Anda di halaman 1dari 10

201232091 Siti Kodiyah

Just another Esa Unggul Student's Blog site

Home

Sample Page

Efek Radiasi Bagi Manusia


Posted by sitikod on December 21, 2012 | Subscribe
in Uncategorized

A. Interaksi Radiasi Dengan Materi


Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru dan lainnya. Setiap organ
tubuh tersusun atas jaringan yang merupakan kumpulan sel yang mempunyai fungsi dan struktur
yang sama. Sel sebagai unit fungsional terkecil dari tubuh dapat menjalankan fungsi hidup secara
lengkap dan sempurna seperti pembelahan, pernafasan, pertumbuhan dan lainnya. Sel terdiri dari
dua komponen utama, yaitu sitoplasma dan inti sel (nucleus). Sitoplasma mengandung sejumlah
organel sel yang berfungsi mengatur berbagai fungsi metabolisme penting sel. Inti sel
mengandung struktur biologic yang sangat kompleks yang disebut kromosom yang mempunyai
peranan penting sebagai tempat penyimpanan semua informasi genetika yang berhubungan
dengan keturunan atau karakteristik dasar manusia. Kromosom manusia yang berjumlah 23
pasang mengandung ribuan gen yang merupakan suatu rantai pendek dari DNA
(Deooxyribonucleic acid) yang membawa suatu kode informasi tertentu dan spesifik.

Radiasi apabila menumbuk suatu materi maka akan terjadi interaksi yang akan menimbulkan
berbagai efek. Efek-efek radiasi ini bergantung pada jenis radiasi, energi dan juga bergantung
pada jenis materi yang ditumbuk. Pada umumnya radiasi dapat menyebabkan proses ionisasi dan
atau proses eksitasi ketika melewati materi yang ditumbuknya.

Ionisasi bisa terjadi pada saat radiasi berinteraksi dengan atom materi yang dilewatinya. Radiasi
yang dapat menyebabkan terjadinya ionisasi disebut radiasi pengion. Termasuk dalam katagori
radiasi pengion ini adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Pada
saat menembus materi, radiasi pengion dapat menumbuk elektron orbit sehingga elektron
terlepas dari atom. Akibatnya timbul pasangan ion positif dan ion negatif.

Efek-efek yang timbul akibat radiasi pengion :

1. Efek Genetik

Merupakan efek radiasi yang dirasakan oleh keturunan orang yang menerima radiasi, karena
perubahan kode genetik terjadi pada sel pembawa keturunan.

2. Efek Somatik
Merupakan efek radiasi yang langsung dirasakan oleh orang yang menerima radiasi tersebut.
Terdapat 2 macam efek somatik, antara lain :

1. Efek Stokastik

Adalah efek yang timbul karena perubahan pada sel normal akibat radiasi pengion. Dosis radiasi
serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem
biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak
membunuh sel tetapi mengubah sel Sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini
mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk
menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini disebut
efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru
akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang
terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis
yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang
baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan.
Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama,
ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan
berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat
menigkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu
populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu.

Ciri ciri efek stokastik :

i. Tidak mengenal dosis ambang

ii. Timbul setelah masa tenang yang lama

iii. Dosis radiasi tidak mempengaruhi keparahan efek

iv. Tidak ada penyembuhan spontan. Contoh : kanker & penyakit turunan

2. Efek Non-Stokastik (Deterministik)

Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi
jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada
seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis
ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat
keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis
ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis
ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan di
atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.

Ciri-ciri Efek Non Stokastik :

i. Punya dosis ambang


ii. Timbul beberapa saat setelah radiasi

iii. Adanya penyembuhan spontan

iv. Dosis radiasi mempengaruhi keparahan efek.

contoh :luka bakar, sterilitas, dan katarak

Ketika melewati materi, maka sinar-X akan mengalami interaksi dengan materi tersebut. Dari
interaksi tersebut, akan timbul efek yang melalui 4 tahapan, antara lain :

1. Tahap Fisika

Pada proses fisika, terjadi peristiwa absorbsi energi oleh materi sesaat setelah terkena radiasi.
Tahapan fisika diikuti oleh eksitasi dan ionisasi atom atau molekul.

