Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN INDIVIDU PEMICU 1

“Anak Saya Cengeng”


BLOK 10 – SISTEM STOMATOGNASI

DISUSUN OLEH:
NURUL AMIRAH
210600078

KELOMPOK 5

FASILITATOR:
Yendriwati, drg., M. Kes. Sp. OF

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Pertumbuhan memiliki pengertian yakni, ukuran fisik sel, jaringan organ, atau
organisme secara keseluruhan, serta dengan diferensiasi dan perubahan bentuk. Selain
mengalami perubahan ukuran dan bentuk, pertumbuhan mencakup hubungan yang konstan
pada semua bagian yang terpisah dan setiap bagian dari komponen regional. Prinsip dasar
utmbuh kembang mengikuti suatu berlangsung secara berkesinambungan merupakan proses
yang kompleks tetapi mengikuti suatu aturan tertentu dengan sekuens atau urutan tertentu
dengan irama tumbuh individual. Karena tumbuh kembang merupakan proses yang dapat
diprediksi observasi tumbuh kembang dapat dilakukan secara sistematis dan dapat dilakukan
upaya untuk memaksimalkan potensi tumbuh kembang setiap anak. Untuk itu diperlukan
evaluasi tumbuh kembang anak dengan menggunakan norma standard sesuai rasnya.

Dokter gigi terus mendapatkan pertanyaan dari orang tua tentang bagaimana gigi anak
mereka akan tumbuh di masa depan. Menjawab pertanyaan ini membutuhkan kemampuan
untuk memprediksi dari kondisi yang dihadapi di awal pertumbuhan dan perkembangan. Selain
itu, kemampuan mendeteksi kelainan diperlukan untuk mendeteksi dan mendiagnosis kelainan
akibat gangguan pertumbuhan dan perkembangan gigi dan tulang rahang secara dini, yang
merupakan tulang penyangga, serta merumuskan rencana pengobatan dan pencegahannya.

I.II Deskripsi Topik


Nama Pemicu : Anak saya cengeng

Penyusun : Prof. Dr. Ameta Primasari drg., MDSc., M. Kes. Sp. PMM; Yendriwati, drg.,
M. Kes. Sp. OF.; Cek Dara Manja , drg., Sp. RKG (K)

Hari/Tanggal : Selasa/ 18 Oktober 2022

Jam : 13.30-15.30 WIB

Skenario

Seorang ibu berusia 34 tahun, datang ke klinik gigi membawa anak lelaki yang berusia 3 bulan.
Keadaan umum anak terlihat kurang berat badan, dan keluhan ibunya, bibir anaknya sumbing
dan anaknya sering tersedak jika disusui. Pemeriksaan intraoral terlihat adanya celah pada
palatum dan bibir anak tersebut. Bibir anak terdapat celah bibir unilateral, tidak ada cacat
ataupun kelainan lain pada wajah dan tubuhnya.

Learning issues

1. Tumbuh kembang dentokraniofasial

2. Gangguan tumbuh kembang

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Jelaskan nama kelainan rahang pada kasus di atas dan jelaskan patogenesisnya.

Jawab: Kelainan yang diderita oleh sang pasien anak disebut Labiopalatoschisis atau celah
pada bibir dan palatum yang merupakan malformasi fasial yang terjadi dalam perkembangan
embrio. Jenis sumbingnya adalah unilateral cleft lip & palate (satu sisi). Celah dilangit-langit
mengenai hard palate sampai ke aveolus dan biasanya disertai dengan atau tidak bibir sumbing.
Bibir sumbing merupakan salah satu cacat lahir yang umum di dunia kesehatan dan sosial yang
berpengaruh pada para individu dan keluarga mereka. Bibir sumbing memiliki etiologi yang
kompleks ddan bersifat multifactorial. Faktor hereditas, lingkungan dan sosial ekonomi
terlibat.

