Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SKENARIO KASUS TERPADU

MATERI :
BEDAH MINOR ANAK,LOGOPEDIK,PEMERIKSAAN LENGKAP
DIAGNOSIS :
ANTERIOR OPENBITE & CROWDING OF FULLY ERUPTED TEETH

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4 PDG GENAP

Faqih Nur R.

13/ 352725/KG/9618

Meutia Angaya

13/352895/KG/9640

Ardelia Maharani

13/352728/KG/9620

Nur Annisa C.

13/352931/KG/9642

Zasha Zulvi M

13/352733/KG/9622

Leow Jie Gui

13/355824/KG/9646

Aprilieza Harinda

13/352749/KG/9626

Ng Ya Xin

13/355834/KG/9648

Hasna Syifa Y.

13/352758/KG/9628

Nur Liyana Hamid

13/355839/KG/ 9650

Firas Khoirunissa

13/352775/KG/9630

Ang Jia Yik

13/355845/KG/9652

Mutiara Annisa

13/352792/KG/9632

Lardawan Suvanamporn 13/355856/KG/9654

Rangga Prabu P.

13/352801/KG/9634

Sharon Law Wan Er

13/355864/KG/9656

Dahmar Luciana J.

13/352825/KG/ 9636

Cheah Yi

13/355872/KG/9658

Abdul Matin Mujib

13/355893/KG/9660

Puteri Aulia Rizqi K. 13/352844/KG/9638

UNIVERSITAS GADJAH MADA


FALKUTAS KEDOKTERAN GIGI
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penyusunan makalah ini
merupakan salah satu syarat penilaian diskusi Student Center Learning (SCL) dalam mata
kuliah Ilmu Kedokteran Gigi Anak I, semester V pada program studi Pendidikan Dokter
Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada.
Melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada drg.
Rinaldi Budi U., MS., Sp.KGA. selaku dosen mata kuliah Ilmu Kedokteran Gigi Anak I atas
seluruh bantuan serta kritik dan sarannya selama proses penyusunan makalah ini.
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu
pengetahuan bagi para pembaca serta dapat membantu memajukan pendidikan kedokteran
gigi di Indonesia.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, maka penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca agar penulis dapat
lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Yogyakarta, 17 November 2015

Kelompok 4 PDG Genap

BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
Seorang anak perempuan bernama April, usia 12 tahun, datang ke klinik gigi
Cepat Sembuh untuk berkonsultasi. Pasien mengeluhkan gigi berantakan hingga
gigi depan tidak bisa menutup. Ketika berbicara ucapan anak kurang jelas dari hasil
anamnesis,orang tuanya mengatakan anaknya memiliki kebiasaan menghisap jempol
dan memiliki rahang yang kecil seperti ibunya dan gigi besar-besar seperti ayahnya.
Anamnesis dilakukan kepada pasien dan kedua orang tua pasien dengan
pertanyaan seperti berikut:
1. Apa yang dikeluhkan oleh adik? Teman-teman memperolok saya karena gigi saya
berantakan hingga tidak bisa menutup
2. Apakah adik merasa terganggu dengan kondisi gigi adik? Tidak, tapi guru di
sekolah sering mengatakan pengucapan saya tidak jelas saat berbicara
3. Adakah kebiasaan yang sering dilakukan anak bapak dan ibu? Sering menghisap
jempol saat mau tidur dan ketika sedang gugup
Pemeriksaan klinis dilakukan dengan cara observasi atau pengamatan secara
visual, palpasi untuk mengetahui adanya pembengakakan pada jaringan lunak rongga
mulut pasien, serta perkusi untuk mengetahui kondisi jaringan periodontal pasien.
Hasil dari pemeriksaan objektif gigi diketahui bahwa gigi pasien berjejal parah pada
gigi C dan gigitan terbuka pada bagian depan namun tidak terdapat adanya
pembengkakan pada jaringan lunak rongga mulut serta hasil tes perkusi menunjukkan
hasil positif yang berarti tidak adanya kelainan pada jaringan periodontal pasien. Hasil
pemeriksaan vital sign tekanan darah :110/85 / mmHg ,denyut nadi: 95kali /
menit,suhu badan 37.0 C ,respirasi ,24 kali / menit, tampaknya normal.
B. Identifikasi kasus
Skenario menjelaskan bahwa anak tersebut mengeluhkan gigi berantakan. Hal
ini menyatakan bahwa anak tersebut mengalami kelainan crowding yang disebabkan
karena rahang kecil dan gigi besar-besar. Anak tersebut memiliki rahang kecil dan gigi
besar-besar dikarenakan orang tuanya juga memiliki kelainan yang serupa sehingga
dapat disimpulkan bahwa etiologi dari kasus crowding karena rahang kecil dan gigi
besar-besar ini adalah faktor keturunan.

