa (pemeriksaan subyektif)
2. Pemeriksaan klinis (pemeriksaan obyektif) :
− Ekstraoral
− Intraoral
3. Rekam diagnostik, pemeriksaan penunjang seperti foto profil, OPG, dll.

PROSEDUR PEMERIKSAAN KLINIS | 143


PROSEDUR PEMERIKSAAN KLINIS | 144
Rencana perawatan adalah strategi, perawatan adalah taktik, dan semua ini proses harus
diselenggarakan secara berurutan.
(+) Jika ada pasien yang memiliki kasus bidental protrusif, maka yang harus diretrak terlebih
dahulu adalah bagian mandibula.

Prosedur yang sistematis :


1. Pemeriksaan pasien.
2. Diagnosis masalah.
3. Klasifikasi masalah.
4. Rencana perawatan.
5. Tindakan perawatan.

Prosedur perawatan :
1. Penjelasan ke pasien dan 6. Rencana perawatan
keluarganya 7. Penentuan alat
2. Identifikasi pasien 8. Penentuan prognosis perawatan
3. Pemeriksaan pasien
4. Penegakan diagnosis
5. Analisis etiologi

1. Penjelasan ke pasien dan keluarganya

PROSEDUR PEMERIKSAAN KLINIS | 145


- Prosedur perawatan dari awal sampai akhir, misalnya : perawatan butuh waktu
lama, tahap perawatan aktif (selama gigi digerakkan) maupun pasif (hanya
menjaga tulang-tulang tidak relapse).
- Kesediaan pasien untuk taat pada peraturan-peraturan yang ditetapkan operator.
- Tindakan yang harus dijalani dalam pengumpulan data, misalnya rontgen, foto
profil, dll.
- Kemungkinan tindakan yang harus diterima pasien guna keperluan perawatan,
misalnya pencabutan, pembedahan, pelebaran lengkung gigi/rahang,
grinding/slicing (kontraindikasi grinding adalah adanya white-spot).
- Jenis alat yang digunakan.
- Bersedia memakai alat dan kontrol guna pengaktifan alat selama perawatan.
- Membayar biaya perawatan.
- Gambaran perkiraan hasil yang dapat dicapai apabila perawatan selesai atau jika
berhenti sebelum perawatan selesai.
- Mengisi formulir “Informed Consent” tentang perawatan yang akan dilakukan.
Tindakan pemberian penjelasan ini sangat diperlukan supaya timbul kepercayaan dan
motivasi pasien dalam menjalankan perawatan (prognosis).

2. Identifikasi pasien
- Tempat dilakukan perawatan
- Tanggal mulai perawatan
- Nomor kartu
- Nama pasien
- Umur dan jenis kelamin
- Nomer model
- Suku bangsa
- Pekerjaan
- Agama
- Nama orang tua
- Pekerjaan orang tua
- Alamat oang tua
- Operator
3. Pemeriksaan pasien
- Pemeriksaan subjektif/ anamnesis:
a. Keluhan utama : alasan/motivasi apa yang menyebabkan pasien ingin dirawat
(faktor estetis / fungsional). Contoh : giginya maju / berjejal / renggang.
b. Keluhan sekunder : keluhan yang baru disadari setelah mendapat penjelasan
dari operator.
c. Riwayat kasus :
Riwayat gigi-geligi ( Dental History ) : untuk mengetahui mulai kapan dan
bagaimana proses terbentuknya maloklusi pasien.
➔ Periode gigi desidui : urutan erupsi, gigi, karies proksimal (akan
berpengaruh pada lengkung gigi), trauma, kunjungan ke dokter gigi.
(+) Lee way space adalah selisih besar ruang c,m1, dan m2 dengan ruang
C, P1, dan P2. Dimana ruang c, m1, dan m2 lebih besar. Fungsi dari Lee
way space adalah untuk occlusal adjustment yang terletak di distal m2.
➔ Periode gigi bercampur : proses pergantian gigi susu ke gigi permanen.
: kemungkinan adanya persistensi / prolonged
retensi atau premature loss.
➔ Periode gigi permanen

PROSEDUR PEMERIKSAAN KLINIS | 146


Riwayat penyakit ( Disease History) :
➔ Penyakit yang pernah / sedang diderita pasien dapat mengganggu proses
pertumbuhan dan perkembangan rahang dan erupsi normal gigi-geligi.
➔ Kapan dan berapa lama diderita.
➔ Apakah penyakit tersebut kontraindikasi perawatan ortodontik atau perlu
menunda perawatan.
➔ Misal : DM, bahkan di bawah kontrol medis, karena rentan terhadap
kerusakan periodontal jika memakai alat ortodontik.
➔ Amandel membesar atau adenoid, obstruksi oronasal.
➔ Riwayat penggunaan obat jangka panjang.
➔ Kunjungan terakhir ke dokter/ dokter gigi.
➔ Rawat inap: kapan dan mengapa.
➔ Alergi, terutama sensitif lateks atau nikel.
➔ Transfusi darah (menilai kemungkinan hepatitis atau infeksi HIV).
➔ Masalah jantung, seperti mitral valve prolapse atau masalah yang terkait
dengan demam rematik (untuk menilai kebutuhan untuk profilaksis
antibiotik).
➔ Kecelakaan / cedera traumatis pada gigi atau rahang (dapat berpengaruh
terhadap pergerakan gigi jika dirawat ortodontik).

d. Riwayat keluarga
➔ Apakah maloklusi pasien merupakan faktor herediter (keturunan) yang
diwariskan orang tua.
➔ Informasi keadaan gigi-geligi kedua orang tua dan saudara kandung
pasien.
➔ Ada atau tidak persamaan gigi pasien dgn orangtua dan saudaranya.
➔ Adakah diantara saudaranya yang pernah dirawat ortodontik, dan alat
apa yang digunakan.
➔ Kebiasaan buruk
➔ Mengetahui etiologi maloklusi pasien apakah berasal dari suatu
kebiasaan buruk yang telah/ sedang dilakukan pasien.
➔ Perlu ditanyakan :
• Macam kebiasaan buruk yang dilakukan.
• Lokasi dan cara melakukan kebiasaan tersebut.
• Kapan/ umur pasien waktu melakukan kebiasaan.
• Durasi: berapa lama melakukan kebiasaan.
• Frekuensi: sering/tidaknya mlkkn kebiasaan.
• Intensitas : kuat/tidaknya bad habit dilakukan.
- Pemeriksaan objektif, meliputi :
Pemeriksaan klinis :
➔ Umum :
a. Jasmani : tinggi dan berat
b. Mental
c. Status gizi  Hitung Indeks Masa Tubuh
IMT = BB ( kg) X 100
TB²(m)
Indeks Masa Tubuh →untuk melihat status gizi orang dewasa
Pemeriksan gizi

PROSEDUR PEMERIKSAAN KLINIS | 147


• apakah keadaan gizi pasien merupakan faktor etiologi maloklusi
pasien, berpengaruh pada tulang basal, apakah cukup untuk
menampung gigi-giginya atau tidak.
• apakah perawatan akan terhambat oleh keadaan gizi pasien.
Indeks Status Gizi Kategori
< 18,5 Kurang Kurus
18,5 – 25,0 Normal Normal
25 > Lebih Gemuk

➔ Lokal
a. Ekstra Oral :
Bentuk kepala : simetris/ asimetris
Klasifikasi Indeks kepala ( Sukadana,1976) :
4. Dolicochepali 70,0 – 74,9 (panjang / sempit)
5. Mesochepali 75,0 – 79,9 (lonjong / oval)
6. Brachicephali 80,0 – 84,9 (lebar, persegi)

Hubungan antara bentuk muka dengan lengkung gigi (tapi tidak semua kasus)
Pengelompokan bentuk kepala berdasarkan indeks kepala dengan jalan
pengukuran lebar kepala dan panjang kepala (Martin, 1954 cit. Salzmann,
1966 : Olivier, 1971 : Sukadana, 1976), dengan rumus :

Panjang kepala (jarak Glabella – occipital) diukur dengan kaliper bentang


(spreading caliper), dalam mm.
Lebar kepala (jarak horisontal paling besar di atas puncak supramastoid
dan zygomatik kanan-kiri) dalam mm.

A. Panjang kepala B. Lebar kepala (Graber 1984)


Bentuk Muka

PROSEDUR PEMERIKSAAN KLINIS | 148


Tinggi muka (jarak Nasion – Gnathion) diukur dengana kaliper geser
(sliding caliper) dalam millimeter.
Lebar muka ( jarak bizygomatic kanan-kiri) diukur dengan kaliper
bentang, dalam millimeter.

Indeks Bentuk Muka


X-79,9 Hipereuriprosop
80,0-84,9 Euriprosop (pendek, lebar)
85,0-89,9 Mesoprosop (sedang)
90,0-94,9 Leptoprosop (tinggi, sempit)
95,0-Y Hiperleptoprosop

Profil Muka
Pemeriksaan profil muka dimaksudkan untuk me-ngetahui apakah
maloklusi pasien berpengaruh thd. penampilan wajah pasien.
Amati titik – titik : Glabela ( Gl ), Bibir atas ( Ulc ), Bi-bir bawah ( Llc ),
Pogonion ( Pog ).
Jika garis Gl – Ulc dan Llc – Pog membentuk
sudut lancip  Profil muka cembung
garis lurus  Profil muka lurus
sudut tumpul  Profil muka cekung

Profil : facial convexity tergantung


Kedudukan :
- Maksila terhadap kranium
- Mandibula terhadap maksila
Bidang Orbital / garis Simon :
Posisi rahang terhadap bidang orbital :
- Maksila : normal / retrusif / protrusif
- Mandibula : normal / retrusif / protrusif

PROSEDUR PEMERIKSAAN KLINIS | 149


Garis Simon
• Posisi rahang terhadap bidang orbital
• Hubungan rahang terhadap dasar kepala.
• untuk mengetahui apakah maloklusi yang diderita pasien hanya melibatkan rahang (tipe
skeletal), atau hanya melibatkan gigi geligi (tipe dental) atau kombinasi keduanya (tipe
dentoskeletal)
• Pengamatan ini harus dilakukan dari samping, tegak lurus terhadap bidang
sagital pasien, untuk menghindari kesalahan.
• Transfer posisi bidang orbital RA ke studi model RA dan RB
• Studi model sudut boxing bagian samping depan tepat pada posisi bidang orbital pasien
Diagnosis
• Pada oklusi sentrik
• Maksila normal : 1/3 distal permukaan labial C.
dibelakangnya : protrusif. didepannya : retrusif.
• Mandibula normal : interdental C dan P1.
dibelakangnya : protrusif . didepannya : retrusif.
TMJ
• Pemeriksaan TMJ dimaksudkan untuk mengetahui apakah maloklusi pasien sudah
mengakibatkan gangguan pada TMJ ?
• Terdapat tanda-tanda dan gejala disfungsi TMJ dengan nyeri TMJ sebelum perawatan
ortodontik maka harus ditangani dengan hati-hati.
• Biasanya pada deep-overbite.
Tonus Otot Mastikasi
• apakah maloklusi pasien terjadi karena ada tonus otot pengunyahan yang tidak normal?
• pemeriksaan Elektromyografi di bagian Fisio-terapi RSU atau bagian Fisiologi FK.
diperiksa :
Tonus : normal / hypotonus / hypertonus
Fungsi : normal / paralise (kebas)
Keadaan : simetris / asimetris
Tonus Otot Bibir
Pemeriksaan tonus otot bibir (m. orbicularis oris) tujuannya sama dengan pemeriksaan otot
masseter. Pemeriksaan dilakukan dengan cara meletakkan kaca mulut pada bibir bawah
dengan menahan kemudian pasien diinstruksikan menelan ludah. Rasakan kekencangan otot
bibir bawah. Dengan cara yang sama lakukan pada bibir atas. Dengan kaca mulut bibir atas
sedikit diangkat, instruksikan menelan, rasakan kekencangannya
Bibir posisi istirahat
Pemeriksaan posisi bibir dimaksudkan untuk menge-tahui apakah ada incompetensi otot-
otot bibir pasien pada posisi istirahat. Pada posisi istirahat, bibir terbuka atau tertutup
Free way space
Pengukuran free way space pasien dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar jarak
interocclusal pasien pada saat posisi istirahat. Ini berguna untuk menentukan ketebalan bite
plane jika diperlukan pada perawatan nanti.
Intra Oral
Higiene mulut : OHI  baik / sedang / kurang
Lidah : normal, abnormal ( macroglosy/ microglosy )
Apakah ukuran lidah pasien menjadi etiologi maloklusi ?. Periksa ada atau tidak adanya
krenasi pada tepi lidah. Keadaan kesehatan : Apakah ada kelainan, pera-dangan atau lesi
pada lidah yang akan menghambat perawatan ortodontik yang akan dilakukan ?
• Pembentukan dan perkembangan normal dari lengkung gigi membutuhkan
keseimbangan normal antara otot perioral dan lidah.

PROSEDUR PEMERIKSAAN KLINIS | 150


• Lidah mempengaruhi oklusi melalui ukuran, fungsi, dan posisinya
• Ginggiva : ada tidaknya pigmentasi
• Apakah ada kelainan lain yang akan mengganggu perawatan ortodontik yang
akan dilakukan ?
• Palatum : Tinggi (kebiasaan bernafas pada mulut, karena adanya kontraksi) / normal
/ rendah
Lebar / sempit
Bercelah atau tidak
• Torus palatinus : ada / tidak
• Mukosa : Apakah ada kelainan lain yang dapat mengganggu perawatan ortodontik yang
akan dila-kukan ?
• Frenulum : labii superior : normal/ abnormal
• Labii inferior : normal/ abnormal
• Lingualis : normal/ abnormal
• Apakah ada kelainan perlekatan frenulum yang akan mengganggu perawatan
ortodontik sehingga perlu dilakukan frenectomi dulu ?
• Tonsila palatina : normal / abnormal
• Apakah ada peradangan/pembesaran yang akan mengganggu perawatan ortodontik ?
Apakah perlu konsul ke dokter spesialis THT ?
• Pola atrisi : normal / abnormal
Pemeriksaan gigi-gigi
Apel gigi
V IV III II I I II III IV V
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
V IV III II I I II III IV V
Keterangan
K: Karies I : Inlay J : Jaket
R : Radiks Im : Impaksi Ag : Agenese
P : Persistensi O : Belum erupsi B : Bridge (GTC)
T : Tambalan X : Dicabut En : Prwt. Endodontik

Pemeriksaan laboratoris :
a. Analisis foto muka dan profil
Tampak depan : Bentuk muka. Simetris / asimetris
Tampak samping : Profil muka
b. Pembuatan model studi
Data yang diperlukan guna perawatan ortodontik tdk semuanya dapat diperoleh
langsung dari pasien, karena banyak pengukuran yang tidak dapat dilaku-kan dalam
rongga mulut pasien.
Data : - langsung dari pasien  ekstra oral
- tidak langsung  model studi
Contoh : - pengukuran mesiodistal gigi
- pengukuran jarak transversal lengkung gigi ( lebar lengkung gigi )
- pengukuran jarak transversal lengkung basal (lebar lengkung basal)
- pengukuran jarak sagital ( tinggi lengkung gigi )
Skema gigi-gigi dari oklusal : RA - RB
- gambaran lengkung gigi
- bentuk boksing
- kode gigi (nomenclatur)

PROSEDUR PEMERIKSAAN KLINIS | 151


Bentuk lengkung gigi : RA - RB
Analisis bentuk lengkung gigi bertujuan untuk mengetahui apakah ada keharmonisan
antara ben-tuk lengkung gigi dengan bentuk muka pasien serta keharmonisan antara
bentuk lengkung gigi atas dan lengkung gigi bawah. Yang dilihat adalah puncak dan
kaki lengkungnya.
• Setengah elips : kaki lengkung jika diteruskan akan bertemu
• Parabola : puncak berbentuk parabola, kaki lengkung divergen (membuka)
• Bentuk U : kaki lengkung lurus
• Bentuk V : puncak lengkung berbentuk V
• Trapezoid : puncak cenderung lurus, kaki lengkung bisa konvergen atau divergen
Malposisi gigi individual
Pemeriksaan malposisi gigi individual dimaksud-kan untuk mengetahui penyimpangan letak
masing-masing gigi tehadap lengkung alveolaris.
Yang dijadikan referensi adalah garis oklusi pada oklusi normal, pada rahang bawah
melewati puncak tonjol bukal gigi-gigi posterior dan tepi insisal gigi-gigi anterior yang
posisinya normal, sedangkan pada rahang atas melewati fossa sentral gigi-gigi posterior dan
permukaan palatinal gigi-gigi anterior setinggi cingulum.
Perhatikan posisi masing-masing gigi terhadap garis imajiner (garis yang dibayangkan )
sesuai dgn garis oklusi di atas dan tetapkan penyimpangannya
Relasi gigi-gigi pada oklusi sentrik
Pemeriksaan relasi gigi dalam oklusi sentrik dimaksudkan untuk mengetahui adanya
malrelasi gigi-gigi terhadap antagonisnya.
Perhatikan relasi gigi-gigi anterior dan posterior
Macam-macam malrelasi gigi :
Arah anteroposterior : overjet , edge to edge bite, cross bite
Arah bukolingual : cup to cup bite, cross bite, scissor bite
Arah mesiodistal : distoklusi. mesioklusi
Arah vertical : overbite : open bite, shalowbite, deep over bite, palatal bite, supraklusi,
infraklusi

Pada pengamatan relasi gigi posterior :


Klasifikasi Angle
➔ Relasi Molar pertama kanan dan kiri
Jika salah satu gigi Molar pertama telah dicabut / rusak, untuk menentukan hubungan
RA dan RB dapat diamati dari relasi gigi Kaninus atas dan bawah
Median line ( garis tengah gigi terhadap garis tengah rahang )
Pemeriksaan median line gigi dimaksudkan untuk mengetahui adanya penyimpangan posisi
garis tengah gigi terhadap garis tengah rahang dan penyimpangan garis tengah gigi RB
terhadap garis tengah gigi RA.
Lebar mesiodistal gigi-gigi.
Pengukuran lebar mesiodistal gigi dilakukan dgn mengukur jarak terlebar mesiodistal tiap-
tiap gigi menggunakan kaliper geser (sliding caliper). Ukuran yang diperoleh dibandingkan
dgn standar normal ukuran gigi ---> ukurannya sama, lebih besar atau lebih kecil.
Ukuran mesiodistal gigi yang lebih besar atau lebih kecil dapat menyebabkan terjadinya
maloklusi.
Perhitungan-perhitungan
a. Untuk periode gigi bercampur
1. Metode Moyers 2. Metode Nance 3. Metode Huckaba
b. Untuk periode gigi permanen
1. Metode Pont

PROSEDUR PEMERIKSAAN KLINIS | 152


2. Metode Korkhaus
3. Metode Howes
c. Determinasi lengkung gigi
Analisis foto rontgen, intra dan ekstra oral
Pengambilan foto ronsen sangat diperlukan dalam perawatan ortodontik, terutama pada
periode gigi bercampur Kegunaan foto ronsen a.l. untuk mengetahui :
a. Apakah gigi-giginya lengkap / ada agenese
b. Perbandingan mahkota – akar
c. Kelainan pada akar gigi
d. Resorpsi akar gigi desidui
e. Pembentukan akar gigi permanen
f. Kondisi benih gigi permanen
g. Keadaan patologis gigi
h. Ketebalan jaringan sekitar gigi
i. Memperkirakan ukuran mesiodistal gigi perma nen yang belum erupsi → untuk
mengetahui besarnya Lee way space pada perhitungan metoda Nance.
Foto rontgen :
- intra oral : periapikal radiograf
- ekstra oral : OPG dan efalometri radiograf

PROSEDUR PEMERIKSAAN KLINIS | 153


PROSEDUR PEMERIKSAAN KLINIS | 154
BIOMEKANIKA ORTODONTIK
Oleh: Dr. drg. Tita Ratya Utari, Sp. Ort
Editor: Nida Zakiyah

Biomekanika Ortodonsi, Reaksi Sel dalam Membran Periodontal, Perubahan pada


Serabut Periodontal

Gigi Dalam Keadaan Seimbang

BIOMEKANIKA ORTODONTIK | 155


• Gigi dikatakan dalam keadaan seimbang → semua resultan dan momen gaya dari tekanan
pengunyahan = 0 (nol).
• Jika semua tekanan yang mengenai mahkota gigi menimbulkan keseimbangan, jaringan
periodontium tidak perlu mengadakan reaksi untuk mencapai keseimbangan pada
mahkota gigi.
• Keseimbangan dicapai dengan kemampuan reaktif periodontium.
• Periodontium adalah jaringan penyangga gigi, fungsinya adalah sebagai peredam kejut
terhadap tekanan pengunyahan.
• Proses untuk mencapai keseimbangan ini berlangsung terus menerus selama hidup secara
fisiologi.

Biomekanika ortodontik: Mempelajari efek biologis jaringan pendukung gigi akibat


dari perawatan ortodontik secara mekanik dan beberapa macam hal yg berhubungan
dengan kekuatan mekanik.

Pergerakan Gigi Ortodontik


• Pergerakan gigi ortodontik menimbulkan stres pada tulang yang membentuk soket gigi.
• Dalam respon terhadap stres buatan ini, osteoklas dan osteoblas merombak soket
sehingga gigi akan menyesuaikan.

Alat Ortodontik Yang Dapat Menimbulkan Kekuatan Mekanik

Plat Ekspansi dengan Coffin’s Spring

Plat Aktif dengan Auxilliary Spring

BIOMEKANIKA ORTODONTIK | 156


BIOMEKANIKA ORTODONTIK | 157
• Perawatan ortodonti didasarkan pada prinsip → apabila gigi diberikan tekanan yang
TERUS-MENERUS maka akan terjadi pergerakan gigi.
• Tekanan tersebut menyebabkan perubahan (remodels) pada jaringan tulang disekitar gigi.
• Perubahan tersebut meliputi penambahan pada satu sisi dan pengurangan di sisi yang
lain.
• Proses ini menyebabkan adanya pergerakan dan penambahan dimensi tulang.

• Dengan pemberian tekanan yang tepat, gigi-gigi dapat digerakan tanpa mengakibatkan
kerusakan baik pada gigi-gigi tersebut maupun perlekatannya pada tulang.

BIOMEKANIKA ORTODONTIK | 158


• Tekanan yang diaplikasikan di mahkota akan diteruskan ke akar, ligamen periodontal,
dan tulang alveolar yang mengakibatkan terbentuknya daerah tekanan dan daerah
regangan pada struktur pendukung gigi
• Gigi dapat digerakkan jika terjadi resorpsi tulang di daerah tekanan dan supaya perlekatan
gigi tetap erat harus terjadi deposisi tulang di daerah regangan. Fenomena ini disebut
remodeling tulang. Soket gigi seperti bergerak sejalan dengan pergerakan gigi pada
tulang alveolar (Foster, 1999).

Biologi Pergerakan Gigi


• Bergantung pada Periodontium
• Periodonsium merespon beban mekanis dengan remodelling alveolar bone & translokasi
gigi & jaringan sekitarnya.

TEORI PERGERAKAN GIGI:


• Pressure tension theory by Schwarz

Diferensiasi selular & aktivitas yang mengakibatkan remodelling tulang:


o Daerah yang tertekan → resorpsi tulang alveolus
o Daerah yang tertarik → aposisi tulang alveolus.
• Blood flow theory by Bien (1966)

BIOMEKANIKA ORTODONTIK | 159


o Pergerakan gigi terjadi sebagai hasil dari perubahan dinamika fluida di dalam ligamen
periodontal.
o Pembuluh darah dalam membrana periodontalis terjepit terjadi stenosis.
o Pembuluh darah menggembung, oksigen keluar dari cairan darah meninggalkan
pembuluh darah, sebagian kembali lagi dan sebagian terjebak dlm spiculae pd tulang
alveolus.
o Terjadi resorpsi tulang alveolus secara lokal. Bagaimana oksigen merangsang resorpsi
tidak jelas.
o Pembuluh darah memberi oksigen dan catu nutrisi yg diperlukan untuk aktivitas sel.

• Bone bending piezoelectric theory

o Hukum WOLF :
o Tulang sewaktu-waktu membentuk dan merubah dirinya oleh karena tekanan,
bertambah atau berkurang massanya untuk mengimbangi tekanan tersebut.
o Potensial listrik yang timbul akibat tekanan disebut PIEZOELEKTRIK.

BIOMEKANIKA ORTODONTIK | 160


o Aliran listrik itu diduga akan memberi muatan kepada suatu makromolekul untuk
berinteraksi dengan suatu reseptor pada dinding sel, sehingga sel yang berperan dalam
proses remodeling akan bereaksi.

Fenomena biologis pada gerakan gigi secara ortodontik meliputi :

Stimulus Respon
Transducer.
(rangsangan/aksi). (jawaban/reaksi).

