PEDODONSIA
Seorang anak perempuan 7 tahun, setengah jam yang lalu baru saja jatuh
dari bersepeda. Pada ekstra oral tampak ada pembengkakan dan laserasi pada bibir
atas, sedangkan pemeriksaan intra oral terlihat ada fraktur pada 1/3 mahkota pada
gigi 12 goyang derajat 2, dan avulsi gigi 11. Tentukan diagnosa dan rencana
perawatan.
STEP 1
1. Laserasi
Luka robek pada kulit berupa robekan yang bentuknya tidak teratur terjadi
di jaringan epitel dan sub epitel karena benturan benda tumpul atau tajam.
2. Avulsi
Keluarnya seluruh gigi dari soket karena trauma dimana tulang alveolar ,
sementum , ligamen periodontal , gingiva dan pulpa mengalami kerusakan
pada saat gigi keluar dari soketnya.
STEP 2
1. Apakah fraktur 1/3 mahkota sudah mencapai pulpa atau hanya sampai
dentin ?
2. Mengapa gigi 11 dam 12 memiliki kasus yang berbeda ?
3. Diagnosis pada skenario diatas ?
4. Bagaimana rencana perawatan dari kasus, prognosis dan perawatan
mana yang harus di dahulukan ?
STEP 3
1. Tidak, fraktur 1/3 mahkota hanya mengenai enamel dan dentin saja , untuk
mengetahui fraktur tersebut mengenai pulpa atau tidak dapat dilakuakan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan Rontgen.
1
STEP 4
STEP 5
1.
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami Diagnosis dari kasus
skenario diatas
2.
STEP 7
Learning Objective
LO 1. Diagnosis
Cara pemeriksaan pasien anak
4
4.
diperlukan.
Melakukan prosedur perawatan sederhana yaitu :
a. Profilaksis
Dilakukan hanya pada gigi depan (utk anak kecil) atau seluruh
mulut termasuk pembuangan kalkulus bila diperlukan
b. Topikal Aplikasi Fluor
Prosedur ini dapat dilakukan disamping prosedur non tra matik
lain.
5.
berikutnya.
Memberikan perkiraan jumlah kunjungan yang diperlukan
untuk menyelesaikan perawatan.
MACAM-MACAM PEMERIKSAAN
Pemeriksaan terhadap pasien yang datang ke dokter gigi / klinik ada 3
(tiga) macam yaitu :
1. Pemeriksaan Darurat
Yang dimaksud dengan pemeriksaan darurat ialah pemeriksaan
yang dilakukan pada pasien yang datang dalam keadaan akut, pemeriksaan
langsung ditujukan pada regio/gigi yang dikeluhkan, kemudian tentukan
diagnosanya dan rawat keluhan utama tersebut.
Pemeriksaan lengkap pada pasien ini dilakukan pada kunjungan
berikutnya setelah keluhan utama dapat diatasi. Contoh kasus yang
Pencatatan Riwayat
Pencatatan Riwayat
1. Sosial
Pemeriksaan sosial meliputi :
o Nama (termasuk nama kecil). Dokter gigi sebaiknya memanggil
pasien dengan nama yang disukai anak .
o Alamat, sekolah, kelas, saudara laki, perempuan, binatang
peliharaan, kegiatan yang disukai dirumah dan sekolah. Pertanyaan
sederhana tentang hal ini merupakan cara umum berkomunikasi
dengan pasien anak. Selain itu jawabannya dapat menggali lebih
jauh minat anak dan lingkungan rumah pasien.
o Pekerjaan ayah dan ibu. Hal ini penting, karena orang tua terutama
ibulah yang sering membawa anak ke dokter gigi. Perlu
didiskusikan jumlah kunjungan ke dokter gigi,
o sehingga orang tua dapat mengatur waktu kunjungan.
o Riwayat lain bila diperlukan, misalnya :Dokter yang merawat anak
dapat diminta keterangan atau rujukan
o Riwayat Parental (orang tua) untuk mendapatkan keterangan
mengenai kelainan herediter yang diderita anak.
o Riwayat pre natal (sebelum kelahiran) dan natal (saat kelahiran)
untuk mengetahui penyebab kelainan gigi (perubahan warna,
kelainan bentuk dan lain-lain)
2. Gigi
Keluhan
Apakah pasien datang dengan keluhan ? Jika tidak ada keluhan,
mungkin pasien datang untuk pemeriksaan rutin yang dianjurkan.
