JURUSAN FARMASI
NIM : PO714251181023
KELAS/KLP : D4/1
JURUSAN FARMASI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hayati tertinggi ke-2 di dunia setelah Brazil. Sebanyak 40.000 jenis flora yang
ada di dunia, 30.000 jenis dapat di jumpai di Indonesia dan 940 jenis
Jumlah tumbuhan obat tersebut sekitar 90% dari jumlah tumbuhan obat yang
Sebagian besar sudah dimanfaatkan sejak nenek moyang kita untuk mengobati
berbagai senyawa organic yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic. Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan.
ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh,
tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran
aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa
mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-
zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam
Salah satu bahan alam yang dapat digunakan untuk pengobatan tradisional
adalah jambu biji (Psidium guajava L.). Berdasarkan informasi tersebut, sangat
perlu untuk melakukan ekstraksi dan identifikasi kandungan kimia dari jambu
biji (Psidium guajava L.). Dari proses ekstraksi akan didapatkan isolat-isolat
simplisia buah jambu biji (Psidium guajava L.) untuk mengetahui dan
memahami cara mengekstraksi sampel jambu biji (Psidium guajava L.) dengan
1. Maksud Percobaan
2. Tujuan Percobaan
C. Prinsip Percobaan
kesimpulan.
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA
A. Uraian Tanaman
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
2. Morfologi
silindris, permukaanya licin dan terlihat lepasnya kerak (bagian kulit yang
cabang condong keatas dan ada pula yang mendatar. Jambu biji memiliki
cabang sirung pendek (virgula atau virgula sucre scens) yaitu cabang-cabang
Daun jambu biji tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari
tangkai (petiolus) dan helaian (lamina) saja disebut daun bertangkai. Dilihat
dari letak bagian terlebarnya jambu biji bagian terlebar daunya berada
Daun jambu biji memiliki tulang daun yang menyirip (penninervis) yang
mana daun ini memiliki satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung
dan merupakan terusan tangkai daun dari ibu tulang kesamping, keluar tulang-
sirip pada ikan. Jambu biji memiliki ujung daun yang tumpul. Pangkal daun
membulat (rotundatus), ujung daun tumpul (obtusus). Jambu biji memiliki tepi
(perkamenteus). Pada umumnya warna daun pada sisi atas tampak lebih hijau
licin jika di bandingkan dengan sisi bawah karena lapisan atas lebih hijau,
jambu biji memiliki permukaan daun yang berkerut (rogosus). Tangkai daun
berbentuk silindris dan tidak menebal pada bagian pangkalnya (Yuzami et al,
2010).
3. Komponen Kimia
Dalam 100 g buah jambu biji merah menyediakan 5204 mcg lycopene,
hampir dua kali lipat dari pada tomat. (100 g tomat mengandung 2573 mcg
Dalam 100 gram buah jambu biji, terkandung zat-zat gizi sebagai berikut
Protein 2.55 g 5%
Kolesterol 0 mg 0%
Vitamin
Folat 49 mg 12.5 %
Niasin 1.084 mg 7%
Ribovlavin 0.040 mg 3%
Vitamin E 0.73 mg 5%
Elektrolit
Sodium 2 mg 0%
Kalium 417 mg 9%
Mineral
Kalsium 18 mg 2%
Besi 0.26 mg 3%
Magnesium 22 mg 5.5%
Fosfor 11 mg 2%
Seng 0.23 mg 2%
Phyto-nutrient
Crypto-xanthin-B 0 mcg -
Jambu biji memiliki kandungan vitamin A yang sangat tinggi. Seperti yang
kita ketahui bahwa vitamin A sangat bermanfaat untuk kesehatan mata atau
penglihatan. Selain itu, kadar vitamin C alami yang tinggi dalam jambu biji,
lima kali lebih tinggi daripada jeruk, sehingga dapat memberikan sistem
pertumbuhan dan metastasis sel kanker. Jambu biji kaya akan lycopene,
antioksidan kuat yang terbukti sangat berhasil dalam mengurangi risiko kanker
diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat,
menggunakan menstrum yang cocok, uapkan semua atau hampir semua dari
pelarutnya dan sisa endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya
(Marjoni R, 2016).
sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa
baku, pemilihan pelarut, waktu proses ekatrasi suhu ektrasi. Ukuran bahan
baku yang kecil baku yang kecil akan menghasilkam hasil yang rendah.
ekstraksi. Jika suhu tinggi, maka akan menghasilkan sisa pelarut yang tinggi
pula (Anam.2010:74).
selonsong dan melarutkanzat aktif dalam sampel. Jika pelarut telah mencapai
permukaan sifon, seluruhc airan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui
pipa kapiler sehingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan
dalam selonsong tidak lagi berwarna, atau sirkulasi telah mencapai lebih dari
1. Pengertian Soxhletasi
kertas saring, melalui alat ini pelarut akan terus direfluks. Alat soklet akan
mengosongkan isinya ke dalam labu dasar bulat setelah pelarut mencapai
kadar tertentu. Setelah pelarut segar melewati alat ini melalui pendingin
(Hamdani, 2011).
2. Prinsip Kerja
penyarian lebih sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila
Penyarian dihentikan bila pelarut yang turun melewati pipa kapiler tidak
rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh. Minyak nabati umumnya larut
baik dalam pelarut organik, seperti benzen dan heksan. Untuk
senyawa dari material atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang
menguap. Pelarut itu bergantung pada tingkatannya, polar atau non polar
(Hamdani, 2011).
a. Kekurangan
wadah
b. Kelebihan
selesai dilakukan
berjalan efektif
D. Ekstraksi Cair-cair
1. Pengertian
cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan
cair-cair selalu terdiri dari sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara
intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu
sesempurna mungkin.
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu
selalu terdiri dari sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif
bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu
pembawa dan pelarut ini adalah heterogen, jika dipisahkan terdapat 2 fase
yaitu fase diluen (rafinat) dan fase pelarut (ekstrak). Perbedaan konsentrasi
terlarut dari larutan yang ada. Gaya dorong (driving force) yang
2. Prinsip Kerja
Campuran diluen dan solven ini adalah heterogen (immiscible, tidak saling
campur), jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan
a. Kekurangan
b. Kelebihan
tinggi
1. Pengertian
maupun cuplikannya.
2011).
2. Prinsip Kerja
gerak berupa cairan dan fase diam berupa lapisan tipis (dapat berupa
Fase diam pada kromatografi lapis tipis terbuat dari serbuk halus yang
berukuran5–40 μm. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan
semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja
kromatografi lapis tipis dalam hal efisiensi dan resolusinya. Serbuk halus
tersebut dapat berupa adsorben, resin penukar ion, molecule sieve, atau
penyangga yang dilapisi cairan. Adsorben dapat berupa silika gel, alumina
gaya van der Waals atau gaya tarik dipol-dipol dengan berbagai molekul-
molekul polar. Namun harus dihindari terikatnya molekul air karena akan
senyawa non polar, seperti asam-asam amino dan gula. Bahan adsorben
lain yang juga sering digunakan adalah magnesium silikat, kalsium silikat
a. Kekurangan
yang cocok
tidak tekun
b. Kelebihan
sinar uv
METODE KERJA
dengan suhu rendah yang konstan. Alat penyari untuk buah jambu biji
yang digunakan antara lain adalah alat – alat gelas, timbangan analitik,
fitokimia dan KLT adalah pipet kapiler, pipet tetes, plat silika gel GF254,
Bahan sampel berupa buah jambu biji (Psidium guajava L.) yang
Selain sampel, bahan kimia yang digunakan pada praktikum ini adalah
etanol 96% , n-Butanol dan n-Heksan sebagai larutan penyari. Untuk uji
asam sulfat, HCl 2N, methanol 50%, serbuk magnesium, amil alkohol,
B. Cara Kerja
1. Pengambilan Sampel
Buah (fructus) diambil dengan cara dipetik dengan tangan dan diambil
buah yang tidak terlalu masak. Lalu sampel disimpan dalam kantong
plastik.
