Anda di halaman 1dari 12

TUGAS INDIVIDU PEMICU 2

BLOK 9 – DIAGNOSIS DAN INTERVENSI TERAPI PADA TINGKAT


SEL DAN JARINGAN

DISUSUN OLEH
Nurul Amirah
210600078

KELOMPOK 5

FASILITATOR:
Drg. Cek Dara Manja, Sp. RKG(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Menjaga kebersihan rongga mulut sangat diwajibkan karena mulut merupakan
pertahanan pertama daripada apa yang akan masuk ke dalam tubuh kita. Bagaimana jika
kebersihan rongga mulut tidak dijaga? Mulut akan menjadi sarang yang baik bagi bakteri dan
virus untuk berkembang biak, perkembangan flora normal di mulut akan terganggu,
kesehatan gigi dan gusi tidak terjaga dan mudah terkena penyakit. Jika dibiarkan terus
menerus akan menyebabkan penyakit yang fatal yang bisa membahayakan fungsi daripada
rongga mulut. Maka dari itu, perlu dijaga kesehatan gigi dan mulut agar flora normal di
dalam mulut terjaga.

I.II Deskripsi Topik


Nama Pemicu : Ulkus di lidah yang tak sembuh

Penyusun : Prof. Dr. drg. Ameta Primasari, MDSc., M.Kes., Sp. PMM; dr. Tri
Widyawati, MSi., PhD.; Dr. dr. Lidya Imelda Laksmi, M.Ked(PA), Sp.PA.

Skenario

Seorang pasien perempuan usia 50 tahun, perokok berat datang berobat ke RSGM
Universitas Sumatera Utara dengan keluhan ada luka yang tidak sembuh pada pinggir kanan
lidah sejak 6 bulan yang lalu. Dari hasil anamnesis menyatakan luka tersebut telah diobati
dengan obat kumur antiseptik 2x sehari, tapi tidak ada perubahan kemudian pasien juga
menggunakan obat kumur herbal sejak 10 hari yang lalu namun tak kunjung sembuh. Pasien
merokok 1 bungkus kretek per hari sejak 10 tahun lalu. Hasil pemeriksaan intra oral
menunjukkan adanya ulkus berdiameter 3x2 cm, merah, tepi meninggi, dan keras pada
pinggir kanan lidah . Ulkus tersebut tidak sakit kecuali bila tergigit. Gigi 46 karies dengan
permukaan gigi tajam dan kasar. Gigi 36, 37 edentulus. Hygiene mulut kotor disertai
gingivitis pada gigi rahang atas maupun rahang bawah. Pada pemeriksaan ekstra oral,
menunjukkan pembengkakan kelenjar getah bening daerah submandibularis kanan
berdiameter 3 cm, dapat digerakkan, dan tidak sakit. Selanjutnya pasien dirujuk ke bagian
Patologi Anatomi FK USU untuk dilakukan scrapping pada ulkus lidah dan aspirasi jarum
halus pada kelenjar getah bening submandibularis kanan. Diagnosis histopatologi berupa
squamous cell carcinoma pada lidah dan metastase lokal pada kelenjar getah bening.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Berikan contoh dan penjelasan tentang faktor non karsinogenik pada kasus di atas !

Jawab: Squamosa cell carcinoma merupakan multifaktorial. Salah satu penyebabnya adalah
terganggunya terbentuknya DNA. Sebuah penelitian di Brazil, ada kemungkinan keterkaitan
antara papilloma virus (HPVs) yang lebih dikenal sebagai penyebab dari kanker serviks juga
dapat berperan dalam menyebabkan kanker di mulut. Sehingga meningkatkan kemungkinan
bahwa kanker di rongga mulut dapat disebabkan melalui transmisi seksual.yang berperan
pada proses pembentukan squamosa cell carcinoma. Selain itu ada faktor internal (herediter
dan faktor pertumbuhan) dan faktor eksternal (bakteri, virus, jamur, bahan kimia, obat-
obatan, radiasi, trauma, panas, dingin, dan diet)

