TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1
Pemeriksaan Darurat
Pemeriksaan darurat ialah pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang
datang dengan keluhan utama yang dirasakan yang sedang dalam keadaan akut,
pemeriksaan langsung ditujukan pada regio/gigi yang dikeluhkan, kemudian
ditentukan diagnosanya dan dirawat keluhan utama tersebut. Pemeriksaan lengkap
pada pasien ini dilakukan pada kunjungan berikutnya setelah keluhan utama dapat
diatasi.
2.1.2
b. Gigi
Yang termasuk disini adalah Keluhan, Riwayat kesehatan gigi sebelumnya,
Sikap anak terhadap setiap perawatan, dan Sikap orang tua terhadap perwatan
gigi.
Keluhan itu sendiri adalah keadaan /gejala yg diungkapkan pasien
sehubungan dengan keadaan abnormal yang sedang dialaminya. Pertanyaan
dilakukan secara terbuka, tidak sekedar memperoleh jawaban Ya dan Tidak .
Keluhan pertama diperlukan untuk mengidentifikasi masalah dengan tepat,
menentukan diagnosa dan melakukan perawatan selanjutnya
secara efisien.
c. Medis
Beberapa penyakit sistemik yang perlu ditanyakan kepada orang tua
pasien, misalnya penyakit jantung kongenital, demam rematik, kelainan darah,
penyakit saluran pernafasan, asma, hepatitis, ikhterus, alergi (penisilin, sulfa),
epilepsi, kelainan mental dan penyakit lain yang serius.
Jaringan lunak
sinus
Higiene mulut
Oklusi
relasi molar, keadaan gigi-gigi anterior ( missal : open bite, deep bite atau
cross bite)
2.1.3.3 Pemeriksaan tambahan
a. Penentuan vitalitas
Pemeriksaan dilakukan dengan cara :
Test termal Dingin dengan khlor etil, panas dengan gutta percha panas.
Test elektrik dengan dento test
Test perkusi dan Tes Durk
b. Ronsen foto
Untuk Mendeteksi dan melihat perluasan karies. Karies proksimal sering
dijumpai bila gigi molar sulung/tetap sudah mempunyai kontak sempurna (pada
gigi sulung, kontaknya merupakan kontak bidang dan gigi tetap kontak titik).
Oleh karena itu bila gigi sudah berkontak dengan sempurna sebaiknya
dilakukan pengambilan ronsen foto untuk mendeteksi karies yang sering tidak
terlihat dengan mata yang disebut dengan Hidden Caries (karies tersembunyi). Ini
digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa.
Selain itu juga digunakan untuk melihat pertumbuhan dan posisi benih gigi
sulung/tetap serta melihat resobsi akar gigi sulung, ini berhubungan dengan
perawatan saluran akar.
c. Pemeriksaan bakteri
Dilakukan untuk mengetahui :
d. Biopsi
Dilakukan bila dicurigai adanya pembengkakan yang mengarah ke kanker
atau tumor, sebaiknya biopsi dilakukan oleh dokter ahli dan dikirim ke bagian
Patologi Anatomi.
e. Studi model
Studi model yaitu model gigi yang dibuat dari gips, digunakan untuk :
2.2 Diagnosis
Suatu kesimpulan dari hasil pemeriksaan secara anamnesis, klinis, laboratoris
(rontgent foto) terhadap suatu kasus untuk direncanakan suatu perawatannya.
Riwayat
penyakit
(subjektif),
pemeriksaan
klinik
(objektif)
dan
BAB 3. PEMBAHASAN
Ucok yang berumur 7 tahun, datang ke klinik gigi dengan keluhan sakit pada gigi
geraham sulungnya. Menurut orang tuanya, Ucok adalah anak autis, meskipun
sering mengeluhkan giginya, namun susah sekali untuk diajak ke dokter gigi.
