Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jika kita berbicara mengenai biologi molekuler tentunya kita juga akan
berbicara mengenai cabang imu yang sudah ada sebelumnya, yaitu Genetika
dan juga ilmu biokimia. Pada awalnya, biologi molekuler ini muncul karena
adanya penemuan struktur heliks ganda DNA oleh Waston dan Crick pada
tahun 1953.

Penemuan lainnya menunjukkan bahwa suatu gen menentukan suatu


protein, mekanismenya dirumuskan dalam konsep yang dikenal sebagai
dogma sentral, yaitu urutan nukleotida dalam DNA yang akna menentukan
pula urutan nekluorida dalam RNA yang nantinya akan menentukan urutan
saam amino dalam protein. Perkembangan biologi molekuler ini menjadi lebih
pesat karena munculnya rekayasa genetik yang memungkinkan penggandaaan
dan isolasi gen sehingga struktur dan fungsi gen secara detail dan jelas daapt
dipelajari.

Dalam bidang kesehatan sendiri, biologi molekuler memberikan dampak


yang cukup besar hampir pada setiap aspek dunia kesehatan tersebut, tak
terkecuali di bidang farmasi . Sebut saja seperti genetika, histologi, emriologi,
fisiologi, mikrobiologi, parasitology, patologi, imunologi dan juga
farmakologi.

Tidak hanya itu, biologi molekuler juga berperan dalam bidang


envirogenomik. Envirogenomik atau ekogenomik adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan suatu pengetahuan berbasis biologi
molekuler yang mempelajari hubungan atau interaksi antara gen dengan
lingkungan. Konteks lingkungan dalam hal ini adalah ekosistem dan habitat
yang ditinggali dan menjadi tempat aktivitas manusia.
Mengapa envirogenomik penting untuk dipelajari? Envirogenomik
menjadi sangat penting karena setiap manusia semenjak masa konsepsi atau
penggabungan antara sel sperma dan sel telur telah mendapatkan pengaruh
lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Saat inipun
terjadinya degradasi atau penurunan kualitas lingkungan hidup yang ditandai
dengan semakin tidak kondusifnya habitat kita. Di dalam populasi angka
morbiditas atau tingkat kesakitan akibat pengaruh lingkungan semakin pesat.

B. Tujuan
Untuk mengetahui penerapan biologi molekuler dalam envirogenomik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Envirogenomik

Masih ingatkah dengan ledakan nuklir di jepang? Mengapa nuklir dan


berbagai polutannya sangat berbahaya bagi kesehatan manusia? Hal ini dapat
dijelaskan dengan salah satu ilmu populer baru yang disebut dengan
envirogenomik. Envirogenomik atau ekogenomik adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan suatu pengetahuan berbasis biologi
molekuler yang mempelajari hubungan atau interaksi antara gen dengan
lingkungan. Konteks lingkungan dalam hal ini adalah ekosistem dan habitat
yang ditinggali dan menjadi tempat aktivitas manusia.

Envirogenomik menjadi sangat penting karena setiap manusia semenjak


masa konsepsi atau penggabungan antara sel sperma dan sel telur telah
mendapatkan pengaruh lingkungan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Saat inipun terjadinya degradasi atau penurunan kualitas lingkungan
hidup yang ditandai dengan semakin tidak kondusifnya habitat kita. Di dalam
populasi angka morbiditas atau tingkat kesakitan akibat pengaruh lingkungan
semakin pesat.

Degradasi kualitas lingkungan dapat diamati antara lain pada kualitas


udara, air dan berbagai polutan yang kadarnya semakin hari semakin melonjak
di atas ambang batas konsentrasi yang dapat ditolerir oleh mahkluk hidup.
Pesatnya industri dan tingginya efek emisi gas rumah kaca seperti karbon
monoksida, sulfur oksida dan nitrogen oksida membuat suhu udara semakin
meningkat (global warming). Bocornya lapisan ozon akibat limbah aerosiolik
seperti Chloro Fluoro Carbon (CFC) mendorong terjadinya peningkatan
kualitas radiasi ultraviolet. Maraknya sektor riil dan industri menjadi
bertumbuh pesatnya pabrik yang terkadang berkontribusi memberikan
cemaran pada lingkungan berupa limbah zat kimia, bahan sintetik, dan limbah
biologis. Selain itu budaya manusia yang terbiasa untuk menerapkan hasil
lebih utama dibandingkan proses menjadikan manusia acapkali menggunakan
zat-zat berbahaya. Banyak makanan diberikan zat pengawet dan zat penambah
cita rasa, dalam bidang pertanian penggunaan pestisida marak dan tak lagi
dapat dihindari. Cemaran logam berat dan polusi udara juga muncul karena
orang banyak sekali menggunakan kendaraan bermotor berbahan bakar
fosil/karbon.

