PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus bibir sumbing dan celah langit-langit merupakan cacat bawaan yang masih
menjadi masalah di tengah masyarakat. Antara Februari - Mei 1992, IKABI
cabang
Padang mengadakan pengabdian masyarakat di dua Kabupaten 50 Kota dan Solok
berbentuk operasi bibir sumbing secara gratis. Dilakukan penelitian pada 126
penderita
yang dilakukan operasi. Hardjowasito dengan kawan-kawan di propinsi Nusa
Tenggara
Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi
pada 1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak maupun
dewasa di
antara 3 juta penduduk.
Pada dasarnya kelainan bawaan dapat terjadi pada mulut, yang biasa disebut
labiopalatoskisis. Kelainan ini diduga terjadi akibat infeksi virus yang diderita ibu
pada
kehamilan trimester 1. jika hanya terjadi sumbing pada bibir, bayi tidak akan
mengalami
banyak gangguan karena masih dapat diberi minum dengan dot biasa. Bayi dapat
mengisap dot dengan baik asal dotnya diletakan dibagian bibir yang tidak
sumbing.
Kelainan bibir ini dapat segera diperbaiki dengan pembedahan. Bila sumbing
mencakup
pula palatum mole atau palatum durum, bayi akan mengalami kesukaran minum,
walaupun bayi dapat menghisap naun bahaya terdesak mengancam. Bayi dengan
kelainan
bawaan ini akan mengalami gangguan pertumbuhan karena sering menderita
infeksi
saluran pernafasan akibat aspirasi.keadaan umur yang kurang baik juga akan
menunda
tindakan untuk meperbaiki kelainan tersebut.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami dan mampu membuat asuhan keperawatan dengan
klien
Labio Palastokisis.
2. Tujuan khusus
Setelah menyusun makalah ini mahasiswa diharapkan mampu :
a. Mengetahui pengertian dari Labio palatoskisis.
b. Mengetahui etiologi dari Labio palatoskisis.
c. Mengetahui patofisiologi dari Labio palatoskisis.
d. Mengetahui manifestasi klinis dari Labio palatoskisis.
e. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Labio palatoskisis.
f. Mengetahui komplikasi dari Labio palatoskisis.
g. Menyusun diagnosa keperawatan pada klien dengan Labio palatoskisis.
h. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien Labio palatoskisis.
i. Melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan Labio palatoskisis.
j. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Labio palatoskisis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Labio/plato skisis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa adanya
kelainan bentuk pada struktur wajah. Palatoskisi adalah adanya celah pada garis
tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada
masa
kehamilan 7-12 minggu.
Labio Palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah
mulut, palato skisis (subbing palatum) dan labio skisis (sumbing tulang) untuk
menyatu selama perkembangan embrio (Hidayat, Aziz, 2005:21)
Palatos kisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi karena
kegagalan dua sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (wong,Dona L.
2003)
Beberapa jenis bibir sumbing :
a. Unilateral incomplete
Apabila celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan tidak memenjang
hingga ke hidung.
b. Unilteral complete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang hingga ke
hidung.
c. Bilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke
hidung.
B. ETIOLOGI
1. Faktor Heriditer
Sebagai faktor yang sudah dipastikan. Gilarsi : 75% dari faktor keturunan
resesif dan 25% bersifat dominan.
a. Mutasi gen.
b. Kelainan kromosom
2. Faktor Eksretnal / Lingkungan.
a. Faktor usia ibu.
b. Obat-obatan. Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin,
Fenasetin,Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat,
Ibuprofen,Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah langit-langit.
Antineoplastik, Kortikosteroid.
c. Nutrisi .
d. Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella.
e. Radiasi.
f. Stres emosional.
g. Trauma, (trimester pertama).
C. PATOFISIOLOGI
Bibir sumbing merupakan kelainan kongenital yang memiliki prevalensi
cukup tinggi. Bibir sumbing memiliki beberapa tingkant kerusakan sesuai organ
yang
mengalami kecacatannya. Bila hanya dibibir disebut labioschizis, tapi bisa juga
mengenai gusi dan palatum atau langit-langit. Tingkat kecacatan ini
mempengaruhi
keberhasilan operasi.
