Anda di halaman 1dari 38

SKENARIO

PEDODONSIA
Seorang anak perempuan 7 tahun, setengah jam yang lalu baru saja jatuh
dari bersepeda. Pada ekstra oral tampak ada pembengkakan dan laserasi pada bibir
atas, sedangkan pemeriksaan intra oral terlihat ada fraktur pada 1/3 mahkota pada
gigi 12 goyang derajat 2, dan avulsi gigi 11. Tentukan diagnosa dan rencana
perawatan.

STEP 1
1. Laserasi
Luka robek pada kulit berupa robekan yang bentuknya tidak teratur terjadi
di jaringan epitel dan sub epitel karena benturan benda tumpul atau tajam.
2. Avulsi
Keluarnya seluruh gigi dari soket karena trauma dimana tulang alveolar ,
sementum , ligamen periodontal , gingiva dan pulpa mengalami kerusakan
pada saat gigi keluar dari soketnya.

STEP 2
1. Apakah fraktur 1/3 mahkota sudah mencapai pulpa atau hanya sampai
dentin ?
2. Mengapa gigi 11 dam 12 memiliki kasus yang berbeda ?
3. Diagnosis pada skenario diatas ?
4. Bagaimana rencana perawatan dari kasus, prognosis dan perawatan
mana yang harus di dahulukan ?

STEP 3
1. Tidak, fraktur 1/3 mahkota hanya mengenai enamel dan dentin saja , untuk
mengetahui fraktur tersebut mengenai pulpa atau tidak dapat dilakuakan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan Rontgen.
1

2. Perbedaan kasus dapat didasarkan pada :


Besar tidaknya dari trauma , resiliensi objek yang terkena , bentuk objek yang
terkena , dan sudut arah gaya .
3. Diagnosis :
- gigi 11 mengalami avulsi termasuk kelas 5 klasifikasi menurut Ellis karena
terjadinya kehilangan gigi sebagai akibat trauma
- gigi 12 mengalami fraktur 1/3 mahkota dan goyang derajat 2 termasuk kelas 2
klasifikasi menurut Ellis karena fraktur hanya mengenai enamel dan dentin
tanpa terjadi pulpa yang terbuka
- laserasi dan bengkak pada bibir atas
4. Rencana Perawatan
a. gigi yang mengalami avulsi dapat dilakukan dengan replantasi dimana waktu
terbaik untuk melakukan replantasi adalah 2 jam setelah gigi mengalami
avulsi atau yang disebut juga dengan golden periode apabila dalam jangka
waktu tersebut tidak dikembalikan dalam soket , gigi harus disimpan ke
dalam media yang sesuai yang dapat berupa saliva , air ataupun susu hingga
pasien bisa sampai ke dokter gigi.
b. gigi fraktur 1/3 mahkota dimana apabila fraktur menapai dentin dapat
dilakukan restorasi sementara dengan menggunakan kalsium hidroksida
untuk dasar kavitas dan penutupannya dengan menggunakan komposit,
penutupan ini bertujuan untuk melindungi dari pulpa selain itu dapat
dilakukan dengan melekatkan kembali fragmen mahkota dimana preparasi
permukaan fraktur diapat dilakukan dengan etsa dan bonding agent, dan
resin komposit untuk meletakkan kembali fragmen.
c. Kegoyangan gigi derajat 2 dapat dirawat dengan menggunakan splinting dan
tanpa dilakukan ekstraksi karena hanya kegoyangan lebih dari 1 mm dengan

pergerakan horizontal dalam arah fasial - lingual. Selain itu pasien di


instruksikan untuk makan makanan yang lunak
d. Laserasi dan pembengkakan pada bibir atas dapat dijahit apabila robeknya
dalam dan luas dan apabila sakit dapat diberikan anastesi terlebih dahulu.

STEP 4

STEP 5
1.
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami Diagnosis dari kasus
skenario diatas
2.

Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami Rencana Perawatan pada


skenario diatas

STEP 7
Learning Objective
LO 1. Diagnosis
Cara pemeriksaan pasien anak
4

Kunjungan pertama merupakan salah satu yang paling penting dalam


pemeriksaan gigi anak karena pada kunjungan pertama ini diharapkan seorang
dokter gigi dapat memperoleh dasar yang nyata untuk mencapai hasil yang
maksimal dari perawatan yang akan dilakukan.
Tujuan kunjungan pertama ini diantaranya adalah :
1.
2.
3.

Menciptakan komunikasi dengan anak dan orang tua


Mendapatkan keterangan tentang riwayat pasien
Memeriksa anak dan untuk mendapatkan ronsen foto bila

4.

diperlukan.
Melakukan prosedur perawatan sederhana yaitu :
a. Profilaksis
Dilakukan hanya pada gigi depan (utk anak kecil) atau seluruh
mulut termasuk pembuangan kalkulus bila diperlukan
b. Topikal Aplikasi Fluor
Prosedur ini dapat dilakukan disamping prosedur non tra matik
lain.

5.

Menjelaskan tujuan perawatan pada anak dan orang tua yaitu :


a. Tekankan perlunya tindakan pencegahan maupun operatif
b. Mintalah anak membawa sikat giginya pada kunjungan
c.

berikutnya.
Memberikan perkiraan jumlah kunjungan yang diperlukan
untuk menyelesaikan perawatan.

MACAM-MACAM PEMERIKSAAN
Pemeriksaan terhadap pasien yang datang ke dokter gigi / klinik ada 3
(tiga) macam yaitu :
1. Pemeriksaan Darurat
Yang dimaksud dengan pemeriksaan darurat ialah pemeriksaan
yang dilakukan pada pasien yang datang dalam keadaan akut, pemeriksaan
langsung ditujukan pada regio/gigi yang dikeluhkan, kemudian tentukan
diagnosanya dan rawat keluhan utama tersebut.
Pemeriksaan lengkap pada pasien ini dilakukan pada kunjungan
berikutnya setelah keluhan utama dapat diatasi. Contoh kasus yang

memerlukan pemeriksaan darurat yaitu gangren pulpa tertutup, pulpitis


akut dan abses yang disertai trismus.
a. Gangren Pulpa tertutup
Terapi : berikan antibiotik dan analgetik. Bila mungkin lakukan
trepanasi untuk membuka saluran akar sehingga gas gangren/ gas H2S
dapat keluar.
b. Pulpitis akut
Terapi : Berikan EF (Eugenol Fletcher) untuk mengurangi rasa sakit,
bila mungkin lakukan pulpotomi vital formokresol (untuk gigi sulung),
beri analgetik.
c. Abses disertai trismus
Pada keadaan yang demikian, berikan terlebih dulu antibiotik dan
setelah setelah pasien dapat membuka mulut, lakukan pemeriksaan
untuk mengetahui penyebabnya. Dapat juga dilakukan ronsen foto.
Sedangkan trismus derajat satu penyebabnya dapat diperiksa dengan
membuka mulut perlahan-lahan.
2. Pemeriksaan Ulang (pemeriksaan berkala).
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan lanjutan dari pemeriksaan
sebelumnya. Secara objektif dipakai untuk menilai :
- Hasil perawatan yang telah dilakukan
- Pemeliharaan kesehatan gigi
- Mencatat perubahan yang terjadi
Pemeriksaan ulang dilakukan 3 bulan/6 bulan/1 tahun sekali, tergantung
keadaan gigi pasien.
3. Pemeriksaan Lengkap
Prosedur yang dianjurkan pada pemeriksaan lengkap dilakukan pada
kunjungan pertama (jika mungkin), meliputi :
Pencatatan Riwayat
a. Sosial
b. Gigi
c. Medis
Pemeriksaan anak
a. Ekstra Oral
b. Intra Oral
6