Dari perspektif genom atau DNA pengaruh lingkungan dapat


menimbulkan kerusakan asam nukleat yang ditandai dengan terjadinya
perubahan urutan basa nukleotida atau bahkan rusaknya struktur dalam
cakupan lebih luas. Peristiwa ini disebut mutasi, mutasi dapat terjadi pada satu
titik, bertukarnya basa, menyelipnya satu atau beberapa basa pada daerah yang
bukan urutannya (insersi) atau bahkan terhapusnya beberapa basa sekaligus.
Mutasi berkelanjutan dan gagal direpair oleh mekanisme perbaikan DNA
endogen akan berkembang menjadi kondisi patologis seperti munculnya
neoplasia atau kanker. Mutasi DNA pada kasus kanker mengakibatkan
diproduksinya protein-protein abnormal seperti overekspresi faktor
pertumbuhan (growth factor), rusak dan terganggunya siklus sel, dan
hilangnya marka pengenal sistem imunitas di permukaan membrannya.
Akibatnya sel-sel neoplasia akan tumbuh liar dan tidak terkendali. Perubahan
genom yang terjadi memang tidak selalu dikaitkan dengan mutasi, tetapi dapat
juga merupakan bagian dari proses adaptasi. Gen manusia dan juga sel
eukariotik lainnya memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan kebutuhan
dan kondisi lingkungan.

Perubahan atau kondisi lingkungan apa saja yang dapat mempengaruhi


genom? Secara sistematis dapat dibedakan berdasarkan karakter dan
katagorisasi lingkungannya. Secara umum faktor pengaruh lingkungan
terhadap genom dalam pengaruh yang berasal dari aspek kimiawi/biokimia,
biologis, fisis (meliputi radiasi elektrogenomik, cahaya, gelombang radio,
emisi, radiasi nuklir, suhu, gelombang suara), dan meteorologi dan geofisika
(kandungan gas dalam udara atmosferik, cuaca, iklim). Radiasi gelombang
elektromagnetik yang berbahaya antara lain adalah sinar ultraviolet, sinar X
dan sinar gamma. Sinar-sinar ini memiliki energi yang tinggi. Sinar ultarviolet
yang berlebihan dapat menimbulkan radang bahkan kanker kulit. Untunglah
ionosfer bumi memiliki lapisan ozon yang mampu menahan sebagian besar
sinar ultra-violet dari matahari. Belakangan ditengarai bahwa lapisan ozon
yang melindungi kita ini mulai berlubang-lubang akibat aktifitas manusia
sendiri di permukaan bumi. Sinar X adalah pancaran energi akibat elektron
yang diperlambat secara mendadak oleh atom-atom berat. Proses seperti ini
disebut bremsstrablung. Energinya begitu tinggi sehingga daya tembusnya
amat besar. Daya tembus ini dimanfaatkan dunia kedokteran untuk membuat
citra bagian dalam tubuh manusia, yang sering kita kenal sebagai foto rotgen.

Radiasi yang berlebihan mempengaruhi proses pembentukan darah, tulang


dan juga kerja kelenjar endokrin seperti gondok. Radioisotop yang sudah
terlanjur masuk ke dalam tubuh sulit dihilangkan. Hal ini disebabkan tubuh
kita hanya dapat memilih zat berdasarkan sifat kimiawinya, bukan sifat inti
atomnya. Tubuh dapat membedakan unsur, bukan isotop. Dua unsur yang
seringkali ada ketika ledakan nuklir adalah iodim dan cesium. Selain itu
terdapat strontium dan karbon radioaktif. Unsur iodium yang dikumpulkan di
dalam kelenjar gondok, seluruh iodium yang masuk ke dalam tubuh, termasuk
yang radioaktif, akan terakumulasi dalam kelenjar gondok. Jika radiasi iodium
radioaktif berlebihan kelenjar gondok dengan sendirinya akan rusak,
dampaknya tentu ke fungsi seluruh tubuh.1) Iodium-131 (131I) Tubuh dapat
menyerap yodium baik lewat alat pencernaan maupun lewat paru-paru. Isotop
ini segera diangkut ke kelenjar gondok dan berada disana berbulan-bulan. 2)
Cesium-134 ; Cesium-137 (134Cs ; 137Cs) Isotop-isotop ini masuk tubuh
lewat rantai makanan. Mereka akan terakumulasi dalam otot sampai berbulan-
bulan lamanya. 3) Strontium-90 (90Sr) Watak isotop ini mirip dengan kalsium
bahan pembuat tulang. Ia masuk tubuh menggantikan kalsium untuk berada di
permukaan tulang. Radiasi berlebihan yang dipancarkannya menyebabkan
kanker tulang, jika sudah menahun dapat merusak sumsum tulang
menimbulkan leukemia. 4) Karbon-14 (14C) Ia memasuki tubuh lewat rantai
makanan. Untunglah isotop ini cukup mudah keluar kembali sebagai gas
karbondioksida.

