Anda di halaman 1dari 12

Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru dan lainnya.

Setiap organ
tubuh tersusun atas jaringan yang merupakan kumpulan sel yang mempunyai fungsi dan
struktur yang sama. Sel sebagai unit fungsional terkecil dari tubuh dapat menjalankan fungsi
hidup secara lengkap dan sempurna seperti pembelahan, pernafasan, pertumbuhan dan
lainnya. Sel terdiri dari dua komponen utama, yaitu sitoplasma dan inti sel (nucleus).
Sitoplasma mengandung sejumlah organel sel yang berfungsi mengatur berbagai fungsi
metabolisme penting sel. Inti sel mengandung struktur biologic yang sangat kompleks yang
disebut kromosom yang mempunyai peranan penting sebagai tempat penyimpanan semua
informasi genetika yang berhubungan dengan keturunan atau karakteristik dasar manusia.
Kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang merupakan
suatu rantai pendek dari DNA (Deooxyribonucleic acid) yang membawa suatu kode
informasi tertentu dan spesifik.
Radiasi apabila menumbuk suatu materi maka akan terjadi interaksi yang akan menimbulkan
berbagai efek. Efek-efek radiasi ini bergantung pada jenis radiasi, energi dan juga bergantung
pada jenis materi yang ditumbuk. Pada umumnya radiasi dapat menyebabkan proses ionisasi
dan atau proses eksitasi ketika melewati materi yang ditumbuknya.
Ionisasi bisa terjadi pada saat radiasi berinteraksi dengan atom materi yang dilewatinya.
Radiasi yang dapat menyebabkan terjadinya ionisasi disebut radiasi pengion. Termasuk
dalam katagori radiasi pengion ini adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X
dan neutron. Pada saat menembus materi, radiasi pengion dapat menumbuk elektron orbit
sehingga elektron terlepas dari atom. Akibatnya timbul pasangan ion positif dan ion negatif.
Efek-efek yang timbul akibat radiasi pengion :
1. Efek Genetik
Merupakan efek radiasi yang dirasakan oleh keturunan orang yang menerima radiasi, karena
perubahan kode genetik terjadi pada sel pembawa keturunan.
2. Efek Somatik
Merupakan efek radiasi yang langsung dirasakan oleh orang yang menerima radiasi tersebut.
Terdapat 2 macam efek somatik, antara lain :

1. Efek Stokastik

Adalah efek yang timbul karena perubahan pada sel normal akibat radiasi pengion. Dosis
radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada
sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula
tidak membunuh sel tetapi mengubah sel Sel yang mengalami modifikasi atau sel yang
berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha
untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini
disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang
dan baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin
besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan
oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik,
maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul
efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam
jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat
toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan
radiasi dosis rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang secara
statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan
paparan individu.
Ciri – ciri efek stokastik :
i. Tidak mengenal dosis ambang
ii. Timbul setelah masa tenang yang lama
iii. Dosis radiasi tidak mempengaruhi keparahan efek
iv. Tidak ada penyembuhan spontan. Contoh : kanker & penyakit turunan
2. Efek Non-Stokastik (Deterministik)
Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah
fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi
pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas
dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi.
Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar
dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan
mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah
nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.
Ciri-ciri Efek Non Stokastik :
i. Punya dosis ambang
ii. Timbul beberapa saat setelah radiasi
iii. Adanya penyembuhan spontan
iv. Dosis radiasi mempengaruhi keparahan efek.
contoh :luka bakar, sterilitas, dan katarak
Ketika melewati materi, maka sinar-X akan mengalami interaksi dengan materi tersebut.
Dari interaksi tersebut, akan timbul efek yang melalui 4 tahapan, antara lain :