Adalah penting mengetahui alasan kedatangan pasien, karena
berdasarkan alasan ini diagnosa dapat ditegakkan dan keluhan
dapat diatasi.
Riwayat Keluhan
Jika ada keluhan sakit gigi, carilah keterangan tentang lokasi,
kapan dimulai, apakah rasa sakitnya terus menerus atau terputus7
3. Medis
Beberapa penyakit sistemik yang perlu ditanyakan kepada orang
tua pasien, misalnya penyakit jantung kongenital, demam rematik,
kelainan darah, penyakit saluran pernafasan, asma, hepatitis, ikhterus,
alergi (penisilin, sulfa), epilepsi, kelainan mental dan penyakit lain
yang serius.
Pemeriksaan anak
a. Ekstra Oral
Pemeriksaan Ekstra Oral adalah pemeriksaan dari bagian tubuh
penderita di luar mulut (muka, kepala, leher)
Data yang bisa dikumpulkan antara lain:
a. Kepala, wajah, dan leher
Pemeriksaan visual daerah wajah dan leher dilihat dari depan.
Perhatikan paakah ada tonjolan, cacat, bercak di kulit, tahu lalat,
asimetri wajah yang berlebihan ataupun palsi wajah.
b. Nodus limfatik
Luas pergerakan
Nyeri tekan
Suara
Locking
Bruksisme
Oklusi
2. Otot mastikasi
Periksa apabila ada nyeri tekan maka perlekatan otot pada
tulang perlu diperiksa. Badan otot biasanya tidak nyeri.
b. Intra Oral
1. Luka jaringan lunak
a. Pemeriksaan muka bibir dan gingiva dengan melihat perubahan
pada jaringan lunak seperti warna , tekstur , ulserasi dsb.
9
11
Klasifikasi Trauma
Ellis dan Davey menyusun klasifikai trauma pada gigi anterior menurut
banyaknya struktur gigi yang terlibat, yaitu :
Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan email.
Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan dentin
tetapi belum melibatkan pulpa.
Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan menyebabkan
terbukanya pulpa.
Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan atau
tanpa kehilangan struktur mahkota.
Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi.
Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
Kelas 7 : Perubahan posisi atau displacement gigi.
Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi sulung.
Klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health Organization
(WHO) dalam Application of International Classification of Diseases to Dentistry
and Stomatology diterapkan baik gigi sulung dan gigi tetap, yang meliputi
jaringan keras gigi, jaringan pendukung gigi dan jaringan lunak rongga mulut
yaitu sebagai berikut :
I. Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa
1. Retak mahkota (enamel infraction), yaitu suatu fraktur yang tidak sempurna
pada email tanpa kehilangan struktur gigi dalam arah horizontal atau
vertikal.
2. Fraktur email yang tidak kompleks (uncomplicated crown fracture), yaitu
fraktur email yang tidak kompleks (uncomplicated crown fracture) yaitu
suatu fraktur yang hanya mengenai lapisan email saja.
3. Fraktur email-dentin (uncomplicated crown fracture), yaitu fraktur pada
mahkota gigi yang hanya mengenai email dan dentin saja tanpa melibatkan
pulpa.
4. Fraktur mahkota yang kompleks (complicated crown fracture), yaitu fraktur
yang mengenai email, dentin, dan pulpa.
