MATERI :
BEDAH MINOR ANAK,LOGOPEDIK,PEMERIKSAAN LENGKAP
DIAGNOSIS :
ANTERIOR OPENBITE & CROWDING OF FULLY ERUPTED TEETH
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4 PDG GENAP
Faqih Nur R.
13/ 352725/KG/9618
Meutia Angaya
13/352895/KG/9640
Ardelia Maharani
13/352728/KG/9620
Nur Annisa C.
13/352931/KG/9642
Zasha Zulvi M
13/352733/KG/9622
13/355824/KG/9646
Aprilieza Harinda
13/352749/KG/9626
Ng Ya Xin
13/355834/KG/9648
Hasna Syifa Y.
13/352758/KG/9628
13/355839/KG/ 9650
Firas Khoirunissa
13/352775/KG/9630
13/355845/KG/9652
Mutiara Annisa
13/352792/KG/9632
Rangga Prabu P.
13/352801/KG/9634
13/355864/KG/9656
Dahmar Luciana J.
13/352825/KG/ 9636
Cheah Yi
13/355872/KG/9658
13/355893/KG/9660
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penyusunan makalah ini
merupakan salah satu syarat penilaian diskusi Student Center Learning (SCL) dalam mata
kuliah Ilmu Kedokteran Gigi Anak I, semester V pada program studi Pendidikan Dokter
Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada.
Melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada drg.
Rinaldi Budi U., MS., Sp.KGA. selaku dosen mata kuliah Ilmu Kedokteran Gigi Anak I atas
seluruh bantuan serta kritik dan sarannya selama proses penyusunan makalah ini.
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu
pengetahuan bagi para pembaca serta dapat membantu memajukan pendidikan kedokteran
gigi di Indonesia.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, maka penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca agar penulis dapat
lebih baik lagi di masa yang akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
Seorang anak perempuan bernama April, usia 12 tahun, datang ke klinik gigi
Cepat Sembuh untuk berkonsultasi. Pasien mengeluhkan gigi berantakan hingga
gigi depan tidak bisa menutup. Ketika berbicara ucapan anak kurang jelas dari hasil
anamnesis,orang tuanya mengatakan anaknya memiliki kebiasaan menghisap jempol
dan memiliki rahang yang kecil seperti ibunya dan gigi besar-besar seperti ayahnya.
Anamnesis dilakukan kepada pasien dan kedua orang tua pasien dengan
pertanyaan seperti berikut:
1. Apa yang dikeluhkan oleh adik? Teman-teman memperolok saya karena gigi saya
berantakan hingga tidak bisa menutup
2. Apakah adik merasa terganggu dengan kondisi gigi adik? Tidak, tapi guru di
sekolah sering mengatakan pengucapan saya tidak jelas saat berbicara
3. Adakah kebiasaan yang sering dilakukan anak bapak dan ibu? Sering menghisap
jempol saat mau tidur dan ketika sedang gugup
Pemeriksaan klinis dilakukan dengan cara observasi atau pengamatan secara
visual, palpasi untuk mengetahui adanya pembengakakan pada jaringan lunak rongga
mulut pasien, serta perkusi untuk mengetahui kondisi jaringan periodontal pasien.
Hasil dari pemeriksaan objektif gigi diketahui bahwa gigi pasien berjejal parah pada
gigi C dan gigitan terbuka pada bagian depan namun tidak terdapat adanya
pembengkakan pada jaringan lunak rongga mulut serta hasil tes perkusi menunjukkan
hasil positif yang berarti tidak adanya kelainan pada jaringan periodontal pasien. Hasil
pemeriksaan vital sign tekanan darah :110/85 / mmHg ,denyut nadi: 95kali /
menit,suhu badan 37.0 C ,respirasi ,24 kali / menit, tampaknya normal.
B. Identifikasi kasus
Skenario menjelaskan bahwa anak tersebut mengeluhkan gigi berantakan. Hal
ini menyatakan bahwa anak tersebut mengalami kelainan crowding yang disebabkan
karena rahang kecil dan gigi besar-besar. Anak tersebut memiliki rahang kecil dan gigi
besar-besar dikarenakan orang tuanya juga memiliki kelainan yang serupa sehingga
dapat disimpulkan bahwa etiologi dari kasus crowding karena rahang kecil dan gigi
besar-besar ini adalah faktor keturunan.