Periodontal Ligament

• Struktur fibrosa jaringan ikat, dengan saraf dan komponen vaskular, yang bergabung
dengan Cementum menutupi akar ke tulang alveolar
• Mentransmisikan gaya yang diterapkan pada gigi.
• Sel-sel didalam PDL:
o Fibroblast
o Osteoblast
o Osteoclast
o sel tidak berdiferensiasi

BIOMEKANIKA ORTODONTIK | 161


Osteoclast

• Large, multinucleated cells found at sites where bone is being removed


• They rest directly on the bone tissue where resorption is taking place
• As a result of osteoclast activity → a shallow bay called resorption bay (Howship’s
lacuna)
• Sel-sel besar berinti banyak ditemukan di tempat-tempat di mana tulang diangkat
• Mereka bertumpu langsung pada jaringan tulang tempat resorpsi berlangsung
• Sebagai hasil dari aktivitas osteoklas, teluk dangkal disebut teluk resorpsi (kekosongan
Howship)

Osteoblast

• Cuboidal or polygonal shape


• Their aggregation into a single layer of cells lying in apposition to the forming bone
• Respond to mechanical stimuli to mediate changes in bone growth and bone remodeling
• Bentuk kuboid atau polygonal
• Agregasinya menjadi satu lapisan sel yang menempel di tulang pembentuk
• Menanggapi rangsangan mekanik untuk memediasi perubahan dalam pertumbuhan
tulang dan remodeling tulang

BIOMEKANIKA ORTODONTIK | 162


Histologi Periodontal Ligament (PDL)
▪ Akar gigi.
▪ d = Dentin
▪ C = Cementum
▪ A = Tulang alveolus
▪ PL = Serat-serat ligamen
periodontal
▪ Fotomikrograf ini diambil di
wilayah puncak (cr) dari
alveolus, di atas ligamen
periodontal yang berhubungan
dengan jaringan ikat gingiva
(G).
▪ Gingiva dan ligamen
periodontal sangat vaskular,
seperti terlihat dari banyaknya
pembuluh darah (BV).
• Ketebalannya (150-350 µm) bentuknya cukup seragam disepanjang akar.
• Banyak terdapat pembuluh darah dan saraf, memberikan fungsi sensorik dan nutrisi
ligamen periodontal selain perannya dalam mendukung gigi.
• Ini memungkinkan gerakan terbatas gigi dalam alveolus dan membantu melindungi
alveolus dari tekanan berulang selama pengunyahan.

BIOMEKANIKA ORTODONTIK | 163


Stain: H-E
Pembesaran: × 850
• Bagian dari gigi dan ligamen periodontal.
• Bidang ini menunjukkan banyak fibrocytes dan serat kolagen yang membentuk ligamen
periodontal (L).
• Serat kolagen ini (panah biru) menyisip kedalam Cementum aselular basophilic (C) dan
dalam matriks tulang (*).
• Striations (panah) di kedua Cementum dan tulang adalah situs penyisipan kolagen.
• Osteosit (O) dalam tulang dan dentin (D) juga diberi label.

Periodontium

a. Micrograph menunjukkan periodontal ligament (L) dengan banyak pembuluh darah (V)
dan insersi ke dalam alveolar bone (B). Ligamentum ini berfungsi sebagai periosteum

BIOMEKANIKA ORTODONTIK | 164


dari alveolar di soket gigi dan secara kontinyu membangun lapisan Cementum (C) yang
melapisi dentin.
Cementum membentuk lapisan tipis material seperti-tulang yang disekresi oleh sel yang
besar dan memanjang yang disebut cementoblasts. X100. H&E
b. Polarisasi mikrograf cahaya menunjukkan kontinuitas serat kolagen dalam tulang
alveolar (B), dengan serabut-serabut dalam ligamen periodontal (L). X200. Picrosirius
dalam cahaya terpolarisasi.

• Membrana periodontalis terletak diantara gigi dan tulang alveolus, tekanan pada gigi
akan menjepit.
• Tekanan yang kuat → pembuluh darah tersumbat → sel-sel mati.

Reaksi Sel Dalam Membran Periodontal


• Alat ortodontik adalah alat untuk menimbulkan kekuatan mekanik ke periodontium, agar
gigi bergerak sesuai dengan yang dikehendaki.
• Terlihat ada proses biologis antara kekuatan mekanik dengan bergeraknya gigi.
• Perawatan ortodontik aktif pada dasarnya adalah adanya kemampuan jaringan
periodontium untuk mengadakan remodeling.
• Prinsipnya adalah bahwa aktivasi sel yang melakukan remodeling menyebabkan gigi
berpindah tempat, sedangkan kekuatan mekanik adalah merupakan rangsangan yang
mengaktifkan sel tersebut.
• Kekuatan mekanik dipakai untuk menggerakan gigi ke posisinya yang baru karena
kemampuannya untuk membangkitkan aktivasi sel di dalam periodontium secara lokal.
• Mekanisme yang menyangkut aktivasi sel oleh kekuatan mekanis sampai sekarang belum
diketahui dengan pasti, tetapi bukti-bukti menunjukkan bahwa aliran listrik akan timbul
di dalam jaringan periodontium yang tertekan.

BIOMEKANIKA ORTODONTIK | 165


The Periodontal Ligament

• Fibroblast: Sel yang bertanggung jawab memproduksi & degradasi matriks ekstraselular.
• Cementoblast: Sel yang bertanggung jawab produksi sementum.
• Osteoblast: Sel yang bertanggung jawab memproduksi tulang & koordinasi deposisi
tulang dan resorpsi.
• Osteoclast: Sel yang bertanggung jawab dalam resorpsi tulang.
• Respon terhadap Fungsi Normal

• Resting pressures dari bibir atau pipi dan lidah biasanya tidak seimbang.
• Di beberapa daerah, seperti di anterior rahang bawah, tekanan lidah lebih besar dari
tekanan bibir.

BIOMEKANIKA ORTODONTIK | 166


• Di daerah lain, seperti di daerah insisivus rahang atas, tekanan bibir lebih besar.
• Stabilisasi aktif yang dihasilkan oleh efek metabolik di PDL mungkin menjelaskan
mengapa gigi stabil dengan adanya tekanan yang tidak seimbang yang menyebabkan
pergerakan gigi.
• Respon terhadap Fungsi dalam jangka waktu lama

Prolonged force-bahkan pada kekuatan rendah-menghasilkan respon fisiologis yang


berbeda:Remodeling tulang yang berdekatan.

Pressure - Tension Theory


• Perubahan aliran darah terkait dengan tekanan didalam PDL.
• Formasi dan pelepasan chemical messengers.
• Aktivasi sel PDL, Aktivasi sel PDL dan remodelling tulang.

BIOMEKANIKA ORTODONTIK | 167


BIOMEKANIKA ORTODONTIK | 168
A. Perfusi normal dari PDL, perhatikan daerah gelap yang menunjukkan aliran darah.
B. 50 tenaga gm mengompresi PDL. Perhatikan jumlah penurunan perfusi, tetapi masih
ada aliran darah melalui area terkompresi.
C. Heavy force obliterasi hampir selesai dari aliran darah di daerah terkompresi.
Spesimen ini terlihat di bagian horizontal, dengan akar gigi di sebelah kiri dan ruang
pulpa hanya terlihat di bagian kiri atas. PDL bawah dan ke kanan. Sel hilang di daerah
dikompresi, dan daerah kadang-kadang dikatakan hyalinized karena kemiripannya
dengan tulang rawan hialin. (Courtesy Dr. F. E. Khouw.)

BIOMEKANIKA ORTODONTIK | 169


→ Di sisi jauh dari arah pergerakan gigi, ruang PDL membesar dan pembuluh darah
melebar. pembuluh meluas yang hanya terisi sebagian dapat dilihat di sisi tension PDL.
(Courtesy Dr. F. E. Khouw.)

The Optimal Force


• “High enough to stimulate cellular activity without completely occluding blood vessels
in the PDL” (Proffit et al. 2000).
• Actively being investigated in a scientific field known as mechanotransduction.
• “Cukup tinggi untuk menstimulasi aktivitas seluler tanpa sepenuhnya menutup pembuluh
darah di PDL” (Proffit et al. 2000).
• Secara aktif diselidiki dalam bidang ilmiah yang dikenal sebagai mechanotransduction.

BIOMEKANIKA ORTODONTIK | 170


Piezoelectric Theory

Tekanan Pengunyahan Yang Mengenai Mahkota Gigi

• Tidak menghasilkan keseimbangan.


• Periodontium aktif.

Arah Kekuatan Tekanan Pengunyahan

BIOMEKANIKA ORTODONTIK | 171


Physiologic Response to Sustained Pressure Against a Tooth

Perubahan Pada Serabut-Serabut Periodontium


• Principal fiber tertanam dalam cementum di satu sisi dan sisi lain tertanam pada tulang
alveolus dan melanjutkan diri sebagai serabut-serabut Sharpey’s.
• Pada saat permukaan tulang alveolus diresorpsi, maka perlekatan (attachment) serabut-
serabut tersebut akan lepas.
• Bagaimana Mekanisme melekatnya kembali (reattachment) serabut-serabut tersebut
pada tulang alveolus?
o Kraw dan Enlow mengatakan bahwa berkas-berkas serabut collagen dalam matrix
organik tulang alveolus yang diresorpsi akan menyusun diri pada arah yang sama atau
bergabung dengan principal fiber, dengan cara seperti itu maka kesinambungannya
dengan tulang akan tetap terjaga.
o Serabut-serabut collagen tadi akan berlaku sebagai serabut Sharpey’s yang baru.

BIOMEKANIKA ORTODONTIK | 172


Serabut-Serabut Periodontium

Kraw dan Enlow menggambarkan ada tiga zone yang spesifik pada serabut-serabut
periodontium, yaitu :
• Inner zone:
Tertanam dalam cementum. Zone ini terdiri dari mature collagen bundles yang relatif
stabil.
• External zone
Tertanam dalam dinding alveolus. Zone ini dikatakan kurang stabil dan kadang-kadang
dapat mengadakan perubahan.
• Intermediate zone
Zone ini sangat tidak stabil, terdiri dari immature collagen fiber, sangat mudah
mengadakan perubahan.

Gambar Perubahan Serabut-Serabut Periodontium

• Bila gigi bergerak, serabut-serabut pada inner zone akan terbawa bersama gigi,
sedangkan serabut-serabut pada external zone akan lepas dari perlekatannya pada tulang
yang diresorpsi.
• Serabut-serabut collagen dalam matrix tulang akan menyambungkan diri dengan serabut-
serabut baru dalam intermediate zone.

BIOMEKANIKA ORTODONTIK | 173


• Intermediate zone ini yang akan mengatur atau memelihara kesinambungan dan ukuran
panjang pendeknya serabut. Dengan demikian maka sintesa collagen memegang peranan
penting dalam mekanisme ini.
• Pengamatan dengan radioaktif menunjukkan bahwa sintesa collagen lebih aktif di daerah
crestal dan apical, sehingga daerah ini mengalami adaptasi lebih dulu kemudian baru
diikuti oleh serabut-serabut oblique dan serabut-serabut horisontal.

DAFTAR PUSTAKA
Leslie P. Gartner, Ph.D., James L. Hiatt, Ph.D.,2014. Color Atlas And Text Of Histology.
Sixth Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Anthony L Mescher, Ph.D. 2013. Junqueira’s Basic Histology text and atlas. New York:
McGraw-Hill Education

BIOMEKANIKA ORTODONTIK | 174


PERGERAKAN GIGI
Oleh : Dr. drg. Tita Ratya Utari, Sp. Ort
Editor : Syaina Azzahra

Kekuatan Ortodontik
• Kekuatan sangat penting untuk mengawali/merangsang remodeling maupun
membimbing gerakan gigi menuju ke posisi yang diinginkan.
• Gigi bergerak oleh kekuatan yang dihasilkan dari pegas kawat atau elastik yang
dipasang pada alat ortodontik lepasan maupun cekat.
• Pegas dan elastik mempunyai energi potensial, bila bentuknya diubah maka akan
menjadi energi kinetik dan akan kembali ke bentuknya semula.
• Bila energi ini dikenakan pada gigi maka gigi akan terbawa olehnya. Kekuatan ini
merangsang fenomena seluler dalam remodeling jaringan periodontium.

Cara-cara Pengaktifan Alat yang Disarankan pada Waktu Kontrol


1. Pengaktifan lengan finger spring di atas koil, tanpa merubah diameter koil pada spring
agar supaya panjang lengan tidak bertambah/berkurang, karena hal tersebut akan
berpengaruh pada arah pergerakan gigi. Perngaktifan dilakukan dengan
menekan/menahan koil dengan tang, kemudian spring digeser ke arah gigi akan
digerakkan.
2. Ketepatan posisi koil finger spring harus tepat karena akan menentukan arah pergerakan
gigi. Posisi koil harus berlawanan arah dengan arah gerak gigi untuk mendapatkan
tegangan yang lebih efisien.

Pergerakan Gigi pada Pemakaian Alat Ortodontik


• Koreksi deep overbite, dengan menggunakan plat aktif removable dengan maxillary
flate bite plane anterior. Mekanismenya adalah bite plane akan menyediakan ruang
untuk ekstrusi gigi posterior bersamaan dengan proses intrusi gigi anterior rahang
bawah.
• Koreksi crossbite anterior, dengan menggunakan plat aktif removable dengan bite plane
posterior. Mekanismenya adalah bite plane akan menyediakan ruang anterior arah
vertical untukk jumping gigi anterior rahang atas. Tetapi, jika free way space . jarak
vertical yang dibutuhkan untuk jumping gigi maka tidak dibutuhkan bite plane
posterior.

Beberapa hal yang harus diperhatikan saat mendesign pegas :


• Dimensi kawat
Fleksibilitas pegas tergantung pada panjang dan diameter kawat yang digunakan.
Kenyataannya kekuatan yang diberikan pada suatu defleksi dari pegas cantilever
berbanding langsung dengan pangkat empat diameter kawat dan berbanding terbalik
dengan pangkat tiga panjang kawat. Dengan demikian, memperpanjang kawat 2 kali
lipat akan memperkecil kekuatan menjadi seperdelapan kekuatan semula. Sedangkan
memperbesar diameter kawat 2 kali lipat akan memperbesar kekuatan enambelas kali

PERGERAKAN GIGI | 175


kekuatan semula. Oleh karena ruangan dalam mulut amat terbatas, maka untuk
mendapatkan kekuatan yang ringan harus dipergunakan kawat sepanjang mungkin.
Panjang kawat efektif akan bertambah dengan pembuatan koil yang berdiameter tidak
kurang dari 3 mm. Pegas dari 0,6 mm akan memberikan kekuatan 2 kali lipat dari pada
pegas dari 0,5 mm.

Besarnya penyimpangan pegaspenyimpangan


Gambar : Besarnya cantilever palatal
pegasyang menghasilkan
cantilever kekuatan
palatal yang 40 gr.
menghasilkan kekuatan 40
a. Pegas 0,6
gr. mm b. Pegas
A. Pegas 0,6 mm. 0,50,5
B. Pegas mmmm. C. Pegas
c. Pegas
0,5 0,5 mm koil.
dengan dengan koil

Pegas yang lebih


Pegaskecil
lebih dari
kecil0,5
darimm
0,5akan mudah
mm akan rusak,
mudah maka
rusak dari
, dan itukarena
oleh tidak dianjurkan.
itu tidak dianjurkan Pegas
Ukuran ini juga baik
palatal untuk
yang pegas
di box bukal
in untuk yang diberi
melindungi penyangga
pegas (support)
biasanya dibuat dari atau
kawat busur-
0,5 mm. Ukuran ini
busur. Pegasjuga
bukal yang berdiri sendiri (self-support) dibuat dari kawat 0,7 mm.
baik untuk pegas bukal yang diberi penyangga (support) atau busur-busur. Pegas bukal
yang berdiri sendiri (self support) dibuat dari kawat 0,7 mm.
• Kekuatan
Untuk akar tunggal sebaiknya diberikan kekuatan antara 25-40 gr (kekuatan rendah
KEKUATAN :
untuk menggerakkan insisiv lateral). Kekuatan yang lebih kecil dari 25 gr mungin tidak
Untuk akar tunggal sebaiknya diberikan kekuatan antara 25-40 gram (kekuatan yang rendah
dapat menggerakkan gigi. Sedangkan apabila melebihi 40 gr, pergerakan gigi justru
untuk menggerakkan insisif lateral). Kekuatan yang lebih kecil dari 25 mg mungkin tidak
tertunda, kehilangan penjangkaran atau mungkin memberikan rasa sakit pada
dapat menggerakkan gigi. Sedangkan apabila melebihi 40 gram, pergerakan gigi justru
pengguna.
tertunda, kehilangan penjangkaran atau mungkin dapat memberikan rasa sakit pada penderita.

Dampak
Gambar : Dampak dari kekuatan
dari kekuatan yang yang berbeda
berbeda selama
selama retraksi
retraksi kaninus.A. Kekuatan yang
kaninus.
a. Kekuatan pergerakan
betul menghasilkan yang benar maksimal
menghasilkan pergerakan
dari kaninus maksimal dari
dan pergerakan kaninus
minimal dari dan
gigi-gigi
lainnya. B. Kekuatan yang berlebihan dapat menghasilkan pergerakan kaninus berkurang dan
pergerakan minimal dari gigi-gigi lainnya
akan menimbulkan pergerakan yang tidak diinginkan dari gigi-gigi lainnya. Ini dapat terlihat
b. Kekuatan yang berlebihan dapat menghasilkan pergerakan kaninus berkurang dan
dengan bertambahnya jarak gigit.
akan menimbulkan pergerakan yang tidak diinginkan pada gigi lainnya. Hali ini
dapat terlihat dengan bertambahnya tumpang gigit.

PERGERAKAN GIGI | 176


• Defleksi
DEFLEKSI
Biasanya aktivasisekitar 3 mm cukup memuaskan. Dengan defleksi besar dapat
Biasanya aktivasi sekitar 3 mm cukup memuaskan. Dengan defleksi besar dap
menyebabkan penderita tidak dapat menempatkan pegas pada posisinya yang benar.
menyebabkan penderita tidak dapat menempatkan pegas pada posisinya yang benar. Deng
Dengandefleksi
defleksiyang
yangkecil
kecil kekuatan
kekuatan akan
akan cepat
cepat habis
habis sehingga pegas harus sering
sehingga pegas harus sering diaktiva
diaktivasi, ataupun
ataupun pergerakan
pergerakan gigigigi
akan akan terputus-putus
terputus-putus (bukan
(bukan kontinyu).
pergerakan Pergerakan
kontinyu). Pergerakan g
gigi yang
yangdiharapkan
diharapkan adalah 1-2 mm
adalah sekitar 1-2 perbulan, makamaka
mm perbulan, defleksi 3 3mm
defleksi mmperbulan
perbulan dinyatak
dinyatakan
tidaktidak sering
sering melakukan
melakukan aktivasi.
aktivasi.

Aktivasi minimal
Gambar dari pegas
: Aktivasi palatal
maksimal 0,5pegas
dari mm palatal
untuk retraksi
0,5 mmkaninus.
untuk retraksi kaninus.

Pegas palatal 0,5 mm memberikan kekuatan sebesar 15 gr/mm. dengan demikian


aktivasiPegas palatal 0,5 mm memberikan kekuatan sebesar 15 gram/mm. Dengan demikian aktiva
1/3 lebar mesiodistal gigi (3 mm) akan memberikan kekuatan yang optimal.
sepertiga lebar mesiodistal gigi (3 mm) akan memberikan kekuatan yang optimal. Teta
Tetapi, pegas tanpa support dari 0,7 mm jauh lebih kaku, maka janganlah aktivasi lebih
pegas tanpa support dari 0,7 mm jauh lebih kaku, maka janganlah aktivasi lebih dari 1 m
dari 1 mm apabila akan menghindari kekuatan yang berlebihan. Ini berarti pergerakan
apabila akan menghindari kekuatan yang berlebihan. Ini berarti pergerakan gigi seca
gigi secara kontinyu sukar untuk dicapai.
kontinyu sukar untuk dicapai.

• ARAH PERGERAKAN GIGI


Arah pergerakan gigi
Ini ditentukan oleh titik kontak antara pegas dan gigi. Seperti diketahui bahwa pegas palatal
Ini ditentukanbaik
oleh titikmenggerakkan
untuk kontak antaragigi pegas dan gigi.
kearah labial Seperti diketahui
dan mesiodistal, sedangkanbahwa pegas
untuk pergerakan
palatal baik untuk
kearahmenggerakkan
palatal digunakan gigi keabukal.
pegas rah labial
Pegas dan mesiodistal,
bukal juga dipakaisedangkan untukarah
apabila kontrol
pergerakan gigi dengan pegas palatal tidak memungkinkan.
pergerakan kea rah palatal digunakan pegas bukal. Pegas bukal jugadipakai apabila
control arah pergerakan gigi dengan pegas palatal tidak memungkinkan.

Koil pegas Gambar


cantilever palatal
: Koil harus terletak
pegas cantilever palatal segaris dengan
harus terletak tengah-tengah
segaris mahkota
dengan tengah-tengah mahkota
gigi
gigi yang
yang akan digerakkan,
digerakkan, tegak
tegak lurus pada lurus arah pergerakan.
arah pergerakan.

• Mudah insersinya dan cukup enak bagi penderita


Banyak pegas yang mudah dikendalikan oleh pengguna, tetapi pegas-pegas jari palatal
untuk menggerakkan gigi kea rah bukal sukar dikuasai, oleh karena itu sering dipilih
pegas T. pada umumnya pegas palatal enak dipakai oleh pengguna (bila pembuatannya
benar). Pegas bukan dan busur-busur sering men yebabkan alat tidak enak dipakai dan
dapat menyebabkan ulserasi traumatic apabila ada sebagian busur yang terlalu
menjorok ke sulkus atau ke pipi. Beberapa pengguna amat sensitive meskipun letak
pegas bukal sudah benar, untuk itu diperlukan malam lunak untuk menutupi koil pegas
sampai pengguna terbiasa dengan pemakaian alat lepasan.

PERGERAKAN GIGI | 177


Sistem Pemberian Kekuatan
Dua sistem pemberian kekuatan untuk menggerakkan gigi, yaitu :
1. One point contact force/single point contact force, dimana kekuatan dikenakan hanya
pada satu titik kontak. Contoh gerakan adalah tipping, translasi, intrusi, ekstrusi, dan
rotasi.
2. Couple force, dimana kekuatan yang dikenekan adalah sama & paralel, memberikan
aksi simultan dengan arah berlawanan. Bila couple force dikenakan pada gigi maka
akan terjadi gerakan rotasi.

Jenis Gaya
Menurut durasinya, gaya ortodonti dapat dibagi :
1. Gaya yang terus menerus (continous force)
- Yaitu tekanan yang diberikan terus menerus dan untuk waktu yang cukup lama
sehingga gaya dapat dipertahankan untuk tidak menurun menjadi nol selama
interval kunjungan pasien.
- Pengaplikasian continous force pada gigi memberikan hasil berupa remodeling
tulang alveolar, reorganisasi ligamen periodontal serta pergerakan gigi.
- Tidak pernah menurun ke nol.
- Ditemukan pada ortodontik cekat.

2. Gaya berkala (interrupted force)


- Yaitu gaya yang memiliki pola siklus selama waktu interval kunjungan.
Ligamen periodontal dapat direkonstruksi kembali sehingga terjadi suatu
peningkatan dalam proliferasi sel yang cocok / sesuai untuk perubahan jaringan.
- Menurun ke nol.
- Ditemukan pada plat ekspansi, extraoral appliance (ex : headgear)

PERGERAKAN GIGI | 178


3. Gaya terputus (intermittent force)
- Dihasilkan oleh alat ortodonti lepasan (ex: finger spring, simple spring, dll) dimana
gaya yang diberikan pada gigi akan menjadi nol bila pasien tidak menggunakan alat
ortodonti tersebut.
- Menurun ke nol karena dilepas oleh pengguna.

Force Magnitude (Level)


• Di kisaran 10 sampai 200 gram.
• Bervariasi dengan jenis gerakan gigi.
• Ringan, kekuatan kontinyu saat dianggap paling efektif dalam mendorong perpindahan
gigi.
• Heavy force menyebabkan kerusakan dan kegagalan untuk memindahkan gigi.

Force Duration
• Ambang batas : 6 jam per hari.
• Tidak ada pergerakan gigi jika force diterapkan kurang dari 6 jam/hari.
• Dari 6 sampai 24 jam/hari, semakin LAMA gaya diterapkan, semakin gigi akan
bergerak.