1. Tahap Fisika

Pada proses fisika, terjadi peristiwa absorbsi energi oleh materi sesaat setelah terkena radiasi.
Tahapan fisika diikuti oleh eksitasi dan ionisasi atom atau molekul.
Berlangsung hanya kira-kira 10-16 detik dimana energi terdeposit di dalam sel dan
menyebabkan ionisasi. Di air reaksinya dapat dinyatakan sebagai :
H2O —> H2O+ + e-
Dimana H2O+ adalah ion positif dan e- adalah ion negatif
2. Tahap Kimia – Fisika
Pada proses kimia, terjadi peristiwa perusakan molekul-molekul secara kimiawi. perubahan
ini diakibatkan oleh antara lain:
a. Efek langsung
b. Efek tidak langsung
Berlangsung kira-kira 10-6 detik, dimana ion-ion berinteraksi dengan molekul air lainnya
yang menghasilkan beberapa produk baru. Sebagai contoh, ion positif terdisosiasi :
H2O+ —> H+ + OH-
Ion negatif, yaitu elektron, terikat pada molekul air netral yang selanjutnya terdisosiasi
H2O+ + e- —> H2O
H2O- —> H + OH-
Sehingga produk dari reaksinya adalah H+ , OH- ,H dan OH. Dua ion pertama, yang ada
dalam sebagian besar air, tidak mengambil bagian dalam reaksi berikutnya. Dua produk
lainnya, H dan OH disebut radikal bebas, yaitu mereka yang mempunyai elektron yang tidak
berpasangan dan secara kimia sangat reaktif. Hasil reaksi lainnya adalah hidrogen peroksida
H2O2, yang merupakan oksidan yang sangat kuat dan terbentuk dengan reaksi:
OH + OH —> H2O2
3. Tahap kimia
Berlangsung hanya beberapa detik, dimana hasil reaksi berinteraksi dengan molekul-molekul
organik yang penting dari sel. Radikal bebas dan oksidan dapat menyerang molekul komplek
yang membentuk koromosom. Misalnya, sebagai contoh , radikal tersebut dapat mengikatkan
dirinya ke molekul atau menyebabkan ikatan rantai panjang menjadi putus.
4. Tahap Biologi
Dimana waktunya bervariasi dari puluhan menit sampai puluhan tahun bergantung pada
gejala khusus yang muncul. Perubahan kimia yang didiskusikan diatas dapat mempengaruhi
sel individu dalam berbagai cara, misalnya :

1. Kematian sel lebih awal


2. terhambatnya atau tertundanya pembelahan sel
3. perubahan tetap pada sel turunannya

Interaksi radiasi pengion dengan meteri biologik diawali dengan interaksdi fisika yaitu,
proses ionisasi. Elektron yang dihasilkan dari proses ionisasi akan berinteraksi secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bila penyerapan energi langsung terjadi
pada molekul organik dalam sel yang mempunyai arti penting, seperti DNA. Sedangkan
interaksi secara tidak langsung bila terlebih dahulu terjadi interaksi radiasi dengan molekul
air dalam sel yang efeknya kemudian akan mengenai molekul organik penting. Mengingat
sekitar 80% dari tubuh manusia terdiri dari air, maka sebagian besar interaksi radiasi dalam
tubuh terjadi secara tidak langsung.
B. Radiasi dengan Molekul Air (Radiolisis Air)
Penyerapan energi radiasi oleh molekul air dalam proses radiolisis air akan menghasilkan
radikal bebas (H* dan OH*) yang tidak stabil serta sangat reaktif dan toksik terhadap molekul
organik vital tubuh. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul dengan sebuah electron
yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Keadaan ini menyebabkan radikal bebas
menjadi tidak stabil, sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik vital. Radikal bebas
yang terbentuk dapat sering bereaksi menghasilkan suatu molekul biologic peroksida yang
lebih stabil sehingga berumur lebih lama. Molekul ini dapat berdifusi lebih jauh dari tempat
pembentukannya sehingga lebih besar peluangnya dibandingkan radikal bebas untuk
menimbulkan kerusakan biokimiawi pada molekul biologi. Secara alamiah kerusakan yang
timbul akan mengalami proses perbaikan secara enzimatis dalam kapasitas tertentu.
Perubahan biokimia yang terjadi yang berupa kerusakan pada molekul-molekul biologi
penting tersebut selanjutnya akan menimbulkan gangguan fungsi sel bila tidak mengalami
proses perbaikan secara tepat atau menyebabkan kematian sel. Perubahan fungsi atau
kematian dari sejumlah sel menghasilkan suatu efek biologik dari radiasi yang bergantung
pada jenis radiasi, dosis, jenis sel lainnya.

C. Radiasi dengan DNA


Interaksi radiasi dengan DNA dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur molekul
gula atau basa, putusnya ikatan hydrogen antar basa, hilangnya basa dan lainnya. Kerusakan
yang lebih parah adalah putusnya salah satu untai DNA yang disebut single strand break, atau
putusnya kedua untai DNA yang disebut double strand breaks. Secara alamiah sel
mempunyai kemampuan untuk melakukan proses perbaikan terhadap kerusakan yang timbul
dengan menggunakan beberapa jenis enzim yang spesifik. Proses perbaikan dapat
berlangsung terhadap kerusakan yang terjadi tanpa kesalahan sehingga struktur DNA kembali
seperti semual dan tidak menimbulkan perubahan struktur pada sel. Tetapi dalam kondisi
tertentu, proses perbaikan tidak berjalan sebagai mana mestinya sehingga walaupun
kerusakan dapat diperbaiki, tetapi tidak sempurna sehingga menghasilkan DNA yang
berbeda, yang dikenal dengan mutasi.