Berlangsung hanya kira-kira 10-16 detik dimana energi terdeposit di dalam sel dan menyebabkan
ionisasi. Di air reaksinya dapat dinyatakan sebagai :

H2O > H2O+ + e-

Dimana H2O+ adalah ion positif dan e- adalah ion negatif

2. Tahap Kimia Fisika

Pada proses kimia, terjadi peristiwa perusakan molekul-molekul secara kimiawi. perubahan ini
diakibatkan oleh antara lain:

a. Efek langsung

b. Efek tidak langsung

Berlangsung kira-kira 10-6 detik, dimana ion-ion berinteraksi dengan molekul air lainnya yang
menghasilkan beberapa produk baru. Sebagai contoh, ion positif terdisosiasi :

H2O+ > H+ + OH-

Ion negatif, yaitu elektron, terikat pada molekul air netral yang selanjutnya terdisosiasi

H2O+ + e- > H2O

H2O- > H + OH-

Sehingga produk dari reaksinya adalah H+ , OH- ,H dan OH. Dua ion pertama, yang ada dalam
sebagian besar air, tidak mengambil bagian dalam reaksi berikutnya. Dua produk lainnya, H dan
OH disebut radikal bebas, yaitu mereka yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan dan
secara kimia sangat reaktif. Hasil reaksi lainnya adalah hidrogen peroksida H2O2, yang
merupakan oksidan yang sangat kuat dan terbentuk dengan reaksi:

OH + OH > H2O2

3. Tahap kimia

Berlangsung hanya beberapa detik, dimana hasil reaksi berinteraksi dengan molekul-molekul
organik yang penting dari sel. Radikal bebas dan oksidan dapat menyerang molekul komplek
yang membentuk koromosom. Misalnya, sebagai contoh , radikal tersebut dapat mengikatkan
dirinya ke molekul atau menyebabkan ikatan rantai panjang menjadi putus.

4. Tahap Biologi

Dimana waktunya bervariasi dari puluhan menit sampai puluhan tahun bergantung pada gejala
khusus yang muncul. Perubahan kimia yang didiskusikan diatas dapat mempengaruhi sel
individu dalam berbagai cara, misalnya :

1. Kematian sel lebih awal

2. terhambatnya atau tertundanya pembelahan sel

3. perubahan tetap pada sel turunannya

Interaksi radiasi pengion dengan meteri biologik diawali dengan interaksdi fisika yaitu, proses
ionisasi. Elektron yang dihasilkan dari proses ionisasi akan berinteraksi secara langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung bila penyerapan energi langsung terjadi pada molekul organik
dalam sel yang mempunyai arti penting, seperti DNA. Sedangkan interaksi secara tidak langsung
bila terlebih dahulu terjadi interaksi radiasi dengan molekul air dalam sel yang efeknya
kemudian akan mengenai molekul organik penting. Mengingat sekitar 80% dari tubuh manusia
terdiri dari air, maka sebagian besar interaksi radiasi dalam tubuh terjadi secara tidak langsung.

B. Radiasi dengan Molekul Air (Radiolisis Air)

Penyerapan energi radiasi oleh molekul air dalam proses radiolisis air akan menghasilkan radikal
bebas (H* dan OH*) yang tidak stabil serta sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik
vital tubuh. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul dengan sebuah electron yang tidak
berpasangan pada orbital terluarnya. Keadaan ini menyebabkan radikal bebas menjadi tidak
stabil, sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik vital. Radikal bebas yang terbentuk
dapat sering bereaksi menghasilkan suatu molekul biologic peroksida yang lebih stabil sehingga
berumur lebih lama. Molekul ini dapat berdifusi lebih jauh dari tempat pembentukannya
sehingga lebih besar peluangnya dibandingkan radikal bebas untuk menimbulkan kerusakan
biokimiawi pada molekul biologi. Secara alamiah kerusakan yang timbul akan mengalami proses
perbaikan secara enzimatis dalam kapasitas tertentu. Perubahan biokimia yang terjadi yang
berupa kerusakan pada molekul-molekul biologi penting tersebut selanjutnya akan menimbulkan
gangguan fungsi sel bila tidak mengalami proses perbaikan secara tepat atau menyebabkan
kematian sel. Perubahan fungsi atau kematian dari sejumlah sel menghasilkan suatu efek
biologik dari radiasi yang bergantung pada jenis radiasi, dosis, jenis sel lainnya.