Radiasi sinar ultraviolet terutama UVB dengan panjang gelombang


230nm-320nm terutama menyebabkan Kanker Sel Basal (Basal Cell
Carcinoma). Yaitu kanker yang terjadi pada wilayah kulit yang tidak
mengalami kreatinisasi terutama pada bagian basal di bawah jaringan
epidermis kulit. Angka penderita kanker ini meningkat dari tahun ke tahun
sebanding dengan jumlah paparan terhadap sinar matahari dan meningkatnya
luas lapisan ozone yang berlubang. Panjang gelombang UV dapat memicu
mutasi pada tumor supressor gene, yang merupakan tempat tersering yang
menjadi imbas akibat kerusakan DNA. Fungsi supressor gene adalah barrier
fisiologis dari ekspansi mutasi gen, selain itu menghalangi proliferasi sel yang
berlebihan maupun mestatasis sel yang dikendalikan oleh onkogen.Hilangnya
supresi gen ini dapat disebabkan oleh mutasi karena kerusakan genom,
nondisjunction, konversi gen atau rekombinasi gen. Mutasi oleh sinar UV
sering berakibat pada gen p53 yang merupakan salah satu gen tumor supresor.

Pengaruh lingkungan selain teridentifikasi mampu menjadi penyebab


mutasi yang berakhir dengan insiden neoplasia, juga telah diidentifikasi dapat
menyebabkan kelainan genetik yang terkait dengan penyakit degeneratif atau
kecacatan kongenital. Polimorfisme atau mutasi pada gen Mono Amin
Oksidase (MAO) dan reseptornya dapat mengakibatkan munculnya perilaku
antisosial dan kemungkinan tercetusnya agresifitas bila orang yang
bersangkutan mengalami tekanan dari lingkungan. Maka efek pada genom
dapat memicu atau akar dari masalah psikososial.

Masalah yang kini juga menjadi variabel penting dalam ranah kesehatan
adalah terjadinya abnormalitas imunologis atau sistem kekebalan akibat
terdistrosi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan tersebut terkategorisasi
sebagai xenobiotik atau imunotoksik xenobiotik. Bahan-bahan dari lingkungan
yang dapat berkategorikan sebagai imunotoksik xenobiotik antara lain adalah
pestisida, logam berat, zat polutan, dan komposisi udara atmosferik yang tidak
lagi berimbang. Akibat dari terdistrosi sestem imunitas tentu munculnya
berbagai kondisi kerentanan terhadap infeksi, autoimun, dan hipersensitifitas
termasuk alergi. Zat xenobiotik jika berikatan secara kovalen dengan
makromolekul sel akan menyebabkan kerusakan DNA, RNA dan protein. Zat
xenobiotik yang bersifat karsinogenik jika berikatan dengan DNA akan
menyebabkan kanker. Xenobiotik seperti obat sintetik, racun alam dan
antibiotik didetoksifikasi oleh satu set xenobiotic-enzim metabolisme. Pada
manusia, ini termasuk oksidase sitokrom P450, -UDP
glucuronosyltransferases, dan glutathione''S''-transferases. Sistem tindakan
enzim dalam tiga tahap untuk pertama mengoksidasi (tahap I) xenobiotic dan
kemudian konjugasi kelompok larut air ke molekul (tahap II). Xenobiotic
kemudian dapat dipompa keluar dari sel dan dalam organisme multiseluler
dapat dimetabolisme lebih lanjut sebelum dikeluarkan (tahap III).

