Anda di halaman 1dari 10

Peran Radiobiologi Sebagai Penanggulangan Bahaya Radiasi

Untuk Pekerja Instalasi Radiologi

Disusun Oleh:

Finka Febriani (32211007)

PROGAM STUDI D3 RADIOAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PERTAMINA BINA MEDIKA

JAKARTA

Jln.bintaro raya no.10 kebayoran lama,Jakarta selatan,112240

Tahun Ajaran 2022/2023


ABSTRACT
The high use of radiation for medical activities is the contribution of the second largest source of
radiation we receive. Besides radiation gives benefits, it can also cause danger for radiation
workers, people, and the environment. So that radiology services should pay attention to safety
aspects of radiation according to Peraturan Kepala BAPETEN No.8 in 2011. The purpose of this
paper is how to deal with radiation hazards in radiology installations.

ABSTRAK
Tingginya penggunaan radiasi untuk kegiatan medis merupakan kontribusi kedua terbesar
sumber radiasi yang kita terima, dimana selain memberikan manfaat , juga dapat menyebabkan
bahaya baik bagi pekerja radiasi, masyarakat, maupun lingkungan sekitar. Sehingga pelayanan
radiologi harus memperhatikan aspek keselamatan kerja radiasi menurut Peraturan Kepala
BAPETEN No.8 Tahun 2011. ujuan dari paper ini adalah bagaimana cara menanggulangi bahaya
radiasi di instalasi radiologi.

BAB 1

PENDAHULUAN
Pemeriksaan diagnostik radiologi telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan kita sehari-hari, terutama penatalaksanaan klinis pasien di dalam
pelayanan kesehatan. Sejak ditemukannya sinar-X oleh Roentgen pada tahun 1895 dan
kemudian diproduksinya peralatan radiografi pertama untuk penggunaan diagnostik klinis,
prinsip dasar dari radiografi tidak mengalami perubahan sama sekali, yaitu memproduksi
suatu gambar pada reseptor film dengan sumber radiasi dari suatu berkas sinar-X yang
mengalami absorbsi dan atenuasi ketika melalui berbagai organ atau bagian pada tubuh.

Perkembangan teknologi radiologi telah memberikan banyak sumbangan tidak


hanya dalam perluasan wawasan ilmu dan kemampuan diagnostik radiologi. Tetapi juga
dalam proteksi radiasi pada pasien-pasien yang mengharuskan pemberian radiasi
serendah mungkin sesuai dengan kebutuhan klinis. Hal ini merupakan aspek penting dalam
pelayanan diagnostik radiologi dan perlu mendapat perhatian secara kontinyu. Selama
radiasi, sinar-x menembus bahan/materi dan terjadi tumbukan foton dengan atom-atom
bahan yang akan menimbulkan ionisasi didalam bahan tersebut. Oleh karena sinar-x
merupakan radiasi pengion, maka kejadian inilah yang memungkinkan timbulnya efek
radiasi terhadap tubuh, baik yang bersifat stokastik, non stokastik maupun efek genetik..

Dengan demikian diperlukan upaya yang terus menerus untuk melakukan kegiatan
keselamatan dalam medan radiasi pengion melalui tindakan penanggulangan bahaya
radiasi.

TUJUAN
Mengetahui peran radiobiology sebagai penganggulangan bahaya radiasi di instalasi
radiologi.

BAB 2

DASAR TEORI/LANDASAN TEORI


Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru dan lainnya.
Setiap organ tubuh tersusun atas jaringan yang merupakan kumpulan sel yang mempunyai
fungsi dan struktur yang sama. Sel sebagai unit fungsional terkecil dari tubuh dapat
menjalankan fungsi hidup secara lengkap dan sempurna seperti pembelahan, pernafasan,
pertumbuhan dan lainnya. Sel terdiri dari dua komponen utama, yaitu sitoplasma dan inti
sel (nucleus). Sitoplasma mengandung sejumlah organel sel yang berfungsi mengatur
berbagai fungsi metabolisme penting sel. 