Cacat bibir sumbing terjadi pada trimester pertama kehamilan karena tidak
terbentuknya suatu jaringan di daerah tersebut. Semua yang mengganggu
pembelahan
sel pada masa kehamilan bisa menyebabkan kelainan tersebut, misal kekurangan
zat
besi, obat2 tertentu, radiasi. Tak heran kelainan bibir sumbing sering ditemukan di
desa terpencil dengan kondisi ibu hamil tanpa perawatan kehamilan yang baik
serta
gizi yang buruk.
Bayi-bayi yang bibirnya sumbing akan mengalami gangguan fungsi berupa
kesulitan menghisap ASI, terutama jika kelainannya mencapai langit-langit mulut.
Jika demikian, ASI dari ibu harus dipompa dulu untuk kemudian diberikan
dengan
sendok atau dengan botol berlubang besar pada bayi yang posisinya tubuhnya
ditegakkan. Posisi bayi yang tegak sangat membantu masuknya air susu hingga ke
kerongkongan. Jika tidak tegak, sangat mungkin air susu akan masuk ke saluran
napas
mengingat refleks pembukaan katup epiglottis( katup penghubung mulut dengan
kerongkongan) mesti dirangsang dengan gerakkan lidah, langit-langit, serta
kelenjar
liur.
Bibir sumbing juga menyebabkan mudah terjadinya infeksi di rongga hidung,
tenggorokan dan tuba eustachius (saluran penghubung telinga dan tenggorokan)
sebagai akibat mudahnya terjadi iritasi akibat air susu atau air yang masuk ke
rongga
hidung dari celah sumbingnya.
1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama
fase embrio pada trimester I.
2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan
maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.
3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh
kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
4. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa
kehamilan.
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Pada labio Skisis:
1. Distorsi pada hidung.
2. Tampak sebagian atau keduanya.
3. Adanya celah pada bibir.
b. Pada palato skisis:
1. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau
foramen incisive.
2. Adanya rongga pada hidung.
3. Distorsi hidung.
4. Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari.
5. Kesukaran dalam menghisap atau makan.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pada Labio palatoskisis umumnya dilakukan pemeriksaan:
1. Foto rontgen
2. Pemeriksaan fisisk
3. MRI untuk evaluasi abnormal
Juga terdapat pemeriksaan terapeutik, yaitu :
1. Penatalaksanaan tergantung pada beratnya kecacatan.
2. Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi yang adekuat.
3. Mencegah komplikasi.
4. Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan.
5. Pembedahan: pada labio sebelum kecacatan palato; perbaikan dengan
pembedahan usia 2-3 hari atua sampai usia beberapa minggu prosthesis intraoral
atau ekstraoral untuk mencegah kolaps maxilaris, merangsang pertumbuhan
tulang, dan membantu dalam perkembangan bicara dan makan, dapat dilakukan
sebelum penbedahan perbaikan.
6. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2 tahun, tergantung
pada derajat kecacatan. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan
bicara.
F. KOMLIKASI
Komlikasi yang terjadi pada Labio Palatoskisis,yaitu :
1. Gangguan bicara dan pendengaran.
2. Terjadinya otitis media.
3. Asirasi.
4. Distress pernafasan.
5. Risisko infeksi saluran nafas.
6. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat.
7. Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh atitis media rekureris sekunder
akibat disfungsi tuba eustachius.