Sang bayi ketika di dalam kandungan ibu, janin mengalami malformasi pada proses
embriogenesis. Perkembangan awal atau suatu jaringan atau organ tersebut berhenti, melambat
atau menyimpang sehingga menyebabkan terjadinya suatu kelainan struktur yang menetap.
Kelainan ini terjadi pada masa gestasional kehamilan trimester 1 (minggu ke 4 s/d 7) akibat
kegagalan penetrasi mesodermal pada proses pembentukan maksila (rahang atas) dan nasal
(hidung), gangguan letak lidah yang tinggi dan gangguan penutupan palatum. Sumbing
terbentuk pada saat bagian kanan dan kiri bibir atau palatum tidak berfusi secara sempurna saat
pertumbuhan intrauterine sehingga menghasilkan gap atau celah diantaranya. Sumbing bibir
dengan atau tanpa sumbing palatum menitik beratkan pada fungsi, struktur dan estetika organ
tersebut.

Cleft lip atau cleft palate adalah salah satu kelainan kongenital pada manusia yang
sering sekali ditemukan. Paling sering terjadi pada orang-orang di Asia dan Amerika Latin,
ditemukan beberapa kasus terjadi pada ras kaukasia dan sangat jarang terjadi ditemukan pada
ras Amerika-Afrika. Biasanya kelainan ini bisa bersifat sindromik (disertai dengan kelainan
lainnya ditubuh) atau non sindromik (hanya bibir sumbing saja atau sumbing terisolasi). Dalam
beberapa jurnal lain menyebutkan bahwa sumbing lebih sering terjadi pada anak laki-laki,
sementara sumbing palatum lebih sering pada anak perempuan.1

Referensi: Nirmala S, Saikrishna D. Dental concerns of children with cleft lip and palate- a
review. 2018;8(4):172–8.
2.2. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya kelainan tersebut di atas.

Jawab: Faktor yang menyebabkan kelainan bibir sumbing yaitu faktor hereditas, lingkungan
dan sosial ekonomi.

1. Faktor Genetik

Dari faktor genetik yang sering diyakini berperan dalam beberapa kelainan kongenital,
sering di dalamnya merupakan suatu kombinasi dengan satu atau lebih faktor lingkuan. Dalam
sebuah penelitian menyatakan bahwa sumbing palatum saja,satu gen telah teridentifikasi, tetapi
mungkin masih banyak lagi gen yang ikut terlibat. Tipe pertama dikendalian oleh gen tunggal
yang mungkin mengkode untuk transforming-growth-factor-alpha (TGF-alpha). Tipe kedua
adalah multifactorial dari alam sekitar. Hubungan variasi gen ibu atau bayi tertentu dengan ibu
merokok ditemukan dapat menyebabkan oral cleft pada bayi.

2. Faktor Lingkungan
Antara lain:

- Obat-obatan

Penggunaan obat-obatan menjadi salah satu faktor resiko yang menyebabkan


kelainan kongenital facio-oral pada bayi. Penggunakan ACE inhibitor selama trimester
ke-2 dan trimester ke-3 meningkatkan resiko fetopathy (yaitu kondisi abnormal pada
janin). Namun suatu penelitian mengatakan penggunaan ACE inhibitor pada trimester
pertama saja dapat mengganggu perkembangan pada janin dengan meningkatkan faktor
resiko terhadap malformasi kongenital mayor jika dibandingkan dengan wawnita hamil
yang tidak menggunakannya.

- Merokok

Merokok 15 batang roko per hari atau lebih pada Wanita akan mengurangi
kadar enzim GSTT1 (Glutathione S Transferase Theta – 1) yang dapat meningkatkan
risiko untuk melahirkan bibir sumbing. Ibu merokok selama kehamilan memberikan
resiko untuk memiliki bibir sumbing dengan atau tanpa palatum serta sumbing palatum
terisolasi pada janinnya. Merokok selama kehamilan merupakan faktor risiko minor
dalam terbentuknya oral cleft dan hal tersebut dikaitkan dengan banyaknya rokok.

- Paparan bahan kimia


Pajanan ibu terhadap eter glikol, bahan kimia yang ditemukan dalam
berbagaiproduk industry, telah dilaporkan untuk meingkatkan bibir sumbing. Paparan
organic pelarut seperti xilena, toluene dan aseton juga telah dilaporkan meningkatkan
terjadinya oral cleft. Paparan bahan kimia laboratorium pada ibu hamil umumnya tidaak
terlihat secara signikan, namun untuk beberapa bahan organic pelarut, khususnya
bensin didapati sebagai fakator yang berkontribusi terhadap menigkatnya resiko
terjadinya malformasi pada janin, termasuk facio-oral.

