PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika kita berbicara mengenai biologi molekuler tentunya kita juga akan
berbicara mengenai cabang imu yang sudah ada sebelumnya, yaitu Genetika
dan juga ilmu biokimia. Pada awalnya, biologi molekuler ini muncul karena
adanya penemuan struktur heliks ganda DNA oleh Waston dan Crick pada
tahun 1953.
B. Tujuan
Untuk mengetahui penerapan biologi molekuler dalam envirogenomik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Envirogenomik
Masalah yang kini juga menjadi variabel penting dalam ranah kesehatan
adalah terjadinya abnormalitas imunologis atau sistem kekebalan akibat
terdistrosi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan tersebut terkategorisasi
sebagai xenobiotik atau imunotoksik xenobiotik. Bahan-bahan dari lingkungan
yang dapat berkategorikan sebagai imunotoksik xenobiotik antara lain adalah
pestisida, logam berat, zat polutan, dan komposisi udara atmosferik yang tidak
lagi berimbang. Akibat dari terdistrosi sestem imunitas tentu munculnya
berbagai kondisi kerentanan terhadap infeksi, autoimun, dan hipersensitifitas
termasuk alergi. Zat xenobiotik jika berikatan secara kovalen dengan
makromolekul sel akan menyebabkan kerusakan DNA, RNA dan protein. Zat
xenobiotik yang bersifat karsinogenik jika berikatan dengan DNA akan
menyebabkan kanker. Xenobiotik seperti obat sintetik, racun alam dan
antibiotik didetoksifikasi oleh satu set xenobiotic-enzim metabolisme. Pada
manusia, ini termasuk oksidase sitokrom P450, -UDP
glucuronosyltransferases, dan glutathione''S''-transferases. Sistem tindakan
enzim dalam tiga tahap untuk pertama mengoksidasi (tahap I) xenobiotic dan
kemudian konjugasi kelompok larut air ke molekul (tahap II). Xenobiotic
kemudian dapat dipompa keluar dari sel dan dalam organisme multiseluler
dapat dimetabolisme lebih lanjut sebelum dikeluarkan (tahap III).
Salah satu zat yang dapat digunakan sebagai model untuk mempelajari
efek cemaran udara pada sistem genomik dan imunologis adalah silikat.
Silikat terkenal sebagai materi yang bersifat fibriogenik, apabila terhirup oleh
manusia dan sampai ke jaringan paru-paru maka akan menyebabkan
kerusakan jaringan melalui pengacauan aktivitas biolistrik seluler. Hipotesa
lainnya adalah silikat akan membentuk asam silikat setelah berinteraksi dengn
sitoplasma dan menyebabkan asidosis metabolik yang berakhir dengan
terjadinya nekrosis. Silikat juga membebaskan gugus fosfolipid dari membran
sel terutama pada makrofag, sehingga terjadi kebocoran sel dan makrofag
lisis. Silikat diduga menjadi pencetus terjadinya ekspresi autoantigen yang
menjadi penyebab reaksi autoimunitas.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Envirogenomik atau ekogenomik adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu pengetahuan berbasis biologi molekuler yang
mempelajari hubungan atau interaksi antara gen dengan lingkungan. Konteks
lingkungan dalam hal ini adalah ekosistem dan habitat yang ditinggali dan
menjadi tempat aktivitas manusia.
B. Saran
Lingkungan tempat tinggal manusia dapat menjadi sedemikian
menguntungkannya bagi manusia, tetapi dapat menjadi sedemikian
merugikannya bagi kehidupan. Menguntungkan atau merugikannya
lingkungan tergantung dari kesiapan kita menjaganya. Lingkungan dapat
menghasilkan obat bagi yang menjaganya, tetapi dapat menghasilkan racun
yang mematikan bagi yang berusaha merusaknya. Oleh sebab itu, sangat
penting untuk menjaga kelestarian lingkungan agar tidak menyebabkan
kerugian khusunya dalam
DAFTAR PUSTAKA