Anda di halaman 1dari 16

 Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun

yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya berlebihan.

JENIS / FUNGSI DAN MEKANISME IMUNOMODULATOR

 Obat golongan imunomodulator bekerja menurut 3 cara, yaitu

 Imunorestorasi –

 Imunostimulasi –

 Imunosupresi

 Imunorestorasi dan imunostimulasi disebut imunopotensiasi atau up regulation, sedangkan

 imunosupresi disebut down regulation.

A. IMUNORESTORASI

adalah suatu cara untuk mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu dengan memberikan
berbagai komponen sistem imun

seperti: immunoglobulin dalam bentuk Immune Serum Globulin (ISG), Hyperimmune Serum Globulin
(HSG), plasma, plasmapheresis, leukopheresis, transplantasi sumsum tulang, hati dan timus.

1. ISG dan HSG

Diberikan untuk memperbaiki fungsi sistem imun pada penderita dengan defisiensi imun
humoral, baik primer maupun sekunder.

ISG dapat diberikan secara intravena dengan aman.

Defisiensi imunoglobulin sekunder dapat terjadi bila tubuh kehilangan Ig dalam jumlah
besar, misalnya pada sindrom nefrotik, limfangiektasi intestinal, dermatitis eksfoliatif dan
luka bakar.

2. Plasma Infus plasma segar

diberikan sejak tahun 1960 dalam usaha memperbaiki sistem imun.

Keuntungan pemberian plasma adalah semua jenis imunoglobulin dapat diberikan dalam
jumlah besar tanpa menimbulkan rasa sakit.

3. Plasmapheresis Plasmapheresis

Plasmapheresis Plasmapheresis atau (pemisahan sel darah dari plasma) digunakan untuk
memisahkan plasma yang mengandung banyak antibodi yang merusak jaringan atau sel,

seperti pada penyakit: miastenia gravis, sindroma goodpasture dan anemia hemolitik
autoimun.
4. Leukopheresis

Pemisahan leukosit secara selektif dari penderita telah dilakukan dalam usaha terapi artritis
reumatoid yang tidak baik dengan cara-cara yang sudah ada.

B. IMUNOSTIMULASI

Imunostimulasi atau imunopotensiasi adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun


menggunakan bahan yang merangsang sistem imun

Biological Response Modifier (BRM) adalah bahan-bahan yang dapat merubah respons imun,
biasanya meningkatkan.

Bahan yang disebut imunostimulator itu dapat dibagi sebagai berikut:

1. Biologik

2. Sintetik

Imunostimulator biologik

 a. Hormon timus

Sel epitel timus memproduksi beberapa jenis homon yang berfungsi dalam pematangan sel T
dan modulasi fungsi sel T yang sudah matang.

4 jenis hormon timus, yaitu timosin alfa, timolin, timopoietin dan faktor humoral timus.

Semuanya berfungsi untuk memperbaiki gangguan fungsi imun (imunostimulasi non-spesifik)


pada usia lanjut, kanker, autoimunitas dan pada defek sistem imun (imunosupresi) akibat
pengobatan.

Pemberian bahan-bahan tersebut jelas menunjukkan peningkatan jumlah, fungsi dan reseptor
sel T dan beberapa aspek imunitas seluler.

Efek sampingnya berupa reaksi alergi lokal atau sistemik.

 b. Limfokin

Disebut juga interleukin atau sitokin yang diproduksi oleh limfosit yang diaktifkan.

Contohnya ialah Macrophage Activating Factor (MAF), Macrophage Growth Factor (MGF), T-cell
Growth Factor atau Interleukin-2 (IL-2), Colony

 c. Interferon

tiga jenis interferon yaitu alfa, beta dan gama.