Setelah 2 kali pertemuan barulah Ucok mau membuka mulutnya. Hasil
pemeriksaan intraoral tampak hampir seluruh giginya mengalami karies. Gigi
molar 2 sulung bawah tampak kavitas besar. Pada pemeriksaan rontgen foto,
terlihat atap pulpa belum terbuka/perforasi. Sedangkan keempat gigi molar
permanen sudah erupsi.
3.1 Pemeriksaan, diagnosa dan
tidak teratur, maka sering makanannya ditahan, diemut, dan tidak langsung
ditelan.
Kebiasaan
ini
ditambah
mengkonsumsi
makanan
yang
manis
perawatan terlalu lama. Janji dibuat di pagi hari ketika anak dan dokter gigi belum
merasa lelah. Perawatan dilakukan dalam waktu singkat dan mengikutsertakan
orang tua untuk mendampingi anak. Staf perawat gigi yang membantu harus
terampil, ramah, dan sebaiknya sama pada setiap kunjungan berkaitan dengan
kelekatan anak autis pada rutinitas.
Sebelum perawatan dilakukan, dokter gigi sebaiknya memperkenalkan
orang tua dan anak pada lingkungan perawatan. Dokter gigi perlu berkonsultasi
dengan orang tua mengenai teknik melatih anak di rumah sebelum berobat, karena
Gangguan anak autis yang mencakup bidang komunikasi, interaksi, dan perilaku
sering kali menjadi masalah untuk dilakukannya koordinasi dalam perawatan.
Oleh karena itu Kunjungan pertama ke dokter gigi bagi pasien merupakan hal
yang penting. Bila kunjungan pertama sudah berhasil dengan baik maka
kunjungan berikutnya akan merupakan kunjungan yang menyenangkan bagi anak
sebagai pasien dan dokter gigi yang merawatnya sehingga kunjungan pertama ini
sering disebut sebagai Kunci Keberhasilan perawatan dan merupakan dasar yang
nyata. Untuk mencapai tujuan ini perawatan harus dilangsungkan sedemikian rupa
sehingga merupakan pengalaman yang menyenangkan dan anak akan mengenali
dokter gigi dan lingkungannya.
Tujuan kunjungan pertama :
1. Menciptakan komunikasi dengan anak dan orang tua
2. Mendapatkan keterangan tentang riwayat pasien
3. Memeriksa anak dan untuk mendapatkan ronsen foto bila diperlukan.
4. Melakukan prosedur perawatan sederhana yaitu : Profilaksis dan Topikal
Aplikasi Fluor. Prosedur ini dapat dilakukan disamping prosedur non tra
matik lain.
5. Menjelaskan tujuan perawatan pada anak dan orang tua yaitu :
a. Tekankan perlunya tindakan pencegahan maupun operatif
b. Mintalah anak membawa sikat giginya pada kunjungan berikutnya.
10
11
suatu gejala yang mengarah pada diagnose pulpitis. Apalagi pada pemeriksaan
rontgen juga telah diperoleh foto yang menunjukkan atap pulpa belum perforasi.
Hal ini dapat menguatkan diagnosis mengarah pada Pulpitis Resversibel.
12
periapikal, dan jika tes perkusi horizontal positif berarti terdapat kelainan di
periodonsium
Tes perkusi dilakukan dengan cara sebagai berikut ini.
Pukulan cepat dan tidak keras pada gigi, mula-mula memakai jari dengan
intensitas rendah kemudian intensitas ditingkatkan dengan menggunakan
ini dilakukan dengan menekan gigi, lama dan beban tekanan pada tes inilebih
besar, sehingga akan lebih menguatkan hasil pemeriksaan.