Skenario menjelaskan bahwa gigi anak tersebut tidak dapat menutup. Hal ini
menyatakan bahwa anak tersebut mengalami kelainan open bite anterior yang
disebabkan karena kebiasaan menghisap ibu jari. Open bite anterior ini
mengakibatkan anak tersebut berbicara dengan ucapan yang kurang jelas.
Hasil pada pemeriksaan objektif, menunjukkan vital sign pasien berada pada
rentan yang normal dan tidak ada riwayat penyakit sistemik pada kedua orang tua.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kelainan sistemik pada pasien anak.
C. Kesimpulan pada pemeriksaan klinis dan anamnesis
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan klinis pada pasien anak
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasien anak mengalami kelainan berupa open bite
anterior dan gigi crowding. Untuk mengetahui tipe kelainan tersebut maka perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang lain. Tidak ditemukannya riwayat penyakit
sistemik pada pasien karena vital sign pasien berada dalam rentan yang normal namun
untuk etiologi kelainan tersebut diduga merupakan bad habit dan adanya pengaruh
keturunan dari kedua orang tuanya.
D. Differential diagnosis
Differential diagnosis terkait dengan klasifikasi kelainan gigi crowding pada
pasien anak karena tidak ditemukannya manifestasi penyakit sistemik lain yang
mempengaruhi keadaan oral pasien. Perlu pemeriksaan penunjung berupa radiografi
untuk menentukan apakah kelainan tersebut bersifat dental, skeletal, atau kombinasi
antara dental dan skeletal.
E. Kelainan yang ditemukan dalam kasus
Kelainan yang ditemukan dalam kasus berupa gigi yang berantakan dengan
gigitan terbuka ada bagian depan, serta terdapat gangguan bicara berupa
ketidakjelasan dalam hal pengucapan kata-kata tertentu seperti s, z dan sh.
F. Manifestasi dalam kasus
Dalam kasus dijelaskan bahwa pasien mengalami gigitan terbuka pada bagian
depan, sehingga mengakibatkan pasien mengalami kesulitan dalam menutup bibir dan
cenderung memperlihatkan gigi bagian depannya.
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien berupa pemeriksaan
radiografi dengan teknik cefamometry. Pemeriksaan radiografi cefalometry dilakukan
guna melihat hubungan antara tulang basal yaitu tulang maksila dan mandibula
dengan gigi-geligi sehingga dapat diketahui keadaan dan klasifikasi kelainan yang
terjadi pada pasien. Selain itu, pemeriksaan radiografi merupakan hal yang penting
untuk merencanakan tindakan dan penjelasan kepada pasien khususnya keadaan lokal
yang menyulitkan tindakan pencabutan gigi, seperti bentuk dan jumlah akar gigi yang
abnormal, hipersementosis akar, ankilosis, dan sklerosis tulang.
H. Rencana perawatan
Rencana perawatan dalam kasus ini akan dilakukan perawatan menggunakan
alat orthodontic lepasan yang disertai dengan pencabutan empat gigi premolar atas
dan bawah untuk mengkompensasi ruang yang diperlukan saat perawatan orthodontic.
Perlu
diperhatikan
dalam
melakukan
tindakan
perawatan
juga
harus
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
A. Teori
1. Diagnosis
Berdasarkan hasil identifikasi dan interpretasi skenario, maka dapat
disimpulkan diagnosis sebagai berikut:
a. Anterior Openbite (ICD-10-CM M26.220)
b. Gigi crowded/Crowding of fully erupted teeth (ICD-10-CM M26.31)
Herediter
3)
4)
menghisap jempol
5)
Keturunan
Sebagai contoh,ibu memiliki bentuk rahang yang kecil dan gigi
yang kecil dan ayah memiliki bentuk rahang yang besar dan gigi yang
besar. Dari faktor tersebut, kemungkinan ada 2 yaitu, anak memiliki
rahang yang besar dengan gigi yang kecil sehingga keliatan renggang
dan kemungkinan kedua anak memiliki rahang yang kecil dengan gigi
fungsional oklusal.