C. Radiasi dengan DNA

Interaksi radiasi dengan DNA dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur molekul gula
atau basa, putusnya ikatan hydrogen antar basa, hilangnya basa dan lainnya. Kerusakan yang
lebih parah adalah putusnya salah satu untai DNA yang disebut single strand break, atau
putusnya kedua untai DNA yang disebut double strand breaks. Secara alamiah sel mempunyai
kemampuan untuk melakukan proses perbaikan terhadap kerusakan yang timbul dengan
menggunakan beberapa jenis enzim yang spesifik. Proses perbaikan dapat berlangsung terhadap
kerusakan yang terjadi tanpa kesalahan sehingga struktur DNA kembali seperti semual dan tidak
menimbulkan perubahan struktur pada sel. Tetapi dalam kondisi tertentu, proses perbaikan tidak
berjalan sebagai mana mestinya sehingga walaupun kerusakan dapat diperbaiki, tetapi tidak
sempurna sehingga menghasilkan DNA yang berbeda, yang dikenal dengan mutasi.

D. Radiasi dengan Kromosom

Sebuah kromosom terdiri dari dua lengan yang dihubungkan satu sama lain dengan suatu
penyempitan yang disebut sentromer. Radiasi dapat menyebabkan perubahan baik pada jumlah
maupun struktur kromosom yang disebut aberasi kromosom. Perubahan jumlah kromosom,
misalnya menjadi 47 buah pada sel somatic yang memungkinkan timbulnya kelainan genetic.
Kerusakan struktur kromosom berupa patahnya lengan kromosom terjadi secara acak dengan
peluang yang semakin besar dengan meningkatnya dosis radiasi.

Aberasi kromosom yang mungkin timbul adalah :

1. Fragmen Asentrik, yaitu patahnya lengan kromososm yang tidak mengandung sentromer,

2. Kromosom cincin,

3. Kromosom Disentrik, yaitu kromosom yang memiliki dua sentromer

4. Translokasi, yaitu terjadinya perpindahan atau pertukaran fragmen dari dua atau lebih
kromosom. Kromosom disentri yang spesifik terjadi akibat paparan radiasi sehingga jenis
aberasi ini biasa digunakan sebagai dosimeter biologic yang dapat diamati pada sel darah
limfosit, yang merupakan salah satu jenis sel darah putih. Frekuensi terjadinya kelainan
pada kromosom bergantung pada dosis, energi dan jenis radiasi, laju dosis dan lainnya..

E. Radiasi dengan Sel

Kerusakan yang terjadi pada DNA dan kromosom sel sangat bergantung pada proses perbaikan
yang berlangsung. Bila proses perbaikan berlangsung dengan baik/sempurna, dan juga tingkat
kerusakan sel tidak terlalu parah, maka sel bisa kembali normal. Bila perbaikan sel tidak
sempurna, sel tetap hidup tetapi mengalami perubahan. Bila tingkat kerusakan sel sangat parah
atau perbaikan tidak berlangsung dengan baik, maka sel akan mati. Sel yang paling sensitive
terhadap pengaruh radiasi adalah sel yang paling aktif melakukan pembelahan dan tingkat
differensiasi (perkembangan/ kematangan sel) rendah. Sedangkan sel yang tidak mudah rusak
akibat pengaruh radiasi adalah sel dengan tingkat differensiasi yang tinggi.

F. Pemanfaatan Radiasi

Pada jaman modern ini terdapat banyak sekali sumber radiasi buatan manusia. Di dunia
kedokteran radiasi justru dimanfaatkan dalam diagnosa maupun proses penyembuhan penyakit.
Alat-alat yang digunakan merupakan sumber radiasi yang memberikan dosis serapan amat tinggi
pada manusia. Oleh sebab itu sangat tidak dianjurkan seorang pasien mengalami radiasi berkali-
kali dalam tempo yang tidak begitu lama. Dosis radiasi beberapa aktivitas medis dapat kita lihat
dalam tabel-4.

Perlu dicatat bahwa dosis pada tabel-4 itu hanya berlaku untuk sekali aktivitas saja. Selain itu
waktu radiasinya juga singkat sekali dan sasaran radiasi terlokalisir di bagian tubuh tertentu.
Terapi radiasi untuk kanker yang berdosis 5 juta mrem hanya digunakan dalam waktu singkat
dan daerah sasarn yang seminimal mungkin yaitu bagian yang memang dikehendaki mati sel-
selnya. Jika radiasi itu dikenakan ke seluruh tubuh matilah orang yang teradiasi berdasarkan
tabel-2. Di Amerika Serikat tiap orang menerima kira-kira 80 mrem per tahun dari aktivitas
medis yang dilakukannya.