II. Kerusakan pada jaringan keras gigi, pulpa, dan tulang alveolar
14
1. Fraktur mahkota-akar, yaitu suatu fraktur yang mengenai email, dentin, dan
sementum. Fraktur mahkota akar yang melibatkan jaringan pulpa disebut
fraktur mahkota-akar yang kompleks (complicated crown-root fracture) dan
fraktur mahkota-akar yang tidak melibatkan jaringan pulpa disebut fraktur
mahkota-akar yang tidak kompleks (uncomplicated crown-root fracture).
2. Fraktur akar, yaitu fraktur yang mengenai dentin, sementum, dan pulpa tanpa
melibatkan lapisan email.
3. Fraktur dinding soket gigi, yaitu fraktur tulang alveolar yang melibatkan
dinding soket labial atau lingual, dibatasi oleh bagian fasial atau lingual dari
dinding soket.
4. Fraktur prosesus alveolaris, yaitu fraktur yang mengenai prosesus alveolaris
dengan atau tanpa melibatkan soket alveolar gigi.
5. Fraktur korpus mandibula atau maksila, yaitu fraktur pada korpus mandibula
atau maksila yang melibatkan prosesus alveolaris, dengan atau tanpa
melibatkan soket gigi.
III. Kerusakan pada jaringan periodontal
1. Concusion, yaitu trauma yang mengenai jaringan pendukung gigi yang
menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi tanpa
adanya kegoyangan atau perubahan posisi gigi.
2. Subluxation, yaitu kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi gigi
akibat trauma pada jaringan pendukung gigi.
3. Luksasi ekstrusi (partial displacement), yaitu pelepasan sebagian gigi ke
luar dari soketnya. Ekstrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih
panjang.
4. Luksasi, merupakan perubahan letak gigi yang terjadi karena pergerakan
gigi ke arah labial, palatal maupun lateral, hal ini menyebabkan kerusakan
atau fraktur pada soket alveolar gigi tersebut. Trauma gigi yang
menyebabkan luksasi lateral menyebabkan mahkota bergerak ke arah
palatal
5. Luksasi intrusi, yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar, dimana
dapat menyebabkan kerusakan atau fraktur soket alveolar. Luksasi intrusi
menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih pendek.
6. Laserasi (hilang atau ekstrartikulasi) yaitu pergerakan seluruh gigi ke luar
dari soket
15
16
2. Kontusio yaitu luka memar yang biasanya disebabkan oleh pukulan benda
tumpul dan menyebabkan terjadinya perdarahan pada daerah submukosa
tanpa disertai sobeknya daerah mukosa.
3. Luka abrasi, yaitu luka pada daerah superfisial yang disebabkan karena
gesekan atau goresan suatu benda, sehingga terdapat permukaan yang
berdarah atau lecet.
Cara Mendiagnosa
1. Mengumpulkan Data
Setiap tanda yang mengarah ke keadaan patologi dapat dipakai untuk
membantu menegakkan diagnosa dini, misalnya pembengkakan dapat
dihubungkan dengan karies yang berlanjut terutama gigi molar. Semua fakta
yang ada dikumpulkan dan dibuat korelasi, meskipun sering kali harus dibuat
diagnosa sementara sebelum fakta dikumpulkan terutama untuk mencegah
proses berlanjutnya penyakit. Pada beberapa keadaan kadang-kadang
diperlukan waktu sebelum diagnosa dapat ditegakkan karena diperlukan
pengamatan dalam jangka waktu tertentu sebelum menentukan terapi, misalnya
pulpitis atau gangren dengan pulpa tertutup.
Pada pemeriksaan pasien anak, mengumpulkan data ini merupakan
pemeriksaan objektif. Operator melihat semua keadaan yang ada di dalam
mulut pasien, mencatat dan melakukan pemeriksaan dengan memakai
alat/bahan yang diperlukan.
2. Evaluasi Fakta
Semua fakta yang meliputi gambaran dan keluhan utama bila telah
terkumpul dievaluasi secara teliti. Tidak jarang orang tua memberikan
keterangan yang kurang jelas dan lengkap tentang keluhan anaknya sehingga
informasi yang diharapkan kurang memuaskan terutama sekitar gejala klinis.