Dari scenario, sang pasien memiliki luka yang tidak sembuh-sembuh dipinggir kanan
lidah dan tidak kunjung sembuh sejak 6 bulan lalu. Ditambah dengan kondisi hygiene oral
mulut sangat buruk. Ini menjadi indikasi adanya infeksi. Beberapa mikroorganisme yang
berhubungan dengan kanker mulut adalah candida albicans. Hubungan antara candida
albicans dengan penyakit speckled leukoplakia pertama kali ditemukan oleh Jespen dan
Winter pada tahun 1965. Beberapa studi menunjukkan bahwa, sekitar 7- 39% dari
leukoplakia dijumpai adanya candida hyphae. Penyakit ini mempunyai kecenderungan
berubah menjadi kanker. Kemudian Pola diet makanan sangat berpengaruh terhadap
timbulnya kanker. Defisiensi dari beberapa mikronutriensi seperti vitamin A, C, E, dan Fe
dilaporkan mempunyai hubungan dengan terjadinya kanker. Vitamin-vitamin tersebut
mempunyai efek antioksidan.

Lalu ada faktor genetik, Seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita kanker
memiliki risiko terkena kanker sebanyak 3 sampai 4 kali lebih besar dari yang tidak memiliki
riwayat keluarga menderita kanker. Sistem Kekebalan Tubuh juga berpengaruh dengan
terbentuknya kanker. Dilaporkan bahwa ada peningkatan insidensi kanker pada pasien yang
mendapat penekanan sistem kekebalan tubuh, seperti pada penderita transplantasi, AIDS, dan
defisiensi kekebalan genetik. Insidensi tumor pada pasien yang mendapat tekanan sistem
kekebalan tubuh sebesar 10%.
2. Jelaskan faktor risiko dan penyebab proses kelainan pada lidah yang terjadi pada
kasus di atas.

Jawab: Penyebab utamanya adalah gigi 46 yang karies dengan permukaan yang tajam dan
kasar, ketika sedang proses mengunyah makanan, lidah tergores secara terus menerus dan
akhirnya lidah mengalami trauma. Terbentuklah ulkus, lama-kelamaan ulkus ini akan
mengalami infiltrasi lebih dalam jangan tepi yang mengalami indurasi, pembengkakan
yang meluas sampai kebagian ventral lidah. Luka tersebut tidak kunjung sembuh, membuat
bakteri lebih leluasa masuk karena kondisi oral hygene yang buruk dan berkembang menjadi
kanker lidah.

Kemudian gigi 36 dan 37 eduntulus. Lidah mengalami pembesaran pasif lidah akibat
hilangnya gigi 36 dan 37 dan tidak diganti dengan gigi tiruan. Akhirnya lidah menjadi
sering tergigit, dan mengakibatkan luka pada lidah. Pembesaran lidah ini dapat
diperhatikan lebih lanjut saat lidah pada posisi istirahat. Sebagian lidah akan menutupi
sebagian permukaan gigi bawah. Oleh karena itu, pada saat mengunyah atau berbicara,
bagian tepi lidah biasanya akan sering tergigit.

3. Jelaskan mutasi gen yang mungkin terjadi pada proses keganasan

Jawab: Gen supresor tumor diperlukan untuk menjaga pembelahan sel tetap terkendali, gen
supresor tumor bekerja dengan baik mengendalikan siklus proliferasi sel, replikasi DNA dan
pembelahan sel. Jika tidak bekerja dengan baik, proliferasi sel tidak dapat dikendalikan dan
dapat menyebabkan kanker. Kunci dari protein pengatur gen adalah bahwa ia mengkode dua
protein penekan tumor PRB dan P53. Bentuk aktif PRB bertindak sebagai penghambat
replikasi DNA. Mutasi pada gen pRb membuat protein yang diproduksi menjadi tidak aktif
dan menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkendali. Fungsi p53 dalam mengatur respon
sel terhadap stress lingkungan berperan besar dalam mencegah timbulnya tumor, sehingga
p53 dikenal sebagai salah satu contoh dari gen penekan tumor (Tumor Suppressor Gene).
Mutasi pada gen p53 bisa menyebabkan hilangnya fungsi penekan tumor dengan mekanisme
alterasi fungsi protein p53 sebagai factor induksi apoptosis, dan sebagai factor transkripsi.
4. Jelaskan hubungan antara kondisi gigi 46 yang tajam dan kasar serta oral hygiene
buruk pada kasus tersebut.