Pencatatan Riwayat
Pencatatan Riwayat
1. Sosial
Pemeriksaan sosial meliputi :
o Nama (termasuk nama kecil). Dokter gigi sebaiknya memanggil
pasien dengan nama yang disukai anak .
o Alamat, sekolah, kelas, saudara laki, perempuan, binatang
peliharaan, kegiatan yang disukai dirumah dan sekolah. Pertanyaan
sederhana tentang hal ini merupakan cara umum berkomunikasi
dengan pasien anak. Selain itu jawabannya dapat menggali lebih
jauh minat anak dan lingkungan rumah pasien.
o Pekerjaan ayah dan ibu. Hal ini penting, karena orang tua terutama
ibulah yang sering membawa anak ke dokter gigi. Perlu
didiskusikan jumlah kunjungan ke dokter gigi,
o sehingga orang tua dapat mengatur waktu kunjungan.
o Riwayat lain bila diperlukan, misalnya :Dokter yang merawat anak
dapat diminta keterangan atau rujukan
o Riwayat Parental (orang tua) untuk mendapatkan keterangan
mengenai kelainan herediter yang diderita anak.
o Riwayat pre natal (sebelum kelahiran) dan natal (saat kelahiran)
untuk mengetahui penyebab kelainan gigi (perubahan warna,
kelainan bentuk dan lain-lain)
2. Gigi
Keluhan
Apakah pasien datang dengan keluhan ? Jika tidak ada keluhan,
mungkin pasien datang untuk pemeriksaan rutin yang dianjurkan.
Adalah penting mengetahui alasan kedatangan pasien, karena
berdasarkan alasan ini diagnosa dapat ditegakkan dan keluhan

dapat diatasi.
Riwayat Keluhan
Jika ada keluhan sakit gigi, carilah keterangan tentang lokasi,
kapan dimulai, apakah rasa sakitnya terus menerus atau terputus7

putus (jika ya, berapa lama berlangsung, apakah timbul karena


rangsangan panas, dingin, manis atau sewaktu makan). Apakah
anak sampai tidak bisa tidur, menyebabkan anak gelisah dan
menangis terus.

Riwayat Kesehatan Gigi


Apakah perawatan gigi yang lalu dilakukan secara teratur atau
tidak, apakah pernah mengunjungi dokter gigi lain. Jika ya
mengapa diganti, perlu ditanyakan karena bila anak pernah
mengalami trauma, kemungkinan untuk menumbuhkan rasa
percayanya lebih sulit, sehingga dokter gigi pengganti harus lebih
berhati-hati.

3. Medis
Beberapa penyakit sistemik yang perlu ditanyakan kepada orang
tua pasien, misalnya penyakit jantung kongenital, demam rematik,
kelainan darah, penyakit saluran pernafasan, asma, hepatitis, ikhterus,
alergi (penisilin, sulfa), epilepsi, kelainan mental dan penyakit lain
yang serius.
Pemeriksaan anak
a. Ekstra Oral
Pemeriksaan Ekstra Oral adalah pemeriksaan dari bagian tubuh
penderita di luar mulut (muka, kepala, leher)
Data yang bisa dikumpulkan antara lain:
a. Kepala, wajah, dan leher
Pemeriksaan visual daerah wajah dan leher dilihat dari depan.
Perhatikan paakah ada tonjolan, cacat, bercak di kulit, tahu lalat,
asimetri wajah yang berlebihan ataupun palsi wajah.
b. Nodus limfatik

Nodus limfatik yang normal tidak dapat diraba.. Bila suatu


nodus limfatik teraba, berarti kondisi tersebut abnormal.
c. Kelejar Saliva
Berdasarkan hasil pemeriksaan palpasi pada pasien ditulis :
normal, teraba, konsistensi (lunak/keras), sakit/tidak.
d. Sistem artikilasi
1. Sistem temporomandibular (TMJ)
Periksa antara lain

Luas pergerakan

Nyeri tekan

Suara

Locking

Nyeri tekan otot

Bruksisme

Rasa sakit daerah kepala/leher

Oklusi

2. Otot mastikasi
Periksa apabila ada nyeri tekan maka perlekatan otot pada
tulang perlu diperiksa. Badan otot biasanya tidak nyeri.
b. Intra Oral
1. Luka jaringan lunak
a. Pemeriksaan muka bibir dan gingiva dengan melihat perubahan
pada jaringan lunak seperti warna , tekstur , ulserasi dsb.
9

b. Adanya fragmen atau debris ke dalam jaringan diperlukan


pemeriksaan yang teliti , seperti perdarahan yang tidak henti henti
pada jaringan lunak yang terkena injuri. Fragmen atau debris
perlu diambil guna penyembuhan jaringan lunak yang luka.
c. Pembersihan jaringan sekitar luka dipakai : saline , yod
d. Penentuan rencana perawatan luka jaringan lunak akibat trauma.
Seperti perlu tidaknya jahitan untuk mengatasi perdarahan yang
terjadi
2. Luka pada jaringan keras gigi dan prosesus alveolaris :
a. Fraktur mahkota atau fraktur akar. Pemeriksaan perlu bantuan
rontgen untuk melihat kerusakan struktur gigi
b. Posisi gigi termasuk konklusi , luksasi , perpindahan tempat dan
avulse
c. Dicatat besarnya mobilitas baik secara vertikal atau horizontal ,
khusus pada gigi desidui.
d. Dicatat pulpa terbuka atau tidak
e. Periksa gigi didekatnya dan gigi antagonisnya , untuk melihat
ada tidaknya ke abnormalitasnya
f. Reaksi terhdap perkusi. Alat yang digunakan dapat memakai
tangkai kaca mulut secara perlahan lahan ke arah vertikal atau
horizontal. Rasa sakit pada perkusi menunjukkan kerusakan
pada ligament periodontal
g. Warna gigi. Adanya sedikit perubahan warna mahkota setelah
mendapat injuri khusus diperhatikan dibagian permukaan
palatinal sepertiga mahkota daerah gingiva.
h. Penilaian Kesehatan Pulpa
Sangat penting sebagai dasar untuk mengetahui status pulpa.
Biasanya respon awal pulpa pada saat kejadian mungkin tidak
akurat, namun sangat penting untuk mencatat hasil status pulpa
sebagai perbandingan. Anak-anak kecil sering sulit membedakan
antara sentuhan alat penguji status pulpa dengan rangsangan
yang sebenarnya dari pulpa dan pemeriksa harus berhati-hati
terhadap hasil yang salah/meragukan.
i. Tes vitalitas pulpa
10

Istilah ini berhubungan dengan penilaian kesehatan pulpa.