Sumber radiasi buatan lain yang cukup besar adalah aktivitas tenaga nuklir, mulai dari
penambangan uranium, pengayaannya, penggunaannya dalam reaktor nuklir, pembuangan
sampah nuklir, sampai dengan percobaan senjata nuklir. Jika faktor kecelakaan diabaikan, dosis
yang timbul akibat aktivitas tenaga nuklir ini per tahunnya dapat dilihat pada tabel 5
Dari tabel-5 dapat disimpulkan bahwa tanpa reaktor nuklir di dekat rumah kita, kita tetep
menerima dosis sekitar 5 mrem per tahun dari kegiatan nuklir di seluruh dunia. Jumlah ini
amatlah kecil dibandingkan dengan dosis yang berasal dari radiasi alamiah, apalagi jika
dibandingkan dengan radiasi aktivitas medis.

G. Dosis dan Gejala Respon Radiasi pada Reproduksi

Efek deterministik pada organ reproduksi atau gonad adalah sterilitas. Pajanan radiasi pada testis
akan mengganggu proses pembentukan sel sperma yang akhirnya akan mempengaruhi jumlah sel
sperma yang dihasilkan. Pengaruh radiasi pada produksi sel sperma tidak dapat diketahui segera
setelah terpajan radiasi, tetapi dalam waktu sekitar 2 bulan kemudian. Dosis radiasi 0,15 Gy
sudah dapat mengakibatkan penurunan jumlah sel sperma (oligospermia). Dosis sampai 2 Gy
menyebabkankan sterilitas sementara selama sekitar 1 2 tahun. Menurut ICRP 60, dosis
ambang sterilitas permanen adalah 3,5 6 Gy. Radiasi pada laki-laki tidak mempengaruhi libido
secara nyata.

Pengaruh radiasi pada sel telur sangat bergantung pada usia. Semakin tua usia, semakin sensitif
terhadap radiasi. Radiasi dapat menyebabkan strilitas atau menopause dini. Dosis ambang
sterilitas menurut ICRP 60 adalah 2,5 6 Gy. Pada usia yang lebih muda (20-an), sterilitas
permanen terjadi pada dosis yang lebih tinggi yaitu mencapai 12 15 Gy.

Efek stokastik yang dikenal dengan efek pewarisan terjadi karena mutasi pada gen atau
kromosom sel sperma dan sel telur. Perubahan kode genetik yang terjadi akibat pajanan radiasi
akan diwariskan pada keturunan individu terpajan. Tapi sampai saat ini belum ada bukti adanya
efek pewarisan pada manusia akibat radiasi. Penelitian pada hewan dan tumbuhan menunjukkan
bahwa efek yang terjadi bervariasi dari ringan hingga kehilangan fungsi atau kelainan anatomik
yang parah bahkan kematian prematur.

Beberapa tahapan perkembangan spermatogonia menjadi spermatid adalah sangat radiosensitif.


Hal ini terutama ditemukan pada efek radasi pada fraksi yang berbeda tahap perkembangan fase
S yang dapat diukur dengan sitometri alir dalam waktu singkat (15 menit) dan cara yang tepat.
Dosis radiasi serendah 0,1 Gy dapat terdeteksi. Keunggulan dari uji sperma ini adalah
sensitivitasnya yang cenderung tinggi dan hanya dibutuhkan waktu pendek untuk analisis. Dan
kenyataan bahwa pajanan radiasi pada gonad diukur tidak lagi merupakan keunggulan utama
karena diketahui risiko genetic pada manusia mungkin jauh lebih rendah daripada perkiraan
semula. Kelemahan dari uji ini adalah memilki kendala yakni hanya untuk populasi laki-laki,
testis pun dipastikan berada pada medan radiasi,. Metodenya invasive dan memerlukan peralatan
mahal (flow cytometer). Analisis segera setelah pajanan (hingga 2 hari) tidak dimungkinkan.
Tidak ada informasi untuk manusia, dan data pada mencit terbatas serta hanya untuk radiasi
gamma dan sinar-X, iradiasi akut dan dosis tunggal.

