Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS SUPERNUMARARY TEETH: MESIODENS

Disusun oleh
drg Yumnaina Nurhadi

Pembimbing
drg Maharani Pangastuti
NIP. 199408242020122029

PROGRAM INTERNSIP DOKTER GIGI INDONESIA


PUSKESMAS GABUS II
PATI
PERIODE MEI – AGUSTUS 2023
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 2
BAB I .............................................................................................................................................. 3
BAB II ............................................................................................................................................ 5
2.1 Data Administrasi Umum .................................................................................................. 5
2.2 Anamnesis Pasien atau Pemeriksaan Subjektif ............................................................... 5
2.3 Data Pemeriksaan Kesehatan Umum ............................................................................... 5
2.4 Data Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut ................................................................. 6
2.5 Diagnosis .............................................................................................................................. 7
2.6 Different diagnosis .............................................................................................................. 8
2.7 Tahapan Perawatan ............................................................................................................ 8
BAB III......................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 12
BAB I

PENDAHULUAN

Gigi supernumerary merupakan salah satu masalah perkembangan gigi pada anak. Gigi
supernumerary adalah anomali perkembangan yang ditandai dengan lebih banyak jumlah gigi
daripada normalnya. Mesiodens merupakan gigi supernumerary yang paling sering terjadi dan
biasanya menyebabkan masalah di rongga mulut seperti maloklusi, impaksi makanan dan estetik
yang buruk. Mesiodens terdapat pada bagian mesial di antara gigi incisivus sentral maksila, dapat
berbentuk conical, posisi inverted atau normal. Mesiodens dapat terjadi secara single maupun
multiple (Sembiring, dkk., 2019).

Mesiodens adalah salah satu variasi dari kelebihan gigi yaitu adanya gigi tambahan yang
terletak pada garis tengah diantara kedua incisivus sentral. Prevalensi mesiodens berkisar antara
0,15% - 1,9%. Gigi berlebih seperti mesiodens sering kali ditemukan dalam praktek sehari-hari,
khususnya pada pasien anak-anak dengan tahap geligi pergantian yang dapat menyebabkan
maloklusi. Sehingga dibutuhkan perawatan baik dengan ekstraksi jika diperlukan dan dilanjutkan
dengan perawatan ortodonti (Mandothra., 2023).

Etiologi mesiodens tidak diketahui secara pasti namun dapat disebabkan oleh faktor
genetik, faktor lingkungan, kelainan perkembangan saat pertumbuhan dan perkembangan gigi.
Mesiodens dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti kegagalan atau keterlambatan erupsi,
erupsi ektopik gigi yang berdekatan, diastema garis tengah, impaksi, malalignment gigi incisivus,
perpindahan dan rotasi aksial gigi yang berdekatan, resorpsi radikuler gigi yang berdekatan,
crowding, dilaserasi, kemungkinan perkembangan kista dentigerous (Sembiring, dkk., 2019).
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Data Administrasi Umum


Nama pasien : Cahaya Alimah R

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 9 tahun

Alamat : Kuryokalangan 1/1

No RM : 05010404

Kepegawaian : Pelajar

Status pasien : BPJS PBI

Agama : Islam

Suku : Jawa

Bahasa : Jawa, Indonesia

2.2 Anamnesis Pasien atau Pemeriksaan Subjektif


Pasien perempuan usia 9 tahun datang bersama ibunya ke poli gigi Puskesmas Gabus II
yang mengeluhkan adanya gigi yang tumbuh di belakang gigi serinya bagian atas sehingga
berantakan dan mengganggu penampilan. Gigi tersebut tidak pernah sakit. Bentuknya terlihat
runcing dan tidak pernah melukai lidahnya. Pasien sebelumnya pernah ke dokter gigi untuk
tindakan cabut gigi susu. Pasien tidak memiliki keluhan riwayat penyakit sistemik dan opname di
rumah sakit serta keluarganya juga tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.