Sebelumnya diistilahkan tes vitalitas, terminologi yang baru ini
menekankan fakta bahwa pembuluh syaraf dan pembuluh darah
yang merupakan komponen jaringan pulpa memerlukan
pertimbangan secara individu. Gigi mungkin tidak memberikan
respon terhadap tes termal meskipun mungkin mempunyai
suplai darah yang baik. Perbedaan kesehatan elemen pulpa yang
demikian merupakan hal yang penting dalam merencanakan
perawatan. Beberapa test vitalitas gigi yaitu :
1. Sensivitas terhadap termal
Respon terhadap rangsangan dingin menggunakan etil khlorida
atau es lebih dapat dipercaya dan akurat pada anak-anak juga
pada gigi dewasa muda. Rangsangan termal dingin dapat
menentukan vitalitas pulpa pada gigi dengan mahkota sementara
dan splints.
2. Rangsangan elektrik
Rangsangan elektrik memberikan derajat respon yang berbeda
terhadap tingkat rangsangan. Bila menggunakan alat Rheostat
sebaiknya ditingkatkan secara perlahan sehingga rasa sakit
akibat rangsangan dapat dihindari. Nilai dari rangsangan elektrik
diragukan pada anak kecil.
3. Perkusi
Ada dua alasan untuk perkusi gigi :
a. Rangsangan pada respon perkusi memberikan informasi
tentang perluasan kerusakan pada jaringan apikal. Hati-hati bila
melakukan perkusi pada gigi yang berputar, karena dapat
menimbulkan rasa sakit.

11

b. Suara respon juga merupakan sebuah petunjuk yang penting


seperti pada gigi yang ankilosis

Macam-macam Foto Rontgen


Terdapat macam-macam teknik foto rontgen yang biasa dilakukan oleh
dokter gigi untuk melengkapi informasi dalam upaya penegakkan diagnosis pada
kasus trauma, berikut adalah macam-macamnya:
1. Periapikal, dapat memberikan gambaran terperinci pada trauma alveolar dan
gigi.
2. Foto oklusal, memberikan gambaran lebih mendetail fraktur prosesus alveolaris
dan gigi.
3. Panoramik, dapat memberikan informasi gambaran fraktur mandibula
keseluruhan. Foto panoramik juga dapat memberikan informasi mengenai
keadaan nasal, septum nasi, dan periorbital bawah.
4. Posteroanterior, dapat menujukkan pergeseran medial atau lateral fragmen
fraktur, angulus, korpus, simfisis, orbita, dan sinus maksilaris.
Macam-macam Foto Rontgen untuk Kasus Trauma Dentoalveolar pada
Anak
Tidak semua teknik foto rontgen bisa dilakukan pada anak terutama saat
mereka dalam kondisi trauma karena rendahnya tingkat kooperatif pasien, macam
teknik foto rontgen yang dapat dilakukan pada pasien anak, yaitu:
1. Foto oklusal maksila anterior atau oklusal mandibula anterior
2. Foto panoramik
3. True lateral maxilla untuk kasus intrusi pada gigi sulung anterior
12

Literatur lain mengatakan bahwa pemeriksaan radiografi anak harus


didasarkan pada kemampuan anak untuk melakukan prosedur pengambilan foto
tersebut dan suspek injurinya, berikut adalah sudut yang direkomendasi pada
pemeriksaan radiografi pada anak agar kondisi fraktur yang ingin diperiksa dapat
diidentifikasi dengan baik:
1. Sudut horisontal 90
2. Occlusal view (ukuran 2 film, arah horisontal)
3. Ektra-oral arah lateral yang berguna untuk mengetahui hubungan apeks dengan
gigi yang berpindah dan posisi benih gigi dalam keterlibatannya jika ada dislokasi
(ukuran 2 film, arah vertikal)
Pemeriksaan radiografi pada anak selain yang telah disebutkan di atas,
dokter gigi pada umumnya lebih sering memilih teknik foto rontgen periapikal
karena lebih sederhana, mudah didapatkan, dan hasilnya lebih detail dibandingkan
dengan panoramik atau oklusal. Kesulitan pada saat pengambilan foto dapat
dibantu oleh orang tua pasien anak tersebut.
Informasi dari Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan radiografi ini harus menyediakan informasi sebagai berikut
untuk menunjang diagnosis dan pemeriksaan pada pasien fraktur dentoalveolar:
1) Ada atau tidaknya fraktur akar
2) Tingkat ekstrusi atau intrusi
3) Ada atau tidaknya kelainan periodontal
4) Tingkat pertumbuhan akar
5) Ukuran kamar pulpa dan kanal akar
6) Ada atau tidaknya fraktur rahang
7) Fragmen gigi atau benda asing yang masuk ke jaringan lunak
13

Klasifikasi Trauma
Ellis dan Davey menyusun klasifikai trauma pada gigi anterior menurut
banyaknya struktur gigi yang terlibat, yaitu :
Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan email.
Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan dentin
tetapi belum melibatkan pulpa.
Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan menyebabkan
terbukanya pulpa.
Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan atau
tanpa kehilangan struktur mahkota.
Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi.
Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
Kelas 7 : Perubahan posisi atau displacement gigi.
Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi sulung.
Klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health Organization
(WHO) dalam Application of International Classification of Diseases to Dentistry
and Stomatology diterapkan baik gigi sulung dan gigi tetap, yang meliputi
jaringan keras gigi, jaringan pendukung gigi dan jaringan lunak rongga mulut
yaitu sebagai berikut :
I. Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa
1. Retak mahkota (enamel infraction), yaitu suatu fraktur yang tidak sempurna
pada email tanpa kehilangan struktur gigi dalam arah horizontal atau
vertikal.
2. Fraktur email yang tidak kompleks (uncomplicated crown fracture), yaitu
fraktur email yang tidak kompleks (uncomplicated crown fracture) yaitu
suatu fraktur yang hanya mengenai lapisan email saja.
3. Fraktur email-dentin (uncomplicated crown fracture), yaitu fraktur pada
mahkota gigi yang hanya mengenai email dan dentin saja tanpa melibatkan
pulpa.
4. Fraktur mahkota yang kompleks (complicated crown fracture), yaitu fraktur
yang mengenai email, dentin, dan pulpa.
II. Kerusakan pada jaringan keras gigi, pulpa, dan tulang alveolar

14

1. Fraktur mahkota-akar, yaitu suatu fraktur yang mengenai email, dentin, dan
sementum. Fraktur mahkota akar yang melibatkan jaringan pulpa disebut
fraktur mahkota-akar yang kompleks (complicated crown-root fracture) dan
fraktur mahkota-akar yang tidak melibatkan jaringan pulpa disebut fraktur
mahkota-akar yang tidak kompleks (uncomplicated crown-root fracture).
2. Fraktur akar, yaitu fraktur yang mengenai dentin, sementum, dan pulpa tanpa
melibatkan lapisan email.
3. Fraktur dinding soket gigi, yaitu fraktur tulang alveolar yang melibatkan
dinding soket labial atau lingual, dibatasi oleh bagian fasial atau lingual dari
dinding soket.
4. Fraktur prosesus alveolaris, yaitu fraktur yang mengenai prosesus alveolaris
dengan atau tanpa melibatkan soket alveolar gigi.
5. Fraktur korpus mandibula atau maksila, yaitu fraktur pada korpus mandibula
atau maksila yang melibatkan prosesus alveolaris, dengan atau tanpa
melibatkan soket gigi.
III. Kerusakan pada jaringan periodontal
1. Concusion, yaitu trauma yang mengenai jaringan pendukung gigi yang
menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi tanpa
adanya kegoyangan atau perubahan posisi gigi.
2. Subluxation, yaitu kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi gigi
akibat trauma pada jaringan pendukung gigi.
3. Luksasi ekstrusi (partial displacement), yaitu pelepasan sebagian gigi ke
luar dari soketnya. Ekstrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih
panjang.
4. Luksasi, merupakan perubahan letak gigi yang terjadi karena pergerakan
gigi ke arah labial, palatal maupun lateral, hal ini menyebabkan kerusakan
atau fraktur pada soket alveolar gigi tersebut. Trauma gigi yang
menyebabkan luksasi lateral menyebabkan mahkota bergerak ke arah
palatal
5. Luksasi intrusi, yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar, dimana
dapat menyebabkan kerusakan atau fraktur soket alveolar. Luksasi intrusi
menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih pendek.
6. Laserasi (hilang atau ekstrartikulasi) yaitu pergerakan seluruh gigi ke luar
dari soket
15

IV. Kerusakan pada gusi atau jaringan lunak rongga mulut


1. Laserasi merupakan suatu luka terbuka pada jaringan lunak yang
disebabkan oleh benda tajam seperti pisau atau pecahan luka. Luka terbuka
tersebut berupa robeknya jaringan epitel dan subepitel.