D. Radiasi dengan Kromosom


Sebuah kromosom terdiri dari dua lengan yang dihubungkan satu sama lain dengan suatu
penyempitan yang disebut sentromer. Radiasi dapat menyebabkan perubahan baik pada
jumlah maupun struktur kromosom yang disebut aberasi kromosom. Perubahan jumlah
kromosom, misalnya menjadi 47 buah pada sel somatic yang memungkinkan timbulnya
kelainan genetic. Kerusakan struktur kromosom berupa patahnya lengan kromosom terjadi
secara acak dengan peluang yang semakin besar dengan meningkatnya dosis radiasi.
Aberasi kromosom yang mungkin timbul adalah :

1. Fragmen Asentrik, yaitu patahnya lengan kromososm yang tidak mengandung sentromer,
2. Kromosom cincin,
3. Kromosom Disentrik, yaitu kromosom yang memiliki dua sentromer
4. Translokasi, yaitu terjadinya perpindahan atau pertukaran fragmen dari dua atau lebih
kromosom. Kromosom disentri yang spesifik terjadi akibat paparan radiasi sehingga jenis
aberasi ini biasa digunakan sebagai dosimeter biologic yang dapat diamati pada sel darah
limfosit, yang merupakan salah satu jenis sel darah putih. Frekuensi terjadinya kelainan
pada kromosom bergantung pada dosis, energi dan jenis radiasi, laju dosis dan lainnya..

E. Radiasi dengan Sel


Kerusakan yang terjadi pada DNA dan kromosom sel sangat bergantung pada proses
perbaikan yang berlangsung. Bila proses perbaikan berlangsung dengan baik/sempurna, dan
juga tingkat kerusakan sel tidak terlalu parah, maka sel bisa kembali normal. Bila perbaikan
sel tidak sempurna, sel tetap hidup tetapi mengalami perubahan. Bila tingkat kerusakan sel
sangat parah atau perbaikan tidak berlangsung dengan baik, maka sel akan mati. Sel yang
paling sensitive terhadap pengaruh radiasi adalah sel yang paling aktif melakukan
pembelahan dan tingkat differensiasi (perkembangan/ kematangan sel) rendah. Sedangkan sel
yang tidak mudah rusak akibat pengaruh radiasi adalah sel dengan tingkat differensiasi yang
tinggi.

F. Pemanfaatan Radiasi
Pada jaman modern ini terdapat banyak sekali sumber radiasi buatan manusia. Di dunia
kedokteran radiasi justru dimanfaatkan dalam diagnosa maupun proses penyembuhan
penyakit. Alat-alat yang digunakan merupakan sumber radiasi yang memberikan dosis
serapan amat tinggi pada manusia. Oleh sebab itu sangat tidak dianjurkan seorang pasien
mengalami radiasi berkali-kali dalam tempo yang tidak begitu lama. Dosis radiasi beberapa
aktivitas medis dapat kita lihat dalam tabel-4.
Perlu dicatat bahwa dosis pada tabel-4 itu hanya berlaku untuk sekali aktivitas saja. Selain itu
waktu radiasinya juga singkat sekali dan sasaran radiasi terlokalisir di bagian tubuh tertentu.
Terapi radiasi untuk kanker yang berdosis 5 juta mrem hanya digunakan dalam waktu singkat
dan daerah sasarn yang seminimal mungkin yaitu bagian yang memang dikehendaki mati
sel-selnya. Jika radiasi itu dikenakan ke seluruh tubuh matilah orang yang teradiasi
berdasarkan tabel-2. Di Amerika Serikat tiap orang menerima kira-kira 80 mrem per tahun
dari aktivitas medis yang dilakukannya.