Nilai diagnostik pada pemeriksaan kedua tes ini adalah untuk mengetahui
apakah daerah atau jaringan apikal gigi mengalami inflamasi. Tes ini tidak
menunjukkan pulpa dalam keadaan vital atau nekrosis. Pada kasus gigi yang vital,
iritasi dapat terjadi oleh karena penempatan restorasi dan bruxism, dimana kondisi
ini menyebabakan iritasi pada ligamen periodontal. Pada kasus gigi yang nekrosis
jaringan nekrotik yang banyak didalam gigi akan terdorong keluar melewati
foramen periapikal menuju jaringan dibawah gigi yang menyebabkan rasa sakit
Perbedaan yang ada pada nyeri yang disebabkan oleh inflamasi periodonsium
besar kemungkinan berada dalam kisaran ringan sampai moderat. Inflamasi
periapikal merupakan kasus yang mungkin terjadi jika nyeri sangat tajam dan
menyebabkan respon penolakan
3. Test Kegoyangan : Untuk mengetahui derajat kerusakan jaringan periodontal.
Derajat 1: Kegoyangan yang sedikit lebih besar daripada normal
Derajat 2: kegoyangan gigi sekitar 1 mm
Derajat 3: Kegoyangan gigi lebih besar dari 1mm pada segala arah dan
atau gigi dapat ditekan kearah apical
Pada scenario, juga didapatkan pemeriksaan intraoral tampak hampir
seluruh giginya mengalami karies. Hal ini dicurigai sebagai tanda klinis rampant
13
karies. Apalagi melihat umur pasien yaitu tujuh tahun yang merupakan usia yang
umumnya terkena Rampant karis( anak-anak usia 4 8 tahun atau remaja usia 11
19 tahun)
Sedangkan keempat gigi molar permanen yang sudah erupsi secara
langsung mungkin tidak ada hubugannya dengan keluhan-keluhan pasien. Namun,
dengan keadaan gigi molar permanen sudah erupsi, tentunya menjadi
pertimbangan untuk rencana pencegahan ataupun perawatanya selanjutnya.
3.1.2 Diagnosa
a. Pulpitis Reversible
Definisi
Pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang
yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa mampu kembali pada
keadaan tidak terinflamasi setelah stimuli ditiadakan. Rasa sakit yang
berlangsung sebentar dapat dihasilkan oleh stimuli termal pada pulpa yang
mengalami inflamasi reversibel, tetapi rasa sakit hilang segera setelah stimuli
dihilangkan.
Histopatologi
Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan inflamasi
ringan sampai sedang terbatas pada daerahh dimana tubuli dentin terlibat,
seperti misalnya karies dentin. Secara mikroskopis, terlihat dentin reparatif,
gangguan lapisan odontoblas, pembesaran pembuluh darah, ekstravasasi
cairan edema, dan adanya sel inflamasi kronis yang secara imunologis
kompeten. Meskipun sel inflamasi kronis menonjol, dapat juga dilihat juga
14
reversibel.
Gejala-gejala
Pulpitis reversibel simptomatik ditandai ditandai oleh rasa sakit tajam yang
hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan dan minuman dingin
daripada panas dan oleh udara dingin . tidak timbul dengan secara spontan
dan tidak berlanjut tidak berlanjut bila penyebabnya ditiadakan. Perbedaan
klinis antara pulitis reversible dan irreversible adalah kuantitatif; rasa sakit
pulpitis irreversible lebih parah dan berlangsung lebih lama. Pada pulpitis
reversible,
seperti air dingin atau aliran udara, sedangkan pada pulpitis irreversible, rasa
sakit dapat dating tanpa stimulus yang nayata. Pulpitis reversible
asimptomatik dapat disebabkan karena karies yang baru mulai dan menjadi
normal kembali setelah karies dihilangkan dan menjadi normal kembali
menyebabkan rasa sakit. Rasa sakit dapat menjadi kronis. Meskipun masingmasing paroksisme (serangan hebat) mungkin berlangsung sebentar,
parksisme dapat berlanjut berminggu-minggu atau bahkan berbulan0bulan.
Pulpa dapat sembuh sama sekali, atau rasa sakit dapat tiap kali dapat
belangsung lebih lama dan interval keringanan dapat menjadi lebih pende,
sampai akhirnya pulpa mati. Karena pulpa sensitif terhadap perubahan
15
normal.
