Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PATOFISIOLOGI “AGEN CIDERA SEL”

UNTUK MEMENUHI TUGAS DOSEN SUPARDI, M.Sc

Disusun :

Handika Putra Wijaya (1702018)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN

D3 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2017/2018


1. Agen-agen cidera
a. Hipoksia
b. Bahan kimia dan obat
c. Agen fisik
d. Agen mikrobiologi
e. Mekanisme imun
f. Gangguan genetik
g. Ketidakseimbangan nutrisi
h. Penuaan
i. Radikal Bebas

2. Makanisme cidera dari masing-masing agen


1. Hipoksia

Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan oksigen di sel dan jaringan tubuh
untuk menjalankan fungsi normalnya. Hipoksia merupakan kondisi berbahaya karena
dapat mengganggu fungsi otak, hati, dan organ lainnya dengan cepat. Oksigen yang
didapat dari lingkungan saat kita bernapas akan diangkut oleh darah dari paru-paru
menuju ke jantung. Jantung akan memompa darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh
sel tubuh melalui pembuluh darah. Hipoksia dapat terjadi bila terdapat gangguan dalam
sistem transportasi oksigen dari mulai bernapas sampai oksigen tersebut digunakan oleh
sel tubuh, hilangnya perbekalan darah karena gangguan aliran darah serta gangguan
kardiorespirasi, hilangnya kemampuan darah mengangkut oksigen. Hipoksia terjadi
sebagai akibat dari Iskemia (kehilangan pasokan darah) Dapat terjadi bila aliran arteri
atau aliran vena dihalangi oleh penyakit vaskuler atau bekuan didalam lumen.

Oksigenisasi tidak mencukupi karena kegagalan kardiorespirasi. Misalnya


pneumonia Hilangnya kapasitas pembawa oksigen darah misalnya anemia, keracunan
karbon monooksida. Tergantung pada derajat keparahan hipoksi, sel-sel dapat
menyesuaikan, terkena jejas atau mati. Sebagai contoh, bila arteri femoralis menyempit,
sel-sel otot skelet tungkai akan mengisut ukurannya (atrofi). Penyusutan massa sel ini
mencapai keseimbangan antara kebutuhan metabolik dan perbekalan oksigen yang
tersedia. Hipoksi yang lebih berat tentunya akan menyebabkan jejas atau kematian sel.
Contohnya anemia, keracunan dan otot-otot skelet akan atropi. Atropi ini mencapai
keseimbangan antara kebutuhan metabolic dan perbekalan oksigen yg tersedia, hipoksia
penyimpitan arteri femoralis jejas atau kematian sel.

2. Bahan Kimia dan Obat

 Fase Farmasetik
Fase ini meliputi waktu mulai penggunaan sediaan obat melalui mulut hingga
pelepasan zat aktifnya ke dalam cairan tubuh. Sebagai contoh tablet mengandung hanya
5-10% zat aktif, 90% zat tambahan terdiri dari 80% zat pengencer, zat pengikat dan 10%
zat penghancur tablet. Yang penting dalam hubungannya dengan fase ini adalah
ketersediaan farmasi dari zat aktifnya, yaiyu obat siap diabsorsi.
 Fase farmakokinetik
Fase ini meliputi waktu selama obat diangkut ke organ yang ditentukan, setelah
obat dilepas dari bentuk sediaan. Obat harus diabsorbsi ke dalam darah, yang akan
segera didistribusikan melalui tiap-tiap jaringan dalam tubuh. Dalam darah obat dapat
mengikat protein darah dan mengalami metabolism, terutama dalam melintasi hepar
(hati). Meskipun obat akan didistribusikan melalui badan, tetapi hanya sedikit yang
tersedia untuk diikat pada struktur yang telah ditentukan.
 Fase farmakodinamik
Bila obat telah berinteraksi dengan sisi reseptor biasanya protein membrane
akan menimbulkan respon biologic. Tujuan pokok dari fase ini adalah optimisasi dari
efek biologik. Bahan kimia menyebabkan perubahan pd beberapa fungsi sel :
permiabelitas selaput, homeostatis osmosa, keutuhan enzim atau kofaktor Racun
menyebabkan kerusakan hebat pd sel dan kematian individu.

3. Agen Fisik

 Trauma
Istilah “trauma” diambil dari kata Greek untuk menunjukkan “luka”. Secara
sederhana trauma bermakna luka atau kekagetan (shock). Dalam artian psikologis
trauma mengacu pada pengalaman-pengalaman emosional yang mengejutkan,
menyakitkan dan membawa dampak serius tidak jarang untuk jangka waktu yang lama.
Traumamekanik, yang dapat menyebabkan pergeseran organisasi organel intra sel.
 Radiasi
Mekanisme radiasi yang terjadi di dalam tubuh.Jika radiasi mengenai tubuh
manusia, ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi: berinteraksidengan tubuh manusia,
atau hanya melewati saja. Jika berinteraksi, radiasi dapat mengionisasiatau dapat pula
mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses ionisasi atau eksitasi, radiasi akankehilangan
sebagian energinya. Energi radiasi yang hilang akan menyebabkan
peningkatantemperatur (panas) pada bahan (atom) yang berinteraksi dengan radiasi
tersebut. Dengan katalain, semua energi radiasi yang terserap di jaringan biologis akan
muncul sebagai panas
melalui peningkatan vibrasi (getaran) atom dan struktur molekul. Ini merupakan awal
dari perubahan kimiawi yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang
merugikan.Pada dosis rendah, misalnya dosis radiasi latar belakang yang kita terima
sehari-hari, seldapat memulihkan dirinya sendiri dengan sangat cepat. Pada dosis lebih
tinggi (hingga 1 Sv), ada kemungkinan sel tidak dapat memulihkan dirinya sendiri,
sehingga sel akan mengalami kerusakan permanen atau mati.