16

2. Kontusio yaitu luka memar yang biasanya disebabkan oleh pukulan benda
tumpul dan menyebabkan terjadinya perdarahan pada daerah submukosa
tanpa disertai sobeknya daerah mukosa.
3. Luka abrasi, yaitu luka pada daerah superfisial yang disebabkan karena
gesekan atau goresan suatu benda, sehingga terdapat permukaan yang
berdarah atau lecet.
Cara Mendiagnosa
1. Mengumpulkan Data
Setiap tanda yang mengarah ke keadaan patologi dapat dipakai untuk
membantu menegakkan diagnosa dini, misalnya pembengkakan dapat
dihubungkan dengan karies yang berlanjut terutama gigi molar. Semua fakta
yang ada dikumpulkan dan dibuat korelasi, meskipun sering kali harus dibuat
diagnosa sementara sebelum fakta dikumpulkan terutama untuk mencegah
proses berlanjutnya penyakit. Pada beberapa keadaan kadang-kadang
diperlukan waktu sebelum diagnosa dapat ditegakkan karena diperlukan
pengamatan dalam jangka waktu tertentu sebelum menentukan terapi, misalnya
pulpitis atau gangren dengan pulpa tertutup.
Pada pemeriksaan pasien anak, mengumpulkan data ini merupakan
pemeriksaan objektif. Operator melihat semua keadaan yang ada di dalam
mulut pasien, mencatat dan melakukan pemeriksaan dengan memakai
alat/bahan yang diperlukan.
2. Evaluasi Fakta
Semua fakta yang meliputi gambaran dan keluhan utama bila telah
terkumpul dievaluasi secara teliti. Tidak jarang orang tua memberikan
keterangan yang kurang jelas dan lengkap tentang keluhan anaknya sehingga
informasi yang diharapkan kurang memuaskan terutama sekitar gejala klinis.
Sehingga dokter gigi perlu menanyakan keterangan lain, misalnya merujuk ke
dokter anak. Pada pemeriksaan klinik, evaluasi fakta merupakan pemeriksaan
subjektif, semua yang dikeluhan pasien/orang tua tentang penyakit yang
dideritanya.
17

3. Membuat Diagnosa
Diagnosa adalah penentuan setiap penyakit yang mempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut pasien atau setiap kelainan yang mempengaruhi
perkembangan gigi. Riwayat penyakit (subjektif), pemeriksaan klinik (objektif)
dan laboratorium/ tambahan (ronsen, test vitalitas, pemeriksaan bakteri, biopsi)
adalah faktor yang penting untuk membuat diagnosa. Dari beberapa fakta yang
terkumpul dapat ditegakkan diagnosa. Bila pada saat yang sama dijumpai lebih
dari satu penyakit, dokter gigi harus dapat membedakan atau memisahkan fakta
yang menunjukkan satu penyakit dengan penyakit lain sehingga perawatan
dapat dilakukan dengan tepat.
Diagnosa dari Kasus di atas :
a. Diagnosis gigi 11 yang mengalami avulsi termasuk kelas 5 klasifikasi
menurut Ellis karena terjadinya kehilangan gigi sebagai akibat trauma
b. Diagnosis gigi 12 mengalami fraktur 1/3 mahkota dan goyang derajat 2
termasuk kelas 2 klasifikasi menurut Ellis karena fraktur hanya mengenai
enamel dan dentin tanpa terjadi pulpa yang terbuka
c.

Diagnosis laserasi dan bengkak pada bibir atas

LO 2. Rencana Perawatan
Penentuan suatu rencana perawatan sangat memerlukan suatu pertimbangan, yaitu :
1. Uqency ( kebutuhan utama )
2. Sequency (urutan perawatan ), yaitu :
1. Perawatan medis
Perawatan ini berhubungan dengan riwayat kesehatan pasien. Informasi
mengenai penyakit sistemik ini bisa diperoleh dari dokter keluarga atau

18

dokter spesialis. Apabila orang tua kurang yakin mengenai penyakit


anaknya, dokter gigi dapat bertanya kepada dokter keluarga.
2. Perawatan sistemik
Premedikasi sering dibutuhkan pada saat pasien menderita penyakit tertentu
yang diberikan oleh dokter keluarga. Dokter gigi juga dapat memberikan
perawatan sistemik terlebih sebelum pasien diberikan perawatan operatif di
bidang kedokteran gigi.
3. Perawatan persiapan
Dokter gigi mengajarkan kepada pasien (anak) dan orang tua cara
memelihara gigi di rumah. Apabila pasien menunjukkan karies yang aktif
perlu diberikan kiat diet yang terkontrol terutama untuk menghindari
makanan yang menyebabkan karies.
4. Perawatan korektif
Perawatan korektif atau perawatan akhir antara lain membuat restorasi,
protesa, pencabutan atau space maintainer.
5. Penggantian rencana perawatan.
Suatu rencana perawatan hendaknya diinformasikan kepada orang tua
pasien. Perawatan harus segera dilaksanakan. Ada kalanya rencana
perawatan diubah, misalnya saat melakukan penambalan gigi terjadi
perforasi pada tanduk pulpa sehingga terpaksa dilakukan pulpektomi vital
atau pulp capping.
3. Probable result ( kemungkinan keberhasilan )
Garis besar rencana perawatan digolongkan menjadi dua macam, yaitu
rencana perawatan preventif dan operatif .
1. Rencana Perawatan Preventif
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rencana perawatan preventif
adalah pengalaman karies, riwayat medis, khususnya penyakit jantung
kongenital atau riwayat demam rematik, kelainan perdarahan, penyakit
debilitasi dengan daya tahan terhadap infeksi yang buruk, cacat mental serta
fisik.
Semua tipe perawatan preventif penting bagi pasien, khususnya untuk
pasien-pasien dengan pengalaman karies tinggi dan untuk pasien yang
mempunyai resiko penyakit gigi.