Skenario menjelaskan bahwa gigi anak tersebut tidak dapat menutup. Hal ini
menyatakan bahwa anak tersebut mengalami kelainan open bite anterior yang
disebabkan karena kebiasaan menghisap ibu jari. Open bite anterior ini
mengakibatkan anak tersebut berbicara dengan ucapan yang kurang jelas.
Hasil pada pemeriksaan objektif, menunjukkan vital sign pasien berada pada
rentan yang normal dan tidak ada riwayat penyakit sistemik pada kedua orang tua.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kelainan sistemik pada pasien anak.
C. Kesimpulan pada pemeriksaan klinis dan anamnesis
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan klinis pada pasien anak
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasien anak mengalami kelainan berupa open bite
anterior dan gigi crowding. Untuk mengetahui tipe kelainan tersebut maka perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang lain. Tidak ditemukannya riwayat penyakit
sistemik pada pasien karena vital sign pasien berada dalam rentan yang normal namun
untuk etiologi kelainan tersebut diduga merupakan bad habit dan adanya pengaruh
keturunan dari kedua orang tuanya.
D. Differential diagnosis
Differential diagnosis terkait dengan klasifikasi kelainan gigi crowding pada
pasien anak karena tidak ditemukannya manifestasi penyakit sistemik lain yang
mempengaruhi keadaan oral pasien. Perlu pemeriksaan penunjung berupa radiografi
untuk menentukan apakah kelainan tersebut bersifat dental, skeletal, atau kombinasi
antara dental dan skeletal.
E. Kelainan yang ditemukan dalam kasus
Kelainan yang ditemukan dalam kasus berupa gigi yang berantakan dengan
gigitan terbuka ada bagian depan, serta terdapat gangguan bicara berupa
ketidakjelasan dalam hal pengucapan kata-kata tertentu seperti s, z dan sh.
F. Manifestasi dalam kasus
Dalam kasus dijelaskan bahwa pasien mengalami gigitan terbuka pada bagian
depan, sehingga mengakibatkan pasien mengalami kesulitan dalam menutup bibir dan
cenderung memperlihatkan gigi bagian depannya.
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien berupa pemeriksaan
radiografi dengan teknik cefamometry. Pemeriksaan radiografi cefalometry dilakukan
guna melihat hubungan antara tulang basal yaitu tulang maksila dan mandibula
dengan gigi-geligi sehingga dapat diketahui keadaan dan klasifikasi kelainan yang

terjadi pada pasien. Selain itu, pemeriksaan radiografi merupakan hal yang penting
untuk merencanakan tindakan dan penjelasan kepada pasien khususnya keadaan lokal
yang menyulitkan tindakan pencabutan gigi, seperti bentuk dan jumlah akar gigi yang
abnormal, hipersementosis akar, ankilosis, dan sklerosis tulang.
H. Rencana perawatan
Rencana perawatan dalam kasus ini akan dilakukan perawatan menggunakan
alat orthodontic lepasan yang disertai dengan pencabutan empat gigi premolar atas
dan bawah untuk mengkompensasi ruang yang diperlukan saat perawatan orthodontic.
Perlu

diperhatikan

dalam

melakukan

tindakan

perawatan

juga

harus

mempertimbangkan aspek tumbuh kembang dan perkembangan psikologis anak.


Setelah kelainan terkoreksi, maka perlu dilakukan terapi bicara agar cara pengucapan
huruf pasien tersebut benar sehingga tidak mengganggu perkembangan social anak
mengingat pasien masih berada pada tingkat sekolah. Terapi bicara ini perlu adanya
kerja sama dengan pihak yang lebih berkompeten seperti ahli psikologis anak, dan
dokter gigi spesialis anak. Untuk mempertahankan hasil perawatan yang telah
dilakukan juga pelu dilakukan tei untuk menghilangkan bad habit pada pasien anak.
I. Prognosis
Prognosis dalam recana perawatan ini dikatakan baik karena tidak
ditemukannya manifestasi sistemik dalam keadaan rongga mulut pasien serta keadaan
pasien yang masih dalam tahap tumbuh kembang akan mempercepat proses
perawatan yang hendak dilakukan.