PERGERAKAN GIGI | 179


Types of Tooth Movement
• Intrusi : memasukkan gigi ke dalam soketnya.
• Ekstrusi : menarik keluar gigi dari soketnya.
• Tipping : pergerakan mahkota gigi.
- Uncontrolled : center rotation dekat dengan center of resistence. Pergerakan
mahkota disertai dengan pergerakan akarnya.
- Controlled : center rotation di apex. Pergerakan akar minimal.
• Translasi (bodily) : pergerakan mahkota dan akar gigi secara bersamaan, tanpa
perubahan inklinasi.
• Rotasi : Gerakan gigi berputar pada pusat rotasi. Bila gigi berputar penuh maka akan
kembali ke posisinya semula.
• Torquing : proses menggerakkan akar gigi tetapi mahkota tidak ikut bergerak. Biasanya
lanjutan uncontrolled tipping. Biasa dilakukan dengan alat cekat. Pergerakan ke arah
labial-palatal.
• Root uprighting : pergerakan akar kea rah mesial-distal.

PERGERAKAN GIGI | 180


Optimum Forces for Orthodontic Tooth Movement
Type of movement Force (gr)

PERGERAKAN GIGI | 181


Tipping 35-60

Bodily movement (translation) 70-120

Root uprighting 50-100

Rotation 35-60

Extrusion 35-60

Intrusion 10-20
*Value tergantung pada ukuran gigi; lebih kecil untuk gigi seri, lebih tinggi untuk
multirooted gigi posterior.

Biomechanics of Tooth Movement


• Center of Resistance : A point on the tooth around which the tooth shall move. For
most teeth, COR is ½ way between the apex and the crest of the alveolar bone.
Titik pada gigi dimana gigi akan bergerak, di ½ akar gigi dengan tulang alveolar.
Pusat ketahanan, adalah suatu tempat di akar gigi yang mempunyai ketahanan paling
besar terhadap kekuatan ortodontik.
Tiga center of resistance :
1. Anteroposterior
2. Transverse
3. Vertkal
Pada gigi berakar tunggal, center of resistance terletak pada 40% jarak dari alveolar
crest ke ujung akar gigi.

• Center of Rotation : The point around which rotation occurs when an object is being
moved.
Titik dimana rotasi akan terjadi ketika gigi akan digerakkan.

PERGERAKAN GIGI | 182


Anchorage
• Anchor = sauh = jangkar
• Hukum Newton: setiap aksi, ada reaksi.
• Anchorage adalah resistensi terhadap perpindahan gigi yang tidak diinginkan, atau site
yang memberikan perlawanan kepada reaktif force yang dihasilkan dari aktivasi suatu
alat ortodontik. (Martyn T Cobourne & Andrew T DiBiase. 2010.Handbook of
ORTHODONTICS. Mosby:Elsevier)
• Nilai anchorage setiap gigi kira-kira ekuivalen terhadap luas permukaan akarnya.
Dengan demikian, molar dan kaninus umumnya memiliki nilai anchorage lebih tinggi
dibandingkan gigi seri dan bicuspid.

Sources of Anchorage
1. Luas permukaan akar, semakin banyak gigi ada di unit anchorage, semakin besar luas
permukaan akar gabungan dan semakin kecil kemungkinan untuk bergerak. Yang biasa
digunakan adalah gigi molar.
Akar pendek < akar panjang
Akar kecil < akar besar

2. Mukosa dan tulang, palatal dapat digunakan sebagai sumber anchorage melalui pelat
dasar akrilik alat removable atau tombol akrilik yang melekat pada lengkungan palatal.
3. Implan, anchorage mutlak dapat disediakan oleh implan yang dapat ditempatkan dalam
tulang cancellous, tetapi secara rutin digunakan di langit-langit mulut.

PERGERAKAN GIGI | 183


4. Sekrup tulang, dikembangkan baru-baru ini dari yang digunakan untuk fiksasi tulang
selama operasi rahang atas, sekrup tulang jauh lebih kecil dari implan dan tidak
osseointegrasi.

5. Elastics, intermaxillary lubang anchorage satu lengkung gigi terhadap yang lain dengan
menggunakan elastics.

6. Anchorage ekstraoral, sangat berguna dan dimanfaatkan selama bertahun-tahun oleh


orthodontists melalui penggunaan headgear

Pembagian Anchorage

PERGERAKAN GIGI | 184


Simple
anchorage.

Compound
anchorage.
Tooth borne
anchorage.
Intramaxillary Stationary
anchorage anchorage.
Intraoral Tissue borne
anchorage anchorage.
Intermaxillary Reciprocal
anchorage anchorage.

Occipital
anchorage

Cranial
anchorage
Extraoral
anchorage
Cervical
anchorage

Facial anchorage

1. Intraoral anchorage
I. Intramaxillary anchorage
Sistem penjangkaran dengan menggunakan gigi-gigi dalam lengkung rahang
yang sama sebagai unit penjangkar.
Tooth borne anchorage dapat berupa :
a. Simple anchorage
Sistem penjangkaran dengan gigi yang mempunyai resistensi lebih besar
dipakai sebagai anchorage untuk menggerakkan gigi dengan resistensi
yang lebih kecil.
b. Compound anchorage
Sistem penjangkaran dengan beberapa gigi / sekelompok gigi mempunyai
resistensi lebih besar dipakai sebagai anchorage untuk menggerakkan gigi
dengan resistensi yang lebih kecil.
c. Stationary anchorage
Sistem penjangkaran dengan gigi penjangkar diusahakan untuk tidak
bergerak secara tipping, atau bila bergerak maka gerakannya adalah
bodily.
d. Reciprocal anchorage
Sistem penjangkaran dengan dua atau sekelompok gigi dengan resistensi
yang sama digunakan untuk saling menggerakkan satu sama lain dengan
arah berlawanan.
Kedua unit bergerak dengan jarak kurang lebih sama.
Dicontohkan dengan menutupnya diastema antara dua gigi seri tengah.

PERGERAKAN GIGI | 185


Tissue borne anchorage : Anchorage yang ditimbulkan dari jaringan lunak.
a. Mukosa
b. Bibir
c. Pipi

II. Intermaxillary anchorage


Sistem penjangkaran dengan menggunakan gigi-gigi dalam lengkung rahang
yang berlainan sebagai unit penjangkar. Sering digunakan pada alat
ortodontik cekat, biasanya dengan menggunakan elastik.
Tergantung kasusnya :
▪ Intermaxillary elastic class II
▪ Intermaxillary elastic class III
▪ Cross elastic

Cara mendapatkan intraoral anchorage


1. Natural anchorage
2. Reinforced anchorage
3. Prepared anchorage
a. Distal uprighting : dilakukan pada gigi molar, sehingga saat menjadi anchorage
gigi tersebut berada kembali pada posisi normalnya.
b. Distal lingual rotation
c. Buccal root torque
4. Active root thrust

2. Extraoral anchorage

PERGERAKAN GIGI | 186


Facial anchorage, face mask berfungsi untuk memajukan maksila yang retrusif.

Macam Anchorage dalam Perawatan Orthodontik

PERGERAKAN GIGI | 187


MACAM ANCHORAGE DALAM PERAWATAN ORTODONTIK

Maximum Anchorage Moderate Anchorage Minimum Anchorage


Direncanakan pada kasus Direncanakan pada kasus
ortodontik yang membutuhkan Direncanakan pada kasus
ortodontik yang membutuhkan
anchorage yang besar, dimana ortodontik yang membutuhkan
anchorage yang sedang,
gigi anchorage (posterior gigi anchorage yang kecil, dimana
dimana gigi anchorage
yang di pencabutan) gigi anchorage diperbolehkan
diperbolehkan bergeser
diperbolehkan bergeser bergeser menempati lebihdari ½
menempati ¼ sampai ½ ruang
menempati kurang dari ¼ ruang bekas pencabutan
bekas pencabutan
ruang bekas pencabutan

PERGERAKAN GIGI | 188


PERTIMBANGAN ANCHORAGE DALAM PERGERAKAN GIGI

3. Jika gigi 13, 14, 23, 24


1. Dalam suatu lengkung 2 2. Jika gigi 13 dan 23 di retraksi maka gigi
gigi, jika dilakukan diretraksi maka akan anchorage menjadi lebih
pergerakkan 1 gigi maka terjadi pergerakan ke sedikit dibandingkan
gigi yang lainnya akan depan dari gigi gigi yang digerakkan
memberikan anchorage anchorage di posterior sehingga keseimbangan
yang besar ke anterior anchorage tidak baik,
terjadi anchorage loss.

Perlu diperhatikan :
1 Anchorage loss gigi posterior pada perawatan ortodontik removable, akan menyebabkan
gigi anterior yang bagian palatal/lingualnya kontak dengan plat akrilik ikut terdorong ke
labial sehingga tampak lebih protrusif. Hal ini terjadi karena plat akrilik yang menyatukan
gigi anchorage (posrterior) dan gigi anterior secara utuh terdorong ke anterior, akibat
pengurangan plat akrilik palatal gigi anterior yang tidak mencukupi/ tidak dilakukan.
Sehingga pengaktifan spring yang kita harapkan akan meretraksi gigi anterior menghasilkan
hal yang sebaliknya.
2. Pada pergerakan gigi no.3., untuk mengurangi resiko anchorage loss, pengaktifan spring
di bagian anterior dilakukan pertahap dibatasi hanya pada per 2 gigi setiap kali kontrol.

PERGERAKAN GIGI | 189


PERGERAKAN GIGI | 190
PLAT EKSPANSI
Oleh : Dr. drg. Tita R Utari, Sp.Ort
Editor : Safira Meita Hapsari

Dalam melakukan perawatan ortodontik sering diperlukan penambahan ruang untuk


mengatur gigi-gigi yang malposisi, sehingga setelah perawatan gigi-gigi dapat
tersusun dalam lengkung yang baik. Ruang untuk pengaturan gigi-geligi dapat diperoleh
dengan cara :
1. Pemanfaatan ruang /diastema yang sudah ada sebelum perawatan
2. Pencabutan gigi
3. Grinding/ stripping interproksimal
4. Ekspansi
5. Distalisasi gigi posterior
6. Proklinasi gigi anterior
7. Koreksi rotasi gigi posterior.
Salah satu cara untuk memperlebar ruang lengkung gigi adalah dengan cara ekspansi.
Pelebaran dengan alat ekspansi dapat dilakukan secara :
1. Ortodontik (pelebaran lengkung gigi)
Pelebaran lengkung gigi :
▪ Pada periode gigi permanen
▪ Hanya dapat dilakukan perubahan inklinasi gigi saja.
▪ Melebarkan lengkung gigi tanpa diikuti pelebaran lengkung basal.
2. Ortopedik (pelebaran lengkung basal)
Pelebaran lengkung basal :
▪ Sangat efektif dilakukan pada periode gigi bercampur
▪ Waktu sutura palatina belum menutup
▪ Pertumbuhan pasien masih aktif
▪ Sehingga selain lengkung gigi (lengkung korona) melebar, maka lengkung
basal juga mengalami pelebaran.

Macam Alat Ekspansi


1. Berdasarkan cara pemakaiannya alat ekspansi dapat bersifat:
▪ Fixed/cekat, misalnya RME (Rapid Maxillary Expansion)
▪ Semi cekat, misalnya Quad Helix.
▪ Removable/lepasan, misalnya plat ekspansi.
2. Berdasarkan pergerakan/reaksi jaringan yang dihasilkan:
▪ Alat ekspansi yang menghasilkan gerakan ortodontik , misalnya : plat
ekspansi.
▪ Alat ekspansi yang menghasilkan gerakan ortopedik, misalnya RME
(Rapid Maxillary Expansion).
Rapid Maxillary Expansion
▪ Alat ini bersifat cekat,
▪ RME dirancang untuk memperluas rahang atas, menghasilkan pelebaran arah
lateral, paralel dan simetris.
• Biasanya digunakan untuk memperbaiki Crossbite posterior (lengkung atas
sempit) dengan memperluas rahang atas untuk menghasilkan lebar yang tepat
sesuai dengan rahang bawah.

PLAT EKSPANSI | 191


Terdiri dari cincin stainless yang disemenkan pada gigi-gigi molar satu desidui atau
premolar satu dan gigi molar satu permanen kanan dan kiri, dihubungkan dengan sekrup
ekspansi yang mempunyai daya pelebaran yang besar.
Dengan alat ini terjadi pelebaran sutura palatina mediana ke arah lateral dan lengkung
gigi bergerak secara bodily. Hal ini memperluas rahang atas dengan mendorong dua bagian
lengkungan terpisah, mengakibatkan pelebaran tulang rahang itu sendiri.
Ruang antara dua gigi depan secara alami akan menutup 1 bulan setelah ekspansi aktif.
Fase ekspansi aktif umumnya berlangsung 3-5 minggu. Setelah telah mencapai lebar yang
diinginkan, RME umumnya dibiarkan di tempat untuk tambahan 6 bulan untuk menstabilkan
hasilnya. Perawatan ortodontik lanjutan sering diperlukan setelah prosedur ini.

Anatomy of Maxilla

• Tulang palatine membentuk


relation dengan maxilla untuk membentuk
langit-langit keras yang sempurna (atau)
Lantai hidung dan sebagian besar dinding
lateral rongga hidung.

• Sutura interpalatine bergabung


dengan dua tulang palatine di plat
horisontal dan berkesinambungan sebagai
sutura intermaxillary.

Faktor Penting Yang Harus


Dipertimbangkan Dalam RME

1. Laju ekspansi: ekspansi pada laju


0.3-0.5mm per hari, ekspansi aktif dapat selesai dalam 2-4 minggu, menyisakan
sedikit waktu untuk respon seluler osteoklas dan osteoblas (terlihat pada ekspansi
lambat).

PLAT EKSPANSI | 192


2. Bentuk Appliance: Seperti daya dorong ke gigi pada bagian inferior tanpa
perbatasan dari maksila, ekspansi harus mencapai bagian basal. Bentuk alat
memberikan peran penting dalam upaya ini, berdasarkan kekakuan atau fleksibilitas,
yaitu anchorage atau kontrol tipping.
3. Umur dan Jenis Kelamin pasien: Meningkatnya kekakuan tulang wajah pada usia
dewasa membatasi gerakan tulang terhadap alat ekspansi, respon yang berbeda juga
terlihat pada tiap jenis kelamin.
4. Discrepancy antara rahang atas dan rahang bawah, molar pertama & lebar kaninus
adalah 4 mm atau lebih mengindikasikan RME .
5. Severity of cross bite contoh jumlah gigi yang mengalami cross bite.
6. Initial angulation of molars or premolars:
7. Assessment of roots of deciduous tooth
8. Physical availability of space for expansion.
9. Nasal obstruction.
10. Medical history.
11. Meatbolic disorders.
12. Periodontal type.
13. Mucogingival health.

Indications For RME


• Pasien yang memiliki lateral discrepancies dan kasus unilateral atau bilateral
posterior crossbites yang melibatkan beberapa gigi merupakan candidat RME.
• Anteroposterior discrepancies dikutip merupakan termasuk salah satu kategori
RME. Sebagai contoh, pasien skeletal Class II, Division 1 malocclusions dengan
atau tanpa posterior crossbite, pasien with Class III malocclusions, dan pasien
dengan borderline skeletal dan kelainan pseudo Class III merupakan candidates jika
mereka mempunyai maxillary constriction atau posterior crossbite.

Etiology For Maxillary Constriction Indicating RME


1. Habits-thumb sucking
2. Obstructive sleep apnea
3. Iatrogenic (cleft repair)
4. Palatal dimensions and inheritance
5. Muscular
6. Syndromes
7. Klippel-Feil syndrome
8. Cleft lip and palate
9. Congenital nasal pyriform aperture stenosis
10. Marfan syndrome
11. Craniosynostosis (Apert’s, Crouzon’s disease, Carpenter’s)
12. Osteopatia striata
13. Treacher Collins
14. Duchenne muscular dystrophy
15. Nonsyndromic palatal synostosis

Contraindications Of RME
• Pasien yang mempunyai anterior open bites, steep mandibular planes, dan profil
convex.

PLAT EKSPANSI | 193


• Pasien yang memiliki maxilla atau mandibula skeletal yang asymmetry, dan orang
dewasa dengan severe anteroposterior dan vertical skeletal
discrepancy.
Resiko Penggunaan RME
▪ Oral hygiene
▪ Panjang fiksasi
▪ Dislodgement dan kerusakan
▪ Kerusakan jaringan.
▪ Infeksi
▪ Sutura gagal terbuka.
RME dapat dibagi menjadi 2 tipe:
• Tissue borne: Haas type expansion.
• Tooth borne :
a Banded – Hyrax or Biedermann type.
b Bonded maxillary expansion.
c Minne Expander or Isaacson type.

Efek dari RME

PLAT EKSPANSI | 194


D. Gill, F. Naini, M. Mcnally And A. Jones. The Management Of Transverse Maxillary Deficiency . Dent Update
2004; 31: 516–523

Effect of RME on maxillary posterior teeth (adopted)1

Effects of RME on mid palatine suture (adopted)1

Effect of RME on mandibular teeth (adopted)1

PLAT EKSPANSI | 195


• Pasien yang melakukan treatment sebelum masa puncak pubertas menunjukkan
perubahan jangka panjang yang signifikan dan lebih efektif pada level skeletal
dalam struktur maksilari dan circummaksilari.
• Ketika perawatan RME dilakukan setelah masa percepatan pertumbuhan pubertas,
adaptasi rahang atas mengalami pergeseran terapi ekspansi dari tingkat skeletal ke
tingkat dentoalveolar.

QUAD HELIX
Alat ini bersifat semi cekat, dapat menghasilkan gerakan paralel simetris atau
asimetris maupun gerakan non paralel simetris atau asimetris, tergantung kebutuhan.

PLAT EKSPANSI | 196


▪ Semi cakat, karena sebagian dapat dilepas untuk diaktifkan ( bagian ekspansif yang
terbuat dari kawat stainless steel diameter 0,9 mm ) dan cincin yang dipasang cekat
dengan semen pada kedua gigi molar pertama.
▪ Pelebaran lengkung gigi diperoleh dengan cara mengaktifkan coil, lengan helix
ataupun palatal bar, tergantung arah pelebaran yang diharapkan.
▪ Alat quad helix bekerja dengan kombinasi tipping bukal dan ekspansi skeletal dalam
rasio 6: 1 pada anak-anak sebelum pubertas.

Clinical Management of Quad Helix


• Force level 400 g bisa diberikan dengan mengaktifkan alat sekitar 8 mm, yang setara
dengan sekitar satu lebar molar.
• Pasien harus ditinjau setiap enam minggu.
• Kadang-kadang, alat dapat meninggalkan bekas di lidah, namun, ini akan cepat
menghilang setelah perawatan.
• Ekspansi harus dilanjutkan sampai cups palatal molar atas menjangkau cups to cups
dengan cups bukal dari molar mandibula.
• Tingkatan overcorrection yang diharapkan sebagai relaps tidak bisa dihindari.
• Periode retensi yaitu selama tiga bulan, dengan helix quad, dianjurkan setelah
ekspansi telah dicapai.
• Jika peralatan cekat telah digunakan, quad helix dapat dilepas.

Kelebihan Dan Kekurangan Quad Helix2

PLAT EKSPANSI

PLAT EKSPANSI | 197


▪ Plat ekspansi merupakan alat ortodontik lepasan yang sering digunakan pada kasus
gigi depan berjejal yang ringan.
▪ Kekurangan ruang guna mengatur gigi-gigi tersebut diperoleh dengan menambah
perimeter lengkung gigi menggunakan plat ekspansi.
▪ Pada pasien dewasa, pelebaran yang dihasilkan merupakan gerakan ortodontik,
yaitu hanya melebarkan lengkung gigi dengan cara tipping, merubah inklinasi gigi.

Sifat Plat Ekspansi


▪ Lepasan atau removable : alat bisa dipasang dan dilepas oleh pasien
▪ Aktif : mempunyai surnber kekuatan untuk menggerakkan gigi, yaitu sekrup
ekspansi atau coffin spring, atau pir-pir penolong ( auxilliary spring).
▪ Mekanis : merubah posisi gigi secara mekanis.
▪ Stabilitas tinggi : alat tidak mudah lepas, karena retensi yang diperoleh dari Adams
clasp atau Arrowhead clasp serta verkeilung dari plat dasar yang menempel pada
permukaan lingual atau palatinal gigi.

Elemen-elemen Plat Aktif

Plat Dasar

PLAT EKSPANSI | 198


Fungsi :
▪ Pendukung komponen lain.
▪ Meneruskan kekuatan komponen aktif.
▪ Mencegah pergeseran gigi yang tidak digerakkan.
▪ Melindungi spring-spring di daerah palatal
Plat dasar akrilik tidak boleh terlalu tebal dan harus dipoles licin supaya enak dipakai dan
mudah dibersihkan. Bagian verkeilung plat harus menempel pada permukaan lingual/
palatinal gigi-gigi, karena dapat menambah daya penjangkar Antara plat yang menempel
pada gigi penjangkar (anchorage) dan gigi attachment terdapat belahan atau separasi.

Cara Prosessing:
Metode Flasking
▪ Jenis Bahan : Heat Curing Acrylic (HCA)
▪ Polimerisasi memerlukan pemanasan dengan penggodogan.
▪ Pengerjaan: Model malam → Inbed dalam cuvet → Press →Digodog → Poles.
Metode Quick Curing
▪ Jenis Bahan : Cold Curing Acrylic(CCA) atau Self Curing Acrylic(SCA).
▪ Polimerisasi tidak memerlukan pemanasan (reaksi eksotermis)
▪ Pengerjaan :
▪ Ditabur kemudian ditetesi
▪ Dicampur dalam pot
▪ Dikuas kemudian dioleskan

Klamer

PLAT EKSPANSI | 199


• Plat ekspansi memerlukan retensi dan stabilitas yang tinggi sehingga maksud
pelebaran lengkung gigi dapat tercapai.
• Stabilitas diperoleh dengan menggunakan klamer yang mempunyai daya retensi
tinggi misalnya Adam's clasp atau Arrowhead clasp yang dibuat dari kawat stainless
steel diameter 0,7 mm.

Macam Macam Klamer

• Klamer C (simple / buccal clasp)


• Klamer Adam (Adams clasp)
• Klamer Kepala Panah (Arrowhead clasp)
• Klamer Modifikasi : Kawat tunggal, Ring, Trianggle, Arrowhead, Pinball

Klamer Adam harus dalam keadaan pasif, tetapi dalam keadaan kontak dengan permukaan
gigi, tidak boleh terlalu menekan gigi.
Cara pembuatan :
▪ Sebelum Klamer Adam dibuat, kedua titik mesiobukal dan distobukal di bawah
kontur terbesar gigi yang diberi klamer ditentukan terlebih dahulu dengan spidol.
▪ Apabila kedua titik tersebut tidak terlihat karena tertutup oleh gingiva, maka model
gingiva sebelah interdental harus dikurangi sesuai dengan bentuk giginya sampai
kedua titik yang dimaksud dapat terlihat.
▪ Ambil sepotong kawat stainless steel diameter 0,7 mm.
▪ Kawat dibengkokkan dengan mempergunakan kekuatan ibu jari, sedangkan tang
Adams/universal hanya dipergunakan untuk memegang saja.
▪ Bengkokan merupakan sudut lancip kurang lebih 70 – 80 derajat.
▪ Berilah tanda untuk bengkokan yang kedua.
▪ Jarak antara bengkokan pertama dan kedua sama dengan jarak antara kedua titik
mesio dan distobukal yang telah tergambar ( 2/3 lebar mesiodistal gigi).
▪ Bengkokan kedua juga dibuat dengan mempergunakan kekuatan dari ibu jari.

PLAT EKSPANSI | 200


▪ Pembuatan salah satu dari U Loop.
▪ Panjang U Loop tergantung pada tinggi mahkota anatomis ( okluso-gingival ) dan
posisi dari gigi yang akan diberi klamer.
▪ Bidang yang terbentuk oleh kedua kaki U Loop membuat sudut kurang lebih 90
derajat dengan cossbar / buccalbar (bagian dari kawat klamer antara bengkokan
pertama dan kedua).
▪ Jika kedua U Loop selesai dibuat, selanjutnya disesuaikan dengan model, kedua
ujung U Loop harus tepat mengenai kedua titik mesio bukal dan distobukal.
▪ Menurut Adam, kaki klamer sebelah mesial selalu harus diselesaikan lebih dulu
karena akan dipakai sebagai patokan.
▪ Meskipun klamer belum selesai, tetapi bila betul pembu-atannya, maka klamer tidak
akan jatuh bila model dibalikkan.
▪ Perhatikan jarak antara crossbar dan permukaan bukal gigi, kira-kira 1 mm dari
permukaan bukal dan oklusal
▪ Pada waktu klamer diletakkan pada model, tidak boleh ada tekanan, artinya klamer
tidak boleh menekan model
▪ Pundak klamer, harus menempel betul pada gigi agar tidak mengganggu oklusi.
▪ Demikian pula perhatikan kedua tag ( kaki klamer bagian lingual ), harus ada jarak
yang sama antara tag dengan model palatum yang nantinya dipakai untuk tempat
akrilik.
▪ Ujung tag harus dibengkokan untuk retensi pada pelat akrilik.