INF-α dibentuk oleh leukosit, INF-β dibentuk oleh sel fibroblas yang bukan limfosit dan IFN-γ
dibentuk oleh sel T yang diaktifkan.
Semua interferon dapat menghambat replikasi virus DNA dan RNA, sel normal dan sel ganas
serta memodulasi sistem imun.

 d. Antibodi monoklonal

Diperoleh dari fusi dua sel yaitu sel yang dapat membentuk antibodi dan sel yang dapat hidup
terus menerus dalam biakan sehingga antibodi tersebut dapat dihasilkan dalam jumlah yang
besar.

Antibodi monoklonal dapat mengikat komplemen, membunuh sel tumor manusia dan tikus in
vivo.

 e. Transfer factor / ekstrak leukosit

Ekstrak leukosit seperti Dialysed Leucocyte Extract dan Transfer Factor (TF) telah digunakan
dalam imunoterapi.

Imunostimulasi yang diperlihatkan oleh TF yang spesifik asal leukosit terlihat pada penyakit
seperti candidiasis mukokutan kronik, koksidiomikosis, lepra lepromatosa, tuberkulosis, dan
vaksinia gangrenosa.

 f. Lymphokin-Activated Killer (LAK) cells

Adalah sel T sitotoksik singeneik yang ditimbulkan in vitro dengan menambahkan sitokin seperti
IL-2 ke sel-sel seseorang yang kemudian diinfuskan kembali.

Prosedur ini merupakan imunoterapi terhadap keganasan.

 g. Bahan asal bakteri

- BCG (Bacillus Calmette Guerin), memperbaiki produksi limfokin dan mengaktifkan sel NK dan
telah dicoba pada penanggulangan keganasan (imuno-stimulan non-spesifik).

- Corynebacterium parvum (C. parvum), digunakan sebagai imunostimulasi non-spesifik pada


keganasan. - Klebsiella dan Brucella, diduga memiliki efek yang sama dengan BCG.

- Bordetella pertusis, memproduksi Lymphocytosis Promoting Factor (LPF) yang merupakan


mitogen untuk sel T dan imunostimulan.

- Endotoksin, dapat merangsang proliferasi sel B dan sel T serta mengaktifkan makrofag.

 h. Bahan asal jamur

Berbagai bahan telah dihasilkan dari jamur seperti lentinan, krestin dan schizophyllan.

Bahan-bahan tersebut merupakan polisakarida dalam bentuk beta-glukan yang dapat


meningkatkan fungsi makrofag dan telah banyak digunakan dalam pengobatan kanker sebagai
imunostimulan nonspesifik.
Penelitian terbaru menemukan jamur Maitake (Grifola frondosa) yang mengandung betaglukan
yang lebih poten sebagai imunostimulan pada pasien dengan HIV-AIDS, keganasan, hipertensi
dan kerusakan hati (liver ailments).

Imunostimulator sintetik

 a. Levamisol

Merupakan derivat tetramizol yang dapat meningkatkan proliferasi dan sitotoksisitas sel T serta
mengembalikan anergi pada beberapa penderita dengan kanker (imunostimulasi nonspesifik).
Telah digunakan dalam penanggulangan artritis reumatoid, penyakit virus dan lupus
eritematosus sistemik.

 b. Isoprinosin

Disebut juga isosiplex (ISO), adalah bahan sintetis yang mempunyai sifat antivirus dan
meningkatkan proliferasi dan toksisitas sel T. Diduga juga membantu produksi limfokin (IL-2)
yang berperan pada diferensiasi limfosit, makrofag dan peningkatan fungsi sel NK.

 c. Muramil Dipeptida (MDP)

Merupakan komponen aktif terkecil dari dinding sel mycobacterium. Pada pemberian oral
dapat meningkatkan sekresi enzim dan monokin. Bila diberikan bersama minyak dan antigen,
MDP dapat meningkatkan baik respons seluler dan humoral.

 d. Bahan imonustimulator yg telah diuji di klinik

- Azimexon dan ciamexon: diberikan secara oral dan dapat meningkatkan respons imun seluler.

- Bestatin: diberikan secara oral dan dapat meningkatkan respons imun seluler dan humoral.