BAB II
PEMBAHASAN KASUS
A. Teori
1. Diagnosis
Berdasarkan hasil identifikasi dan interpretasi skenario, maka dapat
disimpulkan diagnosis sebagai berikut:
a. Anterior Openbite (ICD-10-CM M26.220)
b. Gigi crowded/Crowding of fully erupted teeth (ICD-10-CM M26.31)

2. Etiologi kelainan pada diagnosis


a. Open bite anterior
Open bite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari
gigi saat rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik.
Etiologi open bite anterior menurut Millett and Welbury (2005) yaitu:
1) Skeletal: peningkatan ketinggian facial anterior bawah dalam rangka
mengkompensasi erupsi gigi incisivus yang terlalu berlebihan
2) Kebiasaan jaringan lunak: kebiasaan mendorong lidah, kebiasaan
menghisap jari, seringnya mengakibatkan open bite anterior yang
asimetri.
3) Kegagalan perkembangan tulang alveolar yang bersifat lokal: terjadi
pada cleft lip and palate, walaupun pada kasus lain belum diketahui
penyebabnya.
Faktor etiologi yang bertanggung jawab menyebabkan open bite adalah:
1) Pertumbuhan gigi yang tidak menentu (gigi depan inklinasi ke depan,
rahang atas sempit, gigi posterior supra oklusi).
2)

Herediter

3)

kebiasaan menggigit jari

4)

menghisap jempol

5)

kebiasaan mendorong lidah


(Nanda,2005)

b. Etiologi gigi crowding

Keturunan
Sebagai contoh,ibu memiliki bentuk rahang yang kecil dan gigi
yang kecil dan ayah memiliki bentuk rahang yang besar dan gigi yang
besar. Dari faktor tersebut, kemungkinan ada 2 yaitu, anak memiliki
rahang yang besar dengan gigi yang kecil sehingga keliatan renggang

dan kemungkinan kedua anak memiliki rahang yang kecil dengan gigi

yang besar sehingga keliatan berjejal.


Kelainan pada skeletal
Prolong retention/ Delayed eruption
(Stuani,et.al.,2009)

3. Akibat yang terjadi terkait dengan kelainan dalam diagnosis


Akibat dari open bite adalah terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan
huruf s, sh, z, zh, th dan kadang-kadang pada huruf t dan d, penampilan
menjadi tidak menarik, dan fungsi gigi anterior menjadi berkurang dalam
pengunyahan maupun menggigit makanan. Untuk itu perawatan pada pasien
dengan kasus open bite sangat diperlukan.
(Viggiano, et al, 2004)
4. Klasifikasi Crowding
a. Klasifikasi berdasarkan etiologi
- Hereditary crowding
- Environmental crowding
b. Klasfikasi berdasarkan Penyebab
- Primary crowding: disebabkan oleh genetic dan mengakibatkan
-

disproprosional pada ukuran gigi dan rahang


Secondary crowding: crowding yang disebabkan oleh hilangnya

panjang lengkung karena faktor lingkungan


Tertiary crowding: disebut juga crowding anterior akhir disebabkan

karena terlambatnya pertumbuhan mandibula


c. Klasifikasi berdasarkan hubungan dengan skeletal, muscular, dan
fungsional oklusal
- Simple crowding: disebabkan oleh ketidakharmonisan antara ukuran
gigi dan ruang yang tersedia tanpa masalah skeletal, muscular, dan
-

fungsional oklusal.
Complex crowding: disebabkan oleh ketidakharmonisan antara ukuran
gigi dan ruang yang tersedia, diasosiasikan dengan masalah skeletal,

muscular, dan fungsional oklusal.


d. Crowding in mixed dentition
- First degree crowding : ketidaksejajaran pada gigi anterior yang ringan.
Tidak ada kelainan pada zona pendukung