8. Masalah gigi
9. Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat kecacatan dan
jaringan paruh.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. KASUS
An. Anak bayi Usia 1 th. Datang kerumah sakit dengan diantar oleh ayahnya
(Tn Y), dan ibunya (Ny. X) dengan keluhan An. Mengalami kesulitan saat
diberikan
makan karena merasa nyeri, dan tampak merah dan bengkak didaerah bibir bagian
atas. Menurut orang tua, An. Sudah mengalami kelainan bentuk pada mulutnya
sejak
ia dilahirkan atau bibir sumbing, selain itu An sebulan yang lalu telah mengalami
operasi untuk memperbaiki bentuk mulutnya yang tidak normal, setiap An
Diberikan
makan dan minum An sering menangis kesakitan dan sulit untuk menelan
makanan.
An tampak lemas, pucat, menangis kesakitan, serta tubuhnya tampak kurus.
Menurut
ibu An, berat badan An 3 hari terakhir mengalami penurunan dari 6 kg menjadi 5
kg,
dan Saat An diberikan ASI oleh ibunya, An sering melakukan tindakan penolakan.
Selain itu ibu An merasa cemas terhadap kondisi anaknya. Setelah dilakukan
pengkajian TTV pada An didapatkan hasil : TD:130/60 mmHg, RR:30x/menit, T:
37,5
0
C, P: 110x/menit. BB : 4 Kg, TB: 65 cm.
B. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a.a. Nama : An
a.b. Agama : Islam
a.c. Jenis Kelamin : Laki-laki
a.d. Umur : 1th
2. Identitas Penaggung Jawab
a.a. Nama : Tn Y
a.b. Agama : Islam
a.c. Pendidikan : Sarjana Ekonomi
a.d. Status Pernikahan : Menikah
a.e. Alamat : Jl. Kasuari No. 12, Denpasar Bali.um
a.f. Hubungan dengan Klien : Ayah Kandung
3. Keluhan Utama
Mengalami kesulitan saat diberikan makan terkait bibirnya yang sumbing.
4. Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada
5. Riwayat Penyakit Keturunan : Tidak ada
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan : Lingkungan rumah bersih, dan lestari
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik
Kesadaran :kompos mentis
GCS : 15
b. Vital Sign
TD : TD:130/60 mmHg
Nadi : 110x/menit
Resprasi : 30x/menit
Suhu : 37,5
0
C
c. Kepala
Kulit Kepala Normal, tidak ada hematoma atau lesi
Rambut Lurus, tidak kusam, dan bersih.
Muka Normal, tidak ada lesi, tidak ada hematoma.
Mata : kunjungtiva pucat, skela ikterik, pupil isokhor, tidak ada odema
pada palpebra, visus normal kanan dan kiri.
Hidung pesek, lubang hidung simetris, mencium bau dengan baik,
bernafas dengan baik.
Mulut, terdapat inflamasi, bagian mukosa bibir odema, palatum
terdapat bekas luka operasi, rahang atas dan bawah tidak teratur,
terdapat karies gigi. Gigi susu tumbuh tak beraturan, jumlah gigi atas
lebih sedikit daripada bagian bawah.
Bibir mukosa bibir tampak pucat kebiruan
Telinga kanan dan kiri simetris, dan tidak ada gangguan pendengaran.
d. Leher
Normal tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
e. Dada
Bentuk dada : Normal
Paru-paru kiri dan kanan simetris
f. Abdomen
Inspeksi : perut An. Normal tidak ada tumor atau lesi
Auskultasi : peristaltik usus terdengar baik
Palpasi : tidak ada hepatomegaly dan splenomegaly
Perkusi : pada saat perkusi bunyi perut An. Timpani.
g. Genetalia
Skrotum gelap,
Testis normal
Penis Bersih
h. Rektum pada An. Normal, tidak ada hemoroid
i. Ekstremitas ats dan bawah
Ekstremitas atas dan bawah kekuatan otot baik.
ANALISA DATA
1. Nama Klien : An
2. Umur : 1 th
3. Ruang Rawat : Cempaka
4. No. Register : 101300139
5. Alamat : Jl. Kasuari No. 12, Denpasar Bali.
NO.
