Imunorestorasi –
Imunostimulasi –
Imunosupresi
A. IMUNORESTORASI
adalah suatu cara untuk mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu dengan memberikan
berbagai komponen sistem imun
seperti: immunoglobulin dalam bentuk Immune Serum Globulin (ISG), Hyperimmune Serum Globulin
(HSG), plasma, plasmapheresis, leukopheresis, transplantasi sumsum tulang, hati dan timus.
Diberikan untuk memperbaiki fungsi sistem imun pada penderita dengan defisiensi imun
humoral, baik primer maupun sekunder.
Defisiensi imunoglobulin sekunder dapat terjadi bila tubuh kehilangan Ig dalam jumlah
besar, misalnya pada sindrom nefrotik, limfangiektasi intestinal, dermatitis eksfoliatif dan
luka bakar.
Keuntungan pemberian plasma adalah semua jenis imunoglobulin dapat diberikan dalam
jumlah besar tanpa menimbulkan rasa sakit.
3. Plasmapheresis Plasmapheresis
Plasmapheresis Plasmapheresis atau (pemisahan sel darah dari plasma) digunakan untuk
memisahkan plasma yang mengandung banyak antibodi yang merusak jaringan atau sel,
seperti pada penyakit: miastenia gravis, sindroma goodpasture dan anemia hemolitik
autoimun.
4. Leukopheresis
Pemisahan leukosit secara selektif dari penderita telah dilakukan dalam usaha terapi artritis
reumatoid yang tidak baik dengan cara-cara yang sudah ada.
B. IMUNOSTIMULASI
Biological Response Modifier (BRM) adalah bahan-bahan yang dapat merubah respons imun,
biasanya meningkatkan.
1. Biologik
2. Sintetik
Imunostimulator biologik
a. Hormon timus
Sel epitel timus memproduksi beberapa jenis homon yang berfungsi dalam pematangan sel T
dan modulasi fungsi sel T yang sudah matang.
4 jenis hormon timus, yaitu timosin alfa, timolin, timopoietin dan faktor humoral timus.
Pemberian bahan-bahan tersebut jelas menunjukkan peningkatan jumlah, fungsi dan reseptor
sel T dan beberapa aspek imunitas seluler.
b. Limfokin
Disebut juga interleukin atau sitokin yang diproduksi oleh limfosit yang diaktifkan.
Contohnya ialah Macrophage Activating Factor (MAF), Macrophage Growth Factor (MGF), T-cell
Growth Factor atau Interleukin-2 (IL-2), Colony
c. Interferon
INF-α dibentuk oleh leukosit, INF-β dibentuk oleh sel fibroblas yang bukan limfosit dan IFN-γ
dibentuk oleh sel T yang diaktifkan.
Semua interferon dapat menghambat replikasi virus DNA dan RNA, sel normal dan sel ganas
serta memodulasi sistem imun.
d. Antibodi monoklonal
Diperoleh dari fusi dua sel yaitu sel yang dapat membentuk antibodi dan sel yang dapat hidup
terus menerus dalam biakan sehingga antibodi tersebut dapat dihasilkan dalam jumlah yang
besar.
Antibodi monoklonal dapat mengikat komplemen, membunuh sel tumor manusia dan tikus in
vivo.
Ekstrak leukosit seperti Dialysed Leucocyte Extract dan Transfer Factor (TF) telah digunakan
dalam imunoterapi.
Imunostimulasi yang diperlihatkan oleh TF yang spesifik asal leukosit terlihat pada penyakit
seperti candidiasis mukokutan kronik, koksidiomikosis, lepra lepromatosa, tuberkulosis, dan
vaksinia gangrenosa.
Adalah sel T sitotoksik singeneik yang ditimbulkan in vitro dengan menambahkan sitokin seperti
IL-2 ke sel-sel seseorang yang kemudian diinfuskan kembali.
- BCG (Bacillus Calmette Guerin), memperbaiki produksi limfokin dan mengaktifkan sel NK dan
telah dicoba pada penanggulangan keganasan (imuno-stimulan non-spesifik).
- Endotoksin, dapat merangsang proliferasi sel B dan sel T serta mengaktifkan makrofag.
Berbagai bahan telah dihasilkan dari jamur seperti lentinan, krestin dan schizophyllan.
Imunostimulator sintetik
a. Levamisol
Merupakan derivat tetramizol yang dapat meningkatkan proliferasi dan sitotoksisitas sel T serta
mengembalikan anergi pada beberapa penderita dengan kanker (imunostimulasi nonspesifik).