Second degree crowding : ketidakejajaran pada gigi anterior yang


sedang. Tidak ada kelainan pada zona pendukung

Third degree crowding: ketidaksejajaran pada keempat gigi incisivus


yang parah dan zona pendukung terbatas
(Morris,2004)

B. Tinjauan pustaka kasus sesuai dengan teori


Pada Skenario, etiologi open bite anterior pada anak adalah karena kebiasaan
jaringan lunak yakni menghisap ibu jari. Mengisap ibu jari bukanlah suatu penyebab
atau gejala dari masalah fisik atau psikologis (Dionne, 2001). Beberapa kasus
menunjukkan kebiasaan mengisap ibu jari dapat menjadi masalah karena ada
kemungkinan terjadinya misalignment gigi permanen jika seorang anak yang berusia
lima atau enam tahun masih melakukan kebiasaan mengisap ibu jari (Stuani, et al,
2006). Oral habit ini dapat menyebabkan perubahan bidang incisal gigi seri, yaitu
retroklinasi pada gigi incisivus rahang bawah dan proklinasi pada gigi incisivus rahang
sehingga meningkatkan overjet dan menciptakan crossbite bukal unilateral yang
berhubungan dengan pergeseran mandibula. Hal tersebut juga dapat mengubah rasio
antara bagian atas dan bawah ketinggian wajah anterior. Akibatnya posisi gigi depan
jauh lebih maju dari gigi bawah, dan terjadi open bite (Millett and Welbury, 2005;
Dionne, 2001). Sebuah data penelitian menunjukkan bahwa aktivitas mengisap benda
non-nutritif, dibandingkan dengan benda nutritif, sejak bulan pertama kelahiran
memiliki faktor resiko yang lebih tinggi dalam mengakibatkan penyimpangan
perkembangan oklusi dan open bite pada gigi desidui (Viggiano, et al, 2004). Kelainan
bunyi saat mengucapkan huruf s, sh, z, zh, th dan kadang-kadang pada huruf t dan d,
penampilan menjadi tidak menarik, dan fungsi gigi anterior menjadi berkurang dalam
pengunyahan maupun menggigit makanan merupakan indikasi gangguan yang terjadi
pada pasien anak yang diakibatkan oleh openbite anterior.
Klasifikasi gigi crowding (Morris,2004) pada pasien sebagai berikut :
o Berdasarkan etiologi termasuk dalam herediter karena pasien memiliki rahang yang
kecil seperti ibunya dan gigi besar-besar seperti ayahnya.
o Berdasarkan peneyebabnya termasuk primary crowding yang diakibatkan oleh
perpaduan genetic dari kedua orang tuanya yang mengakibatkan disproprosional
pada ukuran gigi dan rahang

o Berdasarkan hubungan dengan skeletal, muscular, dan fungsional oklusal termasuk


simple crowding karena tanpa adanya masalah skeletal, muscular, dan fungsional
oklusal.
C. Rencana Perawatan
1. Rencana perawatan kelainan pada kasus
Pada pemeriksaan klinis diketahui bahwa pasien mengalami kelainan berupa
openbite anterior dan gigi crowding. Pemeriksaan penunjang berupa radiografik
cefalometri perlu dilakukan untuk menentukan jenis kelainan yang terjadi pada anak,
apakah

terjadi

kelainan

dental,

seketeal,

atau

kombinasi

dental-skeletal

(Kocadereli,2002).
Penatalaksanaan maloklusi dengan open bite anterior yang hanya melibatkan
dental saja, dapat dengan lebih mudah dikoreksi yaitu salah satunya dengan metoda
Kim yang menggunakan multi L -loop yang dapat diterapkan baik pada gigi-gigi
rahang atas, rahang bawah atau pada keduanya. Mekanoterapi maloklusi ini adalah
dengan menggunakan alat ortodonti cekat, dengan mengintrusi gigi-gigi posterior,
menggunakan highpull headgear dan

mengekstrusi

gigi-gigi anterior. Cara lain

adalah dengan menggunakan extrusion arch (Stuani,et.al.,2009).