2.3 Data Pemeriksaan Kesehatan Umum


Tensi : 90/60 mmHg

Nadi : 60 x/mnt

Nafas : 20 x /mnt

Suhu : 360C
TB : 129 cm

BB : 25 KG

IMT : 15,023

Lingkar perut : 40 cm

Kebiasaan : Tidak ada

2.4 Data Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut


a. Intra Oral

 Terdapat tambahan gigi berjumlah satu, berbentuk kerucut/peg shaped terletak di palatal
gigi 21 dan tumpang tindih terhadap gigi 21.
 Posisi gigi 21 labioversi
 Tes perkusi (-)
 Tes tekan (-)
 Gingiva normal dan tidak sakit.

b. Gambaran Klinis

Gambaran klinis mesiodens


c. Ektra Oral

Normal = tidak terjadi pembengkakan, tidak sakit, wajah simetris.

d. Psikologis Pasien

Pasien datang dalam kondisi rileks, tidak takut dan mengikuti arahan dokter gigi.

e. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan. Sebaiknya dilakukan foto rontgen letak yang pasti dari posisi gigi mesiodens dan
mengetahui apakah mengganggu tumbuh kembang gigi yang berada di dekatnya.

2.5 Diagnosis
a. Diagnosis klinis: mesiodens di palatal gigi 21

Alasan: adanya tambahan gigi yang tumbuh berbentuk peg shape/conical dibelakang gigi 21,
berjumlah satu dan dipastikan jumlah gigi anteriornya lengkap.

b. Diagnosis biologis: gizi baik

Alasan: menurut perhitungan standar antropometri anak dari Peraturan Mentri Kesehatan RI No 2
Tahun 2020 menunjukkan skor normal IMT pada anak adalah 15 yang berarti normal.

c. Diagnosis psikologis: frankl tipe 4 (jelas positif)

Alasan: perilaku anak sesuai dengan klasifikasi frankl tipe 4.


Klasifikasi perilaku anak frankl (1962):

1. Jelas Negatif (--)

Anak menolak perawatan, menangis keras, ketakutan menunjukkan sikap negatif.

2. Negatif (-)

Anak enggan menerima perawatan gigi, tidak kooperatif misalnya cemberut.

3. Positif (+)

Anak menerima perawatan gigi, tidak menolak petunjuk dokter gigi

4. Jelas Positif (++)

Anak dengan gembira menerima perawatan, tertarik dengan tindakan yang dilakukan dokter gigi,
banyak bertanya.

2.6 Different diagnosis


Rudimentary

Rudimentary gigi adalah gigi yang memiliki bentuk abnormal dan ukuran yang lebih kecil
dari gigi normal biasanya. Rudimentary biasanya berbentuk conical, tubular. Dan jumlah gigi
permanennya tetap, tidak bertambah (Arandi, 2017).