19

Macam perawatan preventif diantaranya ; petunjuk kebersihan mulut (


Dental Health Education / DHE ), nasihat diet, flouridasi dan fisur sealent.
Nasihat diet penting, khususnya jika kecepatan kecepatan pembentukan karies
tinggi. Dalam flouridasi terdapat beberapa bentuk, yaitu tablet / tetes, larutan
kumur dan topikal yang dalam pemakaiannya disesuaikan dengan umur pasien
(anak), misalnya saja flouridasi bentuk larutan kumur dapat dilakuakan oleh
anak usia 6-7 tahun.
2. Perawatan Operatif
Hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan operatif pada anak
adalah riwayat medis pasien misalnya bila pasien menderita kelainan daarah.
Perawatan operatif di antaranya adalah restorasi, pencabutan atau ekstraksi,
dan perawatan ortodonti. Dalam perawatan restorasi perlu diperhatikan
kedalaman karies, perluasan karies, penggunaan analgesia lokal dan urutan
restorasi gigi. Perawatan ortodonti dilakukan pada kasus crowding, kelainan
perkembangan atau adanya maloklusi.
Selain macam-macam perawatan

diatas

tentunya

sebelum

melaksanakan suatu tindakan dibutuhkan adanya Inform Consen, hal ini


dimaksudkan jika terjadi sesuatu di kemudian hari yang tidak diinginkan kita
sebagai dokter gigi telah mempunyai bukti yang resmi yang telah disetujui oleh
pasien atau keluarga terdekatnya, dengan sebelumnya telah menjelaskan
perawatan yang akan dilakukan beserta konsekuensinya.
Rencana Perawatan Gigi 11 ( avulsi )
-

Definisi
Robeknya substansi jaringan lunak yang biasanya mengenai kulit, mukosa,
otot dan tulang.
Pada skenario ini, avulsi merujuk pada terlepasnya gigi secara keseluruhan
dari soketnya, sehingga ligamen periodontal yang melekatkannya sobek.

Gambaran klinis
Secara klinis, pada soketnya dapat ditemukan bekuan darah atau kosong.

20

Gambar 1. Gambaran klinis dari gigi avulsi dan Radiografinya


-

Penatalaksanaan
Pertama kali yang dilakukan ketika gigi avulsi:
1. Jika gigi avulsi, temukan dan ambil gigi dengan memegangnya pada
bagian mahkota. Jangan sentuh bagian akar.
2. Jika gigi kotor, bersihkan secara cepat (10 detik) dengan air mengalir
yang dingin, dan masukkan kembali ke dalam soket gigi dengan
tekanan ringan oleh jari.
3. Namun jika tidak memungkinkan, tempatkan gigi pada medium
penyimpanan yang sesuai, contohnya dalam susu atau media khusus
yang sesuai untuk menyimpan gigi yang avulsi (medium penyimpanan
hanks balanced (HBSS) atau larutan saline. Atau juga dapat disimpan
dalam mulut, diantara pipi bagian dalam, namun jika pasien terlalu
muda, dapat dilakukan oleh orang tuanya. Hindari perendaman dengan
air.
4. Segera ke dokter gigi untuk mendapatkan perawatan kedaruratan pada
gigi yaitu replantasi. (golden period gigi avulsi 2 jam).

21

Gambar 2. Simulasi terjadinya avulsi gigi dan tindakan darurat untuk


mengatasinya
- Cara-cara replantasi gigi di ruang praktek:
1. Lakukan anestesi lokal.
2. Bilas gigi perlahan-lahan dengan NaCl fisiologis menggunakan syringe.
3. Soket diirigasi menggunakan cairan NaCl fisiologis.
4. Letakkan gigi perlahan-lahan dengan tekanan jari.
5. Apabila fragmen tulang alveolar menghalangi replantasi maka lepaskan
kembali gigi dan tempatkan pada NaCl fisiologis. Kembalikan tulang pada
posisinya dan ulangi kembali replantasi.
6. Pembuatan foto rontgen dilakukan untuk memeriksa apakah posisi sudah
benar.
7. Stabilisasi gigi dengan menggunakan splint.
8. Berikan antibiotika selama 4-5 hari.

22

9. Berikan profilaksis tetanus bila gigi yang avulsi telah berkontak dengan

sesuatu.
10. Pasien diinstruksikan untuk berkumur menggunakan klorheksidin 0,1%

sehari 2 kali selama 1 minggu


11. Lepaskan splint setelah 1-2 minggu.
12. Perawatan saluran akar dipertimbangkan bila tampak adanya kelainan pada
pulpa.
- Pertimbangan perawatan saluran akar pada gigi yang mengalami avulsi:
1. Perawatan saluran akar dapat dilakukan setelah 7-10 hari kemudian atau
setelah splint dilepas.
2. Saluran akar diisi pasta kalsium hidroksida untuk sementara.
3. Pada gigi dengan foramen apikal yang masih terbuka kemungkinan akan
terjadi revaskularisasi pada pulpa sehingga perawatan saluran akar
hendaknya ditangguhkan.
4. Apabila pada foto rontgen terlihat tanda-tanda nekrosis pulpa dan adanya
gambaran radiolusen di daerah apikal dengan atau tanpa disertai resorpsi
akar eksternal maka perawatan saluran akar harus segera dilakukan.
5. Pada gigi dengan apeks belum tertutup dianjurkan untuk dilakukan
pembuatan foto rontgen setiap 2 minggu sekali sampai terlihat pulpa tidak
nekrosis dan penutupan apeks terjadi.
Tabel 1. Perawatan oleh dokter gigi untuk gigi yang avulsi
No. Kondisi gigi
1.
Pada gigi yang

Perawatan
1. Bersihkan daerah soket dengan water spray saline atau

apeksnya

chlorhexidine
2. Lakukan penjahitan apabila terjadi laserasi pada gingiva
3. Lakukan replantasi gigi ke soketnya dan sesuaikan

tertutup
sempurna,

dengan posisi normal gigi secara klinis dan radiografi


23

dimana gigi
sudah di
replantasi oleh
pasien ketika
datang ke
klinik gigi

4. Gunakan splint flexible selama dua minggu


5. Beri obat antibiotik sistemik. Tetrasiklin adalah pilihan
pertama ( Doxyxycline 2x sehari selama 7 hari dengan
dosis sesuai umur dan berat badan pasien). Resiko dari
diskolorasi gigi permanen harus dipertimbangkan
karena penggunaan tetrasiklin pada pasien anak,
sehingga dapat digunakan phenoxymethyl penicilin
(Pen V) atau amoxycillin dengan dosis sesuai umur dan
berat badan
6. Jika gigi yang mengalami avulsi telah terkena tanah
dan dikhawatirkan terjadi tetanus, dapat diberikan
vaksinasi tetanus
7. Lakukan perawatan saluran akar 7-10 hari setelah
replantasi dan sebelum pelepasan dari splint
Edukasi pasien:
1. Untuk tidak melakukan aktivitas-aktivitas olah raga
yang beresiko
2. Diet makanan lunak selama 2 minggu
3. Bersihkan gigi dengan sikat yang lembut setiap selesai
makan
4. Gunakan chlorexidine 0,1% sebagai pencuci mulut 2x
sehari selama 1 minggu
Follow-up :
1. Perawatan saluran akar 7-10 hari setelah replantasi.
Aplikasikan kalsium hidroksida sebagai medikamen
intra canal selama 1 bulan kemudian diikuti dengan
pengisian saluran akar dengan bahan yang sesuai.
Sebagai alternatif dapat diletakkan pasta antibiotik
corticosteroid selama replantasi hingga 2 minggu
2. Lepas splint, pemeriksaan secara klinis dan radiografi
setelah 2 minggu
24

3. Pemeriksaan dan kontrol secara klinis dan radiografi


dilanjutkan setelah 4 minggu, 3 bulan, 6 bulan 1 tahun
dan beberapa tahun berikutnya bila diperlukan

2.