Kasus open bite pada gigi anterior juga membutuhkan koreksi berupa gerakan
ekstrusi, alat lepasan dengan klamer Adam pada gigi molar pertama sebagai
komponen retentif dan busur labial dengan lup horisontal sebagai komponen aktif
dapat dipakai dengan bantuan penambahan step dari bahan komposit pada permukaan
labial gigi efektif menghasilkan gerakan ekstrusi
Jika open bite disertai dengan gigi berjejal atau protrusif perawatan biasanya
membutuhkan pencabutan gigi premolar pertama kanan dan kiri. Pir yang cocok
dipakai untuk mengekstrusi gigi-gigi anterior yang infraklusi.
(Graber, et.al.,1994)

Pelaksanaan

tindakan

pencabutan

gigi

dengan

kasus-kasus

tertentu,

dibutuhkan peralatan penunjang yang lebih lengkap sesuai dengan standard


operasional bedah minor. Pemeriksaan radiografi merupakan hal yang penting untuk
merencanakan tindakan dan penjelasan kepada pasien khususnya keadaan lokal yang
menyulitkan tindakan pencabutan gigi, seperti bentuk dan jumlah akar gigi yang
abnormal, hipersementosis akar, ankilosis, sklerosis tulang, dan gigi yang dirawat
endodontik (Gans, 1971, Peterson, 2003).
Kesulitan yang sering dialami pada proses ekstrusi dengan busur labial adalah
tidak efektifnya busur labial menekan gigi ke arah insisal karena kontur permukaan
labial gigi yang licin. Supaya ekstrusi efektif permukaan labial gigi-gigi anterior yang
infraversi

dipasangi

penahan

dari

bahan

komposit

atau

braket

sebagai attachment busur labial.


Untuk kelinan gigi crowding disebabkan kekurangan ruangan pada rahang
untuk pertumbuhan gigi. Oleh itu, biasanya gigi p1 akan dicabut untuk memberi
ruangan untuk perawatan ortho. Kalau derajat crowded yang lebih parah, alat ortho
cekat ataupun braces akan dipakai. Untuk kasus yang lebih ringan atau yang lebih
awal, plat aktif atau alat ortho lepasan dipakai untuk perawatannya.
(Shearn, et.al.,2000)
Pemilihan rencana perawatan ortho untuk kasus ini adalah alat ortodonti cekat
dengan mengintrusi

gigi-gigi

posterior,

menggunakan highpull headgear dan

mengekstrusi gigi-gigi anterior (Shearn, et.al.,2000).


2. Pelaksanaan perawatan dan penanganan psikologis anak
Pada pasien anak biasanya mengalami rasa takut saat akan dilakukan
pencabutan gigi untuk perawatan orthodontik. Usaha yang dapat dilakukan sebelum
melakukan tindakan pencabutan yaitu :

Menjelaskan bahwa pencabutan yang akan dilakukan tidak akan menimbulkan

rasa sakit seperti apa yang di bayangkan, sedangkan rasa sakit ketika disuntik
tidak lebih dari digigit semut karena alat suntik yang dipakai (citojet) lain dari alat

suntik yang biasa dipakai


Untuk membuktikan keyakinan tersebut, lakukan terlebih dahulu pencabutan pada
gigi Premolar bawah kanan dan/atau kiri, karena penyuntikan pada mukosa
gingiva bawah lebih lunak dari pada atas dan gigi bawah lebih mudah lepas jika

dicabut dari pada gigi atas


Jika ternyata penyuntikan dan pencabutan pada gigi rahang bawah tidak dirasakan
sakit, pasian akan dapat diyakinkan bahwa pada pencabutan gigi atas tidak akan
merasa takut lagi, walaupun sebenarnya penyuntikan pada rahang di daerah
palatum akan terasa lebih sakit karena mukosa palatum sangat padat dan gigi
Premolar atas lebih sulit lepas dari pada gigi bawah.
(Koch,et.al.,2009)