Pada pria, jaringan sistem reproduksi bersifat radioresisten kecuali testis (berisi sel-sel
radiorsisten yakni spermatozoa matang dan sel-sel radiosensitif yakni spermatogonia sel muda).
Efek primer dari radiasi adalah kerusakan dan depopulasi spermatogonia, sesudah itu deplesi
sperma matang (maturation depletion). Fertilitas periodenya bervariasi sesudah radiasi
tergantung radioresistensi sel-sel matang, kemudian diikuti sterilitas (sementara/permanen)
tergantungt dosis radiasi. Sterilitas permanen dapat ditimbulkan oleh dosis akut 500-600 rad.
Dosis 250 rad menimbulkan sterilitas sementara yakni selama 12 bulan. Bahaya lain yang dapat
terjadi adalah produksi aberasi kromosom yang mungkin diteruskan pada generasi
berikutnyapada periode fertil sesudah radiasi tidak menghilangkan kerusakan kromosom dalam
spermatozoa.

Pada instalasi rumah sakit seperti pemeriksaan radiodiagnostik dan kedoktean nuklir tidak
menimbulkan sterilitas karena dosis yang diberikan tergolong rendah. Dosis rendah kronik dapat
menimbulkan perubahan kromosom (mutasi pada generasi kemudian). Sementara pada
radioterapi, dosis total yang diberikan mampu mengakibatkan sterilitas disamping perubahan
kromosom. Maka dari itu, harus selalu dilindungi dari radiasi hambur bila lapangan penyinaran
dekat dengan testis. Perlu diketahui juga bahwa impotensi tidak disebabkan oleh dosis sterilitas.
Pada wanita, dikenal dengan namanya ovarium yang berfungsi untuk menghasilkan ovum. Ovum
berada dalam folikel-folikel (kantong tertutup). Folikel sedang merupakan yang paling
radiosensitive, sementara folikel kecil yang paling radioresisten dan folikel besar (matang)
tergolong cukup sensitif.

Sel-sel dalam ovum tidak membelah secara konsisten, menggantikan sel yang hilang selama
menstruasi. Ovum dilepas dari folikel matang pada ovulasi, diikuti fertilisasi atau kalau tidak
terjadi maka terjadi menstruasi. Pada dosis sedang mampu menimbulkan fertilitas di periode
awal karena folikel matang agak resisten yang dapat melepaskan ovum. Selanjutnya diikuti
sterilitas sementara atau bahkan permanen dikarenakan kerusakan ovum dalam folikel sedang.
Fertilitas mungkin terjadi karena maturasi folikel kecil yang radioresisten. Kemungkinan
terjadinya sterilitas adalah pada dosis yang melebihi 625 rad. Wanita mudah biasanya justru lebih
radiosensitif.

Pada pemeriksaan radiodiagnostik dan kedokteran nuklir, dosis rendah tidak menyebabkan
sterilitas tapi menyebabkan perubahan kromosom. Sementara pada radioterapi yang
menggunakan dosis radiasi yang sangat tinggi untuk membunuh kanker, hal ini dapat
menimbulkan bahaya rangkap yakni kerusakan kromosom dan sterilitas. Dosis sterilitas dapat
menyebabkan menopouse nyata walaupun usianya belum tergolong menopause.
Sumber : http://jiwafotografi.wordpress.com/2012/11/10/dibalik-manfaat-radiasi-efeknya-
terhadap-reproduksi/ diakses pada tanggal 21 Desember 2012

... other posts by sitikod

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Name *

Email *

Website

Comment

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title="">
<acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime="">
<em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

Search for:
Enter keyw

Recent Posts
TUGAS PPT TERAPI RADIASI

Efek Radiasi Bagi Manusia

Terapi Radiasi (Radioterapi)


ALIRAN LAMINER DAN TURBULEN DALAM TUBUH MANUSIA

METODE STERILISASI SECARA FISIS

Recent Comments
Anonymous on Hello world!

Archives
January 2013

December 2012

November 2012

October 2012

Categories
Uncategorized

Meta
Log in

Entries RSS

Comments RSS

WordPress.org

Log in here!

Copyright 2012-2013 201232091 Siti Kodiyah All rights reserved.


Ground Floor theme, version 2.0, from BuyNowShop.com.

SUMBER:

http://ueu201232091.student.esaunggul.ac.id/2012/12/21/efek-radiasi-bagi-manusia/

Anda mungkin juga menyukai