Masih ingatkah dengan ledakan gunung merapi? Mengapa abu gunung


berapi berbahaya bagi kesehatan? Gangguan respirasi dapat terjadi antara lain
karena menghirup debu yang terkontaminasi mineral dengan kadar yang
melebihi ambang batas antara lain dapat terdiri dari debu karbon, silikat,
asbes, kaolin, besi, kapur, dan plumburm. Gangguan respirasi lainnya
disebabkan dengan terhirupnya asap yang bersifat toksik karena mengandung
zat seperti amoniak, klorin, sulfur dioksida, atau nitrogen dioksida. Xenobiotik
biologis seperti jamur, virus, bakteri atau serbuk sari (polen) dapat pula
terhirup dan menimbulkan gangguan pada sistem respirasi.

Salah satu zat yang dapat digunakan sebagai model untuk mempelajari
efek cemaran udara pada sistem genomik dan imunologis adalah silikat.
Silikat terkenal sebagai materi yang bersifat fibriogenik, apabila terhirup oleh
manusia dan sampai ke jaringan paru-paru maka akan menyebabkan
kerusakan jaringan melalui pengacauan aktivitas biolistrik seluler. Hipotesa
lainnya adalah silikat akan membentuk asam silikat setelah berinteraksi dengn
sitoplasma dan menyebabkan asidosis metabolik yang berakhir dengan
terjadinya nekrosis. Silikat juga membebaskan gugus fosfolipid dari membran
sel terutama pada makrofag, sehingga terjadi kebocoran sel dan makrofag
lisis. Silikat diduga menjadi pencetus terjadinya ekspresi autoantigen yang
menjadi penyebab reaksi autoimunitas.

Zat lain yang berbahaya adalah asbes yang menimbulkan asbestosis,


dimana terjadi peningkatan produksi IgA dan diekspresikannya anti nuclear
factor (ANF). akibatnya adalah munculnya radang lokal yang diikuti dengan
pembentukan jaringan ikat. Pembentukan jaringan ikat atau fibrosis itulah
yang menyebabkan menurunnya fungsi paru-paru. Pemaparan merkuri (Hg),
timbal (Pb), dan cadmium (Cd) terjadi penurunan kadar IgA, dan juga IgG
khusus pada keracunan merkuri. Sebagai antibodi yang memberikan reaksi
sekunder pada kejadian infeksi maka berkurangnya IgG menjadikan manusia
mengalami keadaan yang disebut imunodefisiensi. Demikian pula kekurangan
kadar IgA akan mengakibatkan imunitas lokal di tingkat mukosa. Sedangkat
akibat terpapar timbal adalah penurunan kemampuan fungsional dari sel
fagosit, leukosit polimorfonuklear, dan produksi lisozim. Beberapa
mekanisme kerusakan DNA akibat zat genotoksin lain adalah melalui proses
deaminasi, metilisasi, depurinisasi dan alkilasi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Envirogenomik atau ekogenomik adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu pengetahuan berbasis biologi molekuler yang
mempelajari hubungan atau interaksi antara gen dengan lingkungan. Konteks
lingkungan dalam hal ini adalah ekosistem dan habitat yang ditinggali dan
menjadi tempat aktivitas manusia.

Dengan adanya biologi molekuler, kita dapat menganalisis bahaya yang


disebabkan lingkungan sekitar terhadap DNA. Dari perspektif genom atau
DNA pengaruh lingkungan dapat menimbulkan kerusakan asam nukleat yang
ditandai dengan terjadinya perubahan urutan basa nukleotida atau bahkan
rusaknya struktur dalam cakupan lebih luas.

B. Saran
Lingkungan tempat tinggal manusia dapat menjadi sedemikian
menguntungkannya bagi manusia, tetapi dapat menjadi sedemikian
merugikannya bagi kehidupan. Menguntungkan atau merugikannya
lingkungan tergantung dari kesiapan kita menjaganya. Lingkungan dapat
menghasilkan obat bagi yang menjaganya, tetapi dapat menghasilkan racun
yang mematikan bagi yang berusaha merusaknya. Oleh sebab itu, sangat
penting untuk menjaga kelestarian lingkungan agar tidak menyebabkan
kerugian khusunya dalam
DAFTAR PUSTAKA

Alit Sanjaya, Adit. 2011. Envirogenomik . Dikutip dari:


http://alitadisanjaya.blogspot.com/2011/04/envirogenomik.html. 11 Mei
2019. Pukul 14.00 WITA

Anda mungkin juga menyukai