- Tuftsin: diberikan secara parenteral dan dapat meningkatkan fungsi makrofag, sel NK dan
granulosit.

- Maleic anhydride, divynil ether copolymer: diberikan secara parenteral dan dapat
meningkatkan fungsi makrofag dan sel NK.

- 6-phenil-pyrimidol: diberikan secara oral dan dapat meningkatkan fungsi makrofag dan sel NK.

C. IMUNOSUPRESI

 Merupakan suatu tindakan untuk menekan respons imun.

 Kegunaannya di klinik terutama pada transplantasi untuk mencegah reaksi penolakan dan
pada berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan kerusakan atau gejala sistemik, seperti
autoimun atau auto-inflamasi.

1. Steroid Steroid

 seperti glukokortikoid atau kortikosteroid (KS) menunjukkan efek anti-inflamasi yang


luas dan imunosupresi.
 Efek ini nampak dalam berbagai tingkat terhadap produksi, pengerahan, aktivasi dan
fungsi sel efektor. Efek anti-inflamasi dan efek imunosupresi KS sulit dibedakan karena
banyak sel, jalur dan mekanisme yang sama terlibat dalam kedua proses tersebut.

 KS efektif terhadap penyakit autoimun yang sel T dependen seperti tiroiditis Hashimoto,
berbagai kelainan kulit, polymiositis, beberapa penyakit reumatik, hepatitis aktif dan
inflammatory bowel disease

2. Cyclophosphamide atau cytoxan dan chlorambucil


 Merupakan alkylating agent yang dewasa ini banyak digunakan dalam pengobatan imun,
sebagai kemoterapi kanker dan pada transplantasi sumsum tulang.
 Oleh karena efek toksiknya, hanya digunakan pada penyakit berat.
3. Anatagonis purin
 Azathioprine dan Mycophenolate Mofetil Azathioprine (AT) digunakan di klinik sebagai
transplantasi, artritis reumatoid, LES, inflamatory bowel disease, penyakit saraf dan
penyakit autoimun lainnya.
 Mycophenolate Mofetil (MM) adalah inhibitor iosine monophosphate dehydrogenase,
yang berperan pada sintetis guanosin.
 Digunakan pada transplantasi (ginjal, jantung, hati), artritis reumatoid dan kondisi lain
seperti psoriasis.
4. Cyclosporine-A, Tacrolimus (FK506) dan Rapamycin
Ketiga obat di atas digunakan untuk mencegah reaksi penolakan pada transplantasi
antara lain: sumsum tulang dan hati.
5. 5. Methotrexate (MTX)
Merupakan antagonis asam folat yang digunakan sebagai anti kanker dan dalam dosis
yang lebih kecil digunakan pada pengobatan artritis reumatoid, juvenile artritis
reumatoid, polymyositis yang steroid resisten dan dermomyositis, sindrom Felty,
sindrom Reiter, asma yang steroid dependen dan penyakit autoimun lain.
6. Imunosupresan lai
Radiasi, drainase duktus torasikus dan pemberian interferon dosis tinggi telah digunakan
secara eksperimental dalam klinik sebagai imunosupresan. Di masa mendatang sudah
dipikirkan penggunaan prostaglandin, prokarbazin, miridazol dan antibodi anti sel T
7. Antibodi monoklonal
Antibodi dapat merupakan suatu imunosupresan yang aktif baik untuk sel B maupun sel
T. Berbagai antibodi monoklonal seperti terhadap Leucocyte Differentiation Antigen
dapat menekan imunitas spesifik dan non-spesifik seperti CD3 dan CD8. Dengan
diketahuinya peranan sitokin dan ditemukannya reseptor terhadap sitokin yang larut,
telah dipikirkan pula untuk menggunakan mekanisme ini untuk mempengaruhi respons
imun.
• Hipersensitivitas adalah reaksi berlebihan, tidak diinginkan karena terlalu senisitifnya respon
imun (merusak, menghasilkan ketidaknyamanan, dan terkadang berakibat fatal) yang
dihasilkan oleh sistem imun.