ANALISA DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 Ds : . Menurut orang tua
An sebulan yang lalu telah
mengalami operasi untuk
memperbaiki bentuk mulutnya yang
tidak normal, setiap An Diberikan
makan dan minum An sering
menangis kesakitan
Do : An tampak lemas, pucat,
menangis kesakitan, serta tubuhnya
tampak kurus. Dan TTV; TD:130/60
mmHg, RR:30x/menit, T: 37,5
0
C, P:
110x/menit.
Bekas insisi
pembedahan
Nyeri
2 Ds :. Menurut ibu An, berat badan
An 3 hari terakhir mengalami
penurunan dari 6 kg menjadi 5 kg,
dan Saat An diberikan ASI oleh
ibunya, An sering melakukan
tindakan penolakan.
Ds : An. Mengalami kesulitan saat
diberikan makan karena bibirnya
yang sumbing dan sulit untuk
menelan makanan.
Do : An tampak lemas, pucat,
menangis kesakitan, serta tubuhnya
tampak kurus. TTV pada An
didapatkan hasil : TD:130/60 mmHg,
RR:30x/menit, T: 37,5
0
C, P:
110x/menit. BB : 4 Kg, TB: 65 cm.
ketidakmampuan
menelan/kesukaran
dalam makan
sekunder dari
kecacatan dan
pembedahan.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
3 Ds : ibu An mengatakan, An
kesulitan saat diberikan makan
karena merasa nyeri,
Do :
- tampak merah dan bengkak
didaerah bibir bagian atas
- An tampak lemas, pucat, menangis
kesakitan, serta tubuhnya tampak
kurus.
kecacatan atau insisi
pembedahan
Risiko infeksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d insisi pembedahan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan/kesukaran dalam makan sekunder dari kecacatan dan
pembedahan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan kecacatan atau insisi pembedahan.
RENCANA KEPERAWATAN
No
Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan
Kriteria hasil
Rencana
tindakan
Rasional
Nama
/
TTD
1 Nyeri b/d
insisi
pembedahan
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
2 jam pada An
1.A.1.a.1.1. K
aji dan pantau
TTV, suhu
1.A.1.a.1.3.1.
1.1.
Perubahan
TTV pada
maka nyeri akan
menurun/hilang
dengan kreteria
hasil sebagai berikut
:
- Klien tampak
tidak lemas
- Wajah klien
tampak tidak pucat
- TD:120/60 mmHg,
- RR:30x/menit,
- T: 37,5
0
C,
- P: 110x/menit
1.A.1.a.1.
tubuh pasien
1.A.1.a.1.2. K
aji pola
istirahat bayi
dan
kegelisahan
1.A.1.a.1.3. B
erikan obat
analgetik
pasien
mengindikasika
n adanya nyeri
1.2.
Apabila pasien
masih merasa
gelisah
Mengindikasik
an masih
adanya nyeri.
3. mengurangi
ketidak
nyamanan yang
dihubungkan
dengan
membran
mukosa yang
kering pada
zat-zat anestesi
restriksi oral.
2 Ketidakseimb
angan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
berhubungan
dengan
ketidakmamp
uan
menelan/kesu
karan dalam
makan
sekunder dari
kecacatan dan
pembedahan.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan pada
An selama 3x24
maka defisit volume
cairan akan
menurun / hilang
dengan kreteria
hasil hasil sbb:
- Klien tampak
rileks
- Klien tidak lemah
- Wajah klien tidak
pucat
- TD:120/60 mmHg,
- RR:30x/menit,
- T: 37,5
0
C,
- P: 110x/menit.
1. Kaji dan
pantau tanda-
tanda
kehilangan
cairan dan
jumlah
cairannya yang
hilang
2. Berikan
larutan nurtisi
pada kecepatan
yang dianjurkan
melalui alat
kontrol infus
sesuai
kebutuhan
3. Tentukan
jumlah cairan
yang masuk
dalam 24 jam,
hitung asupan
yang diinginkan
sepanjang siang,
sore dan malam
hari
4. Kolaborasi
1. Evaluator
langsung status
cairan dan
indicator
langsung status
cairan untuk
perbaikan
ketidakseimban
gan atau kurang
volume cairan
2. ketentuan
dukungan
nutrisi
didasarkan
pada perkiraan
kebutuhan
kalori dan
protein
3. pemberian
cairan
dibatasi/diberik
berikan cairan
IV
an terus
4. cairan dapat
dibutuhkan
untuk
mencegah
dehidrasi.