Jawab: Kondisi gigi 46 yang karies berhubungan erat dengan oral hygiene buruk si pasien.
Sang pasien jarang membersihkan giginya, mau setelah makan atau melakukan 2 kali sikat
gigi sehari, yang menyebabkan terbentuknya plak-plak dari sisa makanan di gigi. Bakteri
Streptoccocus mutan berproses dengan waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat
yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi
enamel berlanjut menjadi karies gigi. Oral hygiene yang buruk membuat beranekaragam
mikroorganisme bersarang di permukaan gigi yang membuat luka pada lidah tidak kunjung
sembuh.

5. Jelaskan patogenesis terjadinya pembesaran kelenjar getah bening.

Jawab: Kelenjar getah bening (KGB) adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita.
Kelenjar getah bening adalah kapsul kecil jaringan getah bening yang ditemukan di seluruh
sistem limfatik, di dekat vena limfatik. Sistem limfatik adalah bagian dari sistem kekebalan
yang melawan penyakit dan infeksi. Cairan limfatik yang beredar di pembuluh limfatik
disaring oleh nodus ini. Kelenjar getah bening mengandung banyak limfosit, monosit, dan
makrofag. Sel-sel ini berkembang biak di kelenjar dan beberapa dilepaskan ke dalam
sirkulasi selama infeksi atau peradangan. Sel darah putih di limfa menangkap dan
memfagosit mikroorganisme yang mengikuti aliran limfatik sehingga cairan limfatik
dibersihkan sebelum dikembalikan ke sirkulasi. Kelenjar getah bening yang paling dekat
dengan area infeksi akan terpapar mikroorganisme dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan
proliferasi makrofag dan limfosit, sehingga kelenjar membesar. Kelenjar menjadi rentan saat
mereka melawan infeksi. Saat sel dan cairan penangkal infeksi menumpuk, kelenjar getah
bening menjadi beberapa kali lipat dari ukuran normalnya, karena ini biasanya terjadi
sebagai respons terhadap infeksi. Akibatnya, kelenjar getah bening membesar
6. Jelaskan peran exfoliative cytology, biopsy, fine needle aspiration untuk
mendiagnosis kasus di atas (disertai gambar).

Jawab:

- Exfoliatif sitologi

bertujuan untuk membantuk mendeteksi dini dan mendiagnosis lesi-lesi jinak dan ganas.
Secara fisiologis, sel-sel terutama yang berasal dari sel labil terus-menerus terdeskuamasi
karena jaringan tubuh mengalami pembaruan. Kelebihan dari eksfoliatif sitologi diantaranya
karena metode ini lebih mudah dan cepat untuk diagnosis penunjang dibandingkan
histopatologi.

- Biopsi

Biopsi ialah tindakan diagnostic yang dilakukan untuk mengambil sampel jaringan atau sel
untuk dianalisis di laboratorium menggunakan mikroskop. Biopsi dapat memberikan
informasi pada para klinikus tentang tanda-tanda kelainan yang akan menjadi ganas dan ada
kencenderungan yang besar untuk menyebar ke bagian yang lebih luas, serta biopsi juga
berfungsi untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan diagnosa karena dalam
menentukan diagnosa tidak cukup hanya dengan pemeriksaan klinis semata.
- Fine needle aspiration

Tindakan yang dilakukan oleh dokter spesialis patologi anatomi pada benjolan di permukaan
tubuh dengan cara mengisap cairan tumor dengan menggunakan jarum halus. FNAB berguna
dalam mendiagnosis metastasis karsinoma, terutama pada massa kelenjar submandibular dan
membantu membedakan kondisi-kondisi yang memerlukan tindakan pembedahan atau tidak.
Namun FNAB sangat sedikit dianjurkan karena hanya digunakan pada kasus-kasus tertentu.