• Reaksi hipersensitivitas berdasarkan mekanisme dan waktu yang dibutuhkan untuk reaksi,
dibagi menjadi empat tipe: tipe I, tipe II, tipe III, dan tipe IV. Penyakit tertentu dapat
dikarenakan satu atau beberapa jenis reaksi hipersensitivitas. [1]

• Reaksi hipersensitivitas berdasarkan mekanisme dan waktu yang dibutuhkan untuk reaksi,
dibagi menjadi empat tipe: tipe I, tipe II, tipe III, dan tipe IV.

• Penyakit tertentu dapat dikarenakan satu atau beberapa jenis reaksi hipersensitivitas.

HIPERSENSITIVITAS TIPE 1

• Merupakan hipersensitivitas tipe segera.

• Reaksi ini berhubungan dengan kulit, mata, nasofaring, jaringan bronkopulmonari, dan
saluran gastrointestinal.

• Manifestasi klinis dari ketidaknyamanan kecil hingga kematian.

• Waktu reaksi antara 15-30 menit setelah terpapar antigen, atau reaksi terlambat hingga 10-
12 jam.

• H tipe I diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE).


HIPERSENSITIVITAS TIPE 2

Komponen seluler utama pada reaksi ini adalah sel mast atau basofil. Reaksi ini diperkuat
dan dipengaruhi oleh trombosit, neutrofil, dan eosinofil.

• Penyebab; terjadi ikatan antibodi (IgG) dan (IgM) terhadap antigen pada permukaan sel dan
matriks ekstraseluler shg antibodi yang berinteraksi dengan antigen permukaan sel bersifat
patogenik dan merusak target sel.

• Penyebab lain; komplemen yang berikatan dengan antibodi sel menimbulkan kerusakan
jaringan.

• Diagnosa kasus H 2

• Pemfigus (IgG bereaksi dengan senyawa intraseluler di antara sel epidermal),

• Anemia hemolitik autoimun (alergi obat seperti penisilin yang dapat menempel pada
permukaan sel darah merah dan berperan seperti hapten untuk produksi antibodi kemudian
berikatan dengan permukaan sel darah merah dan menyebabkan lisis sel darah merah)

• Sindrom Goodpasture (IgG bereaksi dengan membran permukaan glomerulus sehingga


menyebabkan kerusakan ginjal).

• HIPERSENSITIVITAS TIPE 3

• Merupakan hipersensitivitas kompleks imun.

• Penyebab : pengendapan kompleks antigen-antibodi yang kecil dan terlarut di dalam


jaringan ditandai dengan inflamasi atau peradangan.

• Seharusnya kompleks antigen-antibodi difagositosis

• Jika kehadiran antigen selalu ada maka otomatis tubuh memproduksi antibodi terus
sehingga terjadi pengendapan kompleks antigen-antibodi secara terus-menerus.

Diagnosa H 3

• Patogenesi terjadi karena kelebihan antigen dan kelebihan antibodi.

• Kelebihan antigen kronis menimbulkan penyakit serum (serum sickness) memicu terjadinya
artritis atau glomerulonefritis.

• kelebihan antibodi sebagai reaksi Arthus, (akibat paparan antigen dosis rendah dalam waktu
lama menginduksi timbulnya kompleks dan kelebihan antibodi.

HIPERSENSITIVITAS TIPE 4

• hipersensitivitas yang diperantarai sel atau tipe lambat (delayed-type).

• Penyebab : aktivitas perusakan jaringan oleh sel T dan makrofag.


• Waktu cukup lama H4 utk aktivasi dan diferensiasi sel T, sekresi sitokin dan kemokin, serta
akumulasi makrofag dan leukosit lain pada daerah paparan.

• Imunodefisiensi adalah keadaan sistem imun yang tidak berfungsi secara normal.