Sumber radiasi buatan lain yang cukup besar adalah aktivitas tenaga nuklir, mulai dari
penambangan uranium, pengayaannya, penggunaannya dalam reaktor nuklir, pembuangan
sampah nuklir, sampai dengan percobaan senjata nuklir. Jika faktor kecelakaan diabaikan,
dosis yang timbul akibat aktivitas tenaga nuklir ini per tahunnya.
G. Dosis dan Gejala Respon Radiasi pada Reproduksi
Efek deterministik pada organ reproduksi atau gonad adalah sterilitas. Pajanan radiasi pada
testis akan mengganggu proses pembentukan sel sperma yang akhirnya akan mempengaruhi
jumlah sel sperma yang dihasilkan. Pengaruh radiasi pada produksi sel sperma tidak dapat
diketahui segera setelah terpajan radiasi, tetapi dalam waktu sekitar 2 bulan kemudian. Dosis
radiasi 0,15 Gy sudah dapat mengakibatkan penurunan jumlah sel sperma (oligospermia).
Dosis sampai 2 Gy menyebabkankan sterilitas sementara selama sekitar 1 – 2 tahun. Menurut
ICRP 60, dosis ambang sterilitas permanen adalah 3,5 – 6 Gy. Radiasi pada laki-laki tidak
mempengaruhi libido secara nyata.
Pengaruh radiasi pada sel telur sangat bergantung pada usia. Semakin tua usia, semakin
sensitif terhadap radiasi. Radiasi dapat menyebabkan strilitas atau menopause dini. Dosis
ambang sterilitas menurut ICRP 60 adalah 2,5 – 6 Gy. Pada usia yang lebih muda (20-an),
sterilitas permanen terjadi pada dosis yang lebih tinggi yaitu mencapai 12 – 15 Gy.
Efek stokastik yang dikenal dengan efek pewarisan terjadi karena mutasi pada gen atau
kromosom sel sperma dan sel telur. Perubahan kode genetik yang terjadi akibat pajanan
radiasi akan diwariskan pada keturunan individu terpajan. Tapi sampai saat ini belum ada
bukti adanya efek pewarisan pada manusia akibat radiasi. Penelitian pada hewan dan
tumbuhan menunjukkan bahwa efek yang terjadi bervariasi dari ringan hingga kehilangan
fungsi atau kelainan anatomik yang parah bahkan kematian prematur.
Beberapa tahapan perkembangan spermatogonia menjadi spermatid adalah sangat
radiosensitif. Hal ini terutama ditemukan pada efek radasi pada fraksi yang berbeda tahap
perkembangan fase S yang dapat diukur dengan sitometri alir dalam waktu singkat (15 menit)
dan cara yang tepat. Dosis radiasi serendah 0,1 Gy dapat terdeteksi. Keunggulan dari uji
sperma ini adalah sensitivitasnya yang cenderung tinggi dan hanya dibutuhkan waktu pendek
untuk analisis. Dan kenyataan bahwa pajanan radiasi pada gonad diukur tidak lagi merupakan
keunggulan utama karena diketahui risiko genetic pada manusia mungkin jauh lebih rendah
daripada perkiraan semula. Kelemahan dari uji ini adalah memilki kendala yakni hanya untuk
populasi laki-laki, testis pun dipastikan berada pada medan radiasi,. Metodenya invasive dan
memerlukan peralatan mahal (flow cytometer). Analisis segera setelah pajanan (hingga 2
hari) tidak dimungkinkan. Tidak ada informasi untuk manusia, dan data pada mencit terbatas
serta hanya untuk radiasi gamma dan sinar-X, iradiasi akut dan dosis tunggal.
Pada pria, jaringan sistem reproduksi bersifat radioresisten kecuali testis (berisi sel-sel
radiorsisten yakni spermatozoa matang dan sel-sel radiosensitif yakni spermatogonia sel
muda). Efek primer dari radiasi adalah kerusakan dan depopulasi spermatogonia, sesudah itu
deplesi sperma matang (maturation depletion). Fertilitas periodenya bervariasi sesudah
radiasi tergantung radioresistensi sel-sel matang, kemudian diikuti sterilitas
(sementara/permanen) tergantungt dosis radiasi. Sterilitas permanen dapat ditimbulkan oleh
dosis akut 500-600 rad. Dosis 250 rad menimbulkan sterilitas sementara yakni selama 12
bulan. Bahaya lain yang dapat terjadi adalah produksi aberasi kromosom yang mungkin
diteruskan pada generasi berikutnyapada periode fertil sesudah radiasi tidak menghilangkan
kerusakan kromosom dalam spermatozoa.
Pada instalasi rumah sakit seperti pemeriksaan radiodiagnostik dan kedoktean nuklir tidak
menimbulkan sterilitas karena dosis yang diberikan tergolong rendah. Dosis rendah kronik
dapat menimbulkan perubahan kromosom (mutasi pada generasi kemudian). Sementara pada
radioterapi, dosis total yang diberikan mampu mengakibatkan sterilitas disamping perubahan
kromosom. Maka dari itu, harus selalu dilindungi dari radiasi hambur bila lapangan
penyinaran dekat dengan testis. Perlu diketahui juga bahwa impotensi tidak disebabkan oleh
dosis sterilitas. Pada wanita, dikenal dengan namanya ovarium yang berfungsi untuk
menghasilkan ovum. Ovum berada dalam folikel-folikel (kantong tertutup). Folikel sedang
merupakan yang paling radiosensitive, sementara folikel kecil yang paling radioresisten dan
folikel besar (matang) tergolong cukup sensitif.
Sel-sel dalam ovum tidak membelah secara konsisten, menggantikan sel yang hilang selama
menstruasi. Ovum dilepas dari folikel matang pada ovulasi, diikuti fertilisasi atau kalau tidak
terjadi maka terjadi menstruasi. Pada dosis sedang mampu menimbulkan fertilitas di periode
awal karena folikel matang agak resisten yang dapat melepaskan ovum. Selanjutnya diikuti
sterilitas sementara atau bahkan permanen dikarenakan kerusakan ovum dalam folikel
sedang. Fertilitas mungkin terjadi karena maturasi folikel kecil yang radioresisten.
Kemungkinan terjadinya sterilitas adalah pada dosis yang melebihi 625 rad. Wanita mudah
biasanya justru lebih radiosensitif.
Pada pemeriksaan radiodiagnostik dan kedokteran nuklir, dosis rendah tidak menyebabkan
sterilitas tapi menyebabkan perubahan kromosom. Sementara pada radioterapi yang
menggunakan dosis radiasi yang sangat tinggi untuk membunuh kanker, hal ini dapat
menimbulkan bahaya rangkap yakni kerusakan kromosom dan sterilitas. Dosis sterilitas dapat
menyebabkan menopouse nyata walaupun usianya belum tergolong menopause.
DAMPAK RADIASI LAYAR MONITOR TERHADAP KESEHATAN MATA