7. Menurut saudara mengapa luka pada lidah tersebut tidak sembuh-sembuh meskipun
telah menggunakan obat kumur.

Jawab: Obat kumur antiseptic contohnya betadine kumur ialah obat yang digunakan untuk
membunuh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, protozoa dan spora bakteri. Lalu
mengapa obat kumur antiseptic tidak menyembuhkan luka pada lidah walaupun sudah
digunakan berkali-kali, karena mungkin obat kumur antiseptic hanya membunuh bakteri dan
jamur saja namun tidak dapat memberhentikan mutasi daripada sel-sel menjadi Squamosa
Carsinoma Cells. Mengingat fungsi dari obat kumur antiseptik yang hanya mengurangi
infeksi bakteri dan jamur saja.

8. Jelaskan pengertian tentang terapi rasional dan jenis-jenis cara pemberian obat
(CPO) serta keuntungan dan kerugiannya.

Jawab: Terapi rasional atau penggunaan obat secara rasional menurut WHO ialah apabila
pasien menerima obat yang tepat untuk kebutuhan klinis, dalam dosis yang memenuhi
kebutuhan untuk jangka waktu yang cukup, dan dengan biaya yang terjangkau baik untuk
individu maupun masyarakat.
Prinsip dan teknik pemberian obat, Klasifikasinya:

Cara pemberian obatnya Keuntungan Kerugian


Peroral: cara pemberian obat praktis, aman, dan ekonomis. pemberian obat secara oral
melalui mulut adalah efek yang timbul
biasanya lambat, tidak efektif
jika pengguna sering muntah-
muntah, diare, tidak sadar,
tidak kooperatif, kurang
disukai jika rasanya pahit
(rasa jadi tidak enak), iritasi
pada saluran cerna
Sublingual: obat yang cara cara pemberian obat dengan - Obat yang rasanya
pemberiannya di letak di sublingual adalah efek obat tidak enak bisa
bawah lidah akan terasa lebih cepat dan menimbulkan
kerusakan obat pada pada masalah karena
saluran cerna dan obatnya disimpan di
metabolisme di dinding usus dalam mulut.
dan hati dapat dihindari - kurang praktis karena
untuk digunakan terus
menerus dapat
merangsang selaput
lendir mulut.
Bukal: cara pemberiannya di obat langsung masuk
antara pipi dan gusi kedalam aliran darah
sehingga efek obat akan
cepat.
Topikal: Pemberian - Tidak banyak jenis - Efek terbatas pada
dimaksudkan untuk obat yang bisa obat yang diberikan
mendapatkan efek lokal pada menembus kulit - Jumlah obat yang
area yang terpapar obat saja. - Tidak ada diserap tergantung
metabolisme lintasan pada luas permukaan
pertama (first-pass) kulit yang kontak
dengan bahan obat
dan kelarutannya obat
dalam jaringan
lemak.
Intravena (IV) : Pemberian kadar obat dalam darah - obat yang sudah
dengan cara menyuntikan diperoleh dengan cepat, tepat diberikan tidak dapat
obat langsung kedalam aliran dan dapat disesuaikan dengan ditarik kembali,
darah vena, sehingga tidak respon pasien. sehingga efek toksik
mengalami tahap absorpsi. lebih mudah terjadi.
- Pemberian IV harus
dilakukan perlahan
lahan sambil
mengawasi respon
pasien
Intramuskuler: dengan cara - Penyerapan obat yang penyerapan tak terduga atau
menyuntikan obat kedalam sangat cepat dalam tidak lengkap,
jaringan otot larutan air
- Nyeri di tempat
suntikan obatobatan
tertentu
Subkutan : diberikan ke dapat diberikan sendiri, pemberian obat bersama
dalam lapisan subkutan lambat, tetapi umumnya vasokonstriktor juga bisa
dengan bantuan injeksi. penyerapannya lengkap memperlambat absorpsinya.
Perektal, Urethra, dan Vagina - kerja obatnya cepat - timbulnya rasa tidak
: dengan cara memasukan ke dan bisa bersifat lokal nyaman pada psien.
rektal. maupun sistemik. - Bisa juga terjadi
- Baik sekali untuk absorbsi/penyerapan
obat yang rusak oleh yang tidak maksimal.
asam lambung. - Inidikasi metode ini
Diberikan untuk adalah diberikan jika
mencapai dosis obat dapat rusak pada
terpiutik yang cepat asam lambung.
dan tepat.
- Efek sistemiknya
lebih cepat dan lebih
besar bila
dibandingkan dengan
metode pemberian
per oral.
Inhaler dan Aerosol - Onset kerjanya cepat kesulitan dalam mengatur
karena cepat akses ke jumlah pasti dosis, kesulitan
sirkulasi. pemberian obat melalui
- Nyeri tidak terjadi inhaler
karena injeksi tidak
digunakan
BAB III
PENUTUP
Faktor utama yang berperan terhadap timbulnya karsinoma lidah adalah penggunaan
tembakau dan alkohol dalam jangka waktu lama. Faktor lain adalah infeksi virus papiloma
dan faktor gigi serta mulut. Berdasarkan kasus diatas, penyebab dari iritasi kronik yang
terjadi pada pinggir lidah pasien merukan akibat kebiasaan merokok dan orah hygiene yang
buruk.