Sel yang mati relatif tidak berbahaya karena akan diganti dengansel baru. Sel
yang mengalami kerusakan permanen dapat menghasilkan sel yang abnormal ketikasel
yang rusak tersebut membelah diri. Sel yang abnormal inilah yang akan meningkatkan
risikotejadinya kanker pada manusia akibat radiasi.Efek radiasi terhadap tubuh manusia
bergantung pada seberapa banyak dosis yang diberikan, dan bergantung pula
pada lajunya; apakah diberikan secara akut (dalam jangka waktu seketika) atausecara
gradual (sedikit demi sedikit). Tenaga radiasi, jejas akibat ionisasi langsung senyawa
kimia yg ada di dalam sel atau karena ionisasi sel yg menghasilkan radikal “panas” yg
secara sekunder bereaksi dgn komponen intra sel.

 Suhu rendah dan suhu tinggi


Suhu rendah dapat menyebabkan gangguan suplai darah, vasokontraksi. Suhu
tinggi dapat membakar jaringan
 Tenaga listrik
Tenaga listrik, jika melewati tubuh akan menyebabkan aritmi jantung, luka
bakar, serta gangguan jalur konduksi saraf.

4. Agen Mikrobiologi
Bakteri, virus, mikoplasma, klamidia, jamur dan protozoa, dengan cara
mengeluarkan eksotoksin merusak sel-sel penjamu, merangsang respon, bakteri
peradangan, atau mengeluarkan endotoksin immunologi yang merusak sel, timbul reaksi
hipersensitivitas terhadap agen. Contoh penyakit : infeksi stafilokokus atau
streptococcus, gonore, sifilis, kolera dll.
Setelah berada dalam sel, virus akan mewariskan gen-gen pada sel baru dan
DNA virus menyatu dgn DNA sel untuk mengambil alih fungsi sel. RNA virus akan
mengontrol fungsi sel. Contoh penyakit : ensefalitis, , campak jerman, rubella,
poliomyelitis, hepatitis , dll

5. Mekanisme immun
Reaksi imun sering dikenal sebagai penyebab kerusakan dan penyakit pada sel.
Antigen penyulut dapat eksogen maupun endogen. Antigen endogen(missal antigen sel)
menyebabkan penyakit autoimun.

6. Gangguan genetik
Secara ringkas telah disebutkan bahwa mutasi dapat mempengaruhi DNA
maupun kromosom. DNA dapat dipengaruhi pada saat sintesis DNA (replikasi). Pada saat
tersebut faktor mutagenik mempengaruhi pemasangan basa nukleotida sehingga tidak
berpasangan dengan basa nukleotida yang seharusnya (mismatch). Misalnya triplet DNA
cetakan adalah TTA. Namun, karena adanya mutagen menyebabkan DNA polimerase
memasangkan A dengan C, bukan dengan T.
Kromosom juga dapat dipengaruhi oleh mutagen pada saat pemaketan DNA
dalam kromosom (profase), pemisahan kromatid (contoh pada peristiwa gagal berpisah
kromosom saat anafase), penarikan kromosom oleh benang spindel, dan sintesis dinding
sel (sitokinesis) setelah anafase. Mutasi, dapat menyebabkan: mengurangi suatu enzim,
kelangsugan hidup sel tidak sesuai, atau tanpa dampak yg diketahui.
7. Ketidakseimbangan nutrisi
Obesitas terjadi karena energi intake lebih besar dari energi expenditure.
Apapun penyebabnya, yang menjadikan seseorang obesitas pada dasarnya adalah
energi intake atau masukan yang didapat dari makanan atau lainnya lebih
besardibandingkan energi expenditure atau energi yang dikeluarkan. Mekanisme dasar
terjadinya kegemukan adalah masukan kalori yang melebihi pemakaian kalori untuk
memelihara dan pemulihan kesehatan yang,berlangsung lama. Kelebihan kalori
tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak,yang lama kelamaan akan mengakibatkan
kegemukan. Defisiensi protein-kalori avitaminosis aterosklerosis, dan obesitas.