DAMPAK /EFEK RADIASI LAYAR MONITOR TERHADAP KESEHATAN MATA

Penggunaan komputer sampai dengan 12 jam sehari dengan monitor yang tidak dilapisi oleh filter
anti radiasi akan mengakibatkan mata merah. Monitor komputer sendiri menghasilkan radiasi sinar
x, ultravolet, gelombang mikro dan radiasi eletromagnetik berfrekuensi rendah. Semakin terang
monitor anda, maka semakin banyak radiasi yang ditimbulkannya.Dampak berikutnya dari radiasi
monitor komputer adalah mata yang bergetar dan berkedip, lalu dapat berlanjut memicu rabun jauh
atau mata minus, katarak, keguguran dan epilepsi. Sementara dampaknya akan dirasakan mulai 15
sampai 20 tahun kemudian

Monitor komputer menghasilkan beberapa jenis radiasi yang tidak dapat dilihat oleh panca indera
manusia. Gelombang-gelombang yang dihasilkan oleh layar monitor diantaranya :

Sinar – X merupakan salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang
berkisar antara 10 nanometer ke 100 picometer. Timbulnya sinar x pada layar monitor merupakan
hasil dari proses terbenturnya aliran elektron dengan fosfor yang pada monitor bagian dalam.
Radiasi sinar x yang dihasilkan monitor akan diserap kaca CRT, sehingga tidak sempat menyebar
sampai ke pengguna komputer. Prof Dr John E Batubara dari Fakultas Teknologi Industri Universitas
Pelita Harapan mengemukakan bahwa bila ditinjau dari energi radiasi dapat dikatakan sinar X yang
dihasilkan dari radiasi komputer, tidak menimbulkan efek berbahaya terhadap manusia. Namun
lamanya radiasi menyinari tubuh harus menjadi bahan perhatian, khususnya mata. Intensitas yang
rendah tetapi dalam jangka waktu lama bisa menimbulkan gangguan fisiologis

Sinar ultraviolet dan gelombang mikro atau microwave, menyebaban sakit kepala, pening, keletihan,
gangguan sistem saraf, sistem reproduksi, dsb.