• penderita imundefisiensi lebih rentan terhadap infeksi berulang (reaktivasi infeksi laten)

• Gangguan imundefisiensi dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu imunodefisiensi primer
(kongenital) dan sekunder (imunodefisiensi didapat).

Imunodefisiensi primer

• disebabkan oleh kelainan genetik pada satu atau lebih komponen sistem imun

• lebih dari 130 jenis kelainan imunodefisiensi primer telah ditemukan.

• Berbagai kelainan mempengaruhi fungsi sistem imun dan dapat diwariskan kepada
keturunannya.

• Umumnya gejala terdeteksi sejak kecil. Namun, berbeda setiap pasien karena dipengaruhi
genetik dan lingkungan.

Imunodefisiensi sekunder

• merupakan kerusakan sistem imun akibat infeksi, mal nutrisi, atau efek pengobatan.

• umumnya pada usia lanjut dan merupakan dampak dari penyakit lain atau efek obat-obatan.

• Cth radioterapi atau kemoterapi menyebabkan imunodefisiensi karena sel-sel imun ikut
dirusak terapi tsb

• Kerusakan sistem imun akibat malagizi (kurang protein).

• Akibat penyakit seperti kanker (leukemia, limfoma), gagal ginjal akut, infeksi HIV, sarkodosis,
splenektomi, dan infeksi virus Epstein-Barr.

• Autoimunitas' adalah kegagalan organisme mengenali bagian dari dirinya sendiri sehingga
sistem imun melawan sel dan jaringan miliknya sendiri.

• Beberapa penyakit yang dihasilkan dari kelainan respons imun ini dinamakan penyakit
autoimun.

• Contoh; penyakit celiac, diabetes melitus tipe 1, lupus eritematosus sistemik, sindrom
Sjögren, Churg-Strauss Syndrome, Hashimoto's thyroiditis, Penyakit Basedow atau penyakit
Graves', idiopathic thrombocytopenic purpura, skleroderma dan artritis reumatoid (RA).

Penyebab autoimun

Genetik, yaitu haplotipe HLA tertentu meningkatkan risiko autoimun

• Kelamin, yaitu wanita lebih sering daripada pria


• Infeksi, yaitu virus Epstein-Barr, mikoplasma, streptokokus, Klebsiella, malaria, berhubungan
dengan beberapa penyakit autoimun;

• Sifat autoantigen, yaitu enzim dan protein (heat shock protein) sering sebagai antigen
sasaran dan mungkin bereaksi silang dengan antigen mikrob

• Obat-obatan, yaitu obat yang dapat menginduksi autoimun

• Usia, umumnya terjadi pada usia dewasa

IMUNOTERAPI KANKER

• Imunoterapi adalah metode pengobatan yang mengaktifkan sistem imun untuk lebih
efektif melawan penyakit, termasuk kanker. 

• Pengobatan diberikan lewat infus, obat minum, krim oles, atau disuntikkan langsung ke
lokasi kanker penderita.

• Contoh penyakit yang telah diobati dengan imunoterapi : kanker kulit, paru, ginjal, kandung
kemih, dan limfoma bahkan kanker serviks stadium 4 masih diberikan imunoterapi.

• Tujuan imunoterapi

• memperlambat perkembangan sel kanker,

• menghentikan perkembangan sel kanker

• Mencegah metastase sel kanker

IMUNOTERAPI
PENYAKIT DEGENERATIF

• Penyakit degenerati adalah berbagai penyakit yang terjadi akibat fungsi dan struktur
jaringan/organ berkurang/buruk/rusak

• Contoh; jantung, osteoporosis, DM tipe 2 hipertensi, kanker

• terapi penyakit degeneratif umumnya hanya mengurangi gejala.

• Yang dibutuhkan adalah menghentikan proses degeneratif dan atau penyakit penyerta
lainnya seperti trauma, autoimun, keganasan dll
Sel punca utk penyakit degeneratif

• Sel punca atau stem cell adalah sel yang memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi
berbagai jenis sel spesifik guna membentuk berbagai jaringan tubuh.