Complex crowding: disebabkan oleh ketidakharmonisan antara ukuran
gigi dan ruang yang tersedia, diasosiasikan dengan masalah skeletal,
terjadi
kelainan
dental,
seketeal,
atau
kombinasi
dental-skeletal
(Kocadereli,2002).
Penatalaksanaan maloklusi dengan open bite anterior yang hanya melibatkan
dental saja, dapat dengan lebih mudah dikoreksi yaitu salah satunya dengan metoda
Kim yang menggunakan multi L -loop yang dapat diterapkan baik pada gigi-gigi
rahang atas, rahang bawah atau pada keduanya. Mekanoterapi maloklusi ini adalah
dengan menggunakan alat ortodonti cekat, dengan mengintrusi gigi-gigi posterior,
menggunakan highpull headgear dan
mengekstrusi
Pelaksanaan
tindakan
pencabutan
gigi
dengan
kasus-kasus
tertentu,
dipasangi
penahan
dari
bahan
komposit
atau
braket
gigi-gigi
posterior,
rasa sakit seperti apa yang di bayangkan, sedangkan rasa sakit ketika disuntik
tidak lebih dari digigit semut karena alat suntik yang dipakai (citojet) lain dari alat
a. Persiapan pencabutan
1) Sebagian negara mempunyai hukum yang mengharuskan izin tertulis
dari orang tua (Informed Concent) sebelum melakukan anastesi pada pasien
anak.
2) Kunjungan untuk pencabutan sebaiknya dilakukan pagi hari (saat anak masih
aktif) dan dijadwalkan, sehingga anak tidak menunggu terlalu lama
karena anak cenderung menjadi lelah menyebabkan anak tidak koperatif.
Anak bertoleransi lebih baik terhadap anastesi lokal setelah diberi makan 2
jam sebelum pencabutan.
3) Instrumen yang akan dipakai, sebaiknya jangan diletakkan di atas meja.
Letakkan pada tempat yang tidak terlihat oleh anak dan diambil saat
akan digunakan. Jangan mengisi jarum suntik di depan pasien, dapat
menyebabkan rasa takut dan cemas. Sebaiknya dikatakan kepada anak yang
sebenarnya bahwa akan ditusuk dengan jarum (disuntik) dan terasa sakit
sedikit, tidak boleh dibohongi.
4) Rasa sakit ketika penyuntikan sedapat mungkin dihindarkan dengan cara
sebagai berikut :
a) Memakai jarum yang kecil dan tajam
b) Pada daerah masuknya jarum dapat dilakukan anastesi topikal lebih
dahulu. Misalnya dengan 5 % xylocaine (lidocaine oitmen)
c) Jaringan lunak yang bergerak dapat ditegangkan sebelum penusukan
jarum
d) Deponir anastetikum perlahan, deponir yang cepat cenderung menambah
rasa sakit. Jika lebih dari satu gigi maksila yang akan dianastesi, operator
dapat menyuntikkan anastesi awal, kemudian merubah arah jarum
menjadi posisi yang lebih horizontal, bertahap memajukan jarum dan
mendeponir anastetikum.
e) Penekanan dengan jari beberapa detik pada daerah injeksi dapat
membantu pengurangan rasa sakit.
f) Jaringan diregangkan jika longgar dan di masase jika padat (pada
palatal). Gunanya untuk membantu menghasilkan derajat anastesi yang
maksimum dan mengurangi rasa sakit ketika jarum ditusukan.
5) Aspirasi dilakukan untuk mencegah masuknya anastetikum dalam pembuluh
darah, juga mencegah reaksi toksis, alergi dan hipersensitifitas.
6) Waktu untuk menentukan anastesi berjalan 5 menit dan dijelaskan
sebelumnya kepada anak bahwa nantinya akan terasa gejala parastesi seperti
mati rasa, bengkak, kebas, kesemutan atau gatal dijelaskan pada anak
agar anak tidak takut, tidak kaget, tidak bingung atau merasa aneh.
Pencabutan sebaiknya dilakukan setelah 5 menit. Jika tanda parastesi
tidak terjadi, anastesi kemungkinan gagal sehingga harus diulang kembali.
7) Vasokontristor sebaiknya digunakan dengan konsentrasi kecil, misalnya
xylocaine 2 % dan epinephrine 1 : 100.000.