a. Persiapan pencabutan
1) Sebagian negara mempunyai hukum yang mengharuskan izin tertulis
dari orang tua (Informed Concent) sebelum melakukan anastesi pada pasien
anak.
2) Kunjungan untuk pencabutan sebaiknya dilakukan pagi hari (saat anak masih
aktif) dan dijadwalkan, sehingga anak tidak menunggu terlalu lama
karena anak cenderung menjadi lelah menyebabkan anak tidak koperatif.
Anak bertoleransi lebih baik terhadap anastesi lokal setelah diberi makan 2
jam sebelum pencabutan.
3) Instrumen yang akan dipakai, sebaiknya jangan diletakkan di atas meja.
Letakkan pada tempat yang tidak terlihat oleh anak dan diambil saat
akan digunakan. Jangan mengisi jarum suntik di depan pasien, dapat
menyebabkan rasa takut dan cemas. Sebaiknya dikatakan kepada anak yang
sebenarnya bahwa akan ditusuk dengan jarum (disuntik) dan terasa sakit
sedikit, tidak boleh dibohongi.
4) Rasa sakit ketika penyuntikan sedapat mungkin dihindarkan dengan cara
sebagai berikut :
a) Memakai jarum yang kecil dan tajam
b) Pada daerah masuknya jarum dapat dilakukan anastesi topikal lebih
dahulu. Misalnya dengan 5 % xylocaine (lidocaine oitmen)
c) Jaringan lunak yang bergerak dapat ditegangkan sebelum penusukan

jarum
d) Deponir anastetikum perlahan, deponir yang cepat cenderung menambah
rasa sakit. Jika lebih dari satu gigi maksila yang akan dianastesi, operator
dapat menyuntikkan anastesi awal, kemudian merubah arah jarum
menjadi posisi yang lebih horizontal, bertahap memajukan jarum dan
mendeponir anastetikum.
e) Penekanan dengan jari beberapa detik pada daerah injeksi dapat
membantu pengurangan rasa sakit.
f) Jaringan diregangkan jika longgar dan di masase jika padat (pada
palatal). Gunanya untuk membantu menghasilkan derajat anastesi yang
maksimum dan mengurangi rasa sakit ketika jarum ditusukan.
5) Aspirasi dilakukan untuk mencegah masuknya anastetikum dalam pembuluh
darah, juga mencegah reaksi toksis, alergi dan hipersensitifitas.
6) Waktu untuk menentukan anastesi berjalan 5 menit dan dijelaskan
sebelumnya kepada anak bahwa nantinya akan terasa gejala parastesi seperti
mati rasa, bengkak, kebas, kesemutan atau gatal dijelaskan pada anak
agar anak tidak takut, tidak kaget, tidak bingung atau merasa aneh.
Pencabutan sebaiknya dilakukan setelah 5 menit. Jika tanda parastesi
tidak terjadi, anastesi kemungkinan gagal sehingga harus diulang kembali.
7) Vasokontristor sebaiknya digunakan dengan konsentrasi kecil, misalnya
xylocaine 2 % dan epinephrine 1 : 100.000.
(Behrman,et.al.,2000)
b. Teknik pencabutan gigi pada anak
Teknik

pencabutan tidak berbeda dengan orang dewasa. Karena

pada anak-anak ukuran gigi dan mulut lebih kecil dan tidak memerlukan tenaga
yang besar, maka bentuk tang ekstraksi lebih kecil ukurannya. Harus diingat
juga bentuk akar gigi sulung yang menyebar dan kadang-kadang resorpsinya
tidak beraturan dan adanya benih gigi permanen yang ada di bawah akar gigi
sulung. Seperti juga orang dewasa, pada waktu melakukan pencabutan perlu
dilakukan fiksasi rahangnya dengan tangan kiri.
(Behrman,et.al.,2000)
3. Terapi bicara
Biasanya menggunakan audio atau video dan cermin. Terapi bicara merupakan
program klinis yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bicara dan bahasa

dan kemampuan motorik mulut anak . Anak-anak yang mampu berbicara dapat
bekerja untuk membangun keterampilan bahasa mereka dengan belajar kata-kata baru,
belajar

untuk

berbicara

dalam

kalimat,

atau

meningkatkan

keterampilan

mendengarkan mereka Anak-anak yang berbicara tapi memiliki tantangan dengan


masalah komunikasi yang lebih bijaksana seperti ekspresi wajah atau penggunaan
bahasa gestural, dapat bekerja pada bidang-bidang komunikasi.
Alat yang digunakan dalam terapi bicara "di dalam mulut" seperti Popsicle
sticks, jari, peluit, sedotan dan barang-barang lainnya untuk membantu anak
mengkontrol otot-otot mulut, lidah dan tenggorokan.Anak-anak dengan gangguan
yang mempengaruhi koordinasi dari mulut untuk menghasilkan bahasa (misalnya
"dyspraxia") pendekatan dapat

diselesai dengan alat untuk anak mencoba

,menghasilkan / meniru suara tertentu berulang kali.


