LABIOPALATOSKIZIS
Labiopalatoschizis adalah suatu kondisi dimana terdapat celah pada bibir atas diantara mulut dan
hidung. Kelainan ini dapat berupa celah kecil pada bagian bibir yang berwarna sampai pada
pemisahan komplit satu atau dua sisi bibir memanjang dari bibir ke hidung. Celah pada satu sisi disebut
labioschisis unilateral, dan jika celah terdapat pada kedua sisi disebut labioschisis bilateral.
Kelainan ini terjadi karena adanya gangguan pada kehamilan trimester pertama yang
menyebabkan terganggunya proses tumbuh kembang janin. Faktor yang diduga dapat
menyebabkan terjadinya kelainan ini adalah kekurangan nutrisi, stres pada kehamilan,
trauma dan faktor genetik.
Permasalahan pada penderita celah bibir dan langit-langit sudah muncul sejak penderita lahir.
Derita psikis yang dialami pula oleh penderita setelah menyadari dirinya berbeda dengan yang
lain. Secara fisik adanya celah akan membuat kesukaran minum karena adanya daya hisap yang
kurang dan banyak yang tumpah atau bocor kehidung, Se1ain itu terjadi permasalahan dalam
segi estetik/kosmetik, perkembangan gigi yang tidak sempuma serta gangguan pertumbuhan
rahang dan gangguan bicara berupa suara sengau. Penyulit yang juga mungkin terjadi pada
penderita celah bibir adalah infeksi pada telinga tengah hingga gangguan pendengaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Celah bibir dan celah palatum (Labiopalatoskizis), suatu fisura atau lubang pada bibir atau
palatum yang dapat terjadi secara tunggal atau secara kombinasi, disebabkan oleh kegagalan
jaringan lunak atau jaringan tulang palatum dan rahang atas menyatu selama minggu ke-5
sampai minggu ke-12 gestasi. Defek tersebut umumnya dapat bersifat unilateral atau bilateral.
Defek pada garis tengah dan komplet atau inkomplet sangat jarang terjadi hanya bibir yang
mungkin terkena, atau pemisahan dapat meluas sampai ke rahang atas atau rongga hidung .
Tiap tahun, kira-kira 1 dari 700 bayi baru lahir dilahirkan dengan celah bibir atau celah palatum,
yang menyebabkan kondisi ini merupakan defek lahir yang paling banyak terjadi (Guzzetta et
al., 1994). Lebih banyak bayi laki-laki daripada bayi perempuan yang mengalami kombinasi
kelainan celah bibir dan celah palatum. Celah palatum mengalami peningkatan insidensi di
kalangan bayi perempuan. Gangguan tersebut dapat dikaitkan dengan sindrom lainnya. Pengaruh
genetic multiple dapat terlibat.
B. ETIOLOGI
- Faktor herediter
- Dapat dikaitkan dengan abnormal kromosom, mutasi gen, dan terato E ( agen atau factor
yang menimbulkan cacat pada masa embrio )
- stress pada saat hamil trimester pertama (ketidakseimbangan hormone)
- defisiensi vitamin
- defisiensi asam folat
C. PATOFISIOLOGI
- Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase
embrio pada trimester pertama.
- Sumbing adalah terbelahnya /bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nasal medial
dan maksilaris untuk menyatu selama masa kehamilan 6-8 minggu.
- Palato skizis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh
kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu
- Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7 dan 8 minggu masa kehamilan.
D. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tindakan pembedahan untuk memperbaiki celah bibir kebanyakan dilakukan pada usia sekitar 3
bulan; untuk celah palatum, pembedahan dapat dilakukan pada usia 9-12 bulan. Ketika
pembedahan dilakukan kemudian, alat bicara prostetik pada umumnya dipasang sehingga
perkembangan wicara tidak terhambat. Celah palatum biasanya melibatkan kesulitan lain, seperti
infeksi telinga berulang dan masalah wicara. Oleh karena itu, anak-anak ini membutuhkan
perawatan multidisiplin yang terkoordinasi. Professional dari sebuah tim kraniofasial dapat
terdiri atas dokter anak, ahli pendengaran, ahli otolaring, ahli patologis wicara, ahli genetika,
spesialis gigi, ahli bedah plastic, ahli pedodontis, ahli ortodintis, perawat dan pekerja sosial
(Guzzetta et al., 1994).
E. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Karena cacat bibir terlihat dengan jelas pada saat lahir, pengkajiannya terdiri atas uraian
mengenai lokasi serta luas cacat atau defek tersebut, dengan keberadaan palatoskizis tanpa
labioskizis dapat ditemukan dengan cara papasi memakai jari tangan pada saat dilakukannya
pemeriksaan bayi baru lahir.
Dampak emosional kelahiran anak cacat kosmetik maupun fungsioal sungguh sungguh bersifat
traumatic bagi keluarga nya. Sebagai konsekuensinya, pengkajian keperawatan di lakukan
berkaitan dengan reaksi emosional keluarga terhadap anak dan defeknya.
DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang saksama akan tampak dengan jelas sejumlah diagnosis
keperawatan . Diagnosis keperawatan ini diuraikan dalam rencana asuhan keperawatan.
1. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan mengisap secara adekuat atau menciptakan sehat yang efektif
2. Risiko Aspirasi yang berhubungan dengan kesulitan pembersihan jalan napas
3. Risiko cedera yang berhubungan dengan alat khusus untuk pemberian makan
4. Risiko infeksi yang berhubungan dengan sekresi yang tertahan
5. Kurang pengetahuan (orang tua) yang berhubungan dengan terdapatnya celah bibir dan
celah palatum, terapi, prosedur, kemungkinan pembedahan, dan pembedahan.
6. Risiko perubahan perilaku orangtua yang berhubungan dengan cacat fisik yang sangat
nyata pada bayinya
PERENCANAAN
Perawatan prabedah
Intervensi:
Intervensi:
Diagnosa keperawatan :
Pasien dengan labiopalatokisis kiri unilateral komplit
Rencana keperawatan :
Oprasi labioplastik
Tindakan keperawatan :
Labioplastik dalam anestesi umum
Pasien tidur terlentang di meja oprasi dalam anestesi umum
Evaluasi :
S= luka oprasi baik
O= pendarahan tidak ada
A= demam tidak ada
P= luka jahitan baik
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Labioskizis (celah bibir) dan palatoskizis (celah langit-langit mulut/palatum) merupakan
malformasi fasial yang terjadi dalam perkembangan embrio. Keadaan ini sering dijumpai pada
semua populasi dan dapat menjadi disabilitas yang berat pada orang yang terkena. Keduanya
dapat terjadi secara terpisah atau yang lebih sering lagi, secara bersamaan. Labioskizis terjadi
karena kegagalan pada penyatuan kedua prosesus nasalis maksilaris daan mediana; palatoskizis
merupakan fisura pada garis tengah palatum akibat kegagalan penyatuan kedua sisinya.
DAFTAR PUSTAKA
Whaley, Wong, D.L., 2000, Nursing Care of Infants and Children, Mosby, St. Louis.
Reeder, Sharon J. 2014. Keperawatan Maternitas : Kesehatan Wanita, Bayi dan Keluarga.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Suriadi, Rita Yulianni. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. CV. Sagung Seto. Jakarta.