Anda di halaman 1dari 12

TUGAS INDIVIDU PEMICU 1

BLOK 9 – DIAGNOSIS DAN INTERVENSI PADA SEL DAN


JARINGAN

DISUSUN OLEH:
NURUL AMIRAH
(210600078)

Kelompok 5

Fasilitator:
Drg. Ika astrina, MDSc.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Seorang dokter pasti menyarankan pasiennya untuk melakukan radioterapi. Radioterapi
merupakan salah satu cara untuk pengobatan terhadap kanker. Namun, ternyata radioterapi
memiliki dampak yang cukup besar dalam perubahan-perubahan biologis akibat dari paparan
radiasi. Dalam pengoperasiannya maupun pemberiannya harus dikerjakan dalam standar
operasi dan perundang-undangan yang telah ditetapkan PEPRES, Peraturan Menteri
Kesehatan, dan BAPETEN. Efek-efek yang ditimbulkan bukan hal yang patut disepelekan
karena bisa menyebabkan kanker, kelainan genetic, bahkan kecacatan permanen. Oleh karena
itu, Ada standar profesi radiographer dan tugas kewajiban dokter gigi spesialis radiologi yang
menjalankan pemeriksaan sinar-X kepada pasien.

I.II Deskripsi Topik


Nama Pemicu : Dampak Radiasi
Penyusun : Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG(K); Dr.dr. Jelita, M.Ked(ClinPath),
Sp.PK, Ramadhani Banurea, S.Si, M.Si
Hari/Tanggal : Selasa, 13 September 2022
Jam : 13.30 – 15.30 WIB

Skenario :
Seorang dokter gigi perempuan usia 50 tahun bekerja pada salah satu klinik kesehatan yang
memiliki pesawat radiografi portable. Pengoperasional pesawat radiografi dilakukan oleh
dokter gigi tersebut lebih kurang 15 tahun. Selama 3 bulan terakhir dokter gigi sering merasa
lemas, pusing dan ada benjolan di dada sebesar kelereng. Kondisi ruangan tempat dokter gigi
bekerja tidak ada yang berlapis plumbun.

Hasil pemeriksaan darah lengkap Hb: 8.3 g/dl, MCV 85 fL, MCH 28 pg dan MCHC 35 gr/dL,
Leukosit : 2.300/mm3 dengan hitung jenis sel 1/0/0/39/15/20, blast atypical 25%, dan
ditemukan sel-sel muda seri myeloid. Trombosit 102.000/mm3. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan adanya suatu keganasan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pertanyaan:
1. Jelaskan hasil interpretasi pemeriksaan laboratorium pada operator tersebut! (PK)
Jawab: Hasil pemeriksaan darah lengkap

- Hb: 8.3 g/dl, WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur
dan jenis kelamin. Nilai normal untuk kadar hemoglobin antara 12-16 g/dl untuk
Wanita.
- MCV 85 fL, MCH 28 pg, MCHC 35 gr/dL, Sudha normal
- Leukosit : 2.300/mm3 dengan hitung jenis sel 1/0/0/39/15/20, terjadinya defisiensi
leukosit, yang dimana nilai leukosit yang normal pada orang dewasa adalah 4.500-
10.000 sel/mm^3.
- blast atypical 25%, lebih dari 20% berarti leukimia akut. Ada kurang dari 20% di darah
tepi dan lebih dari 20% di sumsum tulang.
- Ditemukan sel-sel muda seri myeloid. Diakibatkan oleh proliferasi sel-sel darah putih,
dengan manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi. Leukemia Mieloid Akut
(LMA) adalah salah satu kanker darah yang ditandai dengan transformasi ganas dan
gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri mieloid.
- Trombosit 102.000/mm3. Termasuk rendah karena jumlah trombosit normal untuk
orang dewasa antara 150.000-400.000/mm^3.

2. Jelaskan pemeriksaan kesehatan apa saja yang wajib dilakukan seorang radiografer
setiap tahunnya? (RD)
Jawab: Tujuan utama pengawasan kesehatan pekerja radiasi adalah untuk mengkaji kebugaran
para pekerja pada awal dan selama melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan sumber radiasi.
Dokter yang bertugas harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai efek radiasi pada
kesehatan manusia sehingga mampu menginformasikan kepada pekerja dan manajemen
mengenai risiko yang mungkin terjadi pada tempat kerja, termasuk yang terkait dengan dosis
radiasi yang melebihi batas yang telah ditentukan.