- Nutrisi

Tingkat resiko bibir sumbing dan palatum dengan penggunaan asam folat dapat
diturunkan. Beberapa ambiguitas penelitian dapat dijelaskan oleh sebuah studi yang
menemukan bahwa resiko oral cleft dapat dikurangi hanya dengan konsumsi asam folat
tinggipada saaat pembentukan bibir dan palatum. Vitamin B dan seng juga telah
dilaporkan untuk mengurangi resiko oral cleft, serta vitamin A.

- Radiasi

Radiasi memiliki efek teratogenic, terutama radiasi pengion. Kelainan


kongenital yang ditemukan seperti kebutaan, sumbing palatum, defek pada tengkorak
kepala, spinda bifida, dan defek pada ektrimitas, baik secara langsung maupun tidak
memmberikan efek pada sel germinativum. Resiko terhadap masing-masing efek
paparan radiasi, tergantung pada usia kehamilan saat waktu pemaparan, mekanisme
perbaikan sel pada janin dan tingkat dosis penyerapan radiasi.

3. Status ekonomi
Status ekonomi berguna utnuk memastikan apakah ibu berkemampuan membeli bahan
makanan bergizi tinggi. Keterbatasan ekonomi berate tidak mampu membeli makanan
berkualitas baik, maka pemenuhan gizinya akan terganggu. Tingkat sosial seseorang yang
rendah berpengaruh terhadapa kelainan kongenital neural tube defect dan oralfacial cleft. Dan
tingkat pendidikan ibu menunjukkan keterkaitan yang signifikan terhadap kejadian orofacial
cleft pada anak.2

Referensi: A Oner, Deniz and Hakkı Taştan. Cleft lip and palate: Epidemiology and etiology.
2020. Otorhinolaryngol Head Neck Surg. 5: 1-4
2.3. Bagaimana mekanisme terjadinya bibir yang sempurna?

Jawab: Perkembangan wajah dimulai di bagian tengah prosesus frontonasalis, yang

berkembang di sekitar otak, yang juga mengalami perkembangan. Dua prosesus maksila terjadi

di anterior antara vesikel optik dan palatum primitif, sedangkan dua prosesus mandibula terjadi

di bawah stomodeum. Fusi dari prosesus maksilaris dan prosesus frontonasal membentuk

premaxilla, yang mana gigi insisivus muncul. Struktur wajah mulai dikenali pada 5-6 minggu

perawatan intrauterin. Pada akhir minggu keenam, prosesus nasalis medialis menyatu dengan

prosesus maksilaris, diikuti dengan pembentukan bibir atas dan palatum primer. Tepat sebelum

proses ini selesai, pembelahan sel di prosesus lateral hidung mencapai puncaknya, membuat

proses pertumbuhan dan perkembangan di daerah ini sangat rentan terhadap penyakit

teratogenik dan berbagai gangguan pertumbuhan dan perkembangan lainnya. Keadaan tersebut

dapat menyebabkan kegagalan mekanisme penyatuan prosesus kiri dan kanan. Tanda-tanda

pertama pertumbuhan dan perkembangan palatum sekunder muncul pada minggu ke-6

intrauterin, dimulai dengan perkembangan prosesus maksilaris, yang tumbuh secara vertikal di

sekitar pembentukan lidah. Pada minggu ke-7, terjadi peleburan antara prosesus palatal kiri

dan kanan, diikuti oleh proses degeneratif yang memungkinkan jaringan mesenkim

berkembang menutupi area ini.3

Referensi: Dewi, P. S. Management of Cleft Lip and Palate (Literature Review), Interdental:
Jurnal Kedokteran Gigi. 2019; 15(1): 25-26.

2.4. Bandingkan anatomi normal dengan kasus di atas.

Jawab:

• Anatomi bibir

Bibir disebut juga labial, ialah jaringan lunak yang melekung mengelilingi bagian yang
terbuka dari mulut. Bibir terdiri dari otot orbicularis oris dan di lapisi oleh kuluit pada bagian
eksternal dan membrane mukosa paa bagian internal. Bibir terbagi menjadi dua bagian yaitu
bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas terbentang dari dasar hidung pada bagian superior
sampai ke lipatan nasolabial pada bagian lateral dam batas bebas dari sisi vermilion pada
bagian inferior. Bibir bagian bawah dari bagian atas vermilion sampai bagian komisura pada
bagian lateral dan ke bagian mandibula pada bagian inferior.