• Sel ini mampu berubah menjadi berbagai jenis sel matang yang khas (diferrentiate), mampu
beregenerasi sendiri (self-regeneration), dan pada dasarnya merupakan blok pembangun
(building block) pada tubuh manusia.
Sifat sel punca

• Ketika sel punca membelah, masing-masing sel baru memiliki potensi tetap sebagai sel yang
sama atau menjadi sel jenis lain dengan fungsi yang spesifik, seperti tulang, sel otot, sel
saraf, sel darah merah, atau sel otak.

• sel punca diyakini dapat digunakan untuk mengisi dan memperbaharui sel jaringan yang
rusak akibat berbagai penyakit

• produk metabolitnya juga memiliki kandungan berbagai faktor pertumbuhan untuk


menunjang regenerasi jaringan dan fungsi organ.

Sel punca di Indonesia

• tim peneliti sel punca dari Klaster Stem Cell and Tissue Engineering IMERI-FKUI, Unit
Pelayanan Terpadu Teknologi Kedokteran (UPTTK) Sel Punca RSCM, dan bekerjasama PT
Kimia Farma (persero), akan mendirikan Pusat Produksi Sel Punca dan Produk Metabolit
Nasional (PPSPPMN).

• RSCM sebagai pemilik fasilitas juga telah mendapatkan izin produksi dari BPOM.

• PPSPPMN ini diharapkan mampu memproduksi berbagai jenis sel punca, baik autogenik
maupun autologus, serta produk metabolit sel punca yang teregistrasi

Fungsi sel punca

• SEL NORMAL dalam suatu jaringan, memiliki kemampuan untuk memperbanyak diri hanya
beberapa kali saja sebelum rusak.

• SEL PUNCA mampu memperbanyak diri, hingga tak terbatas – sesuai dengan kebutuhan
tubuh.

• Sehingga sel ini dapat membentuk kembali suatu jaringan yang rusak.

• Kemampuan inilah digunakan untuk membantu mengobati berbagai penyakit, khususnya


penyakit kronis.

Sumber sel punca

• semua individu berasal dari satu sel yang disebut zigot – sel gabungan antara sel telur wanita
dengan sperma pria.

• Zigot membelah menjadi 2, 4, 8 dst dan akan mengambil peran dan tanggung jawabnya
masing-masing di dalam tubuh. Proses ini disebut dengan diferensiasi.

• Sel punca atau sel stem merupakan sel zigot (awal) belum berdiferensiasi

Keuntungan sel punca

• Mampu membelah sebanyak-banyaknya sesuai dengan kebutuhan.

• Mampu membuat sel stem sehingga bisa digunakan untuk mengobati suatu penyakit.
tipe sel punca

Sel punca embrionik

• Sel embrio – sel zigot yang sudah berkembang dan membelah – yang memiliki usia sekitar 3-
5 hari. Biasanya sel ini didapatkan dari proses bayi tabung

Sel punca non-embrionik atau sel punca dewasa

• Sel tubuh bayi atau anak-anak yang berasal dari berbagai jaringan yang masih dalam tahap
perkembangan. hanya dapat memperbanyak diri sesuai dengan peran sel sumbernya 

• Sel punca dari tali pusar

• diambil dari tali pusar dan plasenta bayi baru lahir yang kemudian langsung disimpan di
dalam bank sel stem untuk digunakan di kemudian hari. 

Penggunaan Sel Punca

Untuk menggantikan sel-sel yang sudah rusak akibat berbagai penyakit. Dengan cara
ditransplantasikan agar berkembang menjadi sel dan jaringan baru.

• Untuk mengetahui efektivitas dan keamanan obat-obatan.

• Untuk memahami bagaimana munculnya sebuah penyakit.

• Imunisasi adalah proses pemberian vaksin kepada seseorang untuk merangsang kekebalan
terhadap suatu penyakit.