2. Penyiapan Sampel
Buah jambu biji (Psidium guajava L.) disortir lalu dicuci dengan
kemudian buah jambu biji yang sudah bersih dioven pada temperatur
40oC.
3. Ekstraksi
4. Skrinning Fitokimia
a. Identifikasi Flavonoid
b. Identifikasi Tanin
warna hijau violet setelah direaksikan dengan larutan besi (III) klorida
1%.
c. Identifikasi Saponin
d. Identifikasi Alkaloid
5. Ekstraksi Cair-cair
sampai terjadi pemisahan dari fase air dan fase n- Heksan, lalu
dipisahkan fase air dan fase n-Heksan. Kemudian fase air dimasukkan
pemisahan dari fase air dan fase n-Butanol, lalu dipisahkan fase air
a. Identifikasi Flavonoid
b. Identifikasi Tanin
kehitaman.
c. Identifikasi Saponin
KLT.
d. Identifikasi Alkaloid
A. Hasil
B. Pembahasan
Buah jambu biji (Psidium guajava L.) dikenal sebagai buah yang
memilki banyak manfaat. Oleh karena itu, maka dilakukan praktikum ini
lunak.
kental.
yang terdapat didalam ekstrak buah jambu biji dan dilakukan dengan
HCl 0,1N sebanyak 1 ml dan serbuk Mg 0,2 gram, hasil pada pengujian ini
terbentuk warna merah tua yang menyatakan hasil positif bahwa ekstrak
ditambahkan pereaksi besi (III) klorida 1%, hasil pada pengujian ini
terbentuk warna hijau violet yang menyatakan hasil positif bahwa ekstrak
buah jambu biji mengandung senyawa tannin. Pada tabung reaksi ketiga,
dikocok kuat – kuat selama 10 detik, hasil pada pengujian ini terbentuk
HCl 1N lalu dikocok sampai membentuk lapisan atas dan bawah, larutan
kimia dalam ekstrak buah jambu biji juga diuji secara kualitatif dengan
diam pada identifikasi ini dengan menggunakan silica gel GF254 yang
bersifat polar dan penggunaan fase gerak yang berbeda – beda tergantung
pada sifat kepolaran senyawa tersebut. Ekstrak yang telah di totolkan pada
lempeng KLT menggunakan pipa kapiler kemudian dielusi dengan cairan
identifikasi flavonoid, fase diam silica gel GF254 yang telah ditotolkan
dengan ekstrak buah jambu biji dielusi dengan fase gerak kloroform : etil
setelah itu lempeng KLT ditetesi dengan pereaksi citro borat kemudian
tannin, fase diam silica gel GF254 yang telah ditotolkan dengan ekstrak
buah jambu biji dielusi dengan fase gerak kloroform : etil asetat : asam
hasil positif, setelah itu lempeng KLT ditetesi dengan FeCl3 kemudian
saponin, fase diam silica gel GF254 yang telah ditotolkan dengan ekstrak
buah jambu biji kemudian dielusi dengan fase gerak kloroform : methanol
ekstrak 0,67. Pada identifikasi alkaloid, fase diam silica gel GF254 yang
telah ditotolkan dengan ekstrak buah jambu biji kemudian dielusi dengan
fase gerak kloroform : etil asetat : asam formiat (0,5 : 9 : 0,5) setelah
PENUTUP
A. Kesimpulan
cm selama 10 menit.
berwarna putih.
ekstrak 0,74.
ekstrak 0, 67.
ekstrak 0,67.
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Choirul. 2010. Ekstraksi Oleoresin Jahe. Jurnal Pertanian MAPETA. Vol.
Pustaka Pelajar.
Indo. J. Chem., 2008, Activity Test of Guava (Psidium guajava L.) Leaf Methanol
Krisdiawati A. 2012. Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Eter, Etil Asetat, Air dan
Ekstrak Metanolik.
Rahardjo, Tri Joko. 2013. Kimia Hasil Alam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yuzami et al, 2010. Ensiklopedia Flora 2. Bogor : PT karisma Ilmu. Hlm 22.
LAMPIRAN