• Anatomi Palatum

Palatum kmerupakan sebuah dinding atau oembatas yang membatasi antara rongga mulut
dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi rongga mulut. Palatum sangat penting
untuk dapat melakukan proses pengunyahan dan bernapas pada saat yang sama. Palatum secara
anatomis terbagi menjadi dua bagian yaitu palatum durum (keras) dan palatum mole (lunak).
Palatum durum terletak di bagian anterior dari atap rongga mulut. Sekat yang terbentuk dari
tulang maksila dan tulang palatin yang dilapisi oleh membrane mukosa. Bagian posterior
terdapat palatum mole. Sekat yang melengkung yang membatasi antara bagia orofaring dan
nasofaring.

Jika dibandingkan dengan kasus pada scenario diatas, pada morfogenesis wajah, sel-sel
neural creft bermigrasi ke daerah wajah. Sel-sel ini membentuk semua jaringan gigi kecuali
jaringan tulang, jaringan ikat, dan email. Bibir atas berasal dari tonjolan hidung bagian dalam
dan rahang atas. Jika prosesus hidung bagian dalam dan rahang atas tidak menyatu pada
minggu kelima kehamilan, bibir sumbing dapat terjadi pada satu atau kedua sisi. Bibir sumbing
biasanya terjadi di persimpangan antara bagian dalam dan luar bibir atas. Munculnya celah
bibir dan langit-langit mungkin hanya melibatkan bibir atas atau mungkin melibatkan rahang
atas dan langit-langit primer. Jika terjadi kegagalan pengabungan palatal shelves juga, terjadi
celah bibir dengan celah langit-langit, yang membentuk kelainan celah bibir dan langit-langit.4

Referensi: Zulaikha, H. CELAH BIBIR DAN LANGIT-LANGIT: EPIDEMIOLOGI DAN


TATALAKSANA (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Malang). 2020: 14-19.

2.5. Mengapa anak tersebut sering tersedak sewaktu disusui?

Jawab: Salah satu utama dari bayi penderita bibir sumbing atau palatum ialah susah menyusui
karena adanya celah atau bukaan. Bayi dengan bibir sumbing atau palatum susah menyusui
karena makanan dan cairan bisa keluar dari mulut ke hidung. Alasan inilah seorang bayi
penderita bibir sumbing atau palatum bisa mengalami malnutrisi yang disebabkan karena
permasalahan dalam menyusui. Adapun problematika lainnya seperti: Gangguan fungsi:
Pertumbuhan, pernafasan, bicara, pendengaran. Gangguan estetis, Gangguan psikis.
2.6. Jelaskan kelainan-kelainan malformasi pada wajah lainnya.

Jawab: Gangguan lain yang diakibatkan oleh malformasi, yakni:

i. Craniosinostosis
Craniosynostosis menggambarkan fusi prematur dari satu atau lebih sutura kranial:
distorsi sekunder bentuk tengkorak terjadi karena kombinasi dari kurangnya
pertumbuhan tegak lurus terhadap sutura yang menyatu, dan pertumbuhan berlebih
kompensasi pada sutura yang tidak menyatu. Prevalensi keseluruhan craniosynostosis
telah diperkirakan antara 1 dalam 2100 dan 1 dalam 2500 kelahiran. Craniosynostosis
penting untuk dikenali dan diobati karena dapat dikaitkan dengan banyak komplikasi
yang mempengaruhi fungsi sensorik, pernapasan, dan neurologis. Craniosynostosis
sangat heterogen dalam penyebab dan presentasinya, dan demikian pula dalam
pengelolaannya. Sebagian besar kasus non-sindrom yang terisolasi muncul secara
elektif, tetapi sebagian kecil kasus sindrom muncul secara akut dan memerlukan
intervensi segera. Klasifikasi craniosynostosis berdasarkan kombinasi sutura tertutup,
fitur terkait yang menunjukkan sindrom, dan faktor etiologi yang dapat diidentifikasi
(misalnya, kendala intrauterin, paparan teratogenik dan kelainan genetik) semuanya
memiliki validitas, dan harus dipertimbangkan dalam kombinasi.5