Ulkus yang tidak sembuh-sembuh menjadi indikasi utama terdapatnya sel abnormal
pada lidah. Karsinoma lidah ditandai dengan pembengkakan kelenjar getah bening. Daerah
rongga mulut, khususnya lidah mempunyai saluran limfe yang sangat banyak sehingga
kanker disini cepat metastasis regional berupa pembesaran kelenjar getah bening leher
peringkat pertama (submental dan submandibula) dan peringkat kedua (lnn. subdigastrik dan
jugulokarotid). Karsinoma lidah mudah metastasis ke kelenjar getah bening regional.
Kelenjar getah bening leher Karsinoma lidah mudah metastasis ke kelenjar getah bening
regional. Dalam menegakkan diagnosis ada beberapa metode yang bisa dilakukan yaitu
exfoliative cytology dan biopsy.

Dalam kasus diatas, digunakan teknik brushing dan fine needle aspiration biopsy.
Aspirasi jarum halus (AJH) merupakan salah satu pemeriksaan biopsi sitology. Teknik AJH
ini sederhana, cepat, minimal invansif, nyaman bagi pasien dan aman dilakukan serta
memiliki resiko rendah erhadap infeksi dan kerusakan jaringan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Driemel, O., Kunkel, M., Hullmann, M., Eggeling, F., Müller-Richter, U., Kosmehl, H.
and Reichert, T. (2007). Diagnosis of oral squamous cell carcinoma and its precursor lesions.
JDDG, [online] 5(12), pp.1096-1100. Dapat diakses pada:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18042091 [Diakses pada 19 September 2022]

2. Anshary MF, Cholil. Gambaran pola kehilangan gigi sebagian pada masyarakat desa
guntung ujung kabupaten banjar. Dentino (Jur. Ked. Gigi) 2014; 2 (2): 138 – 143.

3. Kim MP, Lozano G. Mutant p53 partners in crime. Cell Death and Differentiation. 2018;
15: 161-8.

4. Liu J, Zhang C, Feng Z. Tumor suppressor p53 and its gain-of-function mutants in cancer.
Acta Biochimica et Biophysica Sinica. 2013; 46 (3): 170–9.

5. Wahayuni SS, Kentjono WA. Diagnosis dan Penatalaksanaan Karsinoma Lidah. Jurnal
THT2012;5(1):44-61.

6. Rasyid, S.R., Wulan, A.J., & Prabowo, A.Y. Diagnosis dan Tata Laksana Limfadenopati.
2018

7. Rahmayani Sabirin, P, R. Sitopatologi Eksfoliatif Mukosa Oral sebagai Pemeriksaan


Penunjang di Kedokteran Gigi. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 2015; 2(1): 158.

8. Utami ER. Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. El-Hayah 2011; 1(4): 191- 198

9. Zul Hendry, cara Pemberian Obat beserta Keuntungan dan Kerugiannya. 2021. Cara
Pemberian Obat Beserta Keuntungan dan Kerugiannya - Repro Note diakses pada tanggal 19
September 2022.

Anda mungkin juga menyukai