Elemen Ekspansif
• Elemen ekspansif dapat berupa sekrup ekspansi ( expansion screw ) yang dibuat
oleh pabrik atau berupa coffin spring yang dibuat sendiri dari kawat stainless
diameter 0,9 1,25 mm.
• Sekrup ekspansi terdapat bermacam-macam, tapi dasar kerjanya sama.
• Tersedia berbagai tipe, antara lain:
– tipe Badcock
– tipe Fisher.

PLAT EKSPANSI | 201


– tipe Glenross.
– Tipe Wipla dll

Sekrup Ekspansi
➢ Screw merupakan alat yang digunakan untuk proklinasi dua gigi atau lebih,
diletakkan sejajar pada gigi yang akan digerakkan.
➢ Screw memiliki keunggulan dibanding dengan spring karena mudah untuk diatur,
memiliki tendensi dislodge yang lebih rendah, lebih stabil dan tekanan dapat mudah
dikendalikan.

• Tiap sekrup mempunyai 4 lubang, dilengkapi dengan kunci pemutar. Kekuatan yang
dihasilkan sekrup bersifat intermittent ( berselang-seling ). Gambar anak panah pada
sekrup menunjukkan arah pengaktifan. Sekrup ekspansi dibuat untuk pembukaan
0,18 mm — 0,20 mm setiap seperempat putaran ( 90° ).
• Pemutaran sekrup dilakukan putaran setiap hari atau 2 X 'A putaran setiap minggu,
tergantung pada setiap kasus dan arah pelebaran yang diharapkan.

PLAT EKSPANSI | 202


a. Kunci dimasukkan ke dalam lubang sekrup ke arah belakang, itu akan mengubah
arah panah kuning (yang ditunjukkan oleh panah biru) yang tertanam dalam plat
dasar.
b. Kunci kemudian di putar ke arah depan panah sampai tidak dapat berputar lagi.
Hasilnya adalah ¼ putaran sekrup, pada arah anak panah3
Coffin Spring

• Selain sekrup, elemen ekspansif lainnya adalah Coffin yang dibuat dari kawat
stainless steel diameter 0,9 — 1,25 mm. Kekuatan yang dihasilkan coffin bersifat
kontinyu.
• Plat ekspansi dengan coffin dapat menghasilkan gerakan paralel simetris atau
asimetris maupun gerakan non paralel simetris atau asimetris, tergantung
pengaktifan.

PLAT EKSPANSI | 203


Pembuatan plat ekspansi dengan coffin spring
▪ Pelat ekspansi ini dipergunakan untuk melebarkan lengkung gigi ke arah tranversal,
seperti misalnya kasus gigitan silang posterior.
▪ Coffin dibuat dari kawat stainless steel dengan penampang 0,9 – 1,25 mm.
▪ Pada praktikum digunakan kawat berpenampang 0,9 mm.

Cara Pembuatan Coffin Spring:


Persiapan model rahang
– Fiksasi pada okludator
– Pembuatan disain pada model rahang atas
– Pembuatan Klamer Adam
– Pembuatan busur labial
– Pembuatan pir Coffin, terletak antara gigi P1 – M1
– Pembuatan akrilik.
Busur labial ( labial arch )

▪ Busur labial pada plat ekspansi dibuat dari kawat stainless steel diameter 0,7 mm.
▪ Di samping dapat menambah daya retensi alat, Busur labial ini dapat digunakan
untuk meretraksi gigi-gigi anterior yang protrusi.
▪ Pada pelebaran lengkung gigi ke anterior, misalnya pada kasus di mana terdapat
gigitan silang pada gigi-gigi depan ( anterior crossbite ), busur labial ini tidak
diperlukan dan untuk menambah retensi alat ditambahkan spur atau taji yang
dipasang di sebelah distal insisivi lateral atau Adams clasp untuk keempat insisivi
atas.

PLAT EKSPANSI | 204


Macam — macam plat ekspansi
A. Ekspansi arah lateral
1. Paralel
i. Simetris
ii. Asimetris
2. Non paralel ( radial )
i. Simetris
ii. asimetris
B. Ekspansi arah antero-posterior (Schwartz plate)
1. Pergerakan ke distal gigi-gigi posterior
2. Pergerakan ke labial atau proklinasi gigi-gigi anterior.

Ekspansi arah lateral secara paralel, simetris

PLAT EKSPANSI | 205


▪ Plat ekspansi ini paling banyak digunakan, mempunyai bentuk sederhana tapi kuat
dan hasil memuaskan.
▪ Fungsi pokok adalah melebarkan lengkung gigi ke arah lateral secara paralel, jadi
disini gerakannya secara resiprokal.
▪ Gerakan prosesus alveolaris dalam mengikuti gerakan plat dapat dicapai dengan
cepat tapi penguatan jaringan sekitar gigi berjalan lebih lambat.
▪ Selain berfungsi untuk melebarkan lengkung gigi, alat ini dapat digunakan untuk
meretrusi atau meretraksi gigi-gigi insisivi yang protrusif.
▪ Untuk keperluan ini plat ekspansi dilengkapi dengan busur labial.

Cara kerja alat Ekspansi arah lateral secara paralel, simetris


1. Pemutaran sekrup ekspansi dilakukan di dalam mulut.
2. Pada waktu alat diaktifkan dengan memutar sekrup ekspansi, kedua ujung busur
labial akan melebar mengikuti gerakan plat, sehingga busur labial akan menjadi
tegang dan menekan gigi-gigi insisivi yang protrusi.
3. Plat akrilik di sebelah palatinal gigi-gigi tersebut dikurangi, dan tekanan
dari kawat busur labial akan meretrusi atau retraksi gigi-gigi insisivi.
4. Jika gerakan retrusi gigi-gigi insisivi belum memungkinkan misalnya ruangan
belum cukup, maka tekanan busur labial terhadap gigi harus dihindari dengan jalan
melebarkan U-loop.
5. Setelah alas diaktifkan beberapa kali dan ruangan yang diperlukan sudah cukup,
busur labial diaktifkan dengan cara memperkecil atau mempersempit U-loop dan
plat akrilik di sebelah palatinal gigi insisive dikurangi.
6. Dalam perawatan dengan plat ekspansi, mungkin ada satu atau beberapa gigi yang
tidak perlu diekspansi.
7. Oleh karena itu pada waktu alat diaktifkan plat disebelah palatinal gigi yang akan
dipertahankan harus dikurangi agar gigi tersebut bebas dari tekanan.
8. Pada waktu pembuatan plat ekspansi untuk gerakan arah lateral secara paralel dan
simetris, penempatan sekrup secara tepat merupakan faktor yang penting dalam
perawatan.
9. Sekrup dipasang sedekat mungkin dengan palatum agar plat tidak terlalu tebal, tepat
di tengah-tengah palatum ( linea mediana ) antara kedua gigi premolar pertama.
10. Sumbu panjang sekrup paralel dengan bidang oklusal, arah putaran ke belakang.
11. Sekrup diaktifkan 1/4 putaran ( 90° ) 2 X seminggu atau 2 X 1/4 putaran (1800)
sekali seminggu.
12. Agar plat bisa bergerak ke arah lateral pada waktu sekrup diaktifkan,plat akrilik
diseparasi atau dibelah dibagian tengah.

PLAT EKSPANSI | 206


Ekspansi arah lateral secara paralel, asimetris
• Mat ini digunakan untuk mengoreksi kelainan gigitan silang pada gigi posterior satu
sisi ( unilateral-posterior crossbite ).
• Hambatan akibat tonjol gigi antagonis dihindarkan dengan memberi dataran
peninggi gigitan ( bite raiser ) posterior.
• Peningkatan anchorage dilakukan dengan menambah plat akrilik yang menutup
permukaan lingual gigi antagonis pada sisi yang normal.
• Spur ( taji ) dipasang pada gigi anchorage maupun gigi attachment untuk menambah
retensi dan stabilitas slat.
• Retensi diperoleh dengan pemasangan Adams clasp ( klamer Adam ) pada gigi-gigi
6 4 / 4 6 , sedang spur dibuat dari kawat 0,6 mm. Sekrup dipasang paralel dengan
bidang oklusal.

Cara pengaktifan Ekspansi arah lateral, paralel, asimetris


▪ Digunakan koreksi gigitan silang posterior unilateral.
▪ Dilengkapi dataran peninggi gigitan ( bite raiser ) posterior untuk menghindari
hambatan akibat tonjol gigi antagonis.
▪ Penambahan akrilik yang menutup permukaan lingual gigi antagonis guna
menambah penjangkaran ( anchorage ).
▪ Sekrup diputar 2 X ¼ putaran sekali seminggu.

Ekspansi arah lateral non paralel simetris


• Ekspansi ini sering disebut ekspansi secara radial, biasanya digunakan untuk
ekspansi lengkung bagian anterior ( C — C ) dan sedikit di daerah Premolar
pertama,sedangkan gigi-gigi posterior lainnya dipertahankan kedudukannya.
• Alat ini modifikasi antara sekrup ekspansi dan tie-bar yang terletak pada bagian
terdistal plat di garis tengah.
• Sering juga dilengkapi dengan box-in safety pin spring ( spring yang diletakkan
dalam rongga plat ) untuk proklinasi gigi-gigi insisivus yang retrusi atau
palatoversi.
• Gerakan plat ekspansi direncanakan tidak paralel, sehingga apabila alat diaktifkan
bagian anterior akan melebar tapi bagian posterior tetap.
• Hal ini dapat diperoleh apabila diagunakan sekrup yang agak longgar, dibuat dari
logam yang lunak, misalnya sekrup tipeBadcock dengan guide arm atau guide pin
yang dipotong.

• Tie bar dibuat dari kawat stailess steel diameter 0,9 — 1,25 mm.

PLAT EKSPANSI | 207


Cara kerja alat Plat ekspansi lateral non paralel, simetris
1. Pada waktu alat diaktifkan, oleh karena plat bagian posterior ditahan oleh tie bar,
maka plat bagian posterior tetap sedang bagian anterior melebar.
2. Kontruksi safety- pin dibuat dengan tujuan : pada waktu sekrup diaktifkan, plat akan
melebar dan safety-pin spring akan bergerak ke depan sehingga akan mendorong
gigi insisivus yang retrusi/ retroklinasi menjadi proklinasi.
3. Untuk menghindari spring meluncur ke insisal akibat bentuk permukaan palatinal
insisivus tersebut, spring harus ditutup atau dilindungi di dalam box.
4. Retensi dan stabilitas dapat ditingkatkan dengan tambahan clasp yang diletakkan se
anterior mungkin, misalnya pada premolar pertama.
5. Safety-pin spring dibuat dari kawat stainless steel diameter 0,4 — 0,6 mm
yang dilengkapi dengan 4 coil masing-masing berdiameter 0,2 — 0,3 mm.
6. Ke-4 coil hams terletak segaris dan horisontal.
7. Panjang spring yang menempel di kedua gigi insisivus hams sedikit lebih pendek
dari jumlah lebar mesiodistal kedua gigi tersebut.
8. Basis spring tidak boleh menempel pada sekrup.
9. Spring ditanam pada model kerja dan ditutup dengan gips keras, kecuali bagian
basis.
10. Tie bar dibuat dari kawat berdiameter 0,9 — 1,25 mm.
11. Klamer yang dipakai adalah Adams clasp pada kedua gigi Premolar pertama dengan
kawat 0,6 mm dan kedua gigi molar pertama dengan kawat 0,7 mm.

PLAT EKSPANSI | 208


▪ Digunakan untuk ekspansi lengkung bagian anterior dan sedikit di daerah premolar
pertama, sedang gigi posterior lain nya dipertahankan.
▪ Modifikasi sekrup ekspansi dan tie-bar di bagian posterior plat akrilik di garis
tengah.

Plat Ekspansi radial, asimetris


▪ Digunakan sebagai space regainer daerah anterior pada kasus insisivus lateral yang
mesiolabioversi.
▪ Sekrup : soft metal tipe Badcock.
▪ Tie-bar kawat ø 0.9 mm, spur / taji pada 3 1/ ø 0.6 mm.
▪ Adams clasp ø 0.7 mm, pada gigi 6 / 6 .

Ekspansi arah antero-posterior untuk pergerakan ke distal gigi-gigi segmen bukal


(Schwartz plate )
• Plat ekspansi ini digunakan untuk menggeser satu atau beberapa gigi posterior ke
distal, misalnya pada kasus erupsinya gigi C yang ektopik.
• Penggeseran gigi-gigi premolar dan molar ke distal dilakukan untuk memberikan
ruangan bagi gigi C tersebut.
• Sekrup yang digunakan adalah hard metal dengan guide-pin paralel dengan bidang
oklusal dan arah gerakan gigi yang akan digeser.
• Alat ini sering ditambah dengan anterior inclined hire plane guna menambah
anchorage dan membebaskan tonjol-tonjol gigi yang akan digerakkan terhadap gigi
antagonisnya.
• Spur dipasang pada insisivus lateral untuk mencegah bergeser ke distal.
• Retensi dengan Adams clasp yang dipasang pada gigi-gigi 6 4 / 4 6.

PLAT EKSPANSI | 209


• Dapat juga dengan arrowhead clasp pada gigigigi yang akan digeser. Sekrup diputar
1/4 putaran sekali seminggu.

Ekspansi arah antero-posterior untuk pergerakan ke labial (proklinasi) depan


(Schwartz plate)
• Alat ini digunakan untuk merawat anterior crossbite, baik mengenai satu atau ke
empat gigi insisivi atas.
• Agar plate akrilik tidak terlalu tebal, sekrup dipasang sedekat mungkin dengan gigi-
gigi anterior yang akan digerakkan dan dengan palatum.
• Sumbu panjang sekrup terletak di garis tengah dan paralel dengan bidang oklusal.
• Retensi dengan Adams clasp pada gigi-gigi 6 4 / 4 6 , spurs dipasang di sebelah
distal 2 / 2 dan sebelah mesial 3 / 3. Sekrup diputar atau 2 X 1/4 putaran seminggu
sekali.

Ekspansi arah antero-posterior untuk pergerakan ke distal gigi-gigi segmen bukal


(Schwartz plate )

▪ Merupakan plat ekspansi arah anteroposterior untuk menggeser gigi posterior ke


distal.
▪ Sekrup tipe hard metal dengan guide pin paralel dengan bidang oklusal dan arah
gerakan gigi yang akan digeser.
▪ Ditambah dengan anterior inclined bite plane guna menambah anchorage dan
membebaskan tonjol gigi antagonisnya.

▪ Spur / taji dipasang pada insisivus lateral agar tidak menggeser ke distal.

PLAT EKSPANSI | 210


▪ Retensi dengan klamer Adams pada 6 4 / 4 6 atau Arrowhead clasp pada gigi yang
akan digeser.
▪ Sekrup diputar ¼ putaran sekali seminggu.

Schwartz Plate Sebagai Space Regainer


• Alat ini juga dapat dipergunakan sebagai space regainer, yaitu untuk mendapatkan
kembali ruang yang menyempit akibat pencabutan gigi desidui yang terlalu awal,
sedang gigi tetangganya telah menggeser ke ruang bekas pencabutan, sehingga
ruang untuk erupsinya gigi permanen penggantinya tidak cukup.
• Dengan alat ekspansi ini gigi molar yang telah bergerak ke mesial digeser ke distal,
sampai ruangan yang menyempit diperoleh kembali, sehingga gigi permanen
pengganti gigi desidui yang hilang dapt erupsi normal.
• Alat ini membutuhkan retensi dan stabilitas yang besar.

Schwartz Plate Untuk Proklinasi Gigi Anterior


▪ Digunakan untuk merawat anterior crossbite, satu atau ke empat insisivi atas.
▪ Sumbu panjang sekrup terletak di garis tengah, paralel bidang oklusal, tegaklurus
aksis gigi anterior.
▪ Spur dipasang distal 2/2 dan mesial 3/3 , Adams 64/46.

Modifikasi pada plat ekspansi


• Kadang-kadang plat ekspansi arah lateral dilengkapi dengan alat untuk extra oral
traction, misalnya pada kasus Klas II Angle yang ringan dimana hubungan molar
pertama permanen sedikit distoklusi.

PLAT EKSPANSI | 211


• Alat ini dilengkapi dengan busur yang dipatrikan pada busur labial. Kedua ujung
bebas busur luar ini dihubungkan dengan tali elastik yang disangkutkan pada kepala
atau leher pasien ( dikenal dengan istilah head gear ).
• Busur luar ini dibuat dari kawat stainless steel diameter 1,25 — 1,5 mm, busur labial
dari kawat 0,9 mm.
• Retensi dengan Adams claps pada gigi-gigi 6 4 / 4 6, sekrup ekspansi dari hard
metal atau coffin spring dari kawat 1,25 mm.
• Perawatan dengan memakai alat ini selain melebarkan lengkung gigi ke arah lateral,
juga untuk mengoreksi hubungan molar rahang atas dan rahang bawah.

Plat Ekspansi Dengan Extra Oral Traction

▪ Digunakan pada kasus Klas II Angle ( distoklusi ) karena protrusi maksila.


▪ Alat dilengkapi busur luar dari kawat ø 1.25 – 1.5 mm dipatrikan pada busur labial
ø 0.9 mm.
▪ Ujung bebas busur luar dihubungkan elastik yang disangkutkan pada kepala / leher
yang disebut head gear.
▪ Sekrup dari logam keras ( hard metal ), dipasang di garis tengah, antara kedua gigi
premolar.
▪ Retensi Adams clasp pada gigi 6 4 / 4 6
CATATAN
▪ Pertimbangan perawatan dengan plat ekspansi :
▪ Perhitungan Pont : ada kontraksi lengkung gigi
▪ Indeks Howes :
▪ Inter P1 36 % - 43 %
▪ Interfosa kanina 37 % - 44 %
▪ Inklinasi P1 convergen ( condong ke palatinal )
▪ Perawatan dengan ekspansi harus over expansion guna mengantisipasi relaps yang
terjadi.

Pembuatan Pelat Akrilik


Pelat akrilik dapat dibuat dengan cara cold cured atau hot cured / flasking.
Pembuatan dengan cold cured / self cured :
a. Basahi model kerja dengan selapis tipis CMS. Tunggu sampai CMS betul-betul
kering.
b. Fiksasi klamer Adam pada gigi M1 kanan dan kiri dengan wax.
c. Fiksasi coffin spring dengan menutupi badan dan lengan spring menggunakan wax
dan membiarkan basis spring terbuka. Basis spring ini yang nantinya tertanam dalam
plat akrilik.

PLAT EKSPANSI | 212


d. Taburkan selapis tipis serbuk self curing/cold curing menggunakan dispenser.
e. Dengan menggunakan spuit, semprotkan likuid cold curing diatas serbuk sampai
semua serbuk basah.
f. Lakukan berulang-ulang sampai tebal plat antara 1,5 – 2 mm. Haluskan dengan jari
yang dibasahi likuid, sehingga permukaan plat rata
g. Tunggu sampai plat keras, rendam dalam air panas kira-kira 30 menit.
h. Plat kemudian dilepas dari model gigi.
i. Bagian tengah plat diseparasi/ dibelah, tepi plat dipotong di atas daerah undercut,
tepi yang lain sesuai disain.
j. Plat lalu lalu dipoles / dihaluskan sampai mengkilap.

CATATAN
• Untuk plat ekspansi rahang bawah yang paralel dan simetris, sekrup diletakkan di
garis tengah sebelah lingual gigi-gigi anterior.
• Sumbu panjang sekrup paralel dengan bidang oklusal dan tegak lurus terhadap garis
tengah.
• Plat tidak boleh terlalu tebal dan dalam karena dapat mengganggu gerakan lidah
yang dapat mengurangi stabilitas alat.
• Retensi diperoleh dengan pemasangan Adams clasp pada gigi-gigi premolar dan
molar bawah.
• Telah diterangkan dimuka bahwa plat ekspansi sangat efektif digunakan untuk
perawatan pada periode gigi bercampur karena pertumbuhan tulang masih aktif,
sehingga selain dapat dilakukan pelebaran lengkung gigi juga dapat terjadi
pelebaran tulang basal.
• Pada pasien dewasa hanya terjadi pelebaran pada corona' arch ( lengkung gigi )
tanpa diikuti oleh pelebaran lengkung basal.
• Untuk melakukan ekspansi pada pasien dewasa perlu diperhatikan beberapa hal
antara lain:
• Jika menurut perhitungan metode Pont didapatkan pertumbuhan lengkung gigi tidak
mencapai normal ( istilah umum : kontraksi ).
• Jika indeks Howes menujukkan :
• inter tonjol P1 antara 36% - 43%
• inter fossa canina antara 37% - 44%.
Jadi jarak interfossa lebih besar dari jarak intertonjol bukal
Pi. Secara klinis atau pada model studi terlihat inklinasi gigi P1
condong ke palatinal ( conver-gen ).
• Jika terdapat diharmoni rahang, yaitu dalam keadaan okiusi menunjukkan
adanya penyempitan salah satu rahang dibandingkan dengan lengkung gigi
antagonisnya
• Perawatan ortodontik dengan melebarkan lengkung gigi/ rahang menggunakan alat
ekspansi harus dilakukan over expansion untuk mengatasi relaps yang mungkin
terjadi.
• Hal ini disebabkan tertariknya serabut-serabut periodontal yang sangat elastis
sewaktu dilebarkan, serabut-serabut tersebut akan mengkerut kembali sehigga
kemungkinan terjadinya relaps sangat besar.

PLAT EKSPANSI | 213


PLAT EKSPANSI | 214
PLAT EKSPANSI | 215
Daftar Pustaka
• S. Arvind Kumar, Deepa Gurunathan, Muruganandham, Shivangi Sharma. Rapid
Maxillary Expansion: A Unique Treatment Modality in Dentistry. Review Article.
Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2011 August, Vol-5(4): 906-911
• D. Gill, F. Naini, M. Mcnally And A. Jones. The Management Of Transverse
Maxillary Deficiency . Dent Update 2004; 31: 516–523
• Luther F, Nelson-Moon Z. Orthodontic Retainers and Removable Appliances:
Principles of Design and Use. John Wiley & Sons; 2012. 326 p.
• [cited 2016 Apr 11]. Available from: http://www.wohlgemuthortho.com/wp-
content/uploads/2014/10/Schwartz_Plate.pdf
• Rapid Maxillary Expansion Appliance (RME) [Internet]. [cited 2016 Apr 7].
Available from: http://www.onia.com.au/services/other-appliances/rme.html
• Orthodontic Appliances | Dr. Radha Krishnan Orthodontics | Calvert County
[Internet]. [cited 2016 Apr 11]. Available from:
http://www.drkrishnan.com/Treatment/Orthodontic-Appliances.aspx
• Singh G. Textbook of Orthodontics. JP Medical Ltd; 2015. 734 p.
• Kraus H-J, Walter B. Orthodontic expansion screw [Internet]. US4347054 A, 1982
[cited 2016 Apr 6]. Available from: http://www.google.com/patents/US4347054
• drg. WAYAN ARDHANA, MS, SP.Ort (K). Materi kuliah Orthodontia.
Yogyakarta:FKG Universitas Gadjah Mada.
• Mustapha Mansuri, Varun Pratap Singh. Clasps In Removable Orthodontics.
Journal Of Nobel Medical College Vol. 3, No.1 Issue 5

1. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2011 August, Vol-5(4): 906-911


2. D. Gill, F. Naini, M. Mcnally And A. Jones. The Management Of Transverse
Maxillary Deficiency . Dent Update 2004; 31: 516–523
3. Friedy Luther,Zararna Nelson-Moon. 2013.Orthodontic Retainers and Removable
Appliances: Principles of Design and Use. UK:Wiley-Blackwell

PLAT EKSPANSI | 216


PLAT EKSPANSI | 217
PLAT EKSPANSI | 218
SEFALOMETRI ORTODONTI
Oleh : drg. Bayu Ananda Paryontri, Sp.Ort
Editor : Widya Ranasti

Tujuan umum :
• Mahasiswa mampu melakukan tracing sefalogram lateral.
• Mahasiswa mampu melakukan interpretasi sefalogram lateral.
• Mahasiswa mampu melakukan diagnosis / diagnosa sefalometri.
Alat dan Bahan
• Sefalogram lateral
• Tracing box / illuminator
• Kertas kalkir 70 gram ukuran folio
• Selotip
• Pensil 4 H
• Karet penghapus
• Penggaris segitiga
• Penggaris
• Busur derajat
• Sefalometri landmark
• Landmark anatomi → sefalogram

SEFALOMETRI ORTODONTI | 219


❖ Metode Analisis :
1. Steiner
a. Dikenal sejak tahun 1953
b. Menggunakan bidang S-N sbg referensi
2. Downs
a. Dikemukakan tahun 1948
3. Tweed

❖ Titik-titik yang dipelajari dalam skill lab sefalometri :


• Sella turcica (S) : pusat dari sella turcica.
• Nasion (N): titik terdepan dari sutura fronto nasalis.