ii. Treacher-Collin Syndrom


Sindrom Treacher Collins adalah kelainan kongenital parah dari perkembangan
kraniofasial yang ditandai dengan berbagai anomali perkembangan yang terbatas pada
kepala dan leher. Hipoplasia tulang wajah, terutama mandibula (78% kasus) dan
kompleks zygomatic (81%), merupakan gambaran yang sangat umum dari TCS.
Hipoplasia tulang wajah dapat menyebabkan maloklusi gigi, dengan open bite anterior
merupakan temuan umum. Gigi mungkin memiliki jarak yang luas, malposisi atau
berkurang jumlahnya. Dalam sebagian besar kasus, langit-langitnya tinggi,
melengkung dan kadang-kadang sumbing dan pada kasus yang parah, lengkungan
zygomatic mungkin sama sekali tidak ada. Abnormalitas oftalmik termasuk fisura
palpebra miring ke bawah dengan lekukan pada kelopak mata bawah dan kurangnya
bulu mata di medial defek. Gambaran klinis lain dari TCS termasuk perubahan dalam
bentuk, ukuran dan posisi telinga luar, yang sering dikaitkan dengan atresia saluran
pendengaran eksternal dan anomali tulang-tulang telinga tengah. TSC dari kegagalan
migrasi neural crest cells ke daerah wajah pada embrio muncul dengan daerah-daerah
tanpa perkembangan orofasial yang lengkap, memiliki ciri-ciri yang jelas, termasuk
mikrognatia.6

Referensi:

- Johnson, D., Wilkie, A. Craniosynostosis. Eur J Hum Genet 19, 2011: 369-370.
https://doi.org/10.1038/ejhg.2010.235

- Trainor, P., Dixon, J. & Dixon, M. Treacher Collins syndrome: etiology, pathogenesis and
prevention. Eur J Hum Genet 17, 2009: 277-278. https://doi.org/10.1038/ejhg.2008.221

2.7. Gambarkan dan jelaskan anatomi maksila dan mandibula, otot-otot pengunyahan,
persyarafan dan pembuluh darah pada maksila dan mandibula normal.

Jawab: Tulang Maksilla (os Maksillae)

• Rahang atas atau maksilla terdiri atas 2 tulang maksilla, 4 prosesus yaitu : prosesus
frontal os maksilla, prosesus zygomatic os maksilla, prosesus alveolar os maksilla,
prosesus palatinus os maksilla.

• Tulang maksilla mempunyai rongga yaitu, sinus paranasal dan sinus maksillaris

Pandangan anterior dari maksilla.

1. Fissure orbitalis inferior yang merupakan tempat lewat saraf zygomatic dan
saraf infraorbital, arteri infraorbital dan vena Ophtalmic.

2. Foramen infraorbital yang merupakan tempat lewat saraf dan pembuluh darah
infraorbital.
3. Fossa caninus merupakan bagian posterior–superior akar gigi caninus rahang
atas.

4. Setiap gigi pada lengkung maksilla ditutupi oleh prominence dan yang paling
menonjol pada caninus yang disebut eminensia caninus.

• Tulang maksilla yang menutupi gigi-gigi di rahang atas lebih longgar (kurang
padat) di banding tulang mandibula (rahang bawah)

Pandangan inferior dari maksilla

• Prosesus palatinus tulang maksilla yang berhubungan satu sama lain membentuk
palatum keras. Batas antara kedua prosesus ini adalah sutura palatina median.

• Foramen incisivum terletak dibelakang gigi insisivus centralis merupakan


tempat lewat nervus nasopalatinus dan pembuluh darah dari hidung ke palatum.

• Tuberositas maksillaris bagian paling posterior dari maksilla yang berbentuk


bulat di belakang gigi molar. Sinus Paranasalis

• Adalah rongga yang berisi udara dan dilapisi oleh membran mucosa.

• Terdiri atas : sinus frontal, sphenoid, ethmoidal, dan maksilla.

• Sinus-sinus ini mengurangi berat / meringankan tulang tengkorak, resonansi


suara dan menghasilkan cairan mucus untuk rongga hidung

Tulang Mandibula (os Mandibulae)

• Tulang mandibula adalah tulang fasial yang dapat bergerak / digerakkan :


merupakan tulang yang paling besar dan paling kuat pada wajah.
• Mandibula mempunyai hubungan (artikulasi) pergerakan dengan tulang
temporal yang disebut dengan Temporo Mandibular Joint (TMJ)

• Mandibula juga berhubungan dengan maksilla melalui gigi-gigi atas dan bawah.