(Behrman,et.al.,2000)
b. Teknik pencabutan gigi pada anak
Teknik
pada anak-anak ukuran gigi dan mulut lebih kecil dan tidak memerlukan tenaga
yang besar, maka bentuk tang ekstraksi lebih kecil ukurannya. Harus diingat
juga bentuk akar gigi sulung yang menyebar dan kadang-kadang resorpsinya
tidak beraturan dan adanya benih gigi permanen yang ada di bawah akar gigi
sulung. Seperti juga orang dewasa, pada waktu melakukan pencabutan perlu
dilakukan fiksasi rahangnya dengan tangan kiri.
(Behrman,et.al.,2000)
3. Terapi bicara
Biasanya menggunakan audio atau video dan cermin. Terapi bicara merupakan
program klinis yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bicara dan bahasa
dan kemampuan motorik mulut anak . Anak-anak yang mampu berbicara dapat
bekerja untuk membangun keterampilan bahasa mereka dengan belajar kata-kata baru,
belajar
untuk
berbicara
dalam
kalimat,
atau
meningkatkan
keterampilan
BAB III
KESIMPULAN
1.
Dalam skenario kasus, pasien anak didiagnosis berupa open bite anterior dan gigi
crowding setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan objektif, dan pemeriksaan
penunjuang berupa radiografi cefalometri.
2.
Rencana perawatan untuk kasus tersebut meliputi perawatan orthodontic lepasan untuk
koreksi open bite anterior dan gigi crowding, serta terapi bicara untuk memperbaiki
gangguan bicara yang dalami pasien akibat kelainan tersebut dengan mempertimbangkan
perkembangan psikologis pada anak.
3.
Progonosis dari rencana perawatan baik karena tidak terdapat adanya manifestasi
sistemik dan pasien kooperatif selama perawatan.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman,and Nelson,A.,2000,Ilmu Kesehtan Anak Nelson,2nd edition,EGC,Jakarta
Dionne, Wanda. 2001. Little Thumb. Los Angeles: Pelican Publishing Company.
Foster, T.D . 2010 . Buku Ajar Orthodonsi. Edisi 6. Jakarta: EGC
Gans, BJ. 1972 . Atlas of Oral Surgery. St Louis : Mosby.
Graber, T.M. & Vanarsdall, R.L. 1994. Orthodontics : Current Principles and Techniques.
2nd Edition. Mosby Year Book Inc., St. Louis, Missouri. h.62-63, 305-307, 641.
Kocadereli, I. 2002. Changes in Soft Tissue Profile after Orthodontic Treatment With and
Without Extractions. American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics.
vol.122 (1). h. 67 72.
Koch,G., and Polsen,S.,2009,Pediatric Dentistry: A Clinical Approach,2nd edition,WileyBlackwell,Singapore
Millett D and R Welbury. 2005. Clinical Problem Solving in Orthodontics and Paediatric
Dentistry. Edinburgh. Elsevier
Morris R. B., 2004, Strategies in Dental Diagnosis and Treatment Planning, Martin Dunitz
Ltd, United Kingdom
Nanda Ravindra. Biomechanic And Esthetic Strategies In Clinical Orthodontics.. Elsevier. St
Louis 2005
Ngan P., Fields W.H., 1997,Open bite: a review of etiology ang management,Paediatric
Dentistry, American Academy of Paediatric Dentistry.
Norman J. ,2014, Speech and Language: Advances in Basic Research
Premumar, S.,2008, Prep Manual For Undergraduates Orthodontics, Elsevier: New Delhi
Shearn, B.N. & Woods, M.G. 2000. An Occlusal and Cephalometric Analysis of Lower First
and Second Premolar Extraction Effects. American Journal of Orthodontics and
Dentofacial Orthopedics. vol. 117 (3). h. 351 361.
Stuani AS, Maria BSS, Maria da CPS, Mrian ANM. 2006. Anterior open bite-cephalometric
evaluation of the dental pattern. Braz. Dent. J. vol.17 no.1 Ribeiro Preto 2006.
Viggiano D, D Fasano, G Monaco, and L Strohmenger. 2004. Breast feeding, bottle feeding,
and non-nutritive sucking; effects on occlusion in deciduous dentition. Arch Dis Child
2004;89:1121-1123.
http://staff.unand.ac.id/handoko/2014/06/09/gangguan-berbicara/