2.7 Tahapan Perawatan


Kunjungan 1

1. Memberikan edukasi kepada pasien dan orang tuanya terkait adanya gigi tambahan
dibelakang gigi seri atasnya dan menjelaskan akibat yang ditimbulkan apabila dibiarkan
gigi akan semakin maju ke depan dan maloklusi akan semakin parah. Sehingga perlu
dilakukan pencabutan gigi tambahan.
2. Menjelaskan prosedur pencabutan gigi kepada pasien dan ibunya.
3. Meminta persetujuan inform consent kepada ibu pasien untuk tindakan pencabutan
menggunakan suntikan.
4. Melakukan pemeriksaan gigi mesiodens dengan tes perkusi, tekan dan gingiva untuk
memastikan dalam kondisi aman untuk dicabut.
5. Melakukan asepsis pada daerah kerja
6. Melakukan anastesi secara infiltrasi/paraperiosteal pada daerah labial dan palatal gigi
mesiodens masing-masing bagian 0,5 cc.
7. Melakukan pengecekan anastesi dengan ekskavator, menanyakan pasien apakah telah
terasa kebas dan melanjutkan separasi apabila pasien tidak merasakan sakit.
8. Melakukan ekstraksi menggunakan tang mahkota gigi anterior rahang atas dengan gerakan
rotasi, sedikit luksasi dan gerakan ekstraksi.
9. Melakukan kuretase di dalam soket
10. Pasien diminta menggigit tampon
11. Memberikan KIE pasca ekstraksi yaitu:
a. Menggigit tampon selama 30 menit
b. Membawakan tampon apabila setelah 30 menit darah masih mengalir
c. Meminta pasien untuk tidak memainkan bekas pencabutan dengan tangan, lidah
d. Tidak menghisap-hisap darah di bekas pencabutan
e. Meminta pasien untuk meminum obat sesuai petunjuk
f. Tidak makan dan minum panas selama 1-3 jam setelah pencabutan dan dianjurkan
makan minum yang dingin
g. Tetap menjaga kebersihan mulut dan gigi
h. Instruksi datang kembali untuk kontrol bekas pencabutan setelah antibiotic habis.
i. Penjelasan untuk penanganan maloklusi dengan penggunaan alat ortho.
12. Pemberian obat analgesic dan antibiotic untuk pereda nyeri dan mematikan bakteri yang
berada dalam soket agar tidak terjadi infeksi. Menjelaskan mengenai apabila pasien
merasakan diare, kram perut, mual, muntah dan gatal untuk menghentikan penggunaan
obat.
Resep selama 3 hari:
R/ Paracetamol 250 mg tab No. X
S 3 dd 1 prn
R/ Amoxicillin 250 mg tab No. X
S 3 dd 1 habiskan

2.8 Rencana Perawatan Selanjutnya


1. Kontrol bekas pencabutan: pasien tidak datang kembali
2. Penggunaan piranti ortho lepasan.
BAB III

KESIMPULAN
Mesiodens adalah salah satu variasi dari kelebihan gigi yaitu adanya gigi tambahan yang
terletak pada garis tengah diantara kedua incisivus sentral. Mesiodens sering kali ditemukan dalam
praktek sehari-hari, khususnya pada pasien anak-anak dengan tahap geligi pergantian yang
biasanya merusak susunan gigi geligi dan dapat menyebabkan maloklusi. Penatalaksanaan dari
kasus mesiodens ini adalah dilakukan ekstraksi gigi mesiodens dengan menggunakan suntikan
secara infiltrasi atau paraperiosteal gigi dengan bantuan forceps. Setelah itu pasien diberikan
medikasi peroral yaitu amoxicillin dan paracetamol diminum 3 kali sehari selama 3 hari untuk
mencegah infeksi dan mengurangi rasa nyeri pasca pencabutan. Pasien dan orangtua juga diberikan
instruksi untuk tidak memainkan bekas pencabutan, meminum obat sesuai anjuran, tidak
menghisap-hisap darah yang berada dibekas pencabutan, datang kembali 3 hari untuk kontrol
bekas pencabutan dan menyarankan pasien beserta orangtua untuk menggunakan piranti ortho
lepasan untuk mengembalikan fungsi pengunyahan dan estetika.
DAFTAR PUSTAKA

Arandi, NZ. 2017. Distomolars: An Overview and 3 Case Reports. Dental, Oral and Craniofacial
Research. The Arab American University: Palestine.
Mathius, NPNE., dkk. 2019. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 7-12 Tahun Yang Akan
Melakukan Ekstraksi Gigi di RSGM Maranatha. Padjajaran D Jent Res Student: Bandung. Vol
3(1): 33-42.
Mandothra, dkk. 2023. Correction of anterior malocclusion related to mesiodens: A case report.
India: 9(2):475-477.
Permenkes, RI. 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Standar
Antropometri Anak. Jakarta.
Sembiring, L. S., Marica. 2019. Ekstraksi Mesiodens pada Anterior Maksila: Laporan Kasus.
SONDE (Sound of Dentistry. Bandung: 4 (2).

Anda mungkin juga menyukai