Laboratorium Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan (Lab KKL) merupakan


laboratorium pengujian yang mengkhususkan diri pada pengujian terhadap Keselamatan dan
Kesehatan Pekerja Radiasi, Daerah Kerja Radiasi, Sarana Proteksi Radiasi, dan Lingkungan.
Lab KKL bernaung di bawah pengelolaan Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi
– BATAN. Lab KKL memberikan pelayanan pemeriksaan kesehatan rutin pada pekerja radiasi
yang meliputi:

1. Pemeriksaan fisik

2. Pemeriksaan sinar-X, khusus PA

3. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)

4. Pemeriksaan laboratorium:

a. Darah : Hb, hematokrit, eritrosit, leukosit, trombosit, limfosit absolut, monosit


absolut, laju endapan darah, segmen absolut, MCHC, MCV, dan MCH

b. Fungsi ginjal : ureum dan kreatinin

c. Asam urat

d. Fungsi hati: SGOT, SGPT, Albumin dan Bilirubin direct

e. Gula darah f. Lemak: kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida

g. Urin rutin

Selain itu juga terdapat pelayanan pemeriksaan kesehatan tambahan atau khusus bila
pekerja terpapar radiasi berlebih yaitu pemeriksaan jumlah sel sperma dan aberasi kromosom.
Pemeriksaan aberasi kromosom bentuk disentrik dilakukan pada sel darah limfosit untuk
memprediksi risiko efek radiasi pada tubuh. Semakin tinggi frekuensi aberasi kromosom
disentrik yang dijumpai, semakin besar tingkat kerusakan yang terjadi pada tubuh sebagai
konsekuensi dari dosis radiasi yang diterima.

3. Jelaskan patogenesis terjadinya keganasan pada kasus ! (PK)


Jawab: Ada 4 fase interaksi radiasi dengan sel sebelum mengalami kerusakan/kematian akibat
radiasi:

Fase 1: Absorbsi energi raiasi pengion yang menyebabkan terjadinya eksitasi dan ionisasi pada
molekul/atom penyusun bahan biologi

Fase 2: Fase fisikokimia → molekul yang terbentuk dari peristiwa ionisasi akan bereaksi
dengan molekul lain membentuk radikal bebas dalam sel.
Fase 3: fase kimia biologi → radikal bebas akan berikatan dengan komponen-komponen
penting penyusun sel seperti PUVA (penyusun membrane sel)

Fase 4: fase biologi → kerusakan sel akibat radiasi dapat teramati dengan melihat jumlah
populasi sel leukosit dan limfositnya.

Pada kasus diatas, sang dokter mengalami efek somatic stokastik yang artinya jika radiasi
mengenai DNA sel → menginduksi keganasan (malignansi)

4. Jelaskan standar ruangan radiologi yang benar dalam pemakaian/ pengunaan


Plumbun pada ruangan tersebut. (RD)
Jawab: Pada bagian Komponen dan Material Bangunan, berikut di bawah ini persyaratannya:
1. Lantai
a. Lantai harus kuat, tidak licin, permukaan rata/ tidak bergelombang.
b. Bahan pelapis lantai non porosif.
c. Tahan terhadap gesekan dan anti statis
d. Warna cerah, tidak silau.
e. Pertemuan lantai dengan dinding disarankan menggunakan hospital plint.
f. Area di bawah lantai harus aman dari paparan radiasi peralatan sinar pengion.
2. Dinding
a. Konstruksi dinding: bata merah dengan ketebalan 25 cm (dua puluh lima sentimeter) dan
kerapatan jenis 2,2 g/cm3 (dua koma dua gram per sentimeter kubik), atau beton dengan
ketebalan 20 cm (dua puluh sentimeter) atau setara dengan 2 mm (dua milimeter) timah hitam
(Pb), sehingga tingkat radiasi di sekitar ruangan pesawat sinar-X tidak melampaui Nilai Batas
Dosis 1 mSv/tahun (satu milisievert per tahun).