Radiasi elektromagnetik frekwensi atau yang dikenal juga dengan istilah Very Low Freqwency (VLF)
dan Radiasi elektromagnetik frekwensi amat sangat rendah atau yang dikenal sebagai Extremely Low
Freqwency (ELF) dihasilkan oleh defleksi horizontal dan sirkuit tegangan tinggi yang terdapat pada
monitor
Gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh sinar radiasi komputer antara lain gangguan pada mata
seperti iritasi, mata kering, mata merah, sering berkedip, rabun, kemampuan membedakan warna
berkurang, katarak. Katarak biasanya disebabkan oleh proses penuaan, namun dalam hal ini
penyakit katarak juga bisa diakibatkan oleh radiasi sinar ultraviolet.

Selain yang disebutkan di atas akibat dari radiasi komputer antara lain panas, sakit, cepat lelah,
mengantuk. Gejala itu diikuti sakit kepala, bahu, punggung dan pinggang, vertigo serta kembung.
Beberapa sumber bahkan ada yang menyebutkan bahwa dampak radiasi bisa menyebabkan epilepsi,
dermatitis dan keguguran.

Berikut tips yang diberikan untuk mengurangi bahaya radiasi :

1. Pakai pelindung layar komputer (filter) untuk mengurangi radiasi yang ditimbulkan komputer.

2. Pilih layar komputer yang radiasinya rendah, seperti layar LCD (liquid crystal display).

3. Jagalah jarak pandangan mata dengan monitor. Idealnya, jarak minimum antara mata dengan
monitor komputer adalah 45 cm.

4. Sesuaikan posisi layar komputer dengan mata, jangan ketinggian dan jangan terlalu rendah
karena bisa menyebabkan sakit leher. Selain itu, jika monitor terlalu tinggi dari pandangan mata
maka akan mengganggu pasokan udara yang disuplai ke otak. Sebaiknya layar monitor diposisikan
sejajar dengan pandangan mata. Menurut American Optometric Association (AOA), seperti dilansir
Rctimes, untuk mencegah kelelahan mata sebaiknya tempatkan monitor dengan posisi yang
ergonomis. Monitor harus ditempatkan pada posisi 16-30 inci dari mata, tergantung seberapa besar
layar. Umumnya posisi yang nyaman untuk menatap monitor adalah 20 hingga 26 inci.
5. Sesuaikan pencahayaan monitor dengan intensitas kenyamanan mata. Brightness yang terlalu
terang atau terlalu buram tidak baik bagi kesehatan mata. Pencahayaan yang terlalu terang akan
membuat mata menjadi silau, sedangkan pencahayaan yang terlalu buram hanya dan membuat
mata bekerja lebih keras untuk melihat. Hal ini akan membuat mata menjadi cepat lelah. Untuk itu,
cobalah sesuaikan brightness dan contrast monitor hingga mata Anda bisa melihat dengan nyaman.
Jangan lupa juga untuk menyesuaikan resolusi dengan karakter di monitor agar dokumen-dokumen
mudah dibaca mata.

6. Istirahatkan mata sejenak.

7. Seringlah mengedipkan mata demi menghindari mata menjadi kering. Jarang mengedipkan mata
akan membuat mata menjadi kering. Karena itu sering-seringlah mengedipkan mata, karena dengan
berkedip maka mata akan mengeluarkan air mata yang akan menyebar ke seluruh permukaan
kornea untuk menjaga mata tetap lembab dan jernih.

8. Pakailah kacamata dengan lensa khusus untuk komputer. Seperti pernah diberitakan, ahli
masalah mata (Optometrist) Dr. Jay Schlanger mengatakan beberapa perusahaan kini mulai
membuat lensa yang bagian atasnya dirancang untuk melihat komputer, dan bagian bawahnya
untuk membaca. Pengguna lensa kontak juga punya solusi, yaitu dengan mengganti lensa kontak
generasi baru yang terbuat dari silikon hydrogel. "Silikon jenis ini memungkinkan daya transmisi
oksigen yang lebih tinggi dibanding jenis lain," ungkap Schlanger.

9. Perbanyak konsumsi vitamin A agar mata tetap dalam kondisi baik.

10. Jika merasa mata mengalami gangguan, segera pergi ke dokter mata untuk meyakinkan bahwa
mata Anda benar-benar sehat.
EFEK RADIASI PENGION TERHADAP TUBUH MANUSIA
Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetic adalah sel telur pada
perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatic adalah sel-sel lainnya yang ada
dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik dan efek
somatik. Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu
yang terkena paparan radiasi. Sebaliknya efek somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh
individu yang terpapar radiasi.

Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi sehingga dapat
dibedakan atas efek segera dan efek tertunda. Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah
dapat teramati pada individu dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti
epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah.
Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi. Sedangkan efek
tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama (bulanan/tahunan)
setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker.
Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi dibedakan atas efek
deterministik dan efek stokastik. Efek deterministik adalah efek yang disebabkan karena kematian sel
akibat paparan radiasi, sedangkan efek stokastik adalah efek yang terjadi sebagai akibat paparan
radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel.
Efek Deterministi (efek non stokastik) Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat
paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai
akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis
yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah
terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih
besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan
mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol.

Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.
Efek Stokastik Dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan
perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi
dapat pula tidak membunuh sel tetapi mengubah sel Sel yang mengalami modifikasi atau sel yang
berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk
menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek
stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan
muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang
terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang
diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru
tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel
ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan
pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi
jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan efek
pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak secara serta merta
terkait dengan paparan individu.
Respon dari berbagai jaringan dan organ tubuh terhadap radiasi pengion sangat bervariasi. Selain
bergantung pada sifat fisik radiasi juga bergantung pada karakteristik biologi dari sel penyusun
jaringan/organ tubuh terpajan. Tingkat sensitivitas dari jaringan penyusun organ berbeda-beda
bergantung antara lain pada tingkatproliferasi (pembelahan) dan diferensiasi (kematangan) sel yang
akhirnya akan mempengaruhi tingkat sensitivitas dari organ terhadap pajanan radiasi. Berikut ini
adalah efek radiasi pada sebagian organ tubuh akibat pajanan radiasi eksterna (dari luar tubuh) yang
terjadi secara akut.
1. Sistem pembentukan darah
Sumsum tulang adalah organ sasaran dari sistem pembentukan darah karena pajanan radiasi dosis
tinggi akan mengakibatkan kematian dalam waktu beberapa minggu. Hal ini disebabkan karena
terjadinya penurunan jumlah sel basal pada sumsum tulang secara tajam. Komponen sel darah terdiri
dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (limfosit dan granulosit) dan sel keping darah
(trombosit).
Dosis sekitar 0,5 Gy pada sumsum tulang sudah dapat menyebabkan penekanan proses pembentukan
komponen sel darah sehingga jumlahnya mengalami penurunan. Jumlah sel limfosit menurun dalam
waktu beberapa jam pasca pajanan radiasi, sedangkan jumlah granulosit dan trombosit juga menurun
tetapi dalam waktu yang lebih lama, beberapa hari atau minggu. Sementara penurunan jumlah
eritrosit terjadi lebih lambat, beberapa minggu kemudian. Penurunan jumlah sel limfosit
absolut/total dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat keparahan yang mungkin diderita
seseorang akibat pajanan radiasi akut.
Pada dosis yang lebih tinggi, individu terpajan mengalami kematian sebagai akibat dari infeksi karena
menurunan jumlah sel darah putih (limfosit dan granulosit) atau dari pendarahan yang tidak dapat
dihentikan karena menurunnya jumlah trombosit.
Efek stokastik pada sumsum tulang adalah leukemia dan kanker sel darah merah. Berdasarkan
pengamatan pada para korban bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, leukemia merupakan efek
stokastik tertunda pertama yang terjadi setelah pajanan radiasi seluruh tubuh dengan masa laten
sekitar 2 tahun dengan puncaknya setelah 6 – 7 tahun.
2. Kulit
Efek deterministik pada kulit bervariasi dengan besarnya dosis. Pajanan radiasi sekitar 2-3 Gy dapat