• Imunisasi bertujuan untuk membangun kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu


penyakit, dengan membentuk antibodi dalam kadar tertentu. 

• Imunisasi wajib di Indonesia

• Imunisasi dasar

• Usia 0 bulan: 1 dosis hepatitis B

• Usia 1 bulan: 1 dosis BCG dan polio

• Usia 2 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio

• Usia 3 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio

• Usia 4 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio

• Usia 9 bulan: 1 dosis campak/MR

• Imunisasi lanjutan

• Usia 18-24 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan campak/MR


• Kelas 1 SD/sederajat: 1 dosis campak dan DT

• Kelas 2 dan 5 SD/sederajat: 1 dosis Td

Efek Samping Imunisasi

• ES imunisasi atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), umumnya demam ringan sampai
tinggi, nyeri dan bengkak pada area bekas suntikan, dan perasaan tidak nyaman

• reaksi hilang dalam 3-4 hari.

• vaksinasi adalah kegiatan memasukkan vaksin ke tubuh seseorang untuk menghasilkan


kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. (fisik)

• imunisasi adalah suatu proses seseorang menjadi kebal terhadap penyakit tertentu melalui
vaksinasi. (in vivo)

• Vaksin adalah suatu produk untuk menstimulasi sistem imun tubuh

Contoh vaksin di Indonesia

• Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Hib, Campak, MMR, PCV, Rotavirus, Influenza, Tifus, Hepatitis A,
Varisela, HPV, Japanese, encephalitis, Dengue

• imunisasi aktif, tubuh secara aktif menghasilkan antibodi sebagai bentuk kekebalan tubuh
terhadap penyakit setelah mendapatkan vaksinasi. (mendapat vaksin)

• Imunisasi aktif Alami

• Kekebalan yang diperoleh ketika seseorang telah sembuh dari penyakit

• Imunisasi aktif buatan

• Kekebalan yang diperoleh ketika seseorang telah diberikan vaksin

• imunisasi pasif adalah pemberian antibodi dari seseorang yang sudah kebal terhadap
penyakit kepada seseorang yang belum kebal. (mendapat antibodi)

• Imunisasi pasif alami

• Kekebalan yang diterima seorang bayi dari ibunya (IgE)

• Imunisasi pasif buatan

• Kekebalan yang diterima seseorang dari serum orang lain yang telah mengandung antibodi

• Transplantasi organ adalah pemindahan seluruh/ sebagian organ dari seorang donor ke


orang lain (penerima) untuk menggantikan organ yang rusak/ tak befungsi

• Sumber Donor merupakan orang hidup atau telah meninggal.

• Alasan transplantasi adalah kondisi medis berbahaya oleh karena organ yang akan
digantikan mengalami kerusakan.
Jenis Transplantasi Organ

• Organ-organ yang dapat ditransplantasikan (organ atau jaringan)

• Organ contohnya jantung, transplantasi ginjal, hati, paru-paru, pankreas, organ pencernaan,


dan kelenjar timus,

• Jaringan contohnya cangkok tulang dan tendon (disebut cangkok mukuloskeletal), cangkok


kornea, cangkok kulit, penanaman Katup jantung buatan, saraf dan pembuluh darah.

Penolakan transplantasi

• Adalah reaksi ketika jaringan transplan/organ ditolak oleh sistem kekebalan penerima,


sehingga menghancurkan jaringan yang ditransplantasikan

• Penyebab penolakan

• jumlah varian gen yang tidak cocok, yaitu alel (kode molekul permukaan sel yang
disebut major histocompatibility complex (MHC), kelas I dan II, berkorelasi dengan cepat
menolak transplantasi. 

• Pada manusia MHC disebut human leukocyte antigen (HLA).


Mekanisme imunologi penolakan

• Penolakan respons imun adaptif melalui imunitas seluler (oleh sel T pembunuh yang


menginduksi apoptosis sel target) serta imunitas humoral (oleh sel B teraktivasi yang
mensekresikan antibodi ),

• Penolakan lanjutan respon imun bawaan ( fagosit dan protein imun yang larut). 