Telah digunakan dalam penanggulangan artritis reumatoid, penyakit virus dan lupus
eritematosus sistemik.
b. Isoprinosin
Disebut juga isosiplex (ISO), adalah bahan sintetis yang mempunyai sifat antivirus dan
meningkatkan proliferasi dan toksisitas sel T. Diduga juga membantu produksi limfokin (IL-2)
yang berperan pada diferensiasi limfosit, makrofag dan peningkatan fungsi sel NK.
Merupakan komponen aktif terkecil dari dinding sel mycobacterium. Pada pemberian oral
dapat meningkatkan sekresi enzim dan monokin. Bila diberikan bersama minyak dan antigen,
MDP dapat meningkatkan baik respons seluler dan humoral.
- Azimexon dan ciamexon: diberikan secara oral dan dapat meningkatkan respons imun seluler.
- Bestatin: diberikan secara oral dan dapat meningkatkan respons imun seluler dan humoral.
- Tuftsin: diberikan secara parenteral dan dapat meningkatkan fungsi makrofag, sel NK dan
granulosit.
- Maleic anhydride, divynil ether copolymer: diberikan secara parenteral dan dapat
meningkatkan fungsi makrofag dan sel NK.
- 6-phenil-pyrimidol: diberikan secara oral dan dapat meningkatkan fungsi makrofag dan sel NK.
C. IMUNOSUPRESI
Kegunaannya di klinik terutama pada transplantasi untuk mencegah reaksi penolakan dan
pada berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan kerusakan atau gejala sistemik, seperti
autoimun atau auto-inflamasi.
1. Steroid Steroid
KS efektif terhadap penyakit autoimun yang sel T dependen seperti tiroiditis Hashimoto,
berbagai kelainan kulit, polymiositis, beberapa penyakit reumatik, hepatitis aktif dan
inflammatory bowel disease
• Reaksi hipersensitivitas berdasarkan mekanisme dan waktu yang dibutuhkan untuk reaksi,
dibagi menjadi empat tipe: tipe I, tipe II, tipe III, dan tipe IV. Penyakit tertentu dapat
dikarenakan satu atau beberapa jenis reaksi hipersensitivitas. [1]
• Reaksi hipersensitivitas berdasarkan mekanisme dan waktu yang dibutuhkan untuk reaksi,
dibagi menjadi empat tipe: tipe I, tipe II, tipe III, dan tipe IV.
• Penyakit tertentu dapat dikarenakan satu atau beberapa jenis reaksi hipersensitivitas.
HIPERSENSITIVITAS TIPE 1
• Reaksi ini berhubungan dengan kulit, mata, nasofaring, jaringan bronkopulmonari, dan
saluran gastrointestinal.
• Waktu reaksi antara 15-30 menit setelah terpapar antigen, atau reaksi terlambat hingga 10-
12 jam.
•
HIPERSENSITIVITAS TIPE 2
Komponen seluler utama pada reaksi ini adalah sel mast atau basofil. Reaksi ini diperkuat
dan dipengaruhi oleh trombosit, neutrofil, dan eosinofil.
• Penyebab; terjadi ikatan antibodi (IgG) dan (IgM) terhadap antigen pada permukaan sel dan
matriks ekstraseluler shg antibodi yang berinteraksi dengan antigen permukaan sel bersifat
patogenik dan merusak target sel.
• Penyebab lain; komplemen yang berikatan dengan antibodi sel menimbulkan kerusakan
jaringan.
• Diagnosa kasus H 2
• Anemia hemolitik autoimun (alergi obat seperti penisilin yang dapat menempel pada
permukaan sel darah merah dan berperan seperti hapten untuk produksi antibodi kemudian
berikatan dengan permukaan sel darah merah dan menyebabkan lisis sel darah merah)
• HIPERSENSITIVITAS TIPE 3
• Jika kehadiran antigen selalu ada maka otomatis tubuh memproduksi antibodi terus
sehingga terjadi pengendapan kompleks antigen-antibodi secara terus-menerus.
Diagnosa H 3
• Kelebihan antigen kronis menimbulkan penyakit serum (serum sickness) memicu terjadinya
artritis atau glomerulonefritis.
• kelebihan antibodi sebagai reaksi Arthus, (akibat paparan antigen dosis rendah dalam waktu
lama menginduksi timbulnya kompleks dan kelebihan antibodi.
HIPERSENSITIVITAS TIPE 4
• Imunodefisiensi adalah keadaan sistem imun yang tidak berfungsi secara normal.
• penderita imundefisiensi lebih rentan terhadap infeksi berulang (reaktivasi infeksi laten)
• Gangguan imundefisiensi dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu imunodefisiensi primer
(kongenital) dan sekunder (imunodefisiensi didapat).
Imunodefisiensi primer
• disebabkan oleh kelainan genetik pada satu atau lebih komponen sistem imun
• Berbagai kelainan mempengaruhi fungsi sistem imun dan dapat diwariskan kepada
keturunannya.