Pada permukaan anterior dijumpai:

1. Protuberansia

Adalah penonjolan tulang pada dagu yang sejajar dengan akar gigi insisivus centralis
rahang bawah. Bagian ini lebih terikat menonjol pada laki-laki dibanding perempuan.

2. Symphysis

Merupakan penyatuan antara prosesus mandibula kanan dan kiri yang disatukan oleh
fibrokartilago pada masa kanak-kanak.

3. Foramen mentalis.

Adalah lubang pada region apical gigi premolar 1 dan premolar 2 rahang bawah tempat
lewat nervus mentalis dan pembuluh darah ke canalis mandibularis.

4. Body of mandible (corpus mandibula)

Bagian atas corpus mandibula ini adalah prosesus alveolaris tempat akar gigi-gigi bawah
tertanam.

5. Prosesus alveolaris dapat teresorbsi bila pasien tidak memiliki gigi-gigi di rahang
bawah, akibatnya foramen mentalis menjadi lebih ke superior pada permukaan
mandibula. Prosesus alveolaris pada regio anterior (gigi insisivus) kurang padat
dibanding prosesus alveolar pada regio posterior (gigi premolar dan molar).

Pandangan Lateral Mandibula.

1. Ramus mandibula. Adalah bagian posterior dan superior mandibula, merupakan


tempat perlekatan otot-otot pengunyahan.

2. Prosesus coronoideus. Merupakan batas anterior dari ramus mandibula yang tipis
dan pinggiran yang tajam.

3. Coronoid notch Batas anterior dari ramus yang berbentuk concave yang
merupakan tanda sebagai tempat melakukan blok anastesi lokal mandibula.

4. External oblique ridge. Yaitu garis dibawah coronoid notch pada bagian anterior
atau ridge yang menghubungkan ramus dan corpus mandibula.
5. Condylus mandibula (prosesus condyloideus Merupakan permukaan artikulasi
pada sendi temporomandibular (TMJ).

Pandangan Medial Mandibula.

1. Genial tubercle. Terdapat pada garis tengan mandibula yang merupakan tempat
perlekatan otot.

2. Retromolar triangle. Suatu penebalan berbentuk bulat yang terdapat dibelakang gigi
molar terakhir.

3. Garis mylohyoid/internal oblique ridge. Suatu garis disepanjang posterior dan superior
yang merupakan tempat perlekatan otot mylohioid.

4. Fossa sublingual. Merupakan tempat kelenjar saliva sublingual yang terletak pada
anterior dan superior dari garis mylohioid.

5. Fossa submandibular. Merupakan tempat kelenjar saliva submandibular yang terletak


pada posterior dan inferior dari garis mylohioid.

6. Foramen mandibular. Lubang/saluran dari canalis mandibularis dan merupakan tempat


lewat nervus alveolar inferior dan pembuluh darah.

7. Lingula. Suatu tonjolan kecil tempat perlekatan ligament sphenomandibular.

8. Fovea pterygoideus Daerah segitiga yang berbentuk lekukan terletak di bawah


permukaan artikulasi

Otot kepala dan leher terbagi ke dalam 8 kelompok :

• Otot mastikasi (pengunyahan)


• Otot suprahyoid

• Otot infrahyoid

• Otot lidah

• Otot facial expression

• Otot leher

• Otot palatum lunak

• Otot faring

Cabang Terminal

Arteri temporal superfisial, mempunyai 2 cabang :

a. Arteri fasial transversal mensuplai otot masseter dan kelenjar parotid.


b. Arteri temporal tengah. Mensuplai otot temporalis.

Arteri maksillaris

- merupakan arteri cabang terminal yang lebih besar daripada arterior temporal
superfisial.

- Terbagi ke dalam 3 bagian yaitu: MANDIBULAR, PTERYGOID dan


PTERYGOPALATINA.

BAGIAN MANDIBULAR

- Terdapat dibelakang leher mandibula

1. Arteri auricular dalam

mensuplai : TMJ, MAE dan membran tympani.

2. Arteri tympani anterior

mensuplai ; bagian dalam membran tympani.