Sehingga dokter gigi perlu menanyakan keterangan lain, misalnya merujuk ke
dokter anak. Pada pemeriksaan klinik, evaluasi fakta merupakan pemeriksaan
subjektif, semua yang dikeluhan pasien/orang tua tentang penyakit yang
dideritanya.
17
3. Membuat Diagnosa
Diagnosa adalah penentuan setiap penyakit yang mempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut pasien atau setiap kelainan yang mempengaruhi
perkembangan gigi. Riwayat penyakit (subjektif), pemeriksaan klinik (objektif)
dan laboratorium/ tambahan (ronsen, test vitalitas, pemeriksaan bakteri, biopsi)
adalah faktor yang penting untuk membuat diagnosa. Dari beberapa fakta yang
terkumpul dapat ditegakkan diagnosa. Bila pada saat yang sama dijumpai lebih
dari satu penyakit, dokter gigi harus dapat membedakan atau memisahkan fakta
yang menunjukkan satu penyakit dengan penyakit lain sehingga perawatan
dapat dilakukan dengan tepat.
Diagnosa dari Kasus di atas :
a. Diagnosis gigi 11 yang mengalami avulsi termasuk kelas 5 klasifikasi
menurut Ellis karena terjadinya kehilangan gigi sebagai akibat trauma
b. Diagnosis gigi 12 mengalami fraktur 1/3 mahkota dan goyang derajat 2
termasuk kelas 2 klasifikasi menurut Ellis karena fraktur hanya mengenai
enamel dan dentin tanpa terjadi pulpa yang terbuka
c.
LO 2. Rencana Perawatan
Penentuan suatu rencana perawatan sangat memerlukan suatu pertimbangan, yaitu :
1. Uqency ( kebutuhan utama )
2. Sequency (urutan perawatan ), yaitu :
1. Perawatan medis
Perawatan ini berhubungan dengan riwayat kesehatan pasien. Informasi
mengenai penyakit sistemik ini bisa diperoleh dari dokter keluarga atau
18
19
diatas
tentunya
sebelum
Definisi
Robeknya substansi jaringan lunak yang biasanya mengenai kulit, mukosa,
otot dan tulang.
Pada skenario ini, avulsi merujuk pada terlepasnya gigi secara keseluruhan
dari soketnya, sehingga ligamen periodontal yang melekatkannya sobek.
Gambaran klinis
Secara klinis, pada soketnya dapat ditemukan bekuan darah atau kosong.
20
Penatalaksanaan
Pertama kali yang dilakukan ketika gigi avulsi:
1. Jika gigi avulsi, temukan dan ambil gigi dengan memegangnya pada
bagian mahkota. Jangan sentuh bagian akar.
2. Jika gigi kotor, bersihkan secara cepat (10 detik) dengan air mengalir
yang dingin, dan masukkan kembali ke dalam soket gigi dengan
tekanan ringan oleh jari.
3. Namun jika tidak memungkinkan, tempatkan gigi pada medium
penyimpanan yang sesuai, contohnya dalam susu atau media khusus
yang sesuai untuk menyimpan gigi yang avulsi (medium penyimpanan
hanks balanced (HBSS) atau larutan saline. Atau juga dapat disimpan
dalam mulut, diantara pipi bagian dalam, namun jika pasien terlalu
muda, dapat dilakukan oleh orang tuanya. Hindari perendaman dengan
air.
4. Segera ke dokter gigi untuk mendapatkan perawatan kedaruratan pada
gigi yaitu replantasi. (golden period gigi avulsi 2 jam).
21
22
9. Berikan profilaksis tetanus bila gigi yang avulsi telah berkontak dengan
sesuatu.
10. Pasien diinstruksikan untuk berkumur menggunakan klorheksidin 0,1%
Perawatan
1. Bersihkan daerah soket dengan water spray saline atau
apeksnya
chlorhexidine
2. Lakukan penjahitan apabila terjadi laserasi pada gingiva
3. Lakukan replantasi gigi ke soketnya dan sesuaikan
tertutup
sempurna,
dimana gigi
sudah di
replantasi oleh
pasien ketika
datang ke
klinik gigi
2.