Apeks gigi
tertutup
sempurna. Gigi
berada diluar
mulut < 60
menit. Gigi
sudah
disimpan
dalam media
yang sesuai
(seperti susu,
saliva, HBSS)

1. Bersihkan akar dan foramen apikal dengan larutan


saline, rendam gigi dalam larutan saline sehingga
kontaminasi dan sel-sel mati dipermukaan akar hilang
2. Lakukan anastesi lokal
3. Irigasi soket dengan larutan saline
4. Periksa soket alveolar, jika terdapat fraktur pada
dinding soket, reposisi dengan instrumen yang sesuai
5. Replantasi gigi dengan perlahan dan tekanan ringan
6. Lakuakan penjahitan apabila terjadi laserasi gingiva
7. Cek posisi normal gigi yang direplantasi secara klinis
dan radiografi
8. Gunakan flexible splint selama 2 minggu, jauhkan dari
gingiva
9. Beri antibiotik sistemik. Tetrasiklin 2x sehari selama 1
minggu untuk orang dewasa dan phenoxymethyl
penicillin atau amoxycillin untuk anak-anak < 12thn
dengan dosis sesuai umur dan berat badan
10. Jika gigi yang mengalami avulsi telah terkena tanah
dan dikhawatirkan terjadi tetanus, dapat diberika
vaksinasi tetanus
11. Lakukan perawatan saluran akar 7-10 hari setelah
replantasi dan sebelum pelepasan dari splint
Edukasi pasien:
1. Untuk tidak melakukan aktivitas-aktivitas olah raga
yang beresiko
2. Diet makanan lunak selama 2 minggu
3. Bersihkan gigi dengan sikat yang lembut setiap selesai
makan
4. Gunakan chlorexidine 0,1% sebagai pencuci mulut 2x
25

sehari selama 1 minggu


Follow-up :
1. Perawatan saluran akar 7-10 hari setelah replantasi.
Aplikasikan kalsium hidroksida sebagai medikamen
intra canal selama 1 bulan kemudian diikuti dengan
pengisian saluran akar dengan bahan yang sesuai.
Sebagai alternatif dapat diletakkan pasta antibiotik
corticosteroid selama replantasi hingga 2 minggu
2. Lepas splint, pemeriksaan secara klinis dan radiografi
setelah 2 minggu
3. Pemeriksaan dan kontrol secara klinis dan radiografi
dilanjutkan setelah 4 minggu, 3 bulan, 6 bulan 1 tahun
dan beberapa tahun berikutnya bila diperlukan
3.

Apeks gigi
tertutup
sempurna. Gigi
berada di luar
mulut > 60
menit.
Ligamen
periodontal
mungkin telah

1. Area yang mengalami avulsi gigi diperiksa dengan


Radiografi untuk mengetahui ada fraktur alveolar atau
tidak
2. Debris dan sisa jaringan lunak dibersihkan dari gigi
3. Perawatan saluran akar dapat dilakukan sebelum
replantasi atau 7-10 hari setelahnya
4. Aplikasi anastesi lokal
5. Irigasi soket dengan larutan saline
6. Replantasi gigi dengan perlahan dan tepat
7. Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi gingiva
8. Periksa posisi normal gigi yang telah direplantasi secara

tidak dapat

klinis dan radiografi


9. Stabilisasi gigi dengan flexible splint selama 4 minggu
10. Beri antibiotik sistemik. Tetrasiklin 2x sehari selama 1

pulih. Gigi

minggu untuk orang dewasa dan phenoxymethyl

dapat

penicillin atau amoxycillin untuk anak-anak < 12thn

direstorasi

dengan dosis sesuai umur dan berat badan

nekrosis dan

untuk

Edukasi pasien:

kepentingan

1.Untuk tidak melakukan aktivitas-aktivitas olah raga

estetis, untuk

yang beresiko
26

pemulihan

2. Diet makanan lunak selama 2 minggu


3. Bersihkan gigi dengan sikat yang lembut setiap selesai

fungsi dan

makan
4. Gunakan chlorexidine 0,1% sebagai pencuci mulut 2x

psycological
dan

sehari selama 1 minggu

memelihara
bentuk tulang
alveolar.

Follow-up :
1. Perawatan saluran akar 7-10 hari setelah replantasi.

Namun

Aplikasikan kalsium hidroksida sebagai medikamen

resikonya

intra canal selama 1 bulan kemudian diikuti dengan

dapat terjadi

pengisian saluran akar dengan bahan yang sesuai.

ankilosis,

Sebagai alternatif dapat diletakkan pasta antibiotik

resorpsi akar
dan gigi dapat
tanggal pada

corticosteroid selama replantasi hingga 2 minggu


2. Lepas splint, pemeriksaan secara klinis dan radiografi
setelah 2 minggu
3. Pemeriksaan dan kontrol secara klinis dan radiografi

akhirnya.

dilanjutkan setelah 4 minggu, 3 bulan, 6 bulan 1 tahun


dan beberapa tahun berikutnya bila diperlukan
4.

Apeks

gigi

terbuka.

Gigi

chlorhexidine
3. Lakukan penjahitan apabila terjadi laserasi pada

sudah
direplantasi
saat

1. Ambil kembali gigi dari soketnya


2. Bersihkan daerah soket dengan water spray saline atau

pasien

datang
klinik gigi

ke

gingiva
4. Lakukan replantasi gigi ke soketnya dan sesuaikan
dengan posisi normal gigi secara klinis dan radiografi
5. Gunakan splint flexible selama dua minggu
6. Beri obat antibiotik sistemik. Tetrasiklin adalah pilihan
pertama ( Doxyxycline 2x sehari selama 7 hari dengan
dosis sesuai umur dan berat badan pasien). Resiko dari
diskolorasi gigi permanen harus dipertimbangkan
karena penggunaan tetrasiklin pada pasien anak,
sehingga dapat digunakan phenoxymethyl penicilin
(Pen V) atau amoxycillin dengan dosis sesuai umur dan
27

berat badan
7. Jika gigi yang mengalami avulsi telah terkena tanah dan
dikhawatirkan terjadi tetanus, dapat diberika vaksinasi
tetanus
8. Replantasi pada gigi yang masih berkembang
(immature) pada anak-anak adalah untuk membiarkan
terjadinya revaskularisasi pada pulpa gigi. Jika hal itu
tidak terjadi, dapat dilakukan perawatan saluran akar
untuk

merangsang

penutupan

apeks,

dapat

diaplikasikan fluoride 2% pada permukaan akar


sebelum direplantasi selama 20 menit
Edukasi pasien:
1. Untuk tidak melakukan aktivitas-aktivitas olah raga
yang beresiko
2. Diet makanan lunak selama 2 minggu
3. Bersihkan gigi dengan sikat yang lembut setiap selesai
makan
4. Gunakan chlorexidine 0,1% sebagai pencuci mulut 2x
sehari selama 1 minggu
Follow-up:
1. Untuk gigi immature, Perawatan saluran akar tidak
disarankan, kecuali ada bukti jika pulpa telah nekrosis
secara pemeriksaan klinis dan radiografi.
2. Lepas splint, pemeriksaan secara klinis dan radiografi
setelah 2 minggu
3. Pemeriksaan dan kontrol secara klinis dan radiografi
dilanjutkan setelah 4 minggu, 3 bulan, 6 bulan 1 tahun
dan beberapa tahun berikutnya bila diperlukan
5.