Inti sel mengandung struktur biologic yang sangat kompleks yang disebut
kromosom yang mempunyai peranan penting sebagai tempat penyimpanan semua
informasi genetika yang berhubungan dengan keturunan atau karakteristik dasar manusia.
Kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang merupakan
suatu rantai pendek dari DNA (Deooxyribonucleic acid) yang membawa suatu kode
informasi tertentu dan spesifik.

Interaksi antara radiasi dengan sel hidup merupakan proses yang berlangsung
secara bertahap. Proses ini diawali dengan tahap fisik dan diakhiri dengan tahap biologik.
Ada empat tahapan interaksi, yaitu :

1. Tahap Fisik

Tahap Fisik berupa absorbsi energi radiasi pengion yang menyebabkan terjadinya
eksitasi dan ionisasi pada molekul atau atom penyusun bahan biologi. Proses ini
berlangsung sangat singkat dalam orde 10-16 detik. Karena sel sebagian besar (70%)
tersusun atas air, maka ionisasi awal yang terjadi di dalam sel adalah terurainya molekul
air menjadi ion positif H2O+ dan e- sebagai ion negatif. Proses ionisasi ini dapat ditulis
dengan :

H2O + radiasi pengion  —>  H2O+ + e-

2. Tahap Fisikokimia

Tahap fisikokimia dimana atom atau molekul yang tereksitasi atau terionisasi
mengalami reaksi-reaksi sehingga terbentuk radikal bebas yang tidak stabil. Tahap ini
berlangsung dalam orde 10-6 detik. Karena sebagian besar tubuh manusia tersusun atas
air, maka peranan air sangat besar dalam menentukan hasil akhir dalam tahap fisikokimia
ini. Efek langsung radiasi pada molekul atau atom penyusun tubuh selain air hanya
memberikan sumbangan yang kecil bagi akibat biologi akhir dibandingkan dengan efek tak
langsungnya melalui media air tersebut. Ion-ion yang terbentuk pada tahap pertama
interaksi akan beraksi dengan molekul air lainnya sehingga menghasilkan beberapa
macam produk , diantaranya radikal bebas yang sangat reaktif dan toksik melalui radiolisis
air, yaitu OH- dan H+. Reaksi kimia yang terjadi dalam tahap kedua interaksi ini adalah:

H2O+ —-> H+ + OH-

H2O + e    –>    H2O-


H2O- –> OH- + H+

Radikal bebas OH- dapat membentuk peroksida (H2O2 ) yang bersifat

oksidator kuat melalui reaksi berikut :

OH- + OH + —>  H2O2

3. Tahap Kimia Dan Biologi

Tahap kimia dan biologi yang berlangsung dalam beberapa detik dan ditandai
dengan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan peroksida dengan molekul organik sel
serta inti sel yang terdiri atas kromosom. Reaksi ini akan menyebabkan terjadinya
kerusakan-kerusakan terhadap molekul-molekul dalam sel. Jenis kerusakannya bergantung
pada jenis molekul yang bereaksi. Jika reaksi itu terjadi dengan molekul protein, ikatan
rantai panjang molekul akan putus sehingga protein rusak. Molekul yang putus ini menjadi
terbuka dan dapat melakukan reaksi lainnya. Radikal bebas dan peroksida juga dapat
merusak struktur biokimia molekul enzim sehingga fungsi enzim terganggu. Kromosom
dan molekul DNA di dalamnya juga dapat dipengaruhi oleh radikal bebas dan peroksida
sehingga terjadi mutasi genetik.

4. Tahap Biologis

Tahap biologis yang ditandai dengan terjadinya tanggapan biologis yang bervariasi
bergantung pada molekul penting mana yang bereaksi dengan radikal bebas dan peroksida
yang terjadi pada tahap ketiga. Proses ini berlangsung dalam orde beberapa puluh menit
hingga beberapa puluh tahun, bergantung pada tingkat kerusakan sel yang terjadi.
Beberapa akibat dapat muncul karena kerusakan sel, seperti kematian sel secara langsung,
pembelahan sel terhambat atau tertunda serta terjadinya perubahan permanen pada sel
anak setelah sel induknya membelah. Kerusakan yang terjadi dapat meluas dari skala
seluler ke jaringan, organ dan dapat pula menyebabkan kematian.