3. Arteri alveolar inferior

memasuki foramen mandibula

- mensuplai molar dan premolar RB & cabang-

cabang arteri mylohyoid: otot mylohyoid.

arteri mentalis: dagu

arteri insisivus: gigi anterior RB

4. Arteri meningeal tengah.

- memasuki foramen spinosum.

- mensuplai durameter dan kranium.

5. Arteri meningeal asesori

- memasuki foramen ovale

- mensuplai durameter dan ganglion trigeminal.


BAGIAN PTERIGOID

Terletak pada fossa pterygopalatina

- Ada 6 cabang yaitu :

1dan 2 : Arteri temporal deep anterior

Arteri temporal deep posterior  mensuplai otot temporalis.

3. Arteri Masseterika  mensuplai otot masseter.

4 dan 5: Arteri pterigoid lateral dan medial mensuplai otot pterygoid lateral dan
medial.

6.Arteri bukal mensuplai otot buccinator dan pipi.


BAGIAN PTERYGOPALATINA

- Terletak pada fossa pterygopalatina.

- Ada 6 cabang yaitu :

1. Arteri alveolar superior posterior

Mensupai: - gigi-gigi molar RA,

- sinus maksilla

- gingiva yg berhubungan.

2. Arteri Infraorbital

- Melewati foramen infaorbital .

Cabang –cabang:

a. alveolar superior anterior: mensuplai gigi-gigi insisivus , kaninus RA

b. alveolar superior tengah: mensuplai gigi-gigi premolar RA.

c. cabang palpebral: soket mata & kelopak mata bawah

d. Cabang labial: bibir atas

e. Cabang nasal: hidung.

3. Arteri Palatina Mayor.

Keluar dari foramen palatine mayor. Mensuplai gingival kelenjar-kelenjar palatine dan
atap rongga mulut.

Arteri palatine minor : keluar dari foramen palatine minor mensuplai tonsil dan palatum
lunak.

4. Arteri Kanalis Pterygoidea.

- memasuki kanalis pterygoideus.

- Mensuplai bagian atas pharynx, saluran telinga dan rongga tympani.

5. Arteri Pharyngeal.

- mensuplai bagian atas pharynx, sinus sphenoid, saluran telinga & rongga thympani
6. Arteri Sphenopalatina .

- masuk melalui foramen sphenopalatina. Mempunyai 2 cabang yaitu :

a. Arteri Nasal Lateral Posterior.

Mensuplai - sinus frontal.

- sinus etmoidal

- sinus maxilla - sinus sphenoid.

b. Arteri Septal Posterior.

- Mensuplai septum nasalis

Referensi:

- Fehrenbach M,J,Herring S W. Anatomy of the Head and Neck. 3rd tahun 2007

2.8. Gambarkan dan jelaskan radioanatomi maksila dan mandibula normal.

Jawab:

Anterior-to-posterior open-mouth view


Lateral view

Facial view: waters view8

Referensi: Littrel, T, A. Radiology Key: Normal Anatomy. 2019. Normal Anatomy | Radiology
Key Diakses pada tanggal 17 Oktober 2022
2.9. Gambarkan dan jelaskan radioanatomi TMJ normal.

Jawab: Komponen tulang dari TMJ adalah kondilus mandibula dan tulang temporal di dasar
tengkorak. Bagian yang relevan dari tulang temporal yang berartikulasi dengan kondilus
adalah fossa glenoid dan eminensia artikular. Kondilus harus diposisikan secara konsentris di
fossa glenoid dengan mulut tertutup. Dengan mulut terbuka, kondilus bergerak ke anterior
sehingga kondilus berada tepat di bawah puncak eminensia artikularis. Permukaan artikular
TMJ ditutupi dengan lapisan tipis fibrokartilago.

Sendi temporomandibular normal. Mulut tertutup (gambar T1 sagital). Struktur tulang: C,


kondilus; E, artikular eminensia; EAC, saluran pendengaran eksternal. Disk: ab, pita anterior;
pb, pita belakang; iz, zona menengah. Perhatikan pita posterior pada posisi jam 12 relatif
terhadap kondilus, dan zona perantara antara kondilus dan eminensia, di mana mereka paling
dekat letaknya.