(Dionne, et.al.,2001)
Setelah mengetahui gangguan yang di derita pasien, kemudian diajarkan
kemampuan berbicara dengan menggunakan metode yang sesuai dengan usia pasien.
Terapi bicara anak-anak biasanya menggunakan pendekatan bermain, boneka,
bermain peran, memasangkan gambar atau kartu. Terapi bicara mengajarkan
bagaimana menempatkan posisi lidah dengan tepat, bentuk rahang, dan mengontrol
nafas agar dapat memproduksi bunyi dengan tepat.
(Norman,2014)
D. Prognosis
Prognosis secara umum baik. Karena usia pasien masih muda dan tidak
disertai riwayat penyakit sistemik sehingga proses perawatan dapat dilakukan secara
normal. Prognosis pencabutan gigi anak baik. Karena anak tersebut koperatif dan
mempunyai motivasi eksternal yang baik karena dukungan orang tua.

BAB III
KESIMPULAN
1.

Dalam skenario kasus, pasien anak didiagnosis berupa open bite anterior dan gigi
crowding setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan objektif, dan pemeriksaan
penunjuang berupa radiografi cefalometri.

2.

Rencana perawatan untuk kasus tersebut meliputi perawatan orthodontic lepasan untuk
koreksi open bite anterior dan gigi crowding, serta terapi bicara untuk memperbaiki
gangguan bicara yang dalami pasien akibat kelainan tersebut dengan mempertimbangkan
perkembangan psikologis pada anak.

3.

Progonosis dari rencana perawatan baik karena tidak terdapat adanya manifestasi
sistemik dan pasien kooperatif selama perawatan.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman,and Nelson,A.,2000,Ilmu Kesehtan Anak Nelson,2nd edition,EGC,Jakarta
Dionne, Wanda. 2001. Little Thumb. Los Angeles: Pelican Publishing Company.
Foster, T.D . 2010 . Buku Ajar Orthodonsi. Edisi 6. Jakarta: EGC
Gans, BJ. 1972 . Atlas of Oral Surgery. St Louis : Mosby.
Graber, T.M. & Vanarsdall, R.L. 1994. Orthodontics : Current Principles and Techniques.
2nd Edition. Mosby Year Book Inc., St. Louis, Missouri. h.62-63, 305-307, 641.
Kocadereli, I. 2002. Changes in Soft Tissue Profile after Orthodontic Treatment With and
Without Extractions. American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics.
vol.122 (1). h. 67 72.
Koch,G., and Polsen,S.,2009,Pediatric Dentistry: A Clinical Approach,2nd edition,WileyBlackwell,Singapore
Millett D and R Welbury. 2005. Clinical Problem Solving in Orthodontics and Paediatric
Dentistry. Edinburgh. Elsevier
Morris R. B., 2004, Strategies in Dental Diagnosis and Treatment Planning, Martin Dunitz
Ltd, United Kingdom
Nanda Ravindra. Biomechanic And Esthetic Strategies In Clinical Orthodontics.. Elsevier. St
Louis 2005
Ngan P., Fields W.H., 1997,Open bite: a review of etiology ang management,Paediatric
Dentistry, American Academy of Paediatric Dentistry.
Norman J. ,2014, Speech and Language: Advances in Basic Research
Premumar, S.,2008, Prep Manual For Undergraduates Orthodontics, Elsevier: New Delhi
Shearn, B.N. & Woods, M.G. 2000. An Occlusal and Cephalometric Analysis of Lower First
and Second Premolar Extraction Effects. American Journal of Orthodontics and
Dentofacial Orthopedics. vol. 117 (3). h. 351 361.
Stuani AS, Maria BSS, Maria da CPS, Mrian ANM. 2006. Anterior open bite-cephalometric
evaluation of the dental pattern. Braz. Dent. J. vol.17 no.1 Ribeiro Preto 2006.
Viggiano D, D Fasano, G Monaco, and L Strohmenger. 2004. Breast feeding, bottle feeding,
and non-nutritive sucking; effects on occlusion in deciduous dentition. Arch Dis Child
2004;89:1121-1123.
http://staff.unand.ac.id/handoko/2014/06/09/gangguan-berbicara/

Anda mungkin juga menyukai