Apeks gigi
tertutup
sempurna. Gigi
berada diluar
mulut < 60
menit. Gigi
sudah
disimpan
dalam media
yang sesuai
(seperti susu,
saliva, HBSS)
Apeks gigi
tertutup
sempurna. Gigi
berada di luar
mulut > 60
menit.
Ligamen
periodontal
mungkin telah
tidak dapat
pulih. Gigi
dapat
direstorasi
nekrosis dan
untuk
Edukasi pasien:
kepentingan
estetis, untuk
yang beresiko
26
pemulihan
fungsi dan
makan
4. Gunakan chlorexidine 0,1% sebagai pencuci mulut 2x
psycological
dan
memelihara
bentuk tulang
alveolar.
Follow-up :
1. Perawatan saluran akar 7-10 hari setelah replantasi.
Namun
resikonya
dapat terjadi
ankilosis,
resorpsi akar
dan gigi dapat
tanggal pada
akhirnya.
Apeks
gigi
terbuka.
Gigi
chlorhexidine
3. Lakukan penjahitan apabila terjadi laserasi pada
sudah
direplantasi
saat
pasien
datang
klinik gigi
ke
gingiva
4. Lakukan replantasi gigi ke soketnya dan sesuaikan
dengan posisi normal gigi secara klinis dan radiografi
5. Gunakan splint flexible selama dua minggu
6. Beri obat antibiotik sistemik. Tetrasiklin adalah pilihan
pertama ( Doxyxycline 2x sehari selama 7 hari dengan
dosis sesuai umur dan berat badan pasien). Resiko dari
diskolorasi gigi permanen harus dipertimbangkan
karena penggunaan tetrasiklin pada pasien anak,
sehingga dapat digunakan phenoxymethyl penicilin
(Pen V) atau amoxycillin dengan dosis sesuai umur dan
27
berat badan
7. Jika gigi yang mengalami avulsi telah terkena tanah dan
dikhawatirkan terjadi tetanus, dapat diberika vaksinasi
tetanus
8. Replantasi pada gigi yang masih berkembang
(immature) pada anak-anak adalah untuk membiarkan
terjadinya revaskularisasi pada pulpa gigi. Jika hal itu
tidak terjadi, dapat dilakukan perawatan saluran akar
untuk
merangsang
penutupan
apeks,
dapat
Apeks
terbuka.
Gigi
berada
diluar
mulut
<
29
Follow-up :
1. Untuk gigi immature, Perawatan saluran akar tidak
disarankan, kecuali ada bukti jika pulpa telah nekrosis
secara pemeriksaan klinis dan radiografi.
2. Lepas splint, pemeriksaan secara klinis dan radiografi
setelah 2 minggu
3. Pemeriksaan dan kontrol secara klinis dan radiografi
dilanjutkan setelah 4 minggu, 3 bulan, 6 bulan 1 tahun
6.
Apeks
terbuka.
Gigi
berada
diluar
mulut
menit.
