DISUSUN OLEH:
Hario Widyo Sembodo G99181035
Sani Sobriya Alala G99172149
Khoirunnisa G99181038
Nadira Rachmianti Hartanto G99181046
Nahdah Lupita G991906026
PEMBIMBING :
Widia Susanti, drg., MKes
BAB 1
PENDAHULUAN
• Labioschizis dan Labiopalatoschizis merupakan
salah satu kelainan bawaan yang sering
dijumpai
• Prevalensi :
1. Ras Asia dan Indian-Amerika = 1:500
2. Ras Eropa = 1:1000
3. Ras Afrika = 1:2500
BAB 2
ANATOMI MULUT
ANATOMI BIBIR DAN PALATUM
DEFINISI
• Labioschizis atau yang lebih dikenal dengan istilah bibir
sumbing merupakan suatu bentuk kelainan sejak lahir atau
cacat bawaan berupa celah pada bibir atas yang dapat
meneruskan diri sampai gusi
• Palatoschizis adalah terdapatnya fissura garis tengah pada
palatum yang terjadi karena kegagalan dua sisi palatum
untuk menyatu selama perkembangan embriotik
• Labiopalatoschizis adalah suatu kelainan kongenital dimana
keadaan terbukanya bibir dan langit –langit rongga mulut
dapat melalui palatum durum maupun palatum mole
EPIDEMIOLOGI
• Ras Asia dan ras Indian Amerika = 1:500
• Ras Eropa = 1:1000
• Ras Afrika = 1:2500
• Di Indonesia, prevalensi nasional bibir sumbing
adalah 0.2%.
• 7 provinsi mempunyai prevalensi bibir sumbing
diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh
Darussalam,Sumatera Utara, Sumatera Selatan,
Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, dan
Nusa Tenggara Barat
ETIOLOGI
1. Genetik
2. Faktor usia ibu
3. Faktor lingkungan (Zat kimia, gangguan
metabolik, penyinaran radioaktif)
4. Obat teratogenik
5. Infeksi
6. Trauma
PATOGENESIS
• Bibir atas bayi berkembang di sekitar 5 minggu kehamilan
dan dari sekitar 8-12 minggu, palatum berkembang dari
jaringan di kedua sisi lidah. Biasanya jaringan ini tumbuh
terhadap satu sama lain dan bergabung di tengah.
• Ketika jaringan tidak bergabung di tengah, akan terbentuk
celah di bibir dan gusi. Celah pada bibir atas mungkin
hanya terbatas pada bibir atau dapat juga terjadi pada
palatum mole
• Kombinasi faktor genetik dan lingkungan bisa menjadi
penyebab
• Dapat berhubungan dengan kelainan sindromik atau
kelainan non sindromik
GEJALA DAN TANDA
• Deformitas pada bibir
• Kesukaran dalam menghisap/makan.
• Kelainan susunan archumdentis.
• Distersi nasal sehingga bisa
LABIOSCHIZIS
menyebabkan gangguan pernafasan.
• Gangguan komunikasi verbal
• Regurgitasi makanan.
• Tampak ada celah pada tekak (unla),
palato lunak, keras dan faramen incisive.
• Ada rongga pada hidung.
• Distorsi hidung
• Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit PALATOSCHIZIS
saat diperiksa dengan jari
• Kesukaran dalam menghisap/makan
DIAGNOSIS
• Penegakan diagnosis berdasarkan pada hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang seperti
cephaloroentgenogram, vidiofluoroscopy, dan
USG
PENATALAKSANAAN
• Penatalaksanaan pada pasien dengan
labiopalatoschizis dimulai dari usia 0 minggu
hingga 18 tahun
• Untuk penatalaksanaan utama yaitu dengan
tindakan pembedahan atau rekonstruksi
(labioplasty, palatoplasty, veropharingoplasty)
Usia Tindakan
0-1 minggu Pemberian nutrisi dengan kepala miring 45 derajat