b. Setiap sambungan lapisan timbal (Pb), dipasang tumpang tindih/overlapping.


c. Finishing dinding non porosif, anti bakteri/jamur dan tahan terhadap bahan kimia.
d. Warna dinding cerah, tidak silau.
3. Plafon/langit-langit
a. Plafon dan rangkanya kuat.
b. Bahan plafon non porosif, anti bakteri/jamur
c. Warna plafon cerah, tidak silau.
d. Tinggi plafon dari lantai minimal 2,8 meter. -39-
e. Area di atas plafon/lantai di atasnya harus aman dari paparan radiasi peralatan sinar
pengion

4. Pintu

a. Pintu ruangan pesawat sinar-X dilapisi dengan timah hitam dengan ketebalan tertentu
sehingga tingkat Radiasi di sekitar ruangan pesawat sinar-X tidak melampaui Nilai Batas Dosis
1 mSv/tahun (satu milisievert per tahun).

b. Di atas pintu masuk ruang pemeriksaan dipasang lampu merah yang menyala pada saat
pesawat dihidupkan sebagai tanda sedang dilakukan penyinaran (lampu peringatan tanda
bahaya radiasi). Bila memungkinkan pintu dilengkapi alat penutup pintu otomatis (automatic
door closer)

5. Jelaskan efek radiasi pengion dan non pengion. Apa satuan dosis radiasi. (F)
Jawab:   Radiasi pengion radiasi yang apabila menumbuk atau menabrak sesuatu, akan muncul
partikel bermuatan listrik (ion) yaitu sinar-x, sinar gamma, sinar kosmik, partikel beta, alfa dan
neutron. Efek radiasi ionisasi pada tingkat seluler memiliki dua pengaruh terhadap sel-sel :
pertama mengakibatkan terganggunya reproduksi sel baru dengan cara mutase dan yang kedua
mengakibatkan kematian sel. Kedua pengaruh akibat radiasi ionisasi pada tingkat sel dapat
digunakan untuk menjelaskan efek radiasi makroskopik seperti karsinogenik, dan lain-lainnya.

Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek ionisasi
apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion tersebut berada di sekeliling
kehidupan kita. radiasi non pengion tidak mengionisasi (memecah ion-ion) atom,sehingga
dampaknya pun tidak terlalu luas. Radiasi non pengion biasanya memiliki energi yang hanya
bisa mengubah struktur atom, tanpa mengionisasinya. Yang termasuk dalam jenis radiasi non-
pengion antara lain adalah gelombang radio (yang membawa informasi dan hiburan melalui
radio dan televisi), gelombang mikro (yang digunakan dalam microwave oven dan transmisi
seluler handphone), sinar inframerah (yang memberikan energi dalam bentuk panas), cahaya
tampak (yang bisa kita lihat), sinar ultraviolet (yang dipancarkan matahari).

Mula-mula dosis yang digunakan dalam radiasi pengion adalah dosis erithema yaitu
banyaknya radiasi sinar-x yang menyebabkan kulit kemerahan. Defenisi atau arti satu rontgen
Banyaknya radiasi sinar-x atau sinar gamma yang menimbulkan ionisasi di udara pada
0,001293 gram udara sebanyak satu satuan muatan elektrostatis
dengan associated corpuscular emission diartikan elektron sekunder dan 0,001293 gram ialah
massa 1 cm3 udara pada 0oC 760 mmHg

6. Jelaskan sikap dan upaya kesehatan yang dilakukan seorang radiografer dalam
protokol bekerja.(RD)
Jawab: Kewajiban Terhadap Pasien

1. Setiap Ahli radiografi dalam melaksanakan pekerjaan profesinya senantiasa


memelihara suasana dan lingkungan dengan menghayati nilai–nilai budaya, adat istiadat,
agama dari penderita, keluarga penderita dan masyarakat pada umumnya.

2. Setiap Ahli radiografi dalam melaksanakan pekerjaan profesinya wajib dengan tulus
dan ikhlas terhadap pasien dengan memberikan pelayanan terbaik terhadapnya. Apabila ia
tidak mampu atau menemui kesulitan, ia wajib berkonsultasi dengan teman sejawat yang Ahli
atau Ahli lainnya.