Anamnesa
Biasanya nyeri bila minum panas, dingin, asam dan asin, nyeri tajam singkat
tidak spontan, tidak terus menerus, dan rasa nyeri lama hilangnya setelah
rangsangan dihilangkan.
Pemeriksaan
1. Ekstra oral
: tidak ada pembengkakan
2. Intra oral
:
Karies mengenai dentin/karies profunda
Pulpa belum terbuka
Termis
:+
( bereaksi)
Perkusi/ Tekanan
:0
( tidak bereaksi)
Kegoyangan gigi
:0
( tidak bereaksi)
b. Rampant Karies
Rampan karies ialah suatu jenis karies yang proses terjadinya dan meluasnya
sangat cepat dan tiba-tiba. Rampan Karies terjadi kearena ketidak seimbangan
mineralisasi dalam waktu lama di dalam rongga mulut diakibatkan peningkatan
konsumsi karbohidrat atau mungkin karena berkurangnya fluoride. Rampan
Karies Juga dapat terjadi karena zat asam erosive. Konsentrasi asam yang tinggi
dapat cepat menyebabkan demineralisasi dan menyebabkan karies. Rampan karies
terjadi pada anak-anak pada umumnya.
Faktor etiologi
1. Konsumsi makanan.
Seringnya mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung
karbohidrat terutama diantara waktu makan. Waktu makan merupakan
factor yang dihubungkan dengan perkembangan rampan karies.
2. Saliva.
Berkurangnya sekresi serta kekentalan saliva. Saliva dapat menghambat
karies karena aksi buffer, kandungan bikarbonat, amoniak dan urea dalam
saliva dapat menetralkan penurunan pH yang terjadi saat gula
16
17
18
19
dentin
yang
karies.
Pulp capping adalah aplikasi selapis atau lebih material pelindung atau
bahan untuk perawatan diatas pulpa yang terbuka, misalnya hidroksida kalsium
yang akan merangsang pembentukan dentin reparative . Tujuan dasarnya yaitu
untuk meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan
periapikal sekitarnya serta mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat
diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya. Ini berarti bahwa tidak terdapat
lagi simtom, dapat berfungsi dengan baik dan tidak ada tanda-tanda patologis
yang lain.
Teknik pulp capping ini ada dua yaitu indirect pulp capping dan direct
pulp capping. Untuk kondisi di scenario, rencana perawatan mengarah ke indirect
pulp capping, yaitu istilah untuk menunjukan penempatan bahan adhesif di atas
sisa dentin karies. Tekniknya meliputi pembuangan semua jaringan karies dari tepi
kavitas dengan bor bundar kecepatan rendah. Lalu lakukan ekskavasi sampai
dasar pulpa, hilangkan dentin lunak sebanyak mungkin tanpa membuka kamar
pulpa.
20
Basis pelindung pulpa yang biasa dipakai yaitu zinc okside eugenol atau
dapat juga dipakai kalsium hidroksida yang diletakan di dasar kavitas. Apabila
pulpa tidak lagi mendapat iritasi dari lesi karies diharapkan jaringan pulpa akan
bereaksi secara fisiologis terhadap lapisan pelindung dengan membentuk dentin
sekunder. Agar perawatan ini berhasil jaringan pulpa harus vital dan bebas dari
inflamasi.
Biasanya bila prosedur indirect pulp capping tidak dilakukan dengan hatihat, atap kamar pulpa akan terbuka saat dilakukan ekskavasi. Apabila hal ini
terjadi maka tindakan selanjutnya adalah dilakukan direct pulp .
Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa bahan diaplikasikan langsung
ke jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh terkontaminasi oleh saliva,
kalsium hidroksida dapat ditempatkan di dekat pulpa dan selapis semen zinc
okside eugenol dapat diletakkan di atas seluruh lantai pulpa dan biarkan mengeras
untuk menghindari tekanan pada daerah perforasi bila gigi di restorasi. Pulpa
diharapkan tetap bebas dari gejala patologis dan akan lebih baik jika membentuk
dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil maka pulpa di sekitar daerah terbuka
tersebut harus vital dan dapat terjadi proses perbaikan
3. Tumpatan
Pada kasus di scenario, setelah dilakukan kaping pulpa indirek, dilakukan
penumpatan dengan kombinasi Resin komposit dan Glass Ionomer. Seperti yang
sudah dijelaskan di atas, penggunaan kaping pulpa indirek ini selain
menghindarkan iritasi karena karies, juga sebagai basis agar tidak terjadi iritasi
karena bahan tumpatan. Komposit misalnya, bahan ini iritatif terhadap pula.