3 Resiko tinggi
terhadap
infeksi
berhubungan
dengan
pertahanan
primer tidak
ade kuat
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan pada
An. maka resiko
tinggi terhadap
infeksi akan hilang
atau menurun
dengan criteria hasil
sebagai berikut :
- Suhu Tubuh
menurun,36,5-
37,5
o
C.
- TD 120/60mmHG
- RR 25-30x menit
- P 100 x/menit
1. Berikan posisi
yang tepat
setelah makan,
miring kekanan
kepala agak
sedikit tinggi
2. Kaji tanda-
tanda infeksi,
termasuk
drainage, bau
dan demam.
3. Lakukan
perawatan luka
dengan hati-hat
dengan
menggunakan
teknik steril
4. kolaborasi
dalam
pemberian
antibiotik
1. supaya
makanan
tertelan dan
mencegah
aspirasi yang
dapat berakibat
pnemonia
2.mengidentifik
asi adanya
penyembuhan
dan
memberikan
deteksi dini
infeksi.
3.meningkatka
n penyembuhan
dan
menghindari
infeksi
4. antibiotik
membantu
mempercepat
proses
penyembuhan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari ke 1
N
o
Diagnosa
Keperawatan
Wkt implementasi Evaluasi TTD
1
Nyeri b/d insisi
pembedahan
07.00
07.30
09.0
0
1. mengkaji dan
memantau TTV,
suhu tubuh pasien
2. mengKaji pola
istirahat bayi dan
kegelisahan
3. memberikan
perawatan oral
regular
S : ibu mengatakan
an menangis saat
diberikan obat
O : an menangis
dan menolak saat
diberikan obat.
A: implementasi
belum tercapai
P : intervensi 1, 2,
3, dilanjutkan
TTD
2
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
menelan/kesukaran
dalam makan
sekunder dari
kecacatan dan
pembedahan.
09.10
09.3
0
1. meng
kaji dan
memantau tanda-
tanda kehilangan
cairan dan jumlah
cairannya yang
hilang
2. Mene
ntukan jumlah
cairan yang
masuk dalam 24
jam, hitung
asupan yang
diinginkan
sepanjang siang,
sore dan malam
hari
3. memb
erikan larutan
nurtisi pada
S: ibu mengatakan
an sudah tidak
menolak saat
diberikan makanan
dan ASI
O: anak sudah
terlihat segar, tidak
pucat. TD normal
110/60mmHg
A: implementasi
tercapai
P: intervensi
dihentikan
TTD
13.00
kecepatan yang
dianjurkan
melalui alat
kontrol infus
sesuai kebutuhan
3
Resiko tinggi
terhadap infeksi
berhubungan
dengan pertahanan
primer tidak ade
kuat
09.0
0
09.0
0
10.00
12.30
1. mengkaji tanda-
tanda infeksi,
termasuk drainage,
bau dan demam.
2. melakukan
perawatan luka
dengan hati-hat
dengan
menggunakan teknik
steril
3.kolaborasi dalam
pemberian antibiotik
4. memberikan posisi
yang tepat setelah
makan, miring
kekanan kepala agak
sedikit tinggi
S:ibu mengatakan
an sudah tidak
merasa kesulitan
saat diberikan
makan
O: tidak tampak
merah dan bengkak
pada bibir bagian
atas. An terlihat
segar, tidak pucat
dan tidak menangis
lagi.
A:implementasi
berhasil
P: intervensi
dihentikan
TTD
BAB IV
PENUTUP
1.A.1.a.1.3.1.1. KESIMPILAN
Labio Palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah
mulut, palato skisis (subbing palatum) dan labio skisis (sumbing tulang) untuk
menyatu selama perkembangan embrio (Hidayat, Aziz, 2005:21).