• Titik A (subspinal): titik paling posterior pada busur antara SNA dan
prosthion.
• Titik B (supramental): titik paling posterior pada busur antara infradental
dan pogonion.

SEFALOMETRI ORTODONTI | 220


A. ANALISIS STEINER – SKELETAL

➢ SNA

▪ Pengukuran SNA = dari Sella Turcica (S) → Nasion (N) → Subspinal


(A)
▪ SNA normal = 82° ± 2°
▪ SNA = Untuk melihat apakah maksila normal / protrusif / retrusive
Note :
- 84° → belum protrusif
- 80° → belum retrusive
- 78° → retrusive
- Contoh interpretasi Rontgen → Maksila pasien normal / protrusif / retrusive

➢ SNB

▪ Pengukuran SNB = dari Sella Turcica (S) → Nasion (N) →


Supramental (B)
▪ SNB normal = 80° ± 2°
▪ SNB = mandibula normal / protrusif / retrusive
Note :
- Interpretasi Rontgen → Mandibula pasien normal / protrusif / retrusive

SEFALOMETRI ORTODONTI | 221


- Ada beberapa soal dan referensi yang tidak menggunakan ± jadi kalau 81°
sudah dianggap mandibula itu protrsif. Tapi pada umumnya menggunakan
±2°

➢ ANB

• Pengukuran ANB adalah hasil dari :


✓ SNA-SNB
✓ Subspinal → Nasion → Supramental
• Normal = 2° ± 2°
• ANB = A di depan B hasil positif = skeletal klas II jika lebih dari 4 0
atau kurang dari 20
Note :
- 5° → Skeletal klas II
- Kurang dari 0° → klas III

➢ SND

▪ Pengukuran SND = dari Sella Turcica (S) → Nasion (N) →


symphysis (D) (ditengah-tengah dagu)
▪ SND normal= 760 +/- 20
▪ kesimpulan: mandibular normal/protrusif/retrusive

➢ Oklusal to S-N

SEFALOMETRI ORTODONTI | 222


▪ Normal : 14° ± 2° = oklusal normal terhadap basis cranium
▪ Jika > 160 = oklusal menjauhi basis cranium
▪ Jika 110 = oklusal mendekati basis cranium
Note :
- Menggambar bidang oklusal pas ditengah-tengah dari Molar-Incisivus
kemudian menggambar bidang atau garis dari Sella Turcica ke Nasion kedua
garis tersebut ditarik hinga membentuk sudut.

➢ Go-Gn to S-N

▪ Normal = 32° ± 2° (30°,34°)


▪ Jika > 340 = rotasi mandibula searah jarum jam (clockwise)
▪ Jika 29° = rotasi mandibula berlawanan jarum jam (counter
clockwise)
Note :
- Garis Gonion ke Gnation disatukan dengan garis Sella Turcica ke Nasion

SEFALOMETRI ORTODONTI | 223


Note :
- Mandibula plane (bidang mandibula) untuk Tweed → Menempel dengan
corpus mandibula
- Mandibula plane untuk Downs → Gonion ke Menton
- Mandibula plane untuk Steiner → Gonion ke Gnation

B. ANALISIS STEINER – DENTAL


➢ I-NA

▪ Normal:
- Anguler = 220 +/- 20
- Linier = 4 mm +/- 2 mm
▪ Interpretasi = Insisivus atas normal / protrusif / retrusive
Note :
- Garis dari akar ke mahkota gigi I RA kemudian diproyeksikan dengan N ke
A (Nasion ke Subspinal ).

➢ I-NB

SEFALOMETRI ORTODONTI | 224


▪ I-NB = Normal:
- Anguler = 250 +/- 20
- Linier = 4 mm +/- 2 mm
▪ Interpretasi : Insisivus bawah normal / protrusif / retrusive
Note :
- Garis dari akar ke mahkota gigi I RB kemudian diproyeksikan dengan N ke
B (Nasion ke Supramental).

➢ Pog to N-B

▪ Interpretasi = Jika I-NB (linier) dikurangi Pog to N-B jika hasil


lebih dari 4 mm maka pasien perlu koreksi

➢ I to I

SEFALOMETRI ORTODONTI | 225


▪ normal = 1300 +/- 20
▪ Jika sudutnya semakin kecil = protusif
▪ Jika sudutnya semakin besar = retrusif

➢ S-Line (Steiner-Line)

- Pada S-Line ini dibuat garis pada jaringan lunaknya ada juga yang
menyebut Soft Tissue Line
- Jika garis menempel dagu, bibir bawah, nempel bibir atas
melewati hidung maka S-Line = normal
- Bibir di depan S-Line = klas II

SEFALOMETRI ORTODONTI | 226


➢ E-Line (Estetik Line)

▪ Dari garis yang menempel dagu dan menempel hidung bukan


melewati hidung karena berbeda dengan S-Line, setelah garis
menempel pada dagu dan hidung kemudian lihat bibirnya.
▪ Normal :
- Bibir atas 1-3 mm dibelakang E-Line
- Bibir bawah 1-2 mm dibelakang E-Line
- Jadi normalnya bibir tidak menempel

C. ANALISIS DOWN – SKELETAL


➢ Facial Angle = FHP ( Frankfort Horizonta Plane) to N-Pog

- min= 820
- maks= 950
- rerata= 87,80

▪ Kesimpulan: kedudukan mandibula terhadap cranium normal /


protrusif / retrusive

➢ Angle of convexity= perpotongan N to A dng A to Pog


- min=-8,50

SEFALOMETRI ORTODONTI | 227


- maks=100
- rerata=00

▪ Kesimpulan: kedudukan maksila terhadap cranium normal / protrusif


/ retrusive

➢ A-B plane= perpotongan N to Pog dng A to B,


- jika A to B didepan hasil negatif
- min= -90
- maks= 00
- rerata= -4,60

▪kesimpulan: berarti relasi batas anterior tulang basal mandibula


terhadap maksila dan relasi terhadap profil seluruhnya normal / klas
II jika minus / klas III jika plus
➢ FMPA= perpotongan antara FHP dng bidang mandibula
- min= 170
- maks= 280
- rerata= 21,90

SEFALOMETRI ORTODONTI | 228


▪ Kesimpulan: berarti pertumbuhan mandibula ke arah bawah dan ke
arah belakang normal / besar / kecil

➢ Y- axis= perpotongan antara FHP dng S to Gn


- min= 530
- maks= 660
- rerata=59,40

▪ Kesimpulan: pertumbuhan mandibular ke arah bawah depan normal /


besar / kecil

D. ANALISIS DOWN – DENTAL


➢ Inklinasi bidang oklusal= perpotongan antara bidang oklusal dng
FHP
- min= 1,50
- maks= 14,30
- rerata= 9,30

SEFALOMETRI ORTODONTI | 229


▪ Kesimpulan: berarti kedudukan bidang oklusal terhadap cranium
normal/ menjauhi cranium/ mendekati cranium.

➢ I-I / I to I

➢ I to oklusal plane= perpotongan antara gigi I bawah dng bidang


oklusal
- min= 930
- maks= 1100
- rerata= 104,50

SEFALOMETRI ORTODONTI | 230


▪ Kesimpulan: gigi insisivus mandibula terhadap bidang oklusal
normal/protrusif/retrusif

➢ IMPA= perpotongan antara I bawah dengan Go-Me (mandibular


plane)
- min= 81,50
- maks= 950
- rerata= 91,40

▪ Kesimpulan: gigi I bawah terhadap bidang mandibular


normal/protrusif/retrusif

SEFALOMETRI ORTODONTI | 231


➢ Derajat protrusi= tentukan A to Pog kemudian berapa mm jarak
insisal I atas ke grs tsb
- min= -1 mm
- maks= 5 mm

▪ Kesimpulan: gigi I atas normal/protrusif/retrusive

➢ Menurut Riedel, 1952 dan 1957: FIS atau UI-FH


Perpotongan antara I atas dng FHP (Po-Or)
- min=1050
- maks=1150

▪ Kesimpulan: I atas normal/protrusif/retrusive

E. ANALISIS TWEED
▪ Tweed = bidang mandibular yang menempel pada corpus mandibula

SEFALOMETRI ORTODONTI | 232


▪ Ada bidang oklusal kemudian bidang mandibula (Steiner Down dan
Tweed) yang berbeda-beda
▪ Ada FHP (Frankfort Horizontal Plane) : dari porion ke orbita
▪ Frankfort Mandibular Plane Angle (FMPA) /FMA
- (FHP diproyeksikan ke Mandibula Tweed) porion ke orbita lurus
kemudian diproyeksikan dengan mandibula plane nya Tweed
yaitu nempel dengan corpus ketemu sudutnya.
- Range : 16° − 35°
▪ Incisor Mandibular Plane Angle (IMPA)
- I bawah dibuat garis dari akar ke mahkota diproyeksikan dengan
mandibula angle Tweed yang nempel corpus
- Range : 85°-95°
▪ Frankfort Mandibular Incisor Angle (FMIA)
- FHP ke I RB

SEFALOMETRI ORTODONTI | 233


- Range : 60°-75°

SEFALOMETRI ORTODONTI | 234


PERAWATAN PADA PERIODE GIGI DESIDUI (ORTODONTI
PENCEGAHAN, PASIEN 2 - 6 TAHUN)
Oleh : drg. Bayu Ananda Paryontri, Sp.Ort
Editor : Hanna Nidaa S

Perawatan preventif tidak hanya perawatan untuk ortho, tetapi juga perawatan seperti
penumpatan gigi, nutrisi untuk ibu hamil, dan penggunaan space maintainer. (Secara
umum untuk perawatan gigi desidui)

Perawatan interseptif → sudah tampak maloklusi, biasanya pada periode mix dentition.

1. Menekankan pasien dan orang tua.


2. Prosedur diagnosa nya adalah untuk mencegah timbulnya maloklusi.
3. Contoh pencabutan supernumerari, natal teeth.
4. Untuk semua dokter gigi.

Contoh perawatan :
1. Edukasi ortu
2. Kontrol karies
3. Perhatian terhadap gigi susu
4. Pencabutan gigi supernumerari
5. Menghilangkan traumatik oklusi
6. Memperhatikan waktu tanggal gigi desidui
7. Perawatan ankilosis gigi desidui
8. Perawatan perlekatan frenulum abnormal
9. Mengatasi kebiasaan buruk
10. Space maintainance

Edukasi Terhadap Ortu


1. Dimulai sejak anak belum lahir.
2. Seperti gizi terhadap bumil.
3. Setelah lahir, menyusui, karena puting susu lebih baik daripada puting dot (tahun
2004).
4. Ibu juga di edukasi dan dibantu supaya secara psikologis mau menyusui
menggunakan puting susu.
5. Kedua ortu mengusahakan oral hygiene yang baik untuk anak.
6. Kedua ortu diedukasi cara menyikat gigi yang benar terhadap anak.
7. Pada usia tertentu anak dilarang menggunakan kempeng (pacifier). (Penggunaan
pacifier pada usia 3-4 tahun bukan merupakan bad habit)

Kontrol Karies
Karies pada interdental jika tidak ditumpat maka akan menyebabkan kekurangan
panjang lengkung gigi. Bisa menyebabkan pergeseran gigi sebelahnya dan mengganggu
erupsi gigi permanen.

Perhatian Terhadap Gigi Susu

PERAWATAN PADA PERIODE GIGI DESIDUI (ORTODONTI PENCEGAHAN,


PASIEN 2 - 6 TAHUN) | 235
Gigi desidui adalah space maintainer alami sampai gigi permanen erupsi → dirawat
: aplikasi topical fluoride, penumpatan fissure sealant. (Gigi desidui yang tidak ada karies
harus tetap diberi perawatan.)

Pencabutan Gigi Supernumerary


1. Gigi desidui, benar benar pastikan bahwa itu gigi supernumerari. (melalui
pemeriksaan klinis dan roentgen)
2. Mesiodens dan paramolar
3. Gigi supernumerary bisa menyebabkan terganggunya erupsi gigi permanen
4. Dicabut segera setelah terdiagnosis, sebelum mengganggu gigi yang akan erupsi

gigi supernumerary

Menghilangkan Traumatik Oklusi


1. Dengan menggunakan articulating paper/ bur → selective grinding.
2. Enamel pearl → grinding

enamel pearl yang dapat mengganggu erupsi gigi di sebelahnya

Memperhatikan Waktu Tanggal Gigi Desidui


1. Gigi susu mana yang prolong retensi.
2. Melalui Roentgen, memperhatikan akar gigi desidui mana yang seharusnya sudah
teresorbsi tapi ternyata belum.
3. Kista, tumor.

PERAWATAN PADA PERIODE GIGI DESIDUI (ORTODONTI PENCEGAHAN,


PASIEN 2 - 6 TAHUN) | 236
4. Tumpatan yang over hanging atau over contour karena dapat mengubah jarak mesio
distal gigi.
5. Ankilosis gigi desidui. (ankilosis dapat diatasi dengan pembedahan)
6. Fibrosis gingiva : penebalan pada gingiva. (Pada penderita psoriasis biasanya
mengalami fibrosis gingiva)

Jurnal :

Perawatan Ankilosis Gigi Desidui


1. Ankilosis gigi desidui akarnya tidak teresorbsi sehingga menghalangi gigi permanen
pangganti untuk resorbsi.
2. Ketika terdiagnosa → operasi.

PERAWATAN PADA PERIODE GIGI DESIDUI (ORTODONTI PENCEGAHAN,


PASIEN 2 - 6 TAHUN) | 237
Perawatan Perlekatan Frenulum Abnormal
Frenulum labialis anterior → dilakukan blanched test (bibir ditarik lalu palatum durum akan
terlihat putih) → sentral diastema

frenulum labialis yang besar/tebal merupakan ciri khas dari central diastema

Mengatasi Kebiasaan Buruk


1. Thumb sucking→ Bukan merupakan kebiasaan buruk sampai usia 3 atau 4 tahun.
2. Milwaukee braces → braces untuk perawatan scoliosis yang dapat mengganggu
pertumbuhan mandibula
3. Deciduous molar bulging.

milkwaukee braces

Space Maintainance
Menjaga ruang akibat premature loss gigi desidui dan gigi penggantinya belum erupsi
• Premature loss gigi desidui.
• Secara umum : Lepasan dan cekat.
• Syarat :
1. Mempertahankan posisi mesiodistal gigi-gigi sehingga tidak terjadi mesial/distal
drifting.
2. Tidak menghalangi erupsi gigi permanen.
3. Konstruksinya simpel, mudah dilepas dan dipasang jika lepasan, dan tidak
menghalangi pasien dari membersihkan gigi-gigi.

Klasifikasi Space Maintainer

PERAWATAN PADA PERIODE GIGI DESIDUI (ORTODONTI PENCEGAHAN,


PASIEN 2 - 6 TAHUN) | 238
menurut Hitchcock :
1. Removable atau fixed atau semi fixed
2. dengan bands atau tanpa bands
3. Fungsional atau non fungsional
4. Aktif atau pasif
5. kombinasi

menurut Raymond C. Thurow :


1. removable
2. complete arch
a. lingual arch
b. extra oral anchorage
3. individual tooth
menurut Hinrichsen :
1. fixed space maintainers:
klas I
a. nonfunctional types
I. bar type
II. loop type
b. functional types
I. pontic type
II. lingual arch type

PERAWATAN PADA PERIODE GIGI DESIDUI (ORTODONTI PENCEGAHAN,


PASIEN 2 - 6 TAHUN) | 239
klas II – Cantilever type (distal shoe, band and loop)
2. removable space maintainer:
acrylic partial dentures

band and loop space maintainers

lingual arch

PERAWATAN PADA PERIODE GIGI DESIDUI (ORTODONTI PENCEGAHAN,


PASIEN 2 - 6 TAHUN) | 240
PERAWATAN PADA PERIODE GIGI DESIDUI (ORTODONTI PENCEGAHAN,
PASIEN 2 - 6 TAHUN) | 241
PERAWATAN PADA PERIODE GIGI BERCAMPUR
(ORTODONTI INTERSEPTIF, PASIEN 6 - 12 TAHUN)
Oleh : drg. Bayu Ananda Paryontri, Sp. Ort.
Editor : Hanna Nidaa Syafira

Ortodonti Interseptif
• Perawatan pada periode mix dentition
• Kelainan mulai sedikit nampak.
• Space regainer bukan space maintainer.
• Tidak pasti.

1. Keuntungan dari melakukan perawatan ortodonti sedini mungkin adalah operator


bisa melakukan intervensi terhadap skeletal maupun dental.
2. Tujuan perawatan orto pada kasus gigi bercampur ini adalah merawat skeletal,
dentoalveolar dan ketidakseimbangan otot sebelum gigi permanen erupsi
keseluruhan.
3. Dengan merawat orto sedini mungkin, pencabutan gigi permanen dan atau orto
bedah dapat diminimalisir. Contoh : perawatan camouflage pada maloklusi klas III.

Pendekatan Perawatan Dini


• Perawatan orto sedini mungkin ini menjadi perdebatan, beberapa ahli berpendapat
initial treatment dilakukan ketika seluruh gigi permanen erupsi sehingga dapat
diperkirakan waktu selesainya (2 atau 3 tahun).
• Sementara beberapa ahli berpendapat bahwa initial treatment dilakukan sebelum
gigi permanen erupsi keseluruhan sehingga dapat dirawat skeletal, neuromuscular
dan dentoalveolar abnormalitas.
• Cara kedua lebih beralasan, lebih baik merawat kelainan yang mulai tampak
daripada harus menunggu hingga periode gigi permanen.

Modifikasi dari Pertumbuhan Kraniofasial


• Selama 30 tahun, orthodontist dan ahli biologi kraniofasial diskusi mengenai
adaptasi skeletal dan neuromuscular selama perawatan pada gigi bercampur.
• Beberapa setuju bahwa pergerakan dari maksila dapat dipengaruhi oleh alat
ekstraoral dan activator, juga melebarkan skeletal dengan menggunakan RME
masih kontroversial terkait stabilitas jangka panjang dan masih dalam tahap
evaluasi.
• Termasuk melebarnya mandibula mengikuti maksila tanpa alat juga masih melalui
beberapa eksperimen dan studi klinis.

Kooperatif Pasien
• Menurut Graber, pondasi dari banyak perawatan dini adalah tingkat kooperatif
pasien.
• Kemampuan dari memotivasi pasien merupakan kunci keberhasilan dari inisiasi
perawatan baik pada awal gigi bercampur atau awal gigi permanen.
• Salah satu kekhawatiran dari ortodontis saat melakukan perawatan ortodonti periode
gigi bercampur adalah tingkat kooperatif pasien dan ortu pasien.

Waktu yang Tepat untuk Interseptif


• Waktu yang tepat untuk ortodonti interseptif merupakan hal yang penting.
PERAWATAN PADA PERIODE GIGI BERCAMPUR (ORTODONTI
INTERSEPTIF, PASIEN 6 - 12 TAHUN) | 242
• Inisiasi dari perawatan awal bervariasi sesuai dengan kasus yang dihadapi.
• Disaat awal awal gigi bercampur, perawatan interseptif ini mulai efektif, seperti
serial ekstraksi, RME.
• Memasuki gigi permanen maka yang efektif adalah perawatan gigi kuratif.

Yang Termasuk Ortodonti Interseptif


1. Serial ekstraksi.
2. Koreksi crossbite
3. Mengatasi kebiasaan buruk.
4. Space regaining.
5. Muscle exercise.
6. Intersepsi skeletal.

Perawatan Klas I
• Maloklusi yang paling sering terjadi adalah crowding (berjejal).
• Pasien berjejal disebabkan karena kekurangan tempat untuk gigi permanen erupsi.
• Relasi molar adalah klas I.
• Perawatan pada gigi bercampur berjejal adalah serial ekstraksi, ekspansi ortopedik,
space manajemen seperti maintenance of lee way space (0,9 mm tiap sisi untuk
rahang atas dan 1,7 mm tiap sisi untuk rahang bawah).

Lee way space = ruang yang timbul akibat adanya perbedaan lebar mesiodistal gigi
pada pergantian gigi kaninus, molar pertama dan molar kedua desidui oleh kaninus,
premolar pertama dan premolar kedua permanen.

Space Maintenance Selama Pergantian Gigi


• Bagian penting dalam periode gigi bercampur adalah memantau pergantian gigi.
• Moyers menyatakan bahwa selisih ruang molar dua desidui dengan premolar dua
permanen adalah 2,5 mm tiap sisi 243isbanding dan 2 mm tiap sisi maksila.
• Bervariasi tiap pasien, observasi dengan Roentgen.

Transpalatal Arch
• Untuk rahang atas
• ketika pergantian gigi susu ke permanen sebaiknya gigi maksila tidak bergerak ke
mesial sedangkan 243isbanding harus bergerak ke mesial. Karena posisi m2 desidui
RB RB itu sejajar sedangkan relasi molar permanen yang baik itu Angle Klas I (tidak
sejajar, mesiobukal M1 atas berada di buccal groove M2 bawah)
• Dibuat dengan kawat stainless steel 0.036 inch.
• Menjaga M1 tidak mesial drifting selama pergantian gigi m2 → P2.

PERAWATAN PADA PERIODE GIGI BERCAMPUR (ORTODONTI


INTERSEPTIF, PASIEN 6 - 12 TAHUN) | 243
transpalatal arch

Lingual Arch
• Pada rahang bawah
• Juga menggunakan kawat stainless steel 0.036 inci.
• Pada M1.
• Tidak terlalu penting 244isbanding transpalatal arch.
• Hanya diperlukan pada pasien yang maksimum anchorage.
• Dilepas ketika gigi P2 selesai erupsi.
• Ketiga poin di atas karena supaya kelak angle klas I.

lingual arch

Fase Desidui → Gigi Bercampur


a. Space di mesial c atas dan distal c bawah : simian / primate spces
b. Distal m2 atas bawah segaris → flush / terminal plane
c. Deepbite ketika desidui karena gigi desidui lebih tegak → berkurang seiring
dengan : M erupsi, atrisi i, mandibular ke depan selama tumbuh
d. Leeway space dari Nance : maksila 1,8 mm/0,9 mm tiap sisi
mandibula 3,4 mm/1,7 mm tiap sisi
e. Usia 8-9 tahun terdapat ugly duckling stage. Pada pasien berumur 8-9 tahun
dengan central diastema jangan langsung diberi perawatan ortho karena pada usia
tersebut terjadi ugly duckling stage.

PERAWATAN PADA PERIODE GIGI BERCAMPUR (ORTODONTI


INTERSEPTIF, PASIEN 6 - 12 TAHUN) | 244
Periode Gigi Bercampur
1. First transitional period: M1 dan pergantian I
2. Inter transitional period
3. Second transitional period

1. First Transitional Period


A. Flush terminal plane: distal m2 sejajar/vertical plane = flush terminal plane /
vertical terminal plane
Saat erupsi M1 kemudian transisi menjadi klas I maka Molar permanen
mandibular bergerak ke depan 3 - 5 mm
B. Mesial step terminal plane: distal m2 bawah lebih ke mesial, sehingga Molar
permanen langsung klas I Angle
Terlalu dini bisa menyebabkan klas III Angle
C. Distal step terminal plane: distal m2 bawah lebih ke distal dapat menyebabkan
klas II Angle

2. Inter-Transitional Period
1. Pada tahap ini terdapat gigi desidui dan gigi permanen
2. Diantara gigi gigi I dan M1 terdapat gigi gigi c dan m

3. Second Transitional Period


• Ditandai dengan pergantian gigi gigi m dan c dengan P dan C
• Lee way space, mandibula: 1,8 mm (0,9 mm tiap sisi), maksila: 3,4 mm (1,7
mm tiap sisi)
• Ugly duckling teeth / stage, erupsi C mengoreksi akar akar gigi I1 dan I2
sehingga sentral diastema tertutup

Serial Ekstraksi
• Perawatan lain yang juga digunakan untuk merawat diskrepansi adalah pencabutan
berseri.
• Secara bertahap pencabutan gigi desidui untuk memfasilitasi ruang guna erupsi
gigi permanen.
• Biasanya diakhiri dengan tidak memiliki gigi keempat gigi P1.
• Menurut Graber: “indikasi dari serial ekstraksi jika tidak cukup ruang pada rahang
untuk erupsi kesemua gigi permanen”.
• Menurut Proffit: “diskrepansi 10 mm”
• Menurut Ringenberg: “diskrepansi 7 mm atau lebih”

Kontraindikasi Serial Ekstraksi


1. Skeletal klas II dan III.
2. Open bite dan deep bite.
3. Diskrepansi tidak sesuai.
4. Banyak gigi kehilangan ukuran mesiodistal karena karis interproksimal yang berat.