Kombinasi komposit dan GI dilakukan karena meskipun GI baik untuk
gigi anak sebagai bahan yang melepaskan ion Fluor, namun kurang kuat
menerima daya kunyah yang berlebih, sehingga diperlukan resin komposit untuk
menambah kekuatan sehingga menjadi bahan tumpatan yang cocok untuk kavitas
kelas I pada anak.
Selain untuk bahan tumpatan kelas I, bahan ini juga bisa digunakan untuk
kavitas kelas II pada gigi anak yang kooperatif. Selain itu untuk lesi
21
interproksimal kelas III pada gigi anterior, lesi kelas V pada permukaan fasial gigi
anterior, hilangnya sudut insisal gigi, fraktur gigi anterior, lesi oklusal dan
interproksimal gigi posterior kelas I dan II.
3.1.3.3 Rampant Karies
Rencana perawatan pada pada pasien penderita rampant karies lebih mengarah
ke perawatan preventive, hal ini dikarenakan rampant karies adalah jenis karies
yang pasif. Perawatan preventif ini harus dilakukan untuk mencegah karies pada
gigi permanennya bila nanti erupsi, yaitu berupa :
1. Dental Health Education (DHE), meliputi:
a. Penilaian diet dengan pembatasan konsumsi gula
b. Intruksi oral hygiene, misalnya dengan selalu menyikat gigi setiap
habis makan dan sebelum tidur.
2. Perawatan flour di rumah dan klinik gigi (TAF) dengan baik dengan
menggunakan pasta gigi berfluoride ataupun suplemen fluoride.
3. Pemberian fissure sealent pada gigi permanen-nya yang baru erupsi yang
mempunyai pit dan fissure yang dalam.
4. Evaluasi secara periodik setiap 3 bulan sampai diperoleh keadaan oral
higene yang baik dan diet yang sesuai dengan anjuran. Koreksi faktor
sistemik (bila ada), saliva (terutama bila berhubungan dengan stress) bila
perawatan yang telah dilakukan tidak berhasil.
3.2
hubungan kerjasama yang erat dengan pihak orang tua dengan operator. Tidak
terdapat ciri-ciri penyakit gigi dan mulut yang khas. Usahakan jangan sampai
anak autisme menunggu terlalu lama dalam kunjungan berobat serta rencanakan
kunjungan yang singkat. Biasakan menemui operator dan staf perawat gigi yang
sama dan menyenangkan.
Anak autisme juga dapat terganggu oleh suara handpiece, oleh karena itu
sebaiknya dihindarkan. Sensitivitas yang tinggi terhadap suara, cahaya, bau, dan
warna menghendaki perhatian yang khusus untuk mengurangi ataupun
22
23
menenangkan anak.
Hubungan komunikasi penderita cacat-dokter gigi-orang tua, harus dijaga
dengan baik. Orang tua akan melindungi dan sayang terhadap anak cacatnya
hingga menjadi manja dan kurang disiplin sehingga menyulitkan kerjasama pada
perawatan giginya. Dokter gigi perlu bersikap tegas dan berani dalam bertindak,
supaya tercapai hasil yang baik. Sebaiknya berdiskusi masalah tingkah laku
penderita dengan orang tua, sebelum tindakan perawatan, supaya dapat dipahami
tindak-tanduk, aksi reaksi penderita cacat terhadap teknik penanganan kerja
dokter giginya.
24
BAB.4 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
25
Kebutuhan
Kesehatan
Gigi.