>
tidak
2. Debris dan sisa jaringan lunak dibersihkan dari gigi
60
3. Perawatan saluran akar dapat dilakukan sebelum
replantasi atau 7-10 hari setelahnya
4. Aplikasi anastesi lokal
5. Irigasi soket dengan larutan saline
6. Replantasi gigi dengan perlahan dan tepat
7. Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi gingiva
8. Periksa posisi normal gigi yang telah direplantasi
secara klinis dan radiografi
9. Stabilisasi gigi dengan flexible splint selama 4 minggu
10. Beri antibiotik sistemik. Tetrasiklin 2x sehari selama 1
minggu untuk orang dewasa dan phenoxymethyl
penicillin atau amoxycillin untuk anak-anak < 12thn
dengan dosis sesuai umur dan berat badan
11. Replantasi pada gigi yang masih berkembang
(immature) pada anak-anak adalah untuk membiarkan
terjadinya revaskularisasi pada pulpa gigi. Jika hal itu
tidak terjadi, dapat dilakukan perawatan saluran akar
12.Untuk merangsang penutupan apeks, dapat
diaplikasikan fluoride 2% pada permukaan akar
sebelum direplantasi selama 20 menit
Edukasi pasien:
1. Untuk tidak melakukan aktivitas-aktivitas olah raga
30
yang beresiko
2. Diet makanan lunak selama 2 minggu
3. Bersihkan gigi dengan sikat yang lembut setiap selesai
makan
4. Gunakan chlorexidine 0,1% sebagai pencuci mulut 2x
sehari selama 1 minggu
Follow-up :
1. Untuk gigi immature, Perawatan saluran akar tidak
disarankan, kecuali ada bukti jika pulpa telah nekrosis
secara pemeriksaan klinis dan radiografi.
2. Lepas splint, pemeriksaan secara klinis dan radiografi
setelah 2 minggu
3. Pemeriksaan dan kontrol secara klinis dan radiografi
dilanjutkan setelah 4 minggu, 3 bulan, 6 bulan 1 tahun
dan beberapa tahun berikutnya bila diperlukan
31
Splint
Untuk menstabilkan gigi yang terkena trauma, diperlukan splint.
Splint
fleksibel
dapat
membantu
penyembuhan
jaringan
dalam
perawatan
luka
orofasial
adalah
tindakan
bedah
dilakukan,
luka-luka
pada
wajah
klorhesidin.
Oksidansia (kalium permanganat, perhidrol)
Logam berat dan garamnya (merkuri klorida, merkurokrom)
Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
Derivat fenol
Dalam proses pencucian atau pembersihan luka yang perlu
jaringan
sehingga
memperlama
waktu
rawat
dan
10-7). Jahitan pada kulit dilepas pada hari keempat atau kelima untuk
mencegah terjadinya jaringan parut. Jaringan parut akan tetap aktif
misalnya eritematus atau vascular selama 4-6 bulan. Perbaikan biasanya
baru dilakukan setelah jaringan parut masak, yakni apabila elemen fibrus
mendominasi elemen vascular.
Keterangan gambar :
A. Apabila kulit ditutup, jahitan interupted mula-mula dilewatkan
vertical, kemudian horizontal terhadap permukaan dan akhirnya
vertical kembali. Bagian yang vertical dan horizontal mempunyai
panjang yang sama, dan akan mengakibatkan sedikit lipatan balik
(eversi).
B. Bila digunakan teknis mattress vertical maka akan menimbulkan
eversi lebih besar pada tepi kulit.
C. Metode subkutikular menghasilkan tepi kulit yang mulus atau sedikit
eversi.
36
DAFTAR PUSTAKA
Andlaw, R. J., Rock, W. P. 1992. Perawatan Gigi Anak Edisi 2, Alih bahasa :
Agus Djaya. Jakarta : Widya Medika.
Eriska Riyanti, drg., Sp. KGA.Penatalaksanaan Trauma Gigi pada Anak. Bagian
Kedokteran Gigi Anak: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
Eva Fauziah, Hendrarlin S. PERAWATAN FRAKTUR KELAS TIGA ELLIS
PADA GIGI TETAP INSISIF SENTRAL ATAS (Laporan Kasus).
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia
Fonseca RJ., 2005. Oral and Maxillofacial Trauma. 3rded. St. Louis :
ElsevierSaunders.
37
Pedersen, W.G, 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut : Penatalaksanaan infeksi
Orofasial. Terjemahan Oleh : drg. Purwanto dan drg. Basoeseno,MS. EGC,
Jakarta
Rigshospitalet. 2010. Dental Trauma Guidea. University Hospital Of Copenhagen.
International Association of Dental Traumatology
Riyanti E. Penatalaksanaan trauma gigi pada anak. (29 November 2011)
38