Dilihat dari interaksi biologi tadi di atas, maka secara biologis efek radiasi dapat
dibedakan atas :

1.  Berdasarkan jenis sel yang terkena paparan radiasi

Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetic adalah
sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatic adalah sel-
sel lainnya yang ada dalam tubuh.

Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas :


 Efek Genetik (non-somatik) atau efek pewarisan adalah efek yang dirasakan
oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi.

 Efek Somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar
radiasi. Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat
bervariasi sehingga dapat dibedakan atas :

o Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada
individu dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi,
seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar
dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu
hari sampai mingguan pasca iradiasi.

o Efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang
lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan
kanker.

2.  Berdasarkan dosis radiasi

Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi
dibedakan atas efek stokastik dan efek deterministic (non-stokastik).

Efek Stokastik adalah efek yang penyebab timbulnya merupakan fungsi dosis radiasi
dan diperkirakan tidak mengenal dosis ambang. Efek ini terjadi sebagai akibat paparan
radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel. Radiasi serendah
apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik,
baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak
membunuh sel tetapi mengubah sel,  sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah
ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk
menghilangkan sel seperti ini. 

Semua akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek stokastik yang
terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul
setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang
terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah
dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat
sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik
atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka
waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik
lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker.

Maka dari itu dapat disimpulkan ciri-ciri efek stokastik a.l :


 Tidak mengenal dosis ambang

 Timbul setelah melalui masa tenang yang lama

 Keparahannya tidak bergantung pada dosis radiasi

 Tidak ada penyembuhan spontan

 Efek ini meliputi : kanker, leukemia (efek somatik), dan penyakit keturunan           
(efek genetik).

Efek Deterministik (non-stokastik) adalah efek yang kualitas keparahannya


bervariasi menurut dosis dan hanya timbul bila dosis ambang dilampaui. Efek ini terjadi
karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan
yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada
seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas
dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar
radiasi. 

Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih
besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih
rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan
demikian adalah nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi
100%.

Adapun ciri-ciri efek non-stokastik a.l :

 Mempunyai dosis ambang

 Umumnya timbul beberapa saat setelah radiasi

 Adanya penyembuhan spontan (tergantung keparahan)

 Tingkat keparahan tergantung terhadap dosis radiasi

 Efek ini meliputi : luka bakar, sterilitas / kemandulan, katarak (efek somatik)

BAB 3

PEMBAHASAN
Radiobiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mengkombinasikan dasar-
dasar fisika dengan biologi, lalu difokuskan dalam kerja ionisasi radiasi jaringan biologi
dan makhluk hidup. Ilmu ini juga mempelajari bagaimana cara kerja dan karakteristik
masing-masing sinar-x.

Selain mempelajari karakteristik dari sinar-x , radiobiologi juga mempelajari efek


biologis radiasi. Yang mana mempelajari interaksi materi biologi (DNA) secara langsung
dan tidak langsung. Efek dari interaksi radiasi terhadap biologis adalah kerusakan DNA
yang mana bisa memutuskan satu atau dua rantai pada sel tubuh manusia.