Prosedur :
a. Diskrepansi 5-7 mm (Bhalajhi)
b. Butuh Roentgen OPG

Metode :
1. Dewel’s

PERAWATAN PADA PERIODE GIGI BERCAMPUR (ORTODONTI


INTERSEPTIF, PASIEN 6 - 12 TAHUN) | 245
2. Tweed
3. Nance

Metode Dewel
1. Ketika pasien usia 8-9 tahun cabut caninus desidui → untuk tumbuh gigi
Inisisivus permanen
2. Setahun kemudian cabut molar 1 desidui → untuk tumbuh P1, langsung
diikuti exo P1 → untuk erupsi Caninus permanen. Jadi tidak punya P1.

Metode Tweed
1. Usia 8 tahun cabut m1 desidui
2. kemudian cabut P1 permanen & caninus desidui
3. =Nance

(A) cabut m1 (B) cabut P1 dan c

PERAWATAN PADA PERIODE GIGI BERCAMPUR (ORTODONTI


INTERSEPTIF, PASIEN 6 - 12 TAHUN) | 246
Rapid Maxillary ekspansion (RME/RPE)
Timms
o
a. Dibawah 15 tahun, satu putar = ¼ putaran ( 90 ), pagi dan sore
o
b. Diatas 15 tahun, satu putar (45 ) empat kali sehari

Zimring and Isaacson


a. Pasien usia tumbuh kembang→ dua putar sampai 4-5 hari, hari ke 6 → satu putar
per hari
b. Pasien dewasa → dua putar 2 hari, kemudian 5-7 hari selanjutnya satu putar,
setelah hari ke 7 → satu putar, selang seling hari.

RME : melibatkan sutura palatina mediana (skeletalnya)


Perawatan Klas II Maloklusi Gigi Bercampur
• Klas II diketahui dari pemeriksaan klinis dan radiografis.
• Ekstraoral traction: facebows, headgears.
• Functional jaw orthopedic appliances: activator, bionator, Frankel appliance,
Herbst appliance.

Facebows
- Inner bow pada tube M atas.
- Outer bow pada leher belakang.
- Low pull facebow.
- High pull facebow.

facebow untuk mengintervensi skeletalnya.

PERAWATAN PADA PERIODE GIGI BERCAMPUR (ORTODONTI


INTERSEPTIF, PASIEN 6 - 12 TAHUN) | 247
Headgears
- Dilekatkan pada gigi anterior.
- Untuk gigi antaerior atas flaring.
- Terdapat J hook.
- Straight pull headgear.
- High pull head gear.

straight pull headgear dan highpull headgear

Aktivator
• Indikasi : retrusi mandibular.
• Bionator adalah bentuk modern dari activator
• Twin block adalah nama lain dari aktivator

Frankel (FR-2) of Frankel


• Membuat mandibular bergerak ke depan

PERAWATAN PADA PERIODE GIGI BERCAMPUR (ORTODONTI


INTERSEPTIF, PASIEN 6 - 12 TAHUN) | 248
komponen dari Frankel FR-2 of Frankel : labial bow, canine loop, upper lingual wire,
lingual crossover wire, support wire for lip pads, buccal shields, lip pads, palatal bow,
lower lingual pad, lower lingual springs.

PERAWATAN PADA PERIODE GIGI BERCAMPUR (ORTODONTI


INTERSEPTIF, PASIEN 6 - 12 TAHUN) | 249
Herbst
Indikasi :
• Koreksi maloklusi klas II karena retrognatik mandibular

agar relasi molar menjadi klas I

PERAWATAN PADA PERIODE GIGI BERCAMPUR (ORTODONTI


INTERSEPTIF, PASIEN 6 - 12 TAHUN) | 250
Perawatan Klas III Gigi Bercampur
Facial mask
• maksila ditarik keluar oleh facial mask
• indikasi :
o pasien yang sedang tumbuh kembang, prognatik mandibula dan retrusive
maxilla

FR-3 appliance of Frankel

PERAWATAN PADA PERIODE GIGI BERCAMPUR (ORTODONTI


INTERSEPTIF, PASIEN 6 - 12 TAHUN) | 251
• indikasi : maloklusi klas II dengan retrusi maksila skeletal dan tidak terjadi
prognatik mandibular.
• FR 3 memiliki dua upper lip pads yang lebih lebar dan besar daripada lower pads
pada FR2

Chin cup
Merupakan alat ortopedik ekstraoral yang digunakan untuk membatasi pertumbuhan
mandibular ke arah depan dan bawah

PERAWATAN PADA PERIODE GIGI BERCAMPUR (ORTODONTI


INTERSEPTIF, PASIEN 6 - 12 TAHUN) | 252
PERAWATAN PADA PERIODE GIGI BERCAMPUR (ORTODONTI
INTERSEPTIF, PASIEN 6 - 12 TAHUN) | 253
PERAWATAN PADA PERIODE GIGI PERMANENT
(ORTODONTI KURATIF, PASIEN 12 – 13 Tahun Keatas)
Oleh : drg. Bayu Ananda Paryontri, Sp. Ort
Editor : Rhifa

Tujuan ortodonti kuratif :


a. Mencari ruang karena tidak cukup.
b. Memanfaatkan ruang, jika diastema.

Cara Mencari ruang :


• Grinding.
• Ekspansi.
• Pencabutan.
• Distalisasi.

Grinding
1. 0,2 mm anterior.
2. 0,5 mm posterior.
3. Setelahnya aplikasi fluor.
4. Tidak melakukan grinding pada tempat yang sama.
Kontraindikasi :
1. Desidui, tidak rampan karies.
2. Permanen, karies di interproksimal.
3. OHI buruk, banyak karie
Pasien dilakukan grinding jika ?
• Carey, diskrepansi kurang dari seperempat gigi premolar satu
• Lihat kondisi gigi, banyak karies?
• Lihat OHI.
• Lihat Roentgen, tidak lebih dari setengah tebal email.

Ekspansi
1. Satu putar = ¼ putar = 90 derajat.
2. Pont kontraksi.
3. Howes, IFC lebih besar dari IP.
4. Carey, diskrepansi lebih dari ¼ P1 dan kurang dari ½ P1.
5. Studi model konvergen.
6. RME / RPE → mandibula tidak.
7. Ekspansi konven → gigi gigi bawah iya
8. Banyak modifikasi : bilateral, unilateral, distalisasi molar.

Ekspansi untuk distalisasi molar.

PERAWATAN PADA PERIODE GIGI PERMANENT (ORTODONTI KURATIF,


PASIEN 12 – 13 Tahun Keatas) | 254
Pencabutan
1. Perubahan profil, cabut P1.
2. Tidak menghendaki perubahan profil, cabut P2.
3. Carey, jika diskrepansi lebih dari ½ P1.
4. Tidak ada cabut kaninus di dalam orto.

Deep bite
1. Tertutupnya gigi anterior mandibula lebih dari sepertiga terhadap gigi anterior
maksila.
2. Baik garis maupun bidang horizontal sefalometri saling sejajar satu sama lain.
3. Skeletal deep bite karena rotasi mandibula berlawanan jarum jam.
4. Dental deep bite → Thompson-Brodie.
5. Diatasi dengan bite raiser anterior, supaya molar ekstrusi.
6. Bite plane posterior untuk crossbite anterior.
7. Bite raiser/bite plane = 1,5 sampai 2 mm ketebalan, senyaman pasien.
8. Bisa juga dengan aktivator atau bionator bertahap dikurangi plat di molar supaya
ekstrusi.

Spacing
1. Retraksi jika korkhaus protraksi atau anterior dish out atau overjet besar atau
sefalometri
2. INA protrusif atau INA dan INB nya protrusif atau I to I nya kecil.
3. Hati hati dengan spacing atau sentral diastema.
4. Hilangkan kebiasaan buruk / bad habit.

Crossbite
1. Anterior → bite raiser/bite plane posterior.
2. Posterior
3. Memanfaatkan freeway space.

PERAWATAN PADA PERIODE GIGI PERMANENT (ORTODONTI KURATIF,


PASIEN 12 – 13 Tahun Keatas) | 255
Koreksi crossbite satu sisi

Retraksi
1. Retraksi kaninus terlebih dahulu.
2. Kurangi verkeilung.
3. Aktifkan U loop pada 1/3 mesial.

Pergeseran inter insisivus


1. Inter insisivus satu atas segaris dengan philtrum.
2. Atas tidak diperbolehkan.
3. Bawah diperbolehkan.

PERAWATAN PADA PERIODE GIGI PERMANENT (ORTODONTI KURATIF,


PASIEN 12 – 13 Tahun Keatas) | 256
METODE ANALISIS RUANG MASA GIGI BERCAMPUR
Oleh: drg. Atiek Driana Rahmawati, MDSc., Sp.KGA
Editor: Rafika Sifana

Analisis Study Model:


- mempelajari cetakan gigi yang akan membantu dalam mempelajari oklusi dan susunan
gigi-geligi → tingkatan dan keparahan maloklusi dan untuk menentukan diagnosis dan
rencana perawatan
- Mengetahui kelebihan/kekurangan ruang
- Menentukan berat/ringannya kasus

Klasifikasi

A. Analisis gigi-geligi masa gigi permanen


1. Pont’s
2. Korkhous
3. Ashley Howe’s
4. Carey’s / arch parameter
5. Linderheart’s

B. Analisis gigi-geligi masa gigi bercampur


1. Moyer’s
2. Tanaka Johnston
3. Hixon and old father
4. Staley Kerber
5. Huckaba
6. Ballard and Wille
7. Nance

Klasifikasi berdasarkan prinsip analisisnya


A. Non radiografik space analysis
1. Moyer’s
2. Tanaka Johnston
3. Ballard and Wille
B. Radiografik analysis
1. Huckaba
2. Nance
C. Kombinasi radiografik dan prediction chart
1. Hixon and Old father
2. Staley Kerber

➢ Prediksi ukuran gigi C P1 P2 yg belum erupsi sangat penting untuk analisis gigi dan
panjang lengkung (tooth size-arch length analysis) pada masa gigi bercampur
➢ Minimal intervensi treatment maloklusi dapat dimungkinkan jika pemeriksaan
ketersediaan ruang sudah dilakukan seawal mungkin.
➢ Perawatan preventif → space maintainer
➢ Gigi decidui dicabut karena untuk mencegah fokal infeksi
➢ Untuk menjaga space gigi posterior, yang paling bagus adalah dengan gigi decidui itu
sendiri, jadi jangan sampai terjadi premature loss, kecuali jika dikhawatirkan terjadi
fokal infeksi

METODE ANALISIS RUANG MASA GIGI BERCAMPUR | 257


Metode Moyer’s
- Berdasarkan ukuran mesiodistal ke 4 gigi insisivus permanen RB. Kalau masih decidui
tidak bisa pakai moyers
- Meskipun yang dihitung ruang untuk RA, gigi predictor tetap 4 gigi insisivus permanen
RB
- Ukur masing-masing mesiodistal gigi tersebut, dijumlahkan. Paling lebar di titik kontak
- Gunakan prediction chart untuk menentukan ketersediaan ruang untuk erupsi C P1 P2
berdasar ukuran tersebut
- Perhitungan untuk masing-masing sisi RA/RB
- Keuntungan: tidak perlu rontgen
- Kekurangan : tidak universal

Misal seorang laki laki dengan jumlah mesiodistal 4 incisivus permanen RB adalah 20 mm,
ingin mengetahui ruang yang dibutuhkan untuk pertumbuhan gigi C P1 P2 permanen rahang
bawah. Maka dilihat pada table, biasanya menggunakan persentil 75 (untuk klinisi persentil
75 lebih mendekati). Maka jumlah c p1 p2 yang belum tumbuh diprediksikan membutuhkan
ruang sebesar 20,6 mm. untuk mengetahui ruang yang tersedia nanti dicocokan dengan
model gigi dengan mengukur lengkung dari distal I2 permanen sampai mesial M1 permanen.
Untuk mengetahui apakah cukup ruang/kurang ruang, dapat dilakukan dengan menghitung
selisih ruang yang dibutuhkan dan ruang yang tersedia (Ruang yang dibutuhkan dikurangi
ruang yang tersedia)
- Misal ruang yang tersedia 19mm. Maka terdapat kekurangan ruang 1,6mm
- Misal ruang yang tersedia 21mm. maka terdapat kelebihan ruang 0,4mm

Metode Tanaka Johnston


- Berdasarkan Moyer’s
- TJ → Moyer’s tidak valid untuk sampel yang lain
- Moyer’s secara sederhana → persamaan regresi :

Y = a + b(x)

METODE ANALISIS RUANG MASA GIGI BERCAMPUR | 258


Y : mesiodistal C P1 P2 yang belum erupsi
x : jumlah mesiodistal 4 insisivus RB
a dan b : konstanta

Tanaka Johnston →Regresi :

RA : Y = 11 + 0,5x

RB : Y = 10,5 + 0,5x
- Keuntungan : simpel, tidak perlu rontgen dan table
- Kekurangan : tidak cocok untuk populasi di luar Eropa (khususnya Eropa bagian barat
laut)

Metode Huckaba
- Untuk memprediksi ukuran gigi-geligi yang belum tumbuh menggunakan rontgen foto
- Pada rontgen terdapat distorsi sehingga rumus perbandingan:

A = B

A’ B’
A = besar gigi yang sudah erupsi
A’ = besar gigi tersebut (yang sudah erupsi) pada rongent foto
B = besar gigi yang beIum erupsi
B’ = besar gigi yang belum erupsi dalam rongent foto

Metode Nance
- Memerlukan rontgen foto
- Mengukur selisih gigi c m1 m2 decidui dengan C P1 P2 yang akan erupsi
- Normal RA: 0,9
- Normal RB: 1,7

Prosedur:
- Ukur mesiodistal gigi yang sudah erupsi
- Ukur mesiodistal tiap gigi yang belum erupsi (C P1 P2) dari IOPA
- Jumlah total mesiodistal semua gigi per kwadran : ruang yang diperlukan (required
space) untuk erupsi gigi permanen
- Ruang yang tersedia (available space) didapat dengan menggunakan kawat tembaga
untuk mengukur perimeter dari mesial M1 kanan – mesial M1 kiri
- Bandingkan required dan available space untuk mengetahui diskrepansi panjang
lengkung

Determinasi Lengkung
- Menggunakan plastik transparan ditapakkan pada model gigi (posterior: fissure,
anterior:incisal)
- Buat lengkung ideal pada plastik tersebut (caranya ditarik dari mesial anterior ke distal
posterior dengan berpatokan dengan gigi yang dianggap ideal)
- Ukur panjang lengkung tersebut
- Bandingkan dengan semua ukuran gigi yang akan menempati lengkung tersebut

METODE ANALISIS RUANG MASA GIGI BERCAMPUR | 259


- Didapatkan diskrepansi

➢ Kekurangan ruang
0-2 : observasi
2-4 : space maintainer
2-4 dengan mesial drifting : space regainer
>4 : space regainer
Dengan analisis yang berbeda bisa jadi hasilnya berbeda.

METODE ANALISIS RUANG MASA GIGI BERCAMPUR | 260


SPACE MAINTAINER
Oleh: drg. Atiek DR, MDSc, Sp. KGA
Editor: Dena Chantika Arsarini

Pada 6 bulan pertama pasca pencabutan dini gigi desidui akan mengakibatkan penyempitan
ruang. Pencabutan gigi desidui akan mengakibatkan perubahan oklusi pada beberapa
bulan/tahun kemudian, sehingga berdasarkan pertimbangan dibutuhkan penahan ruang
segera setelah dilakukan pencabutan.
Hampir semua kasus kehilangan dini gigi molar desidui akan memengaruhi penurunan pada
panjang lengkung gigi.

Besarnya penutupan ruang tergantung pada:


• Jumlah gigi yang terlibat
• Waktu kehilangan gigi
Alat penahan ruang berfungsi untuk:
• Memperbaiki keadaan kepada fungsi oklusi yang normal
• Mengembalikan ruang yang hilang untuk tempat erupsi gigi permanen
Gigi desidui yang hilang secara dini pada saat usia 4-5 tahun akan menyebabkan gigi
permanen penggantinya terlambat erupsi. Bila waktu hilangnya gigi desidui berdekatan
dengan waktu ekfoliasi normal, gigi permanen pnggantinya akan lebih cepat erupsi

A. SPACE MAINTAINER
- Adalah alat yang digunakan untuk mempertahankan ruang yang terjadi akibat
pencabutan dini gigi sulung
- Ada 2 jenis yaitu cekat dan lepasan
- Tidak digunakan lagi apabila gigi permanen pengganti sudah erupsi

B. TUJUAN PEMBUATAN SPACE MAINTAINER:


- Mencegah pergeseran gigi-gigi ke ruang bekas pencabutan
- Mempertahankan panjang lengkung rahang
- Mencegah terjadinya maloklusi

C. INDIKASI
- Kehilangan dini gigi desidui dan gigi permanen penggantinya belum siap erupsi
- Pencabutan dini gigi di regio posterior
(note: pencabutan m2 akan lebih banyak menyebabkan penyempitan ruang
daripada pencabutan m1)
- Kehilangan dini gigi di regio anterior
- Kehilangan dini gigi anterior permanen, yang disebabkan:
o Trauma pada gigi anterior anak
o Proses patologis yang parah

D. KONTRA INDIKASI
- Tidak ada sama sekali tulang alveolar di atas mahkota yang sedang tumbuh
- Terdapat ruang yang cukup untuk erupsi gigi permanen
- Ruang hasil premature loss gigi desidui lebih besar dari ukuran mesio-distal gigi
permanen pengganti sehingga tidak terjadi kekurangan ruang

SPACE MAINTAINER | 261


- Ketidaksesuaian kebutuhan pencabutan dan perawatan orthodontic di masa
yang akan datang (kekurangan ruang besar akan memerlukan tindakan
pencabutan)
- Tidak ada gigi permanen pengganti (kongenital) dan diharapkan adanya
penutupan ruang
E. SYARAT-SYARAT
- Dapat mempertahankan jarak mesiodistal bekas pencabutan sampai erupsi
permanen (idealnya dapat mempertahankan keutuhan lengkung rahang)
- Tidak mengganggu proses TK, erupsi gigi seerta lengkung tulang alveolar
- Memberikan fungsi kunyah dan mencegah ekstrusi/overerupsi gigi antagonis
- Mudah dibersihkan dan tidak menjadi sarang kotoran sehingga terjadi karies dan
kerusakan jaringan lunak
- Tidak mengganggu pergesera fungsional mandibula dan pergerakan individual
gigi pada waktu berfungsi
- Tidak menimbulkan tekanan yang berlebih
- Tidak mengganggu fungsi bicara, pengunyahan, dan penelanan serta
mempunyai desain yang sederhana
F. MACAM-MACAM
- Lepasan, cekat, semi cekat
o Kelebihan cekat dan semi cekat:
▪ Perawatan lebih praktis
▪ Dapat diterima dengan baik oleh pasien
▪ Dapat digunakan pada kasus unilateral maupun bilateral
o Kekurangan cekat dan semi cekat:
▪ Membutuhkan waktu kunjungan yang lebih lama
▪ Mudah melekatnya plak pada alat
▪ Memerlukan proses penyolderan di laboratorium sehingga
daerah ikatan solder tersebut mudah rusak atau patah
- Dengan band atau tanpa band
- Fungsional atau non fungsional
- Aktif atau pasif
- Kombinasi jenis-jenis di atas
Semua jenis dapat dipakai untuk mempertahankan ruang dan mencegah
pengurangan panjang lengkung rahang
G. DESAIN ALAT YANG BIASA DIGUNAKAN:
a. Fixed lingual arch space maintainer → untuk kasus bilateral rahang bawah
o Band → disemen pada M1 kiri dan kanan atau
m2
o Kawat lengkung lingual disolder pada
permukaan lingual masaing-masing band,
sepanjang permukaan lingual
▪ menahan posisi gigi molar lebih ke distal,
▪ menahan posisi daerah gigi insisif lebih
ke labial
→ mencegah pemendekan lengkung rahang
daerah insisif ke lingual & mencegah
penyempitan daerah tak bergigi yang mungkin terjadi karena gigitan
yang dalam
o INDIKASI:

SPACE MAINTAINER | 262


▪ Premature loss satu atau lebih gigi posterior desidui pada kedua sisi
rahang (bilateral)
▪ Pada anak cacat yang tidak bisa dibuat alat penahan ruang lepasan
▪ sebagai dasar restorasi estetik pada kehilangan dini gigi sulung
anterior
▪ Sebagai suatu alat untuk menghilangkan kebiasaan buruk
o KONTRA INDIKASI:
▪ Bila diperlukan penyesuaian berulang-ulang pada pergeseran gigi.
▪ Karies rampan
▪ Jumlah plak yang banyak
▪ Pasien kurang kooperatif
▪ Kasus gigitan silang anterior atau posterior
▪ Gigi anterior bawah berjejal / gigi anterior permanen erupsi di
lingual.
o KELEBIHAN:
▪ posisi alat tidak mudah berubah
▪ mencegah gigi posterior bergerak ke anterior
▪ tidak menghalangi prosedur pembersihan mulut
▪ tidak menghalangi erupsi gigi permanen.
o KEKURANGAN:
▪ tidak dapat mengembalikan fungsi pengunyahan
▪ tidak mencegah ekstrusi gigi antagonis terutama pada gigi
permanen.
b. Nance holding arch space maintainer (alat penahan ruang cekat lengkung
Nance) untuk rahang atas.
o Dipakai utk lengkung rahang atas
o Indikasi, keuntungan, bahan-bahan, dan teknik pembuatan mirip
lingual arch space maintainer pada rahang bawah.
o Perbedaanya dengan lingual arch adalah pada bentuk lengkung kawat
bagian anterior. Tujuanya untuk mencegah kontak dengan singulum
gigi insisif sebab tepi inisial gigi rahang bawah saat beroklusi,
umumnya berkontak dengan gigi rahang atas pada daerah singulum ini.
o Nance holding arc space maintainer mempunyai fungsi tambahan yaitu
sebagai dasar pembuatan alat untuk menghilangkan kebiasaan buruk

o Bagian anterior Nance holding arch melewati celah bagian anterior


palatum. Untuk mencegah terbenamnya kawat dalam palatum dan
pergeseran gigi, pada bagian anterior kawat diberikan keping akrilik
c. Semi fixed space maintainer

SPACE MAINTAINER | 263


Semi fixed space maintainer atau alat penahan ruang semi-cekat adalah alat
penahan ruang yang mempunyai pegangan pada satu gigi penyangga dan
dicekatkan dengan cara penyemenan pada gigi penyangga tersebut.
Macam-macamnya:
o Band and Loop Space Maintainer
▪ Alat ini terdiri dari sebuah band yang disemen pada gigi penyangga
dan sebuah loop yang terbuat dari kawat logam tahan karat.
▪ Ujung kawat yang satu disolder pada band di permukaan bukal dan
lingual, ujung lain kontak permukaan proksimal gigi yang
berdekatan dengan space
▪ Bila gigi penyangga mengalami karies cukup luas, hipoplasia
email, atau dekalsifikasi, dapat dibuat Crown and crib-loop space
maintainer.
▪ Digunakan jika periode penggunaan hanya butuh waktu yang
singkat.
▪ Apabila gigi molar permanen telah erupsi, sebaiknya gigi tersebut
digunakan sebagai penyangga.
▪ INDIKASI:
 Premature loss m1 pada periode gigi desidui / periode campur.
 Kehilangan dini gigi m2 pada waktu gigi molar pertama
permanen sedang erupsi.
 Alat ini juga bisa digunakan hampir di setiap daerah di regio
posterior dalam mulut.
 Kasus hilangnya dua gigi posterior yang berdekatan atau pada
kasus belateral
▪ KONTRA INDIKASI
 Gigi yang sangat berjejal atau sudah menunjukkan
penyempitan ruang yang jelas.
 Tingkat aktivitas karies yang tinggi.
 Kehilangan dini gigi m2 pada keadaan gigi M1belum erupsi
o Crown and Loop Space Maintainer
▪ Digunakan pada kasus kehilangan dini satu dan dua gigi m desidui
pada satu sisi rahang.
▪ Bila gigi penyangga terserang karies cukup luas, sehingga tidak
munggkin dilakukan preparasi kavitas yang memuaskan
▪ Bila di masa mendatang alat penahan ruang crown and crip- loop
tidak diperlukan lagi, loop dapat dipotong dan crown nya dapat
dipertahankan sebagai perbaikan gigi penyangga

o Crown/Band and Distal Shoe Space Maintainer

SPACE MAINTAINER | 264


▪ INDIKASI:
 Premature loss m2 sebelum gigi molar pertama permanen
erupsi
 Kadang disebut intra-alveolar appliance dirancang untuk
mempertahankan ruang pada kasus pencabutan dini gigi m2
saat M1 belum erupsi.
 Mencegah fenomena “mesial drifting tendency” yaitu
kecenderungan gigi bergeser ke mesial walaupun belum erupsi
dalam mulut
▪ KONTRA INDIKASI:
 Pasien dan orang tua kurang kooperatif.
 Gigi penyangga (abutment) kurang memenuhi syarat.
 Pasien menderita penyakit sistemik
d. Mandibular acrylic space → lepasan
e. Maxillary acrylic space maintainer → lepasan

SPACE MAINTAINER | 265


SPACE MAINTAINER | 266
ATRISI GIGI
Oleh : drg. Fahmi Yunisa, Sp. Prost
Editor : Rafi Kusuma R.S

DEFINISI
Kerusakan pada jaringan keras gigi yang sifatnya merusak (patologis) , non karies dan
irreversible

Abrasi
▪ Bahasa latin : abrader → mengikis
▪ Keausan patologis pada jaringan keras gigi melalui proses mekanis dari objek asing
maupun zat yang abnormal dan berulang
▪ Faktor etiologi : pasien dan bahan
▪ Faktor pasien : teknik, frekuensi, waktu, tekanan menyikat gigi
▪ Faktor bahan : kekasaran, ph, dan jumlah pasta gigi ; tipe dan kekakuan sikat gigi
▪ Penggunaan sikat gigi secara horizontal → v-shaped defect
▪ Area servikal, terutama kaninus dan premolar → resesi gingiva, akar terekspos
▪ Kebiasaan penggunaan objek lain : merokok dengan pipa, penggunaan tusuk gigi,
menggigit benang → abrasi pada permukaan oklusal dan insisal
▪ Saat ini makanan kurang menyebabkan abrasi, karena sifat makanan yang semakin
lunak

Abfraksi
▪ Bahasa latin : frangere → patah, pecah
▪ Defek berbentuk wedge shaped pada cej
▪ Diduga kuat karena tekanan oklusal yang sangat kuat
▪ Tekanan kunyah / oklusal → mikrofaraktur enamel-dentin → perlahan merambat
tegak lurus aksis gigi → defek wedge shaped
▪ Cenderung sulit membedakan antara abfraksi dan abrasi

ATRISI GIGI | 267


Atrisi
▪ Bahasa latin : atterere → aksi menggosok
▪ Keausan fisiologis karena kontak antar gigi, tanpa adanya intervensi substansi luar
▪ Penyebab : aktivitas parafungsional
▪ Terjadi pada permukaan oklusal maupun insisal

Erosi
▪ Bahasa latin : eroder → merusak
▪ Hilangnya lapisan permukaan gigi secara bertahap akibat proses kimiawi (asam),
tanpa melibatkan bakteri
▪ Asam yang berasal dari luar atau dalam tubuh, bukan dari bakteri
▪ Ekstrinsik : asam sulfur di pabrik baterai, gas khlorin di kolam renang, buah sitrus,
saliva buatan, vitamin c
▪ Intrinsik : asam lambung → gastritis, peptic ulcer

ATRISI GIGI | 268


A. KEAUSAN MEKANIS
1. Gesekan antara 2 permukaan atau lebih
2. Tingkat keausan sama antara restorasi dan gigi
3. Mudah didiagnosis dengan studi model
4. Asimptomatik
5. Disertai kebiasaan parafungsional

ATRISI GIGI | 269


ALGORITMA
DIAGNOSTIK

❑ Keausan Gigi Anterior


Ketidak stabilan / kehilangan oklusi gigi posterior memperparah atrisi
anterior

❑ Keausan Gigi Anterior dan Posterior


Tingkat keausan dipengaruhi durasi dan besar tekanan selama bruksisme

ATRISI GIGI | 270


❑ Keausan Permukaan Fasial Kaninus – Premolar
Tingkat keausan dipengaruhi oleh teknik sikat gigi, durasi, bahan sikat
gigi, bahan pasta gigi
Diagnosis : pasien menunjukkan cara sikat gigi → lokasi

❑ Keausan Insisal dan Oklusal


Keausan insisal dan oklusal dapat terjadi karena berbagai tipe kebiasaan
parafungsional, seperti menggigit objek asing (pipa rokok, klip kertas,
kaleng softdrink, dll)

B. KEAUSAN KIMIAWI
1. Paparan asam
2. Gigi tajam dan berkawah
3. Hipersensitif
4. Model studi sulit oklusi

ATRISI GIGI | 271


5. Penyebab : dalam tubuh, makanan, lingkungan

ALGORITMA
DIAGNOSTIK

❑ Pola 1 : Kerusakan Anterior > Posterior


- Asam lambung → muntah → palatal anterior maksila
- Keausan halus, dimulai dari servikal
- Molar dan premolar maksila → keausan berbentuk chamfer di
permukaan palatal
- Gigi mandibular jarang terkena → tertutup lidah

- Alkoholisme → muntah → keausan di palatal anterior maksila dan


sebagian kecil mandibular
- Gaya hidup barat → 10% pria

ATRISI GIGI | 272


- Menghisap buah sitrus → keausan di fasial anterior maksila
- Tingkap keparahan dipengaruhi : tingkat keasaman buah, durasi,
cara konsumsi
- Terlihat jelas keausan hanya di gigi anterior (posterior aman)

❑ Pola 2 : Kerusakan Posterior > Anterior


- Konsumsi makanan dan minuman mengandung asam → softdrink,
jus jeruk
- Lebih parah di molar dan premolar mandibular → posisi lidah,
gravitasi
- anterior mandibular dan maksila tidak terpengaruh

- Konsumsi buah sitrus > 2 kali sehari → keausan posterior maksila dan
mandibula

ATRISI GIGI | 273


❑ Pola 3 : Lokasi Beragam
Konsumsi medikasi : vitamin c kunyah, aspirin kunyah, bubuk aspirin →
keausan oklusal posterior

ATRISI GIGI | 274


ATRISI GIGI | 275
LOGOPEDIK
Oleh : Dr.drg. Rinaldi Budi Utomo, MS, Sp. KGA
Editor : Safira Meita Hapsari

Definisi Logopedik
Ilmu yang mempelajari Cacad dipengucapan dan cara menanganinya
Dasar Terminologi:
Membantu Diagnosis dalam Pembetulan Kelainan Bicara. Dengan Identifikasi

NOTE :
Saat berbicara terdapat Artikulasi dan Resonansi
• Artikulasi = Artikulasi Aktif (Lidah) dan Artikulasi Pasif (Palatum Gigi Geligi
• Resonansi = Letaknya di rongga mulut dan pita suara yang menghasilkan volume
rongga mulut

Identifikasi Kelainan Sistem Bicara Perkembangan Normal


1. Perkembangan Bicara (Kemampuan Tingkah Laku Bahasa)
• Bunyi-bunyi Reflek (1-2 Minggu) → Tangis dapat dibedakan
• Babling (2-3 Bulan) → Reflek Bunyi Dengkuran (Belum Bentuk Vokal)
• Lalling (5-7 Bulan) → Mendengar (Teramati bunyi sekitar)
• Ekolalia (9-10 Bulan) → Meniru (Artikulasi masih Salah)
• Bicara Benar (1-1,6 Tahun)
2. Perkembangan Bahasa
• Pembentukan Unsur Bahasa (1- 1,6 tahun)
• Belajar Bahasa →Pengertian→Pembendaharaan (3 tahun)
3. Perkembangan Artikulasi
• Bunyi untuk Ekspresi Verbal
• Perkembangan Ucapan/Kata sesuai Usia
4. Perkembangan Fonasi
• Perubahan Suara secara : Anatomis, Fisiologis dan Jenis Kelamin
5. Perkembangan Irama
• Pembendaharaan dan Kemampuan Bicara

LOGOPEDIK | 276
Tujuan
• Mempermudah Anamnesis
• Membantu Diagnosis
• Deteksi Dini
• Distingtif (Voice Print)
• Patokan Koreksi Perawatan

PENDAHULUAN
• Bicara ➔ Artikulasi Vokal (Verbal) → (Ketrampilan, Kemampuan) → Kognitif
• Bahasa ➔ (Memberi, Menerima) → Informasi → (Lisan dan Tertulis) →
Komunikasi

Didengar Jelas
Setiap fonem
Menuturkan Kata
Bicara Normal
Sempurna Bibir, Lidah, Gigi,
Palatum, Velum,
Nasal, Pita Suara,
Otot Pernafasan
Kelainan Gangguan Bicara

Sistem Produksi Suara


Paru-paru (Sumber Tenaga) → Rongga Pernafasan (Proses Fonasi) Pita Suara → Rongga
Mulut (Proses Artikulasi) Bibir, Lidah, Langit-langit, Velum Alveolar, Gigi-geligi →
Rongga Hidung (Proses Oronasal)

Periode Tumbuh Kembang → Kelainan Rongga Mulut Dalam Bentuk dan Struktur
Jaringan Keras dan Lunak → Perubahan Artikulasi Fonem Vokal dan Konsonan →
Pengucapan Tidak Jelas → TA dan CA Tidak Tepat → Penggantian (Substitusi),
Penambahan (Adisi), Penghilangan (Omisi), Tak Jelas (Distorsi)

Substitution
Merupakan penggantian suara bericara dengan bicara yang benar. Satu atau lebih
suara digantikan, yang menghasilkan hilangnya fonem kontras. Contoh : “dood” untuk
“good”, “wabbit” untuk “rabbit”.
[beyat] = [bεrat] ‘berat‘

LOGOPEDIK | 277
[y] = [r]
[r] → [y/ --y-- /v-v#]
Selain penggantian huruf /r/ → /y/ juga terdapat penggantian sebagai berikut (Dewi
et al, 2015) :
a) [peyas] [pəras] ‘Peras ‘
b) [heyan] [heran] ‘Heran’

Addition
Merupakan penambahan suara berbicara ekstra yang mendekatai suara artikulasi
yang benar. Terdapat satu atau lebih suara tambahan yang dimasukkan ke dalam suatu kata
yang diucapkan. Contoh : “buhlack” untuk “black”.

Omission (deletion)
Merupakan hilangnya suara berbicara dalam kata. Suara yang diinginkan tidak
diproduksi, tetapi justru hilang atau terhapus dari kata yang dimaksud. Contoh : “cu” untuk
“cup”, “poon” untuk “spoon”.
Dalam bahasa Melayu, ommisi ini dapat terjadi pada gangguan bicara akibat
ankyloglossia seperti : (Dewi et al, 2015)
a) [telñata] [tərñata] ‘ternyata’
b) [cuaŋ] [curaŋ] ‘curang’

Distortion
Ketidaktepatan produksi suara dan berbicara. Suara yang dihasilkan akan berubah
atau terganggu. Contoh : suara “s” lateral
Interdental lisping : Tipe distorsi berdsarkan produksi konsonan sibilan dengan ujung lidah
penempatannya terlalu jauh ke depan (melawan gigi atau diantara gigi). Contoh : /s/ and /z/.
• Perawatan Orthodontik hanya berfokus pada dental estetik dan fungsi mastikasi.
Meskipun kadang ditemukan pengaruh malposisi gigi dan lengkung skeletal pada
produksi suara.
• Produksi suara normal dan kavitas oral berhubungan secara dinamis, sehingga
dokter gigi sebaiknya memiliki kemampuan mengenali dan menentukan bagaimana
anomali dental dan perawatan ortho yang berkaitan pada produksi suara.
• Lengkung dental dan skeletal berperan sebagai petunjuk struktural penempatan
lidah dan bibir yang terlibat pada produksi suara
• Hampir 90% konsonan diproduksi bagian anterior kavitas oral yang menunjukkan
bahwa relasi lengkung dental dapat merupakan faktor paling penting yang
mempengaruhi artikulasi
• Deviasi struktur dental atau aligment-nya dapat mempengaruhi proses normal
tekanan dan aliran udara, posisi lidah dan bibir, sehingga mempengaruhi produksi
suara bicara.
• Misalignment yang terjadi dapat berupa : crowded, crossbite, overbite, underbite,
openbite.
• NB : Perubahan bicara pada vowel (disphonia), kalau perubahan artikulasi pada
konsonan (dslosia). Dismena (berhubungan dengan saraf)
• Perubahan akustik seperti variasi produksi vowel terjadi pada maloklusi kelas II dan
III karena perubahan adaptif letak lidah an konturnya, perubahan pergerakan
mandibula, peningkatan overjet, perubahan amplitudo produksi /s/ , kecepatan dan
durasi dan perubahan posisi bibir, dan incisivus dan lidah
• 3 jenis maloklusi dental memiliki efek negatif pada produksi suara yaitu openbite,
mandibular progtism, dan mandibular retrogntism

LOGOPEDIK | 278
• Orthodontic Treatment Priority Index (Grainer) tidak ada kaitan signifikan dengan
klasifikasi Angle, Overjet, Overbite, Anterior Crossbite, Maxillary
Crowding/Spacing, Mandibular crowding/ spasing, tetapi signifikan bila dikaitkan
dengan openbite dan crossbite posterior (Leavy K.M, dkk, 2015)
• Kesalahan produksi suara biasanya berupa kesalahan distorsi auditori atau distorsi
visual. Pada distorsi visual, properti suara target tertahan, meskipun lingual protrusi
terlihat

LOGOPEDIK | 279
LOGOPEDIK | 280
LOGOPEDIK | 281
Klinis

LOGOPEDIK | 282
Kelainan/Gangguan Pengucapan
Artikulasi Konsonan
• Bibir : /p/, /b/, /m/
• Lidah : /r/, /d/, /t/, /dh/, /n/
• Maloklusi Klas III :/s/, /z/, /t/, /l/, /n/
• Maloklusi Klas II :/p/, /b/, /m/
• Maloklusi Klas I dengan Open Bite :/f/, /v/, /s/
• Palatum :/m/, /n/, /ny/, /ng/
Vokal
• Velum :/a/, /i/, /e/

LOGOPEDIK | 283
Kasus Open Bite

Mouth Breathing (Bernafas Mulut)

Maloklusi Klas II

LOGOPEDIK | 284
Maloklusi Klas III

Ankyloglossia

LOGOPEDIK | 285
Bunyi Bahasa
• Dibedakan berdasarkan ada/ tidak hambatan
• Bunyi Vokal
o Tidak ada hambatan pada alat bicara
o Hambatan pada Pita Suara yang bergetar
o Glotis tertutup tidak rapat
o Semua Vokal Bunyi Bersuara
• Bunyi Konsonan
o Hambatan pada Alat Bicara
o Terjadi Artikulasi berupa Bunyi Konsonan
o Bersuara bila disertai getaran Pita Suara Tanpa getaran Pita Suara,
Glotis terbuka dihasilkan Bunyi Konsonan Tak Bersuara
• Bunyi Semi Vokal

Bunyi bahasa dapat dibedakan dari Keras dan Lunak


Berdasarkan ada dan tidak Ketegangan Kekuatan Arus Udara saat artikulasi
• Keras :
o Letup tak Bersuara /p/, /t/, /c/, /k/ (Ind) (Jw+/th/)
o Geseran /s/
o Vokal /i/, /e/, /o/, /u/ (Ind+Jw)
• Lunak:
o Letup Bersuara /b/, /dh/, /j/, /g/ (Ind)(Jw+/d/)
o Geseran /z/
o Nasal /m/, /n/, /ny/, /ng/
o Lidah /r/, /l/
o Semi Vokal /w/, /y/
o Vokal /ə/ (emas)

Bunyi Bahasa berdasarkan Kenyaringan


• Ditinjau dari aspek auditoris
• Ditentukan oleh luas sempitnya/ besar kecilnya ruang resonansi
• Makin luas/ besar resonansi, makin tinggi derajat kenyaringannya
• Makin sempit/ kecil resonansi, makin rendah derajat kenyaringannya
• Vokal Tinggi (ruang resonansi sempit), derajat kenyaringannya Rendah
• Urutan Vokal dari derajat kenyaringan Rendah ke Tinggi yaitu: Vokal
tertutup /i/, /u/; Vokal Semi tertutup /e/, /o/, /ə/, /ɛ/, /ɔ/ dan Vokal terbuka
/a/

LOGOPEDIK | 286
Untuk Konsonan
• Terbentuknya disertai hambatan alat bicara
• Derajat Kenyaringannya lebih rendah dari Vokal
• Konsonan Letup tak bersuara paling rendah
• Kenyaringannya /p/, /t/, /th/, /c/, /k/
• Kemudian diikuti Geseran tak bersuara /f/, /s/
• Diikuti Letup bersuara /b/, /d/, /dh/, /j/, /g/
• Geseran bersuara /v/, /z/
• Nasal /m/, /n/, /ng/, /ny/
• Sampingan /l/
• Paling Tinggi derajat Kenyaringannya Konsonan Getar /r/

Klasifikasi Vokal
• Berdasarkan sisten Vokal Kardinal
o Mempunyai Kualitas Bunyi,
o Keadaan Lidah,
o Bentuk Bibir Tertentu
o Diberi lambang sesuai abjad fonetik Internasional yaitu /i/, /e/, /ɛ/, /a/,
/ɑ/, /ɔ/, /o/, /u/ dan diberi urutan 1-8
• Berdasarkan Tinggi Rendahnya Lidah
o Vokal Tinggi /i/, /u/
o Vokal Madya /e/, /ɛ/, /ə/, /o/, /ɔ/
o Vokal Rendah /a/, /ɑ/
• Berdasarkan Lidah yang Bergerak
o Vokal Depan /i/, /e/, /ɛ/, /a/
o Vokal Tengah /ə/
o Vokal Belakang /u/, /o/, /ɔ/, /ɑ/
• Berdasarkan Striktur
o Vokal Tertutup yaitu antara /i/ dan /u/
o Vokal Semi Tertutup yaitu antara /e/ dan /o/
o Vokal Semi Terbuka yaitu antara /ɛ/ dan /ɔ/
o Vokal Terbuka yaitu antara /a/ dan /ɑ/
• Berdasarkan Bentuk Bibir
o Vokal Bulat Terbuka /ɔ/
o Vokal Bulat Tertutup /o/, /u/
o Vokal Netral /ɑ/

LOGOPEDIK | 287
o Vokal Tak Bulat /i/, /e/, /ə/, /ɛ/, /a/

Klasifikasi Konsonan
Dibedakan menurut cara dihambat (cara artikulasi)
• Menurut tempat hambatan (tempat artikulasi)
• Hubungan artikulasi aktif dan pasif (Striktur)
• Getaran Pita Suara
• Arah arus udara dan mekanisme waktu bunyi konsonan diucapkan
Dibedakan:
• Konsonan Hambat Letup
o Hambatan penuh arus udara, dilepas tiba-tiba, struktur rapat
o Macamnya :
1. K.H.L.Bilabial
▪ Bunyi yang terjadi :/p/ (K.keras tak bersuara) /b/ (K.lunak bersuara)
▪ Distribusi Awal, Tengah (Hambat Letup) /p/, /b/ (Ind, Jw)
▪ Distribusi Akhir (Letup Hambat /p/)
▪ Distribusi Akhir /b/ (Ind, Jw) diucapkan /p/
2. K.H.L.Apiko-denta
▪ Bunyi yang terjadi: /t/ (K.keras tak bersuara) /d/ (K.lunak bersuara)
▪ Distribusi Awal, Tengah (Hambat letup /t/ (Ind, Jw)
▪ Distribusi Akhir (Letup Hambat /t/)
▪ Tanpa aspirasi (Ind), dengan aspirasi /dh/, /th/ (Jw)
3. K.H.L.Apiko-palatal
▪ Bunyi yang terjadi /ṭ/ (K.keras tak bersuara) /ḍ/
(K.lunak bersuara)
▪ Dalam bahasa Indonesia /ṭ/ tidak ada
▪ Distribusi Awal, Tengah /ṭ/ (Jw)
▪ Distribusi Awal, Tengah /ḍ/ (Ind, Jw)
4. K.H.L.Medio-palatal
o Bunyi yang terjadi /c/ (K.keras tak bersuara) /j/ (K.lunak
bersuara)
o Distribusi Awal, Tengah /c/, /j/ (Ind, Jw) tak ada di Akhir

LOGOPEDIK | 288
5. K.H.L.Dorso-velar
o Bunyi yang terjadi /k/ (K.keras tak bersuara) /g/ (K.lunak
bersuara)
o Distribusi Awal, Tengah /k/, /g/ (Hambat Letup) (Ind, Jw)
o Distribusi Akhir /k/ (Letup Hambat)

• Konsonan Hamzah
o Merapatkan seluruh panjang Pita Suara
o Langit-langit Lunak
o Arus udara terhambat beberapa saat
o Glotis tertutup rapat
o Secara tiba-tiba Pita Suara dipisahkan dan terjadi letupan
o Seperti kata ma'af, rakyat, kakak (Ind); sa'at, anak (Jw)
o Distribusi : Tengah, Akhir
• Konsonan Nasal
o Menutup rapat jalan udara paru-paru melalui rongga hidung
o Striktur rapat
o Langit-langit lunak beserta anak tekak diturunkan
o Udara masuk rongga hidung
o Macamnya
1. K.N.Bilabial
o Bunyi yang terjadi /m/
o Getaran Pita Suara, termasuk Konsonan Bersuara
o Distribusi : Awal, Tengah, Akhir (Ind, Jw)
2. K.N.Apiko-alveolar
o Bunyi yang terjadi /n/
o K. bersuara, distribusi: Awal,Tengah,Akhir (Ind, Jw)
3. K.N.Medio-palatal
o Bunyi yang terjadi /ny/
o Konsonan bersuara, Distribusi: Awal, Tengah (Ind, Jw)
4. K.N.Dorso-velar
o Bunyi yang terjadi /ng/
o Konsonan bersuara
o Distribusi: Awal, Tengah, Akhir (Ind, Jw)
• Konsonan Sampingan
o Dengan menutup arus udara di tengah rongga mulut
o Udara keluar melalui dua/satu sisi dengan striktur
renggang lebar
o Artikulasi ujung lidah dan gusi
o Bunyi yang dihasilkan sampingan Apiko-alveolar /l/
o Termasuk Konsonan bersuara
o Distribusi Awal, Tengah, Akhir (Ind, Jw)
• Konsonan Geseran atau Frikatif
o Dengan menyempitkan jalannya arus udara dari paru, jalan
udara terhalang dan keluar bergeser
o Striktur tidak rapat, renggang
o Tempat artikulasi :
1. K.G.Labio-dental

LOGOPEDIK | 289
o Bunyi yang terjadi /f/ (K.keras tak bersuara) /v/ (K.lunak
bersuara)
o Distribusi Awal dan Akhir /f/ sebagai kata pungutan
(Ind,Jw)
o Distribusi Awal /v/ sebagai kata pungutan
2. K.G.Lamino-alveolar
o Bunyi yang terjadi /s/ (K.keras tak bersuara) /z/ (K.lunak
bersuara)
o Distribusi Awal, Tengah, Akhir /s/ (Ind, Jw)
o Distribusi Awal, Tengah /z/ (Ind, Jw)
o Merupakan kata pungutan
o K.G.Apiko-prepalatal
o Bunyi yang terjadi /ʃ/ seperti diujarkan dengan /sy/ bunyi
Geseran Lamino-palatal /ɜ/ bahasa Indonesia tidak ada
3. K.G.Dorso-velar
o Bunyi yang terjadi /kh/
o Konsonan tak bersuara
o Distribusi Awal, Tengah, Akhir /kh/ (Ind, Jw)
o Merupakan kata pungutan
4. K.G.Laringeal
o Disebut juga Geseran Glotal
o Bunyi yang terjadi /h/ (K,tak bersuara)
o Distribusi Awal, Tengah, Akhir (Ind, Jw)
• Konsonan Getar
o Dengan menghambat jalannyaarus udara yang dihembuskan
berulang-ulang dengan cepat
o Striktur rapat renggang (dihambat-dilepas) berkali-kali
dengan cepat
1. Konsonan Getar Apiko-alveolar
o Bunyi yang terjadi /r/
o Distribusi Awal, Tengah, Akhir (Ind, Jw)
• Semi Vokal
o Termasuk konsonan
o Belum membentuk konsonan murni
o Hubungan antar artikulator renggang-terbentang atau
renggang lebar
o Dibedakan sesuai artikulasinya:
1. Semi Vokal Bilabial dan Labio-dental
o Bunyi yang terjadi /w/
o Bunyi bersuara
o Distribusi Awal, Tengah (Ind, Jw)
2. Semi Vokal Medio-palatal
o Bunyi yang terjadi /y/
o Bunyi bersuara
o Distribusi Awal, Tengah (Ind, Jw)

IDENTIFIKASI SUARA

LOGOPEDIK | 290
• Persepsi artikulasi dalam bahasa Indonesia belum banyak diteliti
• Persepsi artikulasi bukan suatu hal yang mudah dilakukan
• Artikulasi merupakan suatu aktifitas verbal yang meluncur tanpa ada
batas waktu yang jelas antara satu kata dengan kata yang lain
• Dengan kemajuan teknologi metode Identifikasi suara dapat
diperoleh dengan merekam artikulasi maupun tingkah laku anak saat
berujar baik secara visual maupun auditori
• Mendalami suatu kata diperlukan proses
• Terlebih dulu menentukan apakah bunyi atau kata yang didengar
adalah kata dalam bahasa Indonesia
• Mengumpulkan fitur-fitur yang secara alami melekat pada arti fisik
kata tersebut
• Membandingkan dengan satu makna dengan kata tersebut
• Memilih diantara makna kata sama yang memenuhi syarat

BAHASA INDONESIA
• Bahasa persatuan bangsa Indonesia
• Sudut pandang linguistik merupakan banyak ragam bahasa Melayu
• Bahasa yang hidup, menghasilkan kata-kata baru
• Bukan bahasa Ibu
• Bercampur/ penggabungan dengan dialek bahasa ibu/ daerah
• Digunakan sangat luas diberbagai tingkat pendidikan
• Mempunyai 26 fonem, 21 huruf mati (konsonan) dan sisanya 5 huruf
hidup (vokal)

Periode tumbuh kembang anak banyak ditemukan kasus kelainan dalam


rongga mulut yang menimbulkan kelainan bicara atau tidak jelasan tutur kata. Salah
satunya disebabkan karena kelainan bentuk dan struktur jaringan keras dan lunak
rongga mulut anak sebagai organ bicara. Menyebabkan perubahan dalam artikulasi
fonem vokal dan konsonan baik penempatan titik artikulasi (TA) maupun cara
artikulasi (CA) atau pengucapan. Akan mengakibatkan anak melakukan penggantian
(substitusi), penghilangan (omisi), penambahan (adisi) atau pengucapan yang tidak
jelas (distorsi). Untuk menuturkan kata dengan baik, ucapan dapat ditangkap dengan
jelas, setiap fonem terdengar secara rinci maka semua organ bicara harus berfungsi
optimal. Bunyi vokal merupakan fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara
keluar tanpa hambatan. Bunyi konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan
menggerakkan udara keluar ada hambatan. Hambatan disertai perubahan posisi
artikulator akan menghasilkan bunyi fonem berbeda dan bila dirangkai menjadi satu
kata atau morfem akan mempunyai makna yang berbeda pula.

LOGOPEDIK | 291
LOGOPEDIK | 292
LOGOPEDIK | 293
LOGOPEDIK | 294
LOGOPEDIK | 295
LOGOPEDIK | 296
• Identifikasi Kelainan Sistem Bicara
o Perkembangan Bicara :
Babling 2 – 3 bulan >3 bulan tidak ada babling
Lalling 5 – 7 bulan >7 bulan tidak ada lalling
Ekolalia 9 – 10 bulan >10 bulan tidak ada ekolalia
Bicara 12 – 18 bulan >18 bulan tidak bisa bicara
o Kemampuan Pengucapan :
Konsonan
`m`, `n`, `h` : 24 bulan >24 bulan tidak bisa
`p`, `b`, `ing`, `w`, `d`, `g` : 30 bulan >30 bulan tidak bisa
`y`, `k`, `f`, `sh` : 36 bulan >36 bulan tidak bisa
`t`, `ch`, `dge` : 42 bulan >42 bulan tidak bisa
`l`, `s` (zh) : 48 bulan >48 bulan tidak bisa
`r` : 60 bulan >60 bulan tidak bisa
`z` : 66 bulan >66 bulan tidak bisa
`th` : 78 bulan >78 bulan tidak bisa
Semua huruf : 96 bulan >96 bulan tidak bisa
Vokal
`a`, `i`, `u`, `e`, `o` : 2 bulan >2bulan tidak bisa
Ketidakmampuan huruf : ..........................................................................
o Kemampuan Bicara :
Kemampuan berkomunikasi : sendiri bantuan orang lain
Kemampuan memulai percakapan : sendiri bantuan orang lain
Frekuensi suara : pelan sedang keras
Kelainan pengucapan : logat morfem ..................................
Fisiologis Patologis .................................

LOGOPEDIK | 297
LOGOPEDIK | 298
ANALISA BITE MARK
drg. Iwan Joe Dewanto, PhD
Editor : Ayu Annisa Mutmainnah

• Bite mark (bekas gigitan) merupakan bagian dari odontologi forensik, dikenal
pula dengan istilah forensic dentistry atau Bite mark evidence expertise.
• Pemanfaatan Odontologi forensik :
1. Proses identifikasi pelaku pada tindak kriminal
2. Proses identifikasi pada sisa jenasah yang sudah rusak (mayat tak
dikenal)
3. Medico-legal aspek pada kasus-kasus malpraktek dokter
4. Proses identifikasi pada DVI (disaster victim identification)

ANALISA BITE MARK | 299


• Bite marks are often considered as valuable alternative to fInger printing
and DNA identification in forensic examinations.
• Tiga mekanisme utama yang terkait bite mark/bekas gigitan yaitu:
1. Tekanan gigi,
Tekanan gigi disebabkan oleh tekanan langsung pada tepi insisal gigi anterior
/ tepi oklusal gigi posterior. Keparahan tanda gigitan tergantung pada durasi,
tingkat kekuatan yang ada yang dipengaruhi oleh tingkat gerakan antara gigi
dan jaringan

2. Tekanan lidah
Tekanan lidah disebabkan ketika bahan yang dimasukkan ke dalam mulut
ditekan oleh lidah terhadap gigi / rugae palatal dan tanda khas hadir karena
mengisap / menyodorkan lidah
3. Goresan gigi
Goresan gigi disebabkan oleh gesekan gigi pada permukaan gigi secara umum
melibatkan gigi anterior. Presentasi klinis dapat dilakukan bentuk goresan dan
lecet. Goresan dan lecet yang menunjukkan ketidakteraturan dan kekhasan
tepi insisal yang berguna dalam identifikasi

ANALISA BITE MARK | 300


ANALISA BITE MARK | 301
• Jenis bentuk luka gigitan
Berdasarkan jenis perlukaan yang dihasilkan dari gigitan maka dapat
dibedakan menjadi 7 tipe/jenis perlukaan dengan 4 klasifikasi impresi(ke
dalaman gigitan) yaitu:
1. Hemorrhage - bercak perdarahan kecil
Gambaran berupa bintik-bintik warna merah dari darah pada permukaan
kulit/epidermis tanpa ada luka atau kulit yang rusak (hanya pembuluh
kapiler/tepi terdapat sedikit kerusakan sehingga ads darah yang rembes
ke jaringan kulit/dermis).
2. Abrasion - Tanda luka pada kulit tapi tidak mengalami
kerusakan/robek.
Adalah lecet-lecet/memar pada permukaan kulit/epidermis tanpa ada
kerusakan(hanya bagian dermis karena pembuluh kapiler/tepi yang
rusak).
3. Contusion - lecet, ada pembuluh darah tepi yang rusak
Kerusakan/luka yang tembus permukaan kulit/epidermis dan pembuluh
darah tepi yang rusak sudah cukup
4. Laceration - pada kulit telah terdapat kerusakan / tertembus
Kerusakan/robek pada permukaan kulit cukup dalam hingga dermis dan
darah sudah tampak mengalir kepermukaan.
5. Incision - Luka menembus di kulit tapi dengan perlukaan yang rapih
6. Avulsion - luka dengan kulit yang terkelupas, luka pada dengan
epidermis dan dermis mengelupas dan darah mengalir ke luar.
7. Artifact - ada luka dengan bagian dari luka yang terlepas dari tubuh
• Guideline ABFO (American Board of Forensic Odontology)peran dari
dokter gigi forensik terdiri dari beberapa tahap yang dimulai dari:
A. Saliva swab of Bite site / Salve swabs dari lokasi bekas gigitan
B. Photographic Documentation of the Bite site / Pemotretan dokumentasi
pada lokasi bekas gigitan (Lighting / Pencahayaan, Scale / Skala
Pengukur)
C. Impressions of Bite site / Pencetakan pada lokasi gigitan
1. Victim's Dental Impression / pencetakan gigi geligi dari korban
2. Impressions of Bite site / Pencetakan di lokasi bekas gigitan

ANALISA BITE MARK | 302


• Comparing Bite mark Evidence
1. Generation of Overlay (Acetate film dapat diganti dengan lembaran
plastik OHP atau plastik jernih yang kaku misalnya untuk cover buku.)
2. Test Bite Media (Lembaran wax, Styrofoam, Kulit sukarelawan,
dengan bahan-bahan lain yang bisa merepresentasikan bekas gigitan spt
buah2an)
3. Comparison techniques (pembuatan ovelay antara (luka) bekas gigitan
dari TKP / korban diperbandingkan dengan gigitan yang dibuat dari
tersangka)
Perlu diperhatikan dalam luka gigitan :
• Jarak dari cuspid / canine ke cuspid perlu diukur.
• Bentuk dari lengkung rahang (atas dan bawah).
• Bukti terhadap alignment gigi yang abnormal terhadap lengkung gigi.
• Gigi geligi yang hilang.
• Kurva/lengkung dari tepi gigitan (terutama gigi anterior).
• Bentuk gigi/permukaan occlusal yang unik.
• Patern / Pola keausan/kerusakan pada gigi geligi misalnya chips atau
grinding.
• Klasifikasi kedalaman gigitan (Impresion clasification)
Penentuan kedalaman gigitan dan jenis atau tipe dari bite marks juga dapat
membantu dalam penyelidikan terhadap suatu kasus.
1. Clearly defined - Tekanan dari gigitan cukup signifikan (keras)
2. Obviously defined - Tekanan dari gigitan tingkat pertama
3. Quite noticeable - Tekanan dari gigitan yang kasar dengan kekerasan
4. Cerated - kulit secara kasar dengan kekerasan tercabik dari tubuh
• Bahan dan alat yang diperlukan untuk identifikasi bite mark
1. Kaca mulut, sonde, pinset dan lain-lain
2. X ray unit
3. Dental impression
4. Camera (digital atau film catridge) atau video camera
5. Calipers dan penggaris
6. Articulating paper
7. Dental wax
8. Forensic scale unit (bila ada boleh pakai standard ABFO no.2
scale)
9. ATK
10. Acetate film/Transparancy sheet
11. OHP markers(merah, biru, hijau dan hitam)
• Klasifikasi pola gigitan
1. Kelas I : pola gigitan terdapat jarak dari gigi insisive dan kaninus.
2. Kelas II : pola gigitan kelas II seperti pola gigitan kelas I tetapi terlihat pola
gigitan cusp bukalis dan palatalis maupun cusp bukalis dan cusp lingualis
tetapi derajat pola gigitannya masih sedikit.
3. Kelas III: pola gigitan kelas III derajat luka lebih parah dari kelas II yaitu
permukaan gigit insisive telah menyatu akan tetapi dalamnya luka gigitan
mempunyai derajat lebih parah dari pola gigitan kelas II.

ANALISA BITE MARK | 303


4. Kelas IV: pola gigitan kelas IV terdapat luka pada kulit dan otot di bawah
kulit yang sedikit terlepas atau rupture sehingga terlihat pola gigitan
irreguler.
5. Kelas V: pola gigitan kelas V terlihat luka yang menyatu pola gigitan
insisive, kaninus dan premolar baik pada rahang atas maupun bawah.
6. Kelas VI: pola gigitan kelas VI memperlihatkan luka dari seluruh gigitan
dari rahang atas, rahang bawah, dan jaringan kulit serta jaringan otot
terlepas sesuai dengan kekerasan oklusi dan pembukaan mulut.

• Klasifikasi pola gigitan manusia


1. Kelas I : polanya menyebar. Tidak ada tanda-tanda gigi individu
diidentifikasi. Mungkin ada tanda salah satu atau kedua lengkung rahang.
Mungkin ada sedikit atau tidak ada nilai pembuktian untuk pencocokan
pada tersangka. Bahkan, mungkin gigitan kelas I tidak dapat diidentifikasi
sebagai pola gigitan manusia, hanya luka berbentuk bulat. Bagaimanapun,
yang mungkin menjadi nilai besar dalam hal ini yaitu seperti saliva, DNA,
bentuk lengkung, dan sebagainya
2. Kelas II : luka gigitan ini memiliki karakteristik kedua kelas dan
karakteristik individual. Lengkung rahang atas (maksila) dan rahang
bawah (mandibula) dapat diidentifikasi. Gigi yang spesifik mungkin
diidentifikasi. Gigitan kelas II mungkin lebih digunakan untuk eksklusi
daripada inklusi pada tersangka.
3. Kelas III : gigitan ini akan memperlihatkan morfologi gigi yang sangat
baik paling sedikit pada satu rahang. Bentuk gigi spesifik dan posisinya
pada lengkung geligi dapat diidentifikasi. Pola gigitan kelas ini dapat
menghasilkan profil geligi dari si penggigit dan akan digunakan baik pada
inklusi maupun eksklusi. Dimensi ketiga lekukan-lekukan ini mungkin
tampak dan dapat membantu memperkirakan waktu gigitan diberikan
dalam hubungannya dengan waktu kematian
4. Kelas IV : gigitan ini akan menjadi eksisi atau insisi pada jaringan. Darah
tampak pada permukaan dan DNA mungkin terkontaminasi. Gigitan kelas
ini sulit jika tidak memungkinkan untuk mendapatkan profil gigi yang
menyebabkannya. Bagaimanapun, gigitan kelas IV akan hampir selalu
menghasilkan luka permanen atau cacat : hilangnya jari atau telinga. Atau
bekas luka permanen

ANALISA BITE MARK | 304


ANALISA BITE MARK | 305
ANALISA BITE MARK | 306
ANALISA BITE MARK | 307
* 3 halaman diatas memang hanya berupa gambar ppt

ANALISA BITE MARK | 308


ANALISA BITE MARK | 309
KULIAH PANEL
ANALISIS DOWNS
Oleh : drg. Bayu Ananda Paryontri, Sp.Ort
Editor : Widya Ranasti

A. ANALISIS DOWN – SKELETAL


➢ Facial Angle = bidang yang dibuat dari FHP ( Frankfort
Horizonta Plane, Po ke orbita ) kemudian dengan garis (N ke
Pog)

Range :
- min= 820
- maks= 950
- rerata= 87,80
▪ Kesimpulan: kedudukan mandibula terhadap cranium normal /
protrusif / retrusive. Ketika masih di dalam range masih normal.

➢ Angle of convexity= perpotongan N to A dng A to Pog. Membuat


garis dari titik N (nasion) ke A (supspinal) kemudian berpotongan
garis dari titik A ke Pog

ANALISIS DOWNS | 310


Range :
- min=-8,50
- maks=100
- rerata=00
▪ Kesimpulan: kedudukan maksila terhadap cranium normal /
protrusif / retrusive

➢ A-B plane= perpotongan N to Pog dengan A to B,

Range :
- jika A didepan B hasil negative = klas II
- Jika A dibelakang B hasil positif = klas III
- min= -90
- maks= 00
- rerata= -4,60

▪ Kesimpulan: berarti relasi batas anterior tulang basal mandibula


terhadap maksila dan relasi terhadap profil seluruhnya normal /
klas II jika minus / klas III jika plus

➢ FMPA= perpotongan antara FHP (Po ke Or) dengan bidang


mandibula (Go-Me)

Range :

ANALISIS DOWNS | 311


- min= 170
- maks= 280
- rerata= 21,90

▪ Kesimpulan: berarti pertumbuhan mandibula ke arah bawah


dan ke arah belakang normal / besar / kecil.

Note :
- Mandibula plane (bidang mandibula) untuk Tweed → Menempel
dengan corpus mandibula
- Mandibula plane untuk Downs → Gonion ke Menton
- Mandibula plane untuk Steiner → Gonion ke Gnation

➢ Y- axis= perpotongan antara FHP dengan S to Gn

Range :
- min= 530
- maks= 660
- rerata=59,40
▪ Kesimpulan: pertumbuhan mandibular ke arah bawah depan
normal / besar / kecil

ANALISIS DOWNS | 312


B. ANALISIS DOWN – DENTAL
➢ Inklinasi bidang oklusal= perpotongan antara bidang oklusal
dengan FHP

Range :
- min= 1,50
- maks= 14,30
- rerata= 9,30
▪ Kesimpulan: berarti kedudukan bidang oklusal terhadap
cranium normal/ menjauhi cranium/ mendekati cranium.

➢ I-I / I to I

Range : 130° − 150,5°

ANALISIS DOWNS | 313


➢ I to oklusal plane= perpotongan antara gigi I bawah dengan
bidang oklusal

Range :
- min= 930
- maks= 1100
- rerata= 104,50
▪ Kesimpulan: gigi insisivus mandibula terhadap bidang oklusal
normal/protrusif/retrusif

➢ IMPA= perpotongan antara I bawah dengan Go-Me


(mandibular plane)

Range :
- min= 81,50
- maks= 950
- rerata= 91,40
▪ Kesimpulan: gigi I bawah terhadap bidang mandibular
normal/protrusif/retrusive.

ANALISIS DOWNS | 314


▪ Tweed
IMPA Tweed Mandibular plane nya mepet dengan corpus/body
bukan Go-Me karena untuk Go-Me miliknya Downs

➢ Derajat protrusi= tentukan A to Pog kemudian berapa mm


jarak insisal I atas ke grs tsb

Range :
- min= -1 mm
- maks= 5 mm
▪ Kesimpulan: gigi I atas normal/protrusif/retrusive

ANALISIS DOWNS | 315


➢ Menurut Riedel, 1952 dan 1957: FIS atau UI-FH
Perpotongan antara I atas dng FHP (Po-Or).
- Bukan miliknya Downs tapi sering disandingkan. Karena
Downs dengan IMPA dengan I bawah tapi kalau FIS
menurut Riedel dengan I maksila

Range :
- min=1050
- maks=1150
▪ Kesimpulan: I atas normal/protrusif/retrusive

ANALISIS DOWNS | 316


ANALISIS DOWNS | 317
KULIAH PANEL
RADIOGRAF PADA ORTODONTIK
Oleh : drg. Erwin Setyawan, Sp. RKG
Editor : Widya Ranasti

❖ Pemanfaatan Radiograf Pada Orto


• Menentukan hubungan rahang
• Observasi dan evaluasi posisi gigi
• Observasi jaringan sekitar gigi (tulang alveolar, ligamen
periodontal, lamina dura, sementum, gingiva)
❖ Teknik Radiografi Pada Orto
• Chepalometri :
1. Frontal : menunjukkan gambaran tulang kepala dari depan/
gambaran anteroposterior tengkorak kepala. (jarang
digunakan )
2. Lateral : Menunjukkan gambaran kepala dari
samping/lateral. Analisinya adalah analisis sefalogram
Downs, Tweed, Steiner
• Panoramik (OPG)
• Oklusal
• Shift sketch/tube shift
• CBCT 3D

A. PANORAMIK
➢ Indikasi
▪ Pemeriksaan gigi gigi secara keseluruhan
▪ Pemeriksaan kelainan intraosseous
▪ Pemeriksaan secara garis besar dari sendi TMJ
▪ Evaluasi pertumbuhan gigi permanen dan impaksi gigi
▪ Trauma dentomaksilofasial
▪ Kelainan pertumbuhan tulang rahang
➢ Kelebihan panoramik dibanding dengan full mouth series
Full mouth series → periapical sebanyak 17x
▪ Bisa mencakup gigi dan tulang yang lebih luas
▪ Bisa digunakan pada pasien trismus (tidak bisa buka mulut)
▪ Bisa digunakan pada pasien yang kesulitan dalam penggunaan
intraoral film
▪ Cepat dan nyaman
▪ Hasilnya lebih informatif dan menarik untuk edukasi ke pasien
maupun presentasi
➢ Kekurangan panoramik

RADIOGRAF PADA ORTODONTIK | 318


▪ Hasil foto resolusinya rendah sehingga kurang detail dibanding
periapikal foto
▪ Pembesaran pada gambar hasil tidak konstan sehingga susah
dilakukan pengukuran secara linear
▪ Adanya gambar yang saling bertumpuk sehingga menyusahkan
dalam interpretasi
▪ Posisi pasien harus akurat
Note :
- Panoramik alat yang sumber sinarnya memutar. Misalnya dari
belakang sensornya berada didepan kemudian mutar ke kanan hampir
360°
- Panoramik itu ada magnifikasi (pembesaran). Misalnya secara nyata
gigi itu ukurannya 18mm tapi ternyata di Ro tingkat magnifikasinya
32% jadi kalau ada 20mm dikali 32% bisa jadi 23mm atau lebih.
- Sehingga menyebabkan pengukuran menggunakan panoramic kurang
valid. Terutama untuk penelitian yang berbeda jenis Ro misal dengan
oklusal/periapical otomatis yg panoramic paling berbeda karena
panoramic memiliki distorsi/ perbedaan dari yang lainya.

➢ Contoh Ro Panoramik

RADIOGRAF PADA ORTODONTIK | 319


• Image size distortion (magnification) found significantly among the
panoramic image from different panoramic units and even within
different areas of the same film
• Distorsi ukuran gambar (pembesaran) ditemukan secara signifikan di
antara gambar panorama dari unit panorama yang berbeda dan bahkan
dalam area yang berbeda dari film yang sama.

RADIOGRAF PADA ORTODONTIK | 320


B. OKLUSAL
➢ Indikasi
▪ Deteksi adanya impaksi kaninus, gigi supernumerary,
▪ Evaluasi ukuran dan penyebaran lesi pada rahang
▪ Membantu menentukan adanya fraktur pada gigi anterior dan
tulang alveolar

Note :
- Film ditempelkan pada bidang oklusal
- Kalau ada gigi yang impaksi akan terlihat, posisi juga akan terlihat
tetapi bisa jadi posisi itu tidak akan terlihat secara sempurna. Tetapi
tidak bisa memastikan dengan jelas posisi gigi yang belum impaksi itu
di sisi labial/ palatalnya.

RADIOGRAF PADA ORTODONTIK | 321


Note :
- Teknik untuk yang RB kalau menurut literatur namanya Tube Shift ,
ada yang menyebut Bucal object Rule/Shift Sketch juga.
- Mahkota gigi caninus tsb berada di labial / palatalnya ? maka
menggunakan Shift Sketch ini

RADIOGRAF PADA ORTODONTIK | 322


Note :
- Misal gigi C, PI,P2,M1 dan M2. Diasumsikan bahwa persegi panjang
yang bergaris itu film. Titik hitam atau sebagai logamnya berada di
lingual.
- Shift Sketch membutuhkan 2x photo periapical. Foto yang pertama
adalah yang atas dan yang kedua yang bawah.
- Foto yang pertama menggunakan contoh yang di lingualnya.
Kemudian titik hitam sbg logam ditaruh pada sisi lingualnya tapi
diasumsikan kita belum tahu bahwa itu berada di lingual shg
melakukan rontgen arah datangnya sinar tegak lurus dengan gigi P2.
Sehingga logamnya akan terproyeksi.
- Foto yang kedua dengan menggeser film ke arah distal, supaya arah
datangnya sinar dari mesial ke arah distal.
- Giginya lebih ke distal logamnya lebih ke mesial.
- Shift Sketch adalah tekniknya untuk cara membacanya adalah SL
atau OB (Same Lingual atau Opposite Buccal)
- Logamnya sama-sama geser ke mesial berarti same lingual, berarti
logam itu berada di lingualnya.
- Datangnya sinar digeser ke mesial dan yang bergeser ke distal adalah
giginya sehingga berarti giginya berada di buccal/ opposite buccal.
- Jadi Gigi di buccal titik logamnya di lingual.

RADIOGRAF PADA ORTODONTIK | 323


-

Note :
- Titik hitam atau logamnya berada di bukal
- Yang sama-sama geser ke mesial adalah giginya berarti giginya same
lingual atau giginya berada di lingual.
- Yang geser ke distal adalah titiknya berarti opposite buccal atau
titiknya berada di buccal.

Referensi
• White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and
Interpretation 7th Ed. St. Louis, Missouri; 2014
• Whaites E. Drage N. Essentials of dental radiography and
radiology. 5th ed. toronto: churchill livingstone elsevier; 2013.

RADIOGRAF PADA ORTODONTIK | 324


RADIOGRAF PADA ORTODONTIK | 325

Anda mungkin juga menyukai