Apeks

gigi 1. Bersihkan akar dan foramen apikal dengan larutan

terbuka.

Gigi

berada

diluar

saline, rendam gigi dalam larutan saline sehingga


kontaminasi dan sel-sel mati dipermukaan akar hilang
2. Lakukan anastesi lokal
28

mulut

<

60 3. Irigasi soket dengan larutan saline


4. Periksa soket alveolar, jika terdapat fraktur pada
menit.
Gigi
dinding soket, reposisi dengan instrumen yang sesuai
disimpan
5. Replantasi gigi dengan perlahan dan tekanan ringan
dalam
6. Lakuakan penjahitan apabila terjadi laserasi gingiva
7. Cek posisi normal gigi yang direplantasi secara klinis
penyimpanan
dan radiografi
yang
sesuai
8. Gunakan flexible splint selama 2 minggu, jauhkan dari
(seperti susu,
gingiva
saliva, HBSS) 9. Beri antibiotik sistemik. Tetrasiklin 2x sehari selama 1
minggu untuk orang dewasa dan phenoxymethyl
penicillin atau amoxycillin untuk anak-anak < 12thn
dengan dosis sesuai umur dan berat badan
10. Jika gigi yang mengalami avulsi telah terkena tanah
dan dikhawatirkan terjadi tetanus, dapat diberika
vaksinasi tetanus
11. Lakukan perawatan saluran akar 7-10 hari setelah
replantasi dan sebelum pelepasan dari splint
12.Replantasi pada gigi yang masih berkembang
(immature) pada anak-anak adalah untuk membiarkan
terjadinya revaskularisasi pada pulpa gigi. Jika hal itu
tidak terjadi, dapat dilakukan perawatan saluran akar
13.Untuk
merangsang
penutupan
apeks,
dapat
diaplikasikan fluoride 2% pada permukaan akar
sebelum direplantasi selama 20 menit
Edukasi pasien:
1. Untuk tidak melakukan aktivitas-aktivitas olah raga
yang beresiko
2. Diet makanan lunak selama 2 minggu
3. Bersihkan gigi dengan sikat yang lembut setiap selesai
makan
4. Gunakan chlorexidine 0,1% sebagai pencuci mulut 2x
sehari selama 1 minggu

29

Follow-up :
1. Untuk gigi immature, Perawatan saluran akar tidak
disarankan, kecuali ada bukti jika pulpa telah nekrosis
secara pemeriksaan klinis dan radiografi.
2. Lepas splint, pemeriksaan secara klinis dan radiografi
setelah 2 minggu
3. Pemeriksaan dan kontrol secara klinis dan radiografi
dilanjutkan setelah 4 minggu, 3 bulan, 6 bulan 1 tahun
6.

Apeks

dan beberapa tahun berikutnya bila diperlukan


gigi 1. Area yang mengalami avulsi gigi diperiksa dengan

terbuka.

Gigi

berada

diluar

mulut
menit.

>

Radiografi untuk mengetahui ada fraktur alveolar atau

tidak
2. Debris dan sisa jaringan lunak dibersihkan dari gigi
60
3. Perawatan saluran akar dapat dilakukan sebelum
replantasi atau 7-10 hari setelahnya
4. Aplikasi anastesi lokal
5. Irigasi soket dengan larutan saline
6. Replantasi gigi dengan perlahan dan tepat
7. Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi gingiva
8. Periksa posisi normal gigi yang telah direplantasi
secara klinis dan radiografi
9. Stabilisasi gigi dengan flexible splint selama 4 minggu
10. Beri antibiotik sistemik. Tetrasiklin 2x sehari selama 1
minggu untuk orang dewasa dan phenoxymethyl
penicillin atau amoxycillin untuk anak-anak < 12thn
dengan dosis sesuai umur dan berat badan
11. Replantasi pada gigi yang masih berkembang
(immature) pada anak-anak adalah untuk membiarkan
terjadinya revaskularisasi pada pulpa gigi. Jika hal itu
tidak terjadi, dapat dilakukan perawatan saluran akar
12.Untuk merangsang penutupan apeks, dapat
diaplikasikan fluoride 2% pada permukaan akar
sebelum direplantasi selama 20 menit
Edukasi pasien:
1. Untuk tidak melakukan aktivitas-aktivitas olah raga
30

yang beresiko
2. Diet makanan lunak selama 2 minggu
3. Bersihkan gigi dengan sikat yang lembut setiap selesai
makan
4. Gunakan chlorexidine 0,1% sebagai pencuci mulut 2x
sehari selama 1 minggu
Follow-up :
1. Untuk gigi immature, Perawatan saluran akar tidak
disarankan, kecuali ada bukti jika pulpa telah nekrosis
secara pemeriksaan klinis dan radiografi.
2. Lepas splint, pemeriksaan secara klinis dan radiografi
setelah 2 minggu
3. Pemeriksaan dan kontrol secara klinis dan radiografi
dilanjutkan setelah 4 minggu, 3 bulan, 6 bulan 1 tahun
dan beberapa tahun berikutnya bila diperlukan

31

Rencana Perawatan Gigi 12 ( fraktur 1/3 mahkota dengan kegoyangan derajat 2 )


Pada fraktur klas II adalah kerusakan gigi pada email dan dentin, kalau
disertai dengan /luksasi maka perawatan disertai dengan splinting. Untuk
restorasi mahkota dikerjakan:
Perlindungan pulpa kalsium hidroksit,
Restorasi komposit dengan etsa. Resin komposit berfungsi sebagai temporary
permanent restoration.Ditinjau dari segi iritasi pulpa komposit lebih baik
dibanding bahan lainnya menghasilkan kualitas estetik yang baik, dapat dipoles
dengan baik, dan mempunyai stabilitas warna untukwaktu yang cukup lama
Seperti diketahui gigi anterior harus dapat memberikan nilai estetik yang lebih.
Anak dalam usia sekolah yang mengalami perkembangan mental dan sosial
menjadi lebih peka apabila adanya suatu kelainan atau restorasi yang tidak
memuaskan karena adanya fraktur gigi. Menurut Brauer, kadang-kadang hal ini
dapat membuat perasaan rendah diri, yang merupakan faktor langsung kegagalan
anak dimasa yang akan datang. Untuk itu diperlukan restorasi yang memberikan
nilai estetik dan memuaskan diri pasien pada kasus fraktur gigi anterior pada
anak-anak.dan
Kontrol vitalitas 6-8 minggu

Splint
Untuk menstabilkan gigi yang terkena trauma, diperlukan splint.
Splint

fleksibel

dapat

membantu

penyembuhan

jaringan

periodontal. Karakteristik splint yang ideal adalah :

1. Mudah dibuat di dalam mulut tanpa menambah trauma.


2. Bersifat pasif kecuali bila diperlukan gaya-gaya ortodonti
3. Memungkinkan pergerakan fisiologis (kecuali pada fraktur akar)
4. Tidak mengiritasi jaringan lunak
5. Tidak mengganggu oklusi
6. Memungkinkan akses endodonti
7. Mudah dibersihkan dan mudah dibuka
Intruksi pada pasien yang menggunakan splint, yaitu :
32