Dalam sel tubuh manusia ada 23 pasang sel, yang mana terbagi menjadi 22 pasang
sel dan 1 kromosom sex. Interaksi tersebut tentunya bisa merusak jaringan sel tubuh
manusia yang mana bisa disebut aborsi yakni memiliki arti bentuk yang tidak normal dari
kromosom. Bukan hanya itu saja apabila terkena jaringan kulit manusia maka radiasi
sendiri mengeluarkan efek yang mana dinamakan:

1. Eritema awal memiliki rentang waktu 6-24 jam dengan jumlah 2-3Msv.

2. Epilasi dan deskuamasi kering yang mana memiliki rentang waktu 3-6
minggu dengan jumlah dosis 3-8Msv.

3. Deskuamasi basah dengan waktu 4-6 minggu dengan dosis 12-20Msv.

4. Nekrosis rentang waktu 10 minggu dengan dosis >20Msv.

Bukan hanya itu saja radiasi juga berefek kepada kesehatan mata, paru-paru, testis,
ovarium, dan janin. Selain mempelajari bentuk efek radiasi terhadap biologis manusia,
radiobiology juga mempelajari badan yang menjadi penanggung dan penanggung jawab
jika terjadi hal yang tidak di inginkan seperti hal kecelakaan radiasi di suatu rumah sakit
yang emiliki instalasi radiologi.

Radiobiologi berperan sebagai ilmu yang mana sebagai acuan radiographer untuk
bekerja sesuai SOP yang ditentukan oleh pihak badan penanggung jawab radiasi dan
rumah sakit sendiri. Radiobiologi sendiri dapat memeberikan manfaat yang luar biasa
untuk pekerja radiologi yakni sebagai proteksi radiasi serta penangulangan pasca terkena
radiasi.

Ilmu radiologi membantu praktisi radiasi untuk mendiagnosis penyebab terjadinya


kecelakaan  radiasi yang disebabkan oleh kesalahan teknis dari mesin pencahar radiasi.
Radiobiologi sendiri  membantu agar efek yang ditimbulkan oleh kecelakaan tersebut tidak
menyebar luas ke daerah  sekitar dengan melakukan sterilisasi tempat dan pemblokir area
yang terpapar radiasi. 
Ilmu radiobiologi juga membantu pekerja radiasi untuk memberikan kenyamanan
bagi pekerja  serta pasien, sebab dalam ilmu ini juga menerapkan pengamanan
pemeriksaan radiologi terhadap pasien, mulai dari kriteria ruangan pemeriksaan pasien,
pelaksanaan pemeriksaan pasien, hingga perawatan pasca pemeriksaan pasien.

Ilmu radibiologi juga menerapkan prinsip safety bagi pekerja radiasi seperti
mengajarkan cara penanggulangan kecelakaan radiasi, pencegahan kecelakaan radiasi,
serta dampak terjadinya kecelakaan radiasi. Dalam beberapa dekade terakhir ini ilmu
radiologi mulai mencuat Kembali seiring dengan perkembangan kecanggihan peralatan
radiologi.

Dengan mencuatnya ilmu ini para praktisi radiologi dimudahkan untuk


mengeksplorasi ilmu yang  mereka punya dengan baik. Selain itu praktisi radiologi juga
memahami apa saja efek yang bisa diterima dari bahaya radiasi terhadap tubuh manusia. 

Selanjutnya dengan adanya ilmu radiobiologi memudahkan para pekerja radiasi


untuk bekerja dan menerima pasien dengan ketentuan khusus yang mana berpedoman
pada ketepatan Badan Penanggulangan Tenaga Nuklir (BAPETEN). Serta memberikan
edukasi secara personal kepada pekerja radiasi.

BAB IV
KESIMPULAN
Oleh sebab itu penting sekali bagi pekerja radiologi khususnya untuk memahami
secara detail terkait ilmu radiologi serta bagaimana implementasinya saat di laksanakan di
dunia kerja. 

Ilmu radiobiologi bukan hanya sebagai catatan semata untuk pekerja radiologi


tetapi, sebagai alarm atau announcement bagi pekerja radiologi untuk memperhatikan
secara detail bagaimana dampak serta pengaruh radiasi jika digunakan secara asal-asalan.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/saptajunaeri2022/62d856dfa51c6f693e077d12/peran-
radiobiologi-sebagai-penanggulang-bahaya-radiasi-untuk-pekerja-instalasi-radiologi

https://radiologyedu.blogspot.com/2014/01/radiobiologi.html

Anda mungkin juga menyukai