menimbulkan efek kemerahan (eritema) sementara yang timbul dalam waktu beberapa jam. Beberapa
minggu kemudian, eritema akan kembali muncul sebagai akibat dari hilangnya sel-sel basal pada
epidermis. Dosis sekitar 3 – 8 Gy menyebabkan terjadinya kerontokan rambut (epilasi) dan
pengelupasan kering (deskuamasi kering) dalam waktu 3 – 6 minggu setelah pajanan radiasi. Pada
dosis yang lebih tinggi, 12 – 20 Gy, akan mengakibatkan terjadinya pengelupasan kulit disertai
dengan pelepuhan dan bernanah (blister) serta peradangan akibat infeksi pada lapisan dalam kulit
(dermis) sekitar 4 – 6 minggu kemudian. Kematian jaringan (nekrosis) dalam waktu 10 minggu
pemajanan radiasi dengan dosis lebih besar dari 20 Gy, sebagai akibat dari kerusakan yang parah
pada pembuluh darah. Bila dosis yang di terima sekitar 50 Gy, nekrosis akan terjadi dalam waktu
yang lebih singkat yaitu sekitar 3 minggu.
3. Mata
Mata terkena pajanan radiasi baik akibat dari radiasi lokal (akut atau protraksi) maupun pajanan
radiasi seluruh tubuh. Lensa mata merupakan bagian dari struktur mata yang paling sensitif terhadap
radiasi. Terjadinya kekeruhan atau hilangnya sifat transparansi lensa mata sudah mulai dapat
dideteksi setelah pajanan radiasi yang relatif rendah yaitu sekitar 0,5 Gy dan bersifat akumulatif.
Dengan demikian tidak seperti efek deterministik pada organ lainnya, katarak tidak akan terjadi
beberapa saat setelah pajanan, tetapi setelah masa laten antara 6 bulan sampai 35 tahun, dengan
rerata sekitar 3 tahun.
4. Organ reproduksi
Efek deterministik pada organ reproduksi atau gonad adalah sterilitas atau kemandulan. Pajanan
radiasi pada testis akan mengganggu proses pembentukan sel sperma yang akhirnya akan
mempengaruhi jumlah sel sperma yang akan dihasilkan. Dosis radiasi 0,15 Gy merupakan dosis
ambang terjadinya sterilitas yang bersifat sementara karena sudah mengakibatkan terjadinya
penurunan jumlah sel sperma selama beberapa minggu. Sedangkan dosis ambang sterilitas yang
permanen berdasarkan ICRP 60 adalah 3,5 – 6 Gy. Semakin besar dosis yang di terima testis, semakin
banyak jumlah penurunan sel sperma dan semakin lama waktu pulih kembali normal, selama belum
mencapai dosis ambang kemandulan permanen.
Pengaruh radiasi pada sel telur sangat bergantung pada usia. Semakin tua usia, semakin sensitif
terhadap radiasi karena semakin sedikit sel telur yang masih tersisa dalam ovarium. Selain sterilitas,
radiasi dapat menyebabkan menopuse dini sebagai akibat dari gangguan hormonal sistem reproduksi.
Dosis ambang sterilitas menurut ICRP 60 adalah 2,5 – 6 Gy. Pada usia yang lebih muda (20-an),
sterilitas permanen terjadi pada dosis yang lebih tinggi yaitu mencapai 12 – 15 Gy.
Efek stokastik pada sel germinal lebih dikenal dengan efek pewarisan yang terjadi karena mutasi pada
gen atau kromosom sel pembawa keturunan (sel sperma dan sel telur). Perubahan kode genetik akan
diwariskan pada keturunan individu terpajan. Penelitian pada hewan dan tumbuhan menunjukkan
bahwa efek yang terjadi bervariasi dari ringan hingga kehilangan fungsi atau kelainan anatomik yang
parah bahkan kematian prematur.
5. Paru
Paru dapat terkena pajanan radiasi secara eksterna dan interna. Efek deterministik berupa
pneumonitis biasanya mulai timbul setelah beberapa minggu atau bulan. Efek utama adalah
pneumonitis interstisial yang dapat diikuti dengan terjadinya fibrosis sebagai akibat dari rusaknya sel
sistim vaskularisasi kapiler dan jaringan ikat, yang dapat berakhir dengan kematian. Kerusakan sel
yang mengakibatkan terjadinya peradangan akut paru ini biasanya terjadi pada dosis 5 – 15 Gy.
Perkembangan tingkat kerusakan sangat bergantung pada volume paru yang terkena radiasi dan laju
dosis. Hal ini juga dapat terjadi setelah inhalasi partikel radioaktif dengan aktivitas tinggi dan waktu
paro pendek.
Efek stokastik berupa kanker paru. Keadaan ini banyak dijumpai pada para penambang uranium.
Selama melakukan aktivitasnya, para pekerja menginhalasi gas Radon-222 secara berkesinambungan
sebagai hasil luruh dari uranium. Di dalam paru, radon selama proses peluruhannya sampai
mencapai bentuk stabil yaitu timbal, akan melepaskan partikel alpa yang sangat berbahaya sebagai
sumber pajanan radiasi interna.
6. Sistem Pencernaan
Bagian dari sistim ini yang paling sensitif terhadap radiasi adalah usus halus. Kerusakan pada saluran
pencernaan menimbulkan gejala mual, muntah, diare, dan gangguan sistem pencernaan dan
penyerapan makanan. Dosis radiasi yang tinggi dapat mengakibatkan kematian karena dehidrasi
akibat muntah dan diare yang parah. Efek stokastik yang timbul berupa kanker pada epitel saluran
pencernaan

Anda mungkin juga menyukai