3. Setiap Ahli radiografi wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui baik hasil
pekerjaan profesinya maupun dari bidang lainnya tentang keadaan pasien, karena kepercayaan
pasien yang telah bersedia dirinya untuk diperiksa

4. Setiap Ahli Radiografi wajib melaksanakan peraturan-peraturan kebijakan yang telah


digariskan oleh Pemerintah di dalam bidang kesehatan

5. Setiap Ahli Radiografi demi kepentingan penderita setiap saat bekerja sama dengan
Ahli lain yang terkait dan melaksanakan tugas secara cepat, tepat dan terhormat serta percaya
diri akan kemampuan profesinya

6. Setiap Ahli Radiografi wajib membina hubungan kerja yang baik antara profesinya
dengan profesi lainnya demi kepentingan pelayanan terhadap masyarakat

Kewajiban Terhadap Diri Sendiri

1. Setiap Ahli Radiografi harus menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya baik
terhadap bahaya radiasi maupun terhadap penyakitnya.

2. Setiap Ahli Radiografi senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan profesinya baik


secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan jalan mengikuti perkembangan ilmu dan
teknologi, meningkatkan keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi pelayanan
terhadap masyarakat

7. Bagaimana peraturan perundang-undangan keselamatan kerja radiasi untuk dokter,


pasien, operator dan lingkungan? (RD)
Jawab: Persyaratan Keselamatan Radiasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
meliputi:

a. persyaratan manajemen;

pemegang izin harus memenuhi:


-Penanggung jawab keselamatan radiasi
-Budaya Keselamatan
-Pemantauan kesehatan
-personel
-Pendidikan dan pelatihan proteksi dan keselamatan radiasi
-Rekaman dan laporan

b. persyaratan Proteksi Radiasi;

> justifikasi Penggunaan pesawat sinar-X; harus didasarkan pada pertimbangan bahwa
manfaat yang diperoleh jauh lebih besar daripada risiko bahaya Radiasi yang ditimbulkan.

> limitasi Dosis; yang harus mengacu pada nilai batas dosis

> penerapan optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi harus diupayakan agar Pekerja
Radiasi di Instalasi Radiologi dan anggota masyarakat di sekitar Instalasi Radiologi menerima
Paparan Radiasi serendah mungkin yang dapat dicapai.

c. persyaratan teknik;

meliputi:

a. pesawat sinar-X;

b. peralatan penunjang pesawat sinar-X ; dan

c. bangunan fasilitas.

d. verifikasi keselamatan.
> Pengukuran pemantauan paparan radiasi di daerah kerja

> Identifikasi terjadinya Paparan potensial dan

> Kendai mutu pesawat sinar-X

8. Bagaimana peraturan yang berlaku jika ada tuntutan pekerja tersebut? (RD)
Jawab: Tunjangan bahaya radiasi bagi Pegawai Negeri yang bekerja sebagai pekerja radiasi di
bidang kesehatan, yang selanjutnya disebut tunjangan bahaya radiasi adalah tunjangan khusus
yang diberikan kepada Pegawai Negeri yang bekerja sebagai pekerja radiasi di bidang
kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku atas potensi
risiko bahaya radiasi yang dihadapi oleh pekerja radiasi bidang kesehatan yang bersangkutan
dalam melaksanakan tugasnya.

Tunjangan bahaya radiasi diberikan untuk masing-masing tingkat bahaya radiasi yang
ditetapkan berdasarkan nilai sebagai berikut:

a. Nilai 720 : bahaya radiasi tingkat I

b. Nilai 480 s/d 719: bahaya radiasi tingkat II

c. Nilai 320 s/d 479: bahaya radiasi tingkat III

d. Nilai 160 s/d 319: bahaya radiasi tingkat IV

Penetapan nilai bagi pekerja radiasi untuk masing-masing tingkat tunjangan bahaya radiasi,
ditetapkan berdasarkan total nilai pekerja radiasi yang bersangkutan yang didapatkan dari hasil
penjumlahan faktor-faktor penilaian yang meliputi:

a. faktor langsung atau tidak langsung (RLDTL);

b. faktor jenis radiasi (JR); dan

c. faktor besarnya radiasi (BR).