• Penyebab umum penolakan adalah penerima donor tidakpatuh terhadap rejimen


imunosupresan yang diresepkan. 

Jenis penolakan transplan

• Penolakan akut

• penolakan akut terjadi pada tingkat tertentu di semua transplantasi, kecuali donor kembar
identik,

• Penolakan akut terjadi 1 minggu – 3 bulan setelah transplantasi

• Terjadi penolakan pada vaskular seperti ginjal atau hati

• Penolakan berulang dapat menjadi penolakan kronis . 

• penolakan akut dimediasi oleh makrofag mononuklear dan T-limfosit. 

• Penolakan kronis

• Berupa hilangnya fungsi jangka panjang pada organ yang ditransplantasikan setelah 6 bln
• Penolakan kronis menyebabkan morbiditas jangka panjang (sekitar 4,7 tahun) pada sebagian
besar penerima transplantasi paru

• Gejala klinis umumnya dispnea dan batuk, dan pasien akhirnya meninggal karena insufisiensi


paru atau infeksi akut sekunder.

Penolakan hiperakut

• Penolakan hiperakut bermanifestasi sangat parah dan terjadi dalam beberapa menit hingga
1 minggu

• pengobatan segera dilakukan: pengangkatan jaringan

Deteksi penolakan

tiga ciri histologis utama:

• (1) sel T infiltrasi, mungkin disertai oleh infiltrasi eosinofil , sel plasma , dan neutrofil 

• (2) perubahan struktur anatomi jaringan, bervariasi menurut jenis jaringan yang
ditransplantasikan

• (3) cedera pada pembuluh darah. 


Perawatan penolakan

• Penolakan hiperakut pengobatan segera dilakukan: pengangkatan jaringan. 

• Penolakan kronis umumnya dianggap tidak dapat dikembalikan dan tidak dapat diobati

• Penolakan akut diperlakukan beberapa strategi pengobatan (menggunakan


imunosupresan). 

• Obat imunosupresif

• Perawatan berbasis antibodi

• transfer darah

• transplantasi sumsum

• Terapi gen

Obat imunosupresif

• Kortikosteroid

– Prednisolon

– Hidrokortison

• Penghambat kalsium

– Ciclosporin
– Tacrolimus

• Anti-proliferasi

– Azathioprine

– Asam mikofenolat

• inhibitor mTOR

– Sirolimus

– Everolimus

Perawatan berbasis antibodi

Yaitu Antibodi khusus untuk mencegah penolakan

• Antibodi reseptor anti-IL-2Rα monoklonal

– Basiliximab

– Daclizumab

• Antibodi anti-sel T poliklonal

– Globulin anti-thymocyte (ATG)

– Globulin anti-limfosit (ALG)

• Antibodi anti-CD20 monoklonal

– Rituximab

• transfer darah

• Kasus-kasus yang sulit disembuhkan dengan terapi imunosupresif atau antibodi kadang-
kadang diobati dengan fotopheresis, atau terapi fotoimun ekstrakorporeal (ECP), untuk
menghilangkan molekul-molekul antibodi yang spesifik untuk jaringan yang
ditransplantasikan.

• Transplantasi sumsum tulang dapat menggantikan sistem kekebalan penerima transplantasi


dengan donor, dan penerima menerima organ baru tanpa penolakan. 

• Sel-sel induk hematopoietik sumsum —termasuk sel- sel darah putih yang membentuk


sistem kekebalan tubuh — berasal dari sel donor individu

• Terapi gen

• Terapi gen adalah mengnonaktifkan gen yang menolak. 

• Penelitian masih dilakukan, dan belum ada terapi gen yang digunakan saat ini untuk
merawat pasien. 
• Penelitian saat ini berfokus pada Th1 dan Th17 yang memediasi penolakan allograft melalui
sel T CD4 dan CD8 

Anda mungkin juga menyukai