• Umumnya gejala terdeteksi sejak kecil. Namun, berbeda setiap pasien karena dipengaruhi
genetik dan lingkungan.
Imunodefisiensi sekunder
• merupakan kerusakan sistem imun akibat infeksi, mal nutrisi, atau efek pengobatan.
• umumnya pada usia lanjut dan merupakan dampak dari penyakit lain atau efek obat-obatan.
• Cth radioterapi atau kemoterapi menyebabkan imunodefisiensi karena sel-sel imun ikut
dirusak terapi tsb
• Akibat penyakit seperti kanker (leukemia, limfoma), gagal ginjal akut, infeksi HIV, sarkodosis,
splenektomi, dan infeksi virus Epstein-Barr.
• Autoimunitas' adalah kegagalan organisme mengenali bagian dari dirinya sendiri sehingga
sistem imun melawan sel dan jaringan miliknya sendiri.
• Beberapa penyakit yang dihasilkan dari kelainan respons imun ini dinamakan penyakit
autoimun.
• Contoh; penyakit celiac, diabetes melitus tipe 1, lupus eritematosus sistemik, sindrom
Sjögren, Churg-Strauss Syndrome, Hashimoto's thyroiditis, Penyakit Basedow atau penyakit
Graves', idiopathic thrombocytopenic purpura, skleroderma dan artritis reumatoid (RA).
Penyebab autoimun
• Sifat autoantigen, yaitu enzim dan protein (heat shock protein) sering sebagai antigen
sasaran dan mungkin bereaksi silang dengan antigen mikrob
IMUNOTERAPI KANKER
• Imunoterapi adalah metode pengobatan yang mengaktifkan sistem imun untuk lebih
efektif melawan penyakit, termasuk kanker.
• Pengobatan diberikan lewat infus, obat minum, krim oles, atau disuntikkan langsung ke
lokasi kanker penderita.
• Contoh penyakit yang telah diobati dengan imunoterapi : kanker kulit, paru, ginjal, kandung
kemih, dan limfoma bahkan kanker serviks stadium 4 masih diberikan imunoterapi.
• Tujuan imunoterapi
IMUNOTERAPI
PENYAKIT DEGENERATIF
• Penyakit degenerati adalah berbagai penyakit yang terjadi akibat fungsi dan struktur
jaringan/organ berkurang/buruk/rusak
• Yang dibutuhkan adalah menghentikan proses degeneratif dan atau penyakit penyerta
lainnya seperti trauma, autoimun, keganasan dll
Sel punca utk penyakit degeneratif
• Sel punca atau stem cell adalah sel yang memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi
berbagai jenis sel spesifik guna membentuk berbagai jaringan tubuh.
• Sel ini mampu berubah menjadi berbagai jenis sel matang yang khas (diferrentiate), mampu
beregenerasi sendiri (self-regeneration), dan pada dasarnya merupakan blok pembangun
(building block) pada tubuh manusia.
Sifat sel punca
• Ketika sel punca membelah, masing-masing sel baru memiliki potensi tetap sebagai sel yang
sama atau menjadi sel jenis lain dengan fungsi yang spesifik, seperti tulang, sel otot, sel
saraf, sel darah merah, atau sel otak.
• sel punca diyakini dapat digunakan untuk mengisi dan memperbaharui sel jaringan yang
rusak akibat berbagai penyakit
• tim peneliti sel punca dari Klaster Stem Cell and Tissue Engineering IMERI-FKUI, Unit
Pelayanan Terpadu Teknologi Kedokteran (UPTTK) Sel Punca RSCM, dan bekerjasama PT
Kimia Farma (persero), akan mendirikan Pusat Produksi Sel Punca dan Produk Metabolit
Nasional (PPSPPMN).
• RSCM sebagai pemilik fasilitas juga telah mendapatkan izin produksi dari BPOM.
• PPSPPMN ini diharapkan mampu memproduksi berbagai jenis sel punca, baik autogenik
maupun autologus, serta produk metabolit sel punca yang teregistrasi
• SEL NORMAL dalam suatu jaringan, memiliki kemampuan untuk memperbanyak diri hanya
beberapa kali saja sebelum rusak.
• SEL PUNCA mampu memperbanyak diri, hingga tak terbatas – sesuai dengan kebutuhan
tubuh.
• Sehingga sel ini dapat membentuk kembali suatu jaringan yang rusak.
• semua individu berasal dari satu sel yang disebut zigot – sel gabungan antara sel telur wanita
dengan sperma pria.