1. Hindari menggigit di atas gigi yang di splint


2. Menjaga kebersihan mulut dengan cermat
3. Hubungi dokter gigi segera jika splint patah/hilang

Rencana Perawatan Laserasi Bibir Atas


Pertolongan pertama pengobatan untuk semua luka terdiri dari mengendalikan
aliran darah, mengobati untuk shock, dan mencegah infeksi. Ketika memberikan
pertolongan pertama kepada korban dengan beberapa luka, pertama, tangani/obati
luka-luka yang tampak mengancam nyawa.
1. Integrasi/ tahapan perawatan
Perawatan cedera jaringan lunak orofasial diintegrasikan tidak
hanya dengan perawatan untuk cedera lain pada regio orofasial tetapi juga
dengan perawatan untuk cedera pada regio yang lain. Prinsip umum dalam
merencanakan perawatan cedera orofasial adalah hukum dari dalam
keluar, yang mengandung pengertian bahwa luka yang terletak lebih dalam
dirawat terlebih dahulu, misalnya fraktur, kemudian disusul dengan
mukosa labial dan oral, dan terakhir kulit. Kondisi-kondisi yang
mengancam kehidupan dirawat terlebih dahulu. Misalnya eksplorasi perut
diindikasikan untuk perawatan segera. Alternatifnya adalah (1) melakukan
pembedahan orofasial bersamaan, (2) ditunda sampai pembedahan perut
selesai dilakukan, atau (3) ditunda sampai waktu berikutnya. Kondisi
keseluruhan dari pasien dan kemampuan untuk menerima anestesi dalam
waktu yang lama mempengaruhi keputusan untuk menunda atau
meneruskan perawatan. Kadangkala dicapai suatu kompromi, dan
perawatan darurat dilakukan terlebih dahulu, sedangkan perawatan
definitif ditunda.
2. Pertimbangan kosmetik
Faktor terpenting

dalam

perawatan

luka

orofasial

adalah

pertimbangan kosmetik. Hasil yang paling baik akan dicapai apabila


33

perawatan dilakukan 12-24 jam setelah kejadian (golden period). Tetapi


penutupan primer bisa ditunda 2-3 hari dan memberikan hasil yang baik
apabila tidak terjadi infeksi pada luka tersebut.
3. Persiapan
Sebelum

tindakan

bedah

dilakukan,

luka-luka

pada

wajah

dipersiapkan dengan membersihkannya menggunakan sabun anti kuman


dan kasa. Diikuti dengan irigasi larutan saline steril. Untuk melakukan
pencucian atau /pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan
antiseptik seperti :
1) Halogen dan senyawanya seperti yodium, povidon yodium,
2)
3)
4)
5)

klorhesidin.
Oksidansia (kalium permanganat, perhidrol)
Logam berat dan garamnya (merkuri klorida, merkurokrom)
Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
Derivat fenol
Dalam proses pencucian atau pembersihan luka yang perlu

diperhatikan adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka.


Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat
pertumbuhan

jaringan

sehingga

memperlama

waktu

rawat

dan

meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam pencucian luka


harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Selain larutan antiseptik
yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat ini
sering digunakan yaitu Normal Saline. Normal saline atau disebut juga
NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan yang bersifat fisiologis, non
toksik dan tidak mahal.
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari
terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris. Beberapa
langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :
1. Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang
jaringan mati dan benda asing.
2. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
3. Berikan antiseptik
34

4. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian


anastesi lokal
5. Bila perlu lakukan penutupan luka
Luka tersebut mungkin mengalami perdarahan, untuk itu bisa
dikontrol dengan penekanan atau pengkleman. Daerah itu kemudian
diusap dengan lap bersih. Pada perawatan luka wajah, pembersihan
dilakukan seminimal mungkin. Hanya jaringan yang benar-benar nekrotik
saja yang dibuang (kehitaman/biru keabu-abuan), dan hanya jaringan yang
nyata-nyata kurang mendapat suplai darah yang dieksisi. Kedalaman luka
diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya luka pada saraf, duktus
saliva atau pembuluh darah yang besar. Saraf dan duktus bisa
direanastomosis dengan teknik khusus, sedangkan pembuluh besar bisa
diklem atau diikat untuk mencegah kemungkinan terjadinya perdarahan
pasca-bedah. Perlu dilakukan pembentukan tepi luka seminimal mungkin,
misalnya tepi eksisi yang bergerigi, atau tepi miring, atau sayatan
berbentuk pintu jebakan (trap door) yang tipis.
4. Penutupan berlapis (layer technique)

Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur


kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang
terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan
sembuh per sekundam atau per tertiam.
Luka ditutup lapis demi lapis, dimulai dari bagian dalam dan
berakhir pada permukaan, dengan setiap saat berusaha untuk tidak
membuat rongga dead space. Jahitan terputus (interupted) bagian dalam
dilakukan dengan benang yang bisa diabsorbsi ukuran 3-0 atau 4-0
(gut/polygly-colic acid). Penutupan subkutan dilakukan dengan benang
yang bisa terabsorbsi dengan teknik jahitan interupted terbalik yakni
simpul menjauhi kulit. Akhirnya kulit ditutup dengan jahitan interupted
yang sedikit terbalik menggunakan benang yang tidak bisa diabsorbsi,
yakni nilon monofilamen. Dermis kadang-kadang dijahit dengan teknik
subkutikular kontinu menggunakan benang yang tidak bisa diabsorbsi (Gb.
35

10-7). Jahitan pada kulit dilepas pada hari keempat atau kelima untuk
mencegah terjadinya jaringan parut. Jaringan parut akan tetap aktif
misalnya eritematus atau vascular selama 4-6 bulan. Perbaikan biasanya
baru dilakukan setelah jaringan parut masak, yakni apabila elemen fibrus
mendominasi elemen vascular.

Keterangan gambar :
A. Apabila kulit ditutup, jahitan interupted mula-mula dilewatkan
vertical, kemudian horizontal terhadap permukaan dan akhirnya
vertical kembali. Bagian yang vertical dan horizontal mempunyai
panjang yang sama, dan akan mengakibatkan sedikit lipatan balik
(eversi).
B. Bila digunakan teknis mattress vertical maka akan menimbulkan
eversi lebih besar pada tepi kulit.
C. Metode subkutikular menghasilkan tepi kulit yang mulus atau sedikit
eversi.

36

DAFTAR PUSTAKA
Andlaw, R. J., Rock, W. P. 1992. Perawatan Gigi Anak Edisi 2, Alih bahasa :
Agus Djaya. Jakarta : Widya Medika.
Eriska Riyanti, drg., Sp. KGA.Penatalaksanaan Trauma Gigi pada Anak. Bagian
Kedokteran Gigi Anak: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
Eva Fauziah, Hendrarlin S. PERAWATAN FRAKTUR KELAS TIGA ELLIS
PADA GIGI TETAP INSISIF SENTRAL ATAS (Laporan Kasus).
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia
Fonseca RJ., 2005. Oral and Maxillofacial Trauma. 3rded. St. Louis :
ElsevierSaunders.

37

Pedersen, W.G, 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut : Penatalaksanaan infeksi
Orofasial. Terjemahan Oleh : drg. Purwanto dan drg. Basoeseno,MS. EGC,
Jakarta
Rigshospitalet. 2010. Dental Trauma Guidea. University Hospital Of Copenhagen.
International Association of Dental Traumatology
Riyanti E. Penatalaksanaan trauma gigi pada anak. (29 November 2011)

Schuurs, A.H.B. dkk. Patologi gigi-geligi : Kelainan-Kelainan Jaringan Keras


Gigi. Terjemahan S. Suryo. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
1992.

38

Anda mungkin juga menyukai