Struktur jaringan lunak yang menarik pada TMJ adalah meniskus atau diskus artikularis.
Diskus terletak di antara kondilus dan tulang temporal, memisahkan sepenuhnya sendi menjadi
relung superior dan inferior. Disk TMJ terbuat dari jaringan fibrosa dan memiliki konfigurasi
bikonkaf asimetris. Disk lebih tebal di bagian perifer daripada di bagian tengah. Bagian tengah
piringan yang tipis disebut zona perantara. Tepi diskus yang lebih tebal dibagi menjadi pita
anterior dan posterior. Pita anterior diskus biasanya lebih kecil dari pita posterior. Diskus
menempel pada kapsul sendi, otot pterigoid, dan tulang. Di posterior, diskus berlanjut dengan
serat kolagen dan jaringan fibroelastik longgar yang dikenal sebagai zona bilaminar atau
perlekatan posterior. Zona bilaminar berfungsi sebagai karet gelang, memungkinkan meniskus
bergerak maju dengan kondilus selama pembukaan mulut, dan kemudian mundur kembali ke
posisi semula, membawa disk dengannya, saat mulut menutup. Posisi normal dari diskus TMJ,
terlepas dari apakah mulut terbuka atau tertutup, adalah dengan zona perantara tipis yang
berada di antara kondilus dan tulang temporal yang berdekatan, di mana kedua tulang paling
rapat satu sama lain.9

Referensi: Drzezo. Radiology Key: Temporomandibular joint. 2019. Temporomandibular Joint


| Radiology Key diakses pada tanggal 17 Oktober 2022
BAB III
PENUTUP
Cleft lip/palate atau disebut juga bibir sumbing/palatum merupakan salah satu kelainan
cacat lahir yang paling sering ditemukan pada bayi. Bibir sumbing/palatum diakibatkan oleh
terbentuk pada saat bagian kanan dan kiri bibir atau palatum tidak berfusi secara sempurna saat
pertumbuhan intrauterine sehingga menghasilkan gap atau celah diantaranya. Sumbing bibir
dengan atau tanpa sumbing palatum menitik beratkan pada fungsi, struktur dan estetika organ
tersebut. Kelainan ini dimulai pada masa kehamilan minggu ke 4-7. Kelainan ini multifaktorial,
faktor genetik dan lingkungan terlibat bahkan kombinasi dari kedua faktor tersebut. Selain
sumbing bibir/palatum, terdapat kelainan-kelainan malformasi wajah seperti Treacher-Collins
Syndrom dan Kraniosinostosis.

Terbentuknya struktur-struktur tetap pada tubuh kita sejak di masa embrio. Itulah
kenapa, pada masa prenatal sangat rentan terhadap gangguan dan penyakit karena pada masa
ini, sedang dibentuknya struktur-struktur organ yang tetap secara internal dan eksternal. Oleh
karena itu, seorang ibu hamil harus menjaga diri dari berbagai permasalahan agar janin tetap
terlindungi dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Nirmala S, Saikrishna D. Dental concerns of children with cleft lip and palate- a review.
2018;8(4):172–8.

2. A Oner, Deniz and Hakkı Taştan. Cleft lip and palate: Epidemiology and etiology. 2020.
Otorhinolaryngol Head Neck Surg. 5: 1-4

3. Dewi, P. S. Management of Cleft Lip and Palate (Literature Review), Interdental: Jurnal
Kedokteran Gigi. 2019; 15(1): 25-26.

4. Zulaikha, H. CELAH BIBIR DAN LANGIT-LANGIT: EPIDEMIOLOGI DAN


TATALAKSANA (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Malang). 2020: 14-19.

5. Johnson, D., Wilkie, A. Craniosynostosis. Eur J Hum Genet 19, 2011;19: 369-370.
https://doi.org/10.1038/ejhg.2010.235

6. Trainor, P., Dixon, J. & Dixon, M. Treacher Collins syndrome: etiology, pathogenesis and
prevention. Eur J Hum Genet 17, 275–283 (2009). https://doi.org/10.1038/ejhg.2008.221

7. Fehrenbach M,J,Herring S W. Anatomy of the Head and Neck. 3rd tahun 2007

8. Littrel, T, A. Radiology Key: Normal Anatomy. Normal Anatomy | Radiology Key Diakses
pada tanggal 17 Oktober 2022

9. Drzezo. Radiology Key: Temporomandibular joint. 2019. Temporomandibular Joint |


Radiology Key diakses pada tanggal 17 Oktober 2022

Anda mungkin juga menyukai