Penyebab terjadinya Labio Palatoskisis terjadi dalam dua faktor yaitu faktor
heriditer dan faktor eksternal atau faktor dari luar.
Komplikasi dapat terjadi pada Labio Palatoskisis adalah Gangguan bicara dan
pendengaran, Terjadinya otitis media, Asirasi, Distress pernafasan, Risisko infeksi
saluran nafas, Pertumbuhan dan perkembangan terhambat, Gangguan
pendengaran
yang disebabkan oleh atitis media rekureris sekunder akibat disfungsi tuba
eustachius,
Masalah gigi, dan Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat
kecacatan dan jaringan paruh.
2. SARAN
Dengan adanya makalah ini semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dari
pengetahuan tentang penyakit Labio Palatoskisis. Yang lebih khususnya kita
sebagai
tenaga kesehatan (perawat) harus mampu dan memahami konsep dan segala
sesuatu
dan bagaimana kita merawat dan mengobati pasien dengan penderita Labio
Palatoskisis. Dan bagi masyarakat, semoga dengan adanya makalah ini dapat
mengetahui tentang penyakit Labio Palatoskisis (Bibir Sumbing) sehingga dapat
ditangani lebih awal.
MAKALAH & ASUHAN KEPERAWATAN
SISTEM PENCERNAAN
( LABIOPALATOSKISIS)
Disusun Oleh:
Kadek kartika (10130062)
Gregoria Klau (10130068)
Liana Nila S. (10130071)
Cristien Natalia Loe Mau (10130075)
Ummu Kalsum Naser. (10130078)
Yunita Dikir (10130081)
Roy Fandy Silitonga (10130083)
S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
20011
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati kami memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan
Yang
Maha Esa atas kemurahan dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan
Tugas Makalah ini untuk memenuhi tugas dalam bidang penilaian mata kuliah
SISTEM
PENCERNAAN.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga khususnya kepada dossen pengampu yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan
pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dan kepada teman-teman
Kelas A.72
yang telah memberikan dorongan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik itu dari
segi
penulisan, isi dan lain sebagainya, maka kami sangat mengharapkan kritikan dan
saran guna
perbaikan untuk pembuatan makalah untuk hari yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga
makalah
sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua ini kami
mengucapkan ribuan terima kasih yang tidak terhingga, semoga segala bantuan
dari semua
pihak mudah– mudahan mendapat amal baik yang diberikan oleh Tuhan Yang
Maha Esa.
Yogyakarta, 09 Desember 2011
Hormat Kami
TIM PENYUSUN
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................
.............................................................................................i
Daftar
Isi.......................................................................................................................ii
BAB I
Pendahuluan......................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................2
a. Tujuan Umum..........................................................................................2
b. Tujuan Khusus........................................................................................2
BAB II Landasan
Teori.................................................................................................3
a. Definisi..................................................................................................3
b. Etiologi..................................................................................................4
c. Patofisiologi...........................................................................................4
d. Manifestasi klinis...................................................................................6
e. Pemeriksaan diagnostik.........................................................................6
f. Komplikasi.............................................................................................7
BAB III. ASUHAN
KEPERAWATAN.......................................................................8
BAB IV.
PENUTUP.....................................................................................................19
a. Kesimpulan .........................................................................................................
b. Saran.....................................................................................................................
DaftarPustaka.............................................................................................................
...
DAFTAR PUSTAKA
http://www.info- dokter.com/content/16 januari 2011 pukul 18:00
Judith. W.2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta
Nanda. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. PM. Jakarta
Download
of 24
Report
Category:
Documents
Download: 0
Comment: 0
3,992
views
Comments
Description
Transcript
Recommended
makalah palatoskisis
labio palatoskisis
labio
LP Anak Dengan LABIO
labio
nursing care
protector
jgdeuifgjhskldhwiudkshj
View more