• Zigot membelah menjadi 2, 4, 8 dst dan akan mengambil peran dan tanggung jawabnya
masing-masing di dalam tubuh. Proses ini disebut dengan diferensiasi.
• Sel punca atau sel stem merupakan sel zigot (awal) belum berdiferensiasi
• Mampu membuat sel stem sehingga bisa digunakan untuk mengobati suatu penyakit.
tipe sel punca
• Sel embrio – sel zigot yang sudah berkembang dan membelah – yang memiliki usia sekitar 3-
5 hari. Biasanya sel ini didapatkan dari proses bayi tabung
• Sel tubuh bayi atau anak-anak yang berasal dari berbagai jaringan yang masih dalam tahap
perkembangan. hanya dapat memperbanyak diri sesuai dengan peran sel sumbernya
• diambil dari tali pusar dan plasenta bayi baru lahir yang kemudian langsung disimpan di
dalam bank sel stem untuk digunakan di kemudian hari.
Untuk menggantikan sel-sel yang sudah rusak akibat berbagai penyakit. Dengan cara
ditransplantasikan agar berkembang menjadi sel dan jaringan baru.
• Imunisasi adalah proses pemberian vaksin kepada seseorang untuk merangsang kekebalan
terhadap suatu penyakit.
• Imunisasi dasar
• Imunisasi lanjutan
• ES imunisasi atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), umumnya demam ringan sampai
tinggi, nyeri dan bengkak pada area bekas suntikan, dan perasaan tidak nyaman
• imunisasi adalah suatu proses seseorang menjadi kebal terhadap penyakit tertentu melalui
vaksinasi. (in vivo)
• Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Hib, Campak, MMR, PCV, Rotavirus, Influenza, Tifus, Hepatitis A,
Varisela, HPV, Japanese, encephalitis, Dengue
• imunisasi aktif, tubuh secara aktif menghasilkan antibodi sebagai bentuk kekebalan tubuh
terhadap penyakit setelah mendapatkan vaksinasi. (mendapat vaksin)
• imunisasi pasif adalah pemberian antibodi dari seseorang yang sudah kebal terhadap
penyakit kepada seseorang yang belum kebal. (mendapat antibodi)
• Kekebalan yang diterima seseorang dari serum orang lain yang telah mengandung antibodi
• Alasan transplantasi adalah kondisi medis berbahaya oleh karena organ yang akan
digantikan mengalami kerusakan.
Jenis Transplantasi Organ
Penolakan transplantasi
• Penyebab penolakan
• jumlah varian gen yang tidak cocok, yaitu alel (kode molekul permukaan sel yang
disebut major histocompatibility complex (MHC), kelas I dan II, berkorelasi dengan cepat
menolak transplantasi.
• Penolakan lanjutan respon imun bawaan ( fagosit dan protein imun yang larut).
• Penolakan akut
• penolakan akut terjadi pada tingkat tertentu di semua transplantasi, kecuali donor kembar
identik,
• Penolakan kronis
• Berupa hilangnya fungsi jangka panjang pada organ yang ditransplantasikan setelah 6 bln
• Penolakan kronis menyebabkan morbiditas jangka panjang (sekitar 4,7 tahun) pada sebagian
besar penerima transplantasi paru
Penolakan hiperakut
• Penolakan hiperakut bermanifestasi sangat parah dan terjadi dalam beberapa menit hingga
1 minggu
Deteksi penolakan
• (2) perubahan struktur anatomi jaringan, bervariasi menurut jenis jaringan yang
ditransplantasikan
• Penolakan kronis umumnya dianggap tidak dapat dikembalikan dan tidak dapat diobati
• Obat imunosupresif
• transfer darah
• transplantasi sumsum
• Terapi gen
Obat imunosupresif
• Kortikosteroid
– Prednisolon
– Hidrokortison
• Penghambat kalsium
– Ciclosporin
– Tacrolimus
• Anti-proliferasi
– Azathioprine
– Asam mikofenolat
• inhibitor mTOR
– Sirolimus
– Everolimus
– Basiliximab
– Daclizumab
– Globulin anti-thymocyte (ATG)
– Globulin anti-limfosit (ALG)
– Rituximab
• transfer darah
• Kasus-kasus yang sulit disembuhkan dengan terapi imunosupresif atau antibodi kadang-
kadang diobati dengan fotopheresis, atau terapi fotoimun ekstrakorporeal (ECP), untuk
menghilangkan molekul-molekul antibodi yang spesifik untuk jaringan yang
ditransplantasikan.
• Terapi gen
• Penelitian masih dilakukan, dan belum ada terapi gen yang digunakan saat ini untuk
merawat pasien.
• Penelitian saat ini berfokus pada Th1 dan Th17 yang memediasi penolakan allograft melalui
sel T CD4 dan CD8