Besarnya tunjangan bahaya radiasi menurut tingkat bahaya radiasi, adalah sebagai berikut:

a. Risiko bahaya radiasi tingkat I adalah risiko bagi pekerja radiasi yang berhubungan langsung
dengan sumber radiasi secara terus menerus, sebesar Rp 1.150.000,00 (satu juta seratus lima
puluh ribu rupiah) setiap bulan.
b. Risiko bahaya radiasi tingkat II adalah risiko bagi pekerja radiasi yang berhubungan
langsung dengan sumber radiasi sewaktu-waktu, sebesar Rp 950.000,00 (sembilan ratus lima
puluh ribu rupiah) setiap bulan.

c. Risiko bahaya radiasi tingkat III adalah risiko bagi pekerja radiasi yang berhubungan dengan
sumber radiasi tidak langsung dan berada dalam medan radiasi terus menerus, sebesar Rp
750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) setiap bulan.

d. Risiko bahaya radiasi tingkat IV adalah risiko bagi pekerja radiasi yang berhubungan dengan
sumber radiasi tidak langsung dan berada dalam medan radiasi sewaktu-waktu, sebesar Rp
425.000,00 (empat ratus dua puluh lima ribu rupiah) setiap bulan.
BAB III
PENUTUP
Seorang dokter pasti menyarankan pasiennya untuk melakukan radioterapi. Radioterapi
merupakan salah satu cara untuk pengobatan terhadap kanker. Namun, ternyata radioterapi
memiliki dampak yang cukup besar dalam perubahan-perubahan biologis akibat dari paparan
radiasi. Dalam pengoperasiannya maupun pemberiannya harus dikerjakan dalam standar
operasi dan perundang-undangan yang telah ditetapkan PEPRES, Peraturan Menteri
Kesehatan, dan BAPETEN. Efek-efek yang ditimbulkan bukan hal yang patut disepelekan
karena bisa menyebabkan kanker, kelainan genetic, bahkan kecacatan permanen. Oleh karena
itu, Ada standar profesi radiographer dan tugas kewajiban dokter gigi spesialis radiologi yang
menjalankan pemeriksaan sinar-X kepada pasien.

Jika terjadi kecelakan yang tidak dipekirakan, sang petugas radiasi atau fisikawan
medis, atau dokter spesialis radiologi wajib melaporkan kondisi kesehatan. Dengan begitu,
keselamatan nyawa bagi para tenaga ahli bisa diselamatkan. Bahkan sudah ditetapkannya
tunjangan bahaya radiasi bagi pegawai negeri yang bekerja sebagai pekerja radiasi di bidang
kesehatan. Demikian, semua proteksi bagi para pekerja radiasi dapat dijamin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Surveillance Epidemiology and End Result (2012). SEER stat fact sheets: Acute myeloid
leukemia. http://seer.cancer.gov/statistics/types.html diakses tanggal 12 September 2022
2. Muhlisin, Ahmad. Memahami Nilai Normal Leukosit Pada Dewasa dan Anak.
Honestdocs.id. Nilai Normal Leukosit Pada Dewasa dan Anak | HonestDocs Diakses
tanggal 12 September 2022
3. IAEA, ILO, and WHO. Health Sueveillance of Persons Occupationally Exposed to
Ionizing Radiation: Guidance for Occupational Physicians. Safety Reports Series No. 5.
IAEA, Vienna. 1998.
4. Permenkes no.24 Tahun 2020 tentang Standar Pelayanan Radiologi Klinik
5. Peraturan Kepala Bapeten Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pemantauan Kesehatan untuk
Pekerja Radiasi
6. Peraturan Kepala Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 tentang keselamatan
Raadiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional
7. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
375/MENKES/SK/III/2007 TENTANG STANDAR PROFESI RADIOGRAFE
8. Peraturan Presiden (PERPRES) nomor 56 Tahun 2015 tentang Tunjangan Bahaya
Radiasi bagi Pegawai Negeri yang Bekerja Sebagai Pekerja Radiasi di Bidang Kesehatan
9. Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 138 Tahun 2014 tentang Tunjangan Bahaya
Radiasi bagi Pegawai Negeri yang Bekerja Sebagai Pekerja Radiasi di Bidang Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai