Oleh :
drg. Luh Ayu Desy Cahyani Wulandari
PENDAHULUAN
Gigi-geligi dan rongga mulut merupakan organ dalam tubuh manusia yang
sangat penting karena gigi-geligi berfungsi sebagai alat pengunyahan pada sistem
pencernaan dalam tubuh manusia, sehingga secara tidak langsung berperan dalam
status kesehatan perorangan. Rongga mulut yang merupakan tempat masuknya
makanan pertama kali ke dalam tubuh manusia, sangat rentan terhadap bakteri
(Kuehnel, 2003).
Sisa-sisa makanan yang tidak dibersihkan dengan baik lama-kelamaan
akan berkumpul menjadi plak yang menyebabkan timbulnya karies. Proses karies
ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, akhirnya
menyebabkan pembentukan kavitas gigi (Grossman, 2015).
Karies yang dibiarkan lebih lanjut dan tidak segera dilakukan perawatan,
akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri lebih lanjut ke kamar pulpa dan
menimbulkan kerusakan pada jaringan pulpa, serta penyebaran infeksi ke jaringan
sekitar. Kerusakan-kerusakan yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri baik
pada gigi maupun jaringan sekitar gigi (Kidd & Bechal, 2008).
Polip merupakan salah satu infeksi yang terjadi pada gigi karies. Baik
polip pulpa maupun polip gingiva dapat terjadi karena infeksi pada gigi yang tidak
dirawat dalam jangka waktu yang lama (Wibowo, 2016). Warna polip gingiva
lebih pucat daripada polip pulpa, dan kasus polip gingiva lebih banyak dijumpai
pada pasien muda atau pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang baik (Verma
dkk, 2012).
Pada laporan kasus ini akan membahas penatalaksanaan polip gingiva
pada gigi 36 di UPTD Puskesmas I Jembrana.
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama Inisial :AH
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 18 tahun
Alamat : Loloan Timur, Jembrana
No.RM : 0200742
Tanggal diperiksa : 20 Juni 2023
Tumbuh daging pada gigi kiri bawah belakang yang berlubang dan sakit.
b. Riwayat penyakit :
V. RENCANA PERAWATAN
Eksisi polip gingiva dan perawatan saluran akar gigi 36
VI. TERAPI
Kunjungan I
Tanggal kunjungan: 20 Juni 2023
a. Anamnesa pasien
b. Pemeriksaan ekstra oral dan intra oral dengan 1 set alat oral diagnostic
c. KIE Pasien:
f. Aplikasikan bahan devital non arsen pada kavitas gigi dengan cotton
pellet dan diberi eugenol.
Kunjungan II
Tanggal kunjungan: 27 Juni 2023
a. Anamnesa pasien.
a. Anamnesa pasien
f. Toilet of cavity
Kunjungan IV
Tanggal kunjungan: 10 Juli 2023
a. Anamnesa pasien
f. Toilet of cavity.
KAJIAN TEORI
I. Definisi
Polip gingiva merupakan polip yang berasal dari jaringan gingiva yang
terinflamasi kronis, berwarna seperti gingiva dan biasanya berada pada karies
proksimal (karies kelas II) yang besar.
Kasus polip gingiva lebih banyak dijumpai pada pasien muda atau pasien
dengan sistem kekebalan tubuh yang baik (Wibowo, 2016).
II. Etiologi
Polip gingiva terjadi karena adanya iritasi ringan akibat gesekan antara
gingiva dan tepi permukaan gigi yang tajam, maupun karena karies besar di
proksimal yang dibiarkan berlanjut tanpa dilakukannya perawatan. Iritasi pada
area gingiva di sekitar karies secara perlahan menyebabkan gingiva tersebut
terinflamasi secara kronis. (Verma, 2012).
III. Gambaran Klinis
Polip gingiva terlihat sebagai pembengkakan gingiva berwarna merah
muda pucat yang dapat membesar hingga mengisi area dalam kavitas gigi dan
tidak mudah berdarah (Burt & Eklund, 2005)
IV. Penatalaksanaan
Pembesaran gingiva dapat dikurangi / dieksisi melalui tindakan bedah
minor dalam kondisi teranastesi. Gigi berlubang dapat dilanjutkan perawatan
sterilisasi dan pengisian saluran akar. Namun apabila gigi tersebut tidak dapat
dipertahankan (misalnya karies sangat besar) dan tidak memungkinkan untuk
dilakukan restorasi dan fungsinya tidak efektif, maka ekstraksi gigi perlu
dilakukan (Suci, 2009).
Penatalaksanaan polip gingiva ada dua macam, yaitu perawatan saluran
akar dan ekstraksi. Hal ini tergantung dari kondisi giginya. Syarat-syarat gigi
dengan polip gingiva yang dapat dilakukan perawatan saluran akar antara lain :
1. Jaringan penyangga masih bagus
2. Sisa mahkota masih dapat direstorasi
3. Apakah gigi tersebut masih diperlukan letaknya pada lengkung rahang
4. Tidak ada kegoyangan lebih dari derajat 2
Sedangkan gigi yang tidak termasuk syarat di atas harus diekstraksi
(Ririen, 2013).
Pertimbangan dilakukan perawatan konservatif pada kasus ini adalah
kondisi mahkota 36 yang masih tersisa 2/3 mahkota dan dapat direstorasi, jaringan
penyangga gigi masih bagus, dan gigi masih diperlukan letaknya pada lengkung
rahang dan untuk fungsi mastikasi.
BAB IV
KESIMPULAN
Penatalaksanaan polip gingiva dapat dilakukan dengan eksisi melalui bedah minor
yang teranastesi. Perawatan gigi yang terlibat tergantung dari kondisi gigi tersebut. Apabila
gigi masih bisa dipertahankan maka dilakukan eksisi polip terlebih dahulu kemudian
dilanjutkan dengan perawatan saluran akar. Namun apabila sudah tidak memungkinkan
untuk dipertahankan harus dilakukan ekstraksi.
DAFTAR PUSTAKA
Burt B.A., Eklund S.A., 2005. Dentistry, Dental Practice and The Community 6th ed.
Philadelphia : Saunders Company. 194-195.
Gamma F.N., Qolbiyah F., Dewi S.T., 2014. Penatalaksanaan Polip Pulpa dan Polip
Gingiva (Treatment of Pulp Polyp and Gingival Polyp). Unej Artikel FKG
Unej. Jember: 1-3
Grossman L.I., 2015. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Ed ke-11. Penerjemah; R.
Abyono. S. Suryo. Jakarta: EGC; 2015: 69-70, 48, 77-79.
Kidd E., Bechal J., 2008. Dasar-Dasar Penyakit Karies dan Penanggulangannya.
Jakarta: EGC; 4, 66-96.
Kuehnel W., 2023. Color Atlas of Cytology, Histology and Microscopic Anatomy. Ed ke-
4. New York: Thieme, Stuttgart; 174-178.
Ririen A., 2013. Prinsip dan Praktik Endodonsi Ed. 2nd . Jakarta
Suci E.S.T., 2009. Pulpa Polip dan Gingival Polip. Psikobuana Vol.1
Verma P., Srivastava R., Baranwal H., Chaturvedi T., Gautam A., Singh A., 2012.
Pyogenic Granuloma-Hyperplastic Lesion of the Gingiva: Case reports. The
open dentistry journal. 6: 153.
Wibowo K.K., 2016. Perbandingan Poliferasi Rate Peg Epitel pada Polip Pulpa dan
Polip Gingiva. Jakarta: Pathology Anatomy FKG Usakti.
LEMBAR PENGESAHAN
drg. Luh Ayu Desy Cahyani Wulandari drg. I Gede Mahendra Prihandana