8. Penuaan
Sel yang mengalami proses penuaan memiliki kapasitas untuk ambilen nutrient
dan perbaikan kerusakan kromosom yang berkurang. Perubahan morfologi pada sel
yang menua meliputi ketidakaturan inti, mitokondria bervakuola pleomorfik,
pengurangan reticulum endoplasma, dan penyimpangan apparatus golgi. Secara
bersamaan, terdapat akumulasi tetap. Pigmen lipofuscian yang mengidentifikasikan
kerusakan oksidatif dan jejas membrane sel, protein yang terlipat abnormal dan produk
akhir silang dengan protein yang berdekatan. Proses penuaan sel adalah multifaktorial.
Proses itu melibatkan efek kumulatif, baik siklus jam molecular intrinsic dari penuaan sel
maupun stressor ekstrinsik dari lingkungan sel. Kerusakan sel ini, proses penuaan dapat
dipicu oleh beberapa faktor selain bertambanya usia,yaitu salah satunya kondisi selular
tubuh yang tidak sehat disebabkan tubuh yangtercemar oleh radikal bebas sementara
antioksidan dalam tubuh sudah tidak dapatdiproduksi secara normal baik kualitas
maupun kuantitasnya. Penuaan dini adalahhal yang menakutkan untuk kebanyakan
orang karena kondisi ini tentumengganggu penampilan. )leh karena itu perlu adanya
pengetahuan tentang proses selular pada aging &penuaan' dan dan bagaimana
pencegahannya yangaman dan tidak menimbulkan efek samping negatif untuk tubuh
dan lingkungan.

9. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki electron tidak
berpasangan dibagian orbital yang terluar serta mampu berdiri sendiri. Pada umumnya
mekanisme reaksi radikal bebas dalam tubuh dapat terjadi dengan cepat bersama atom
yang lain untuk mengisi orbital yang kosong. Simbol penulisan radikal bebas adalah
berupa titik yang terdapat dipenulisan atom atau molekul.

Pengerian reactive oxygen species(ROS) adalah radikal bebas yang berupa


oksigen dan turunannya yang sangat reaktif. Radikal bebas tersebut dapat menyebabkan
kerusakan oksidatif terhadap molekul protein, DNA, lemak, membrane sel dan
komponen sel atau jaringan yang lain, oleh karena itu reactive oxygen species(ROS)
memiliki satu atau lebih atom yang tidak berpasangan. Reactive oxygen species(ROS)
dihasilkan pada saat terjadinya metabolisme oksidatif dalam tubuh seperti proses
oksidasi makanan menjadi energi.

 Mekanisme radikal bebas dalam tubuh dan pembentukan ROS

ROS memiliki kecenderungan memperoleh electron dari substansi lain yang


menjadikan radikal bebas bersifat reaktif. Pembentukan ROS melalui langkah-langkah
reduksi oksigen tunggal menjadi electron yang terjadi di sitokrom oksidase mitokondria.
ROS yang dihasilkan adalah superoksida (O2-+) , hydrogen peroksida(H2O2), dan radikal
hidroksil (OH+). Pembentukan ROS dipengaruhi oleh sel yang mengalami
peradangan,cedera, dan infeksi oleh bakteri maupun virus. Hal ini dapat menyebabkan
stress oksidatif yang berpengaruh terhadap kerusakan sel maupun jaringan.

Proses mekanisme pembentukan radikal bebas dalam tubuh juga dapat


terbentuk pada saat olahraga atau latihan otot maupun adanya jaringan yang
mengalami iskemik-reperfusi. Terbentuknya radikal bebas utamanya dihasilkan oleh otot
rangka pada saat berkontraksi. Ketika melakukan olahraga atau latihan fisik ,maka
kebutuhan oksigen akan mengalami peningkatan dengan cepat. Kebutuhan oksigen
selama latihan fisik mampu meningkat sekitar 100-200 kali jika dibandingkan ketika
sedang istirahat.

Sewaktu terjadi fosforilasi oksidatif dalam mitokondria, maka oksigen akan


direduksi pada tahap transport electron di organel mitokondria untuk mengkonversi
adenosine trifosfat(ATP) dan air. Pada saat proses inilah kurang lebih molekul oksigen
sebanyak 2% mampu berikatan dengan electron tunggal yang terlepas dari karier
electron pada rantai respirasi pernafasan sehingga akan membentuk radikal
superoksida. Secara beruntun, radikal superoksida akan membentuk hydrogen
peroksida dan hidroksil reaktif.

 Mekanisme radikal bebas dan anti oksidan

Reactive oxygen species(ROS) atau jika diterjemahkan yakni senyawa oksigen


reaktif pada umumnya dihasilkan pada jumlah yang seimbang. Secara normal, fungsi
ROS berperan sebagai fungsi biologis antara lain sel darah putih memproduksi H2O2
untuk menghancurkan beberapa mikroba seperti bakteri dan jamur dan regulasi
pertumbuhan sel yang tidak menyerang sasaran spesifik.

Pada dasarnya secara alami di seluruh tubuh telah dibentuk scavenger enzyme
yang berfungsi untuk membersihkan reactive oxygen species(ROS) atau radikal bebas.
Mekanisme kerja enzim ini adalah mengoksidasi ROS. Tubuh juga diperlengkapi dengan
sistem pertahanan untuk mengnetralisir radikal bebas seperti enzim Superoxide
Dismutase (SOD) yang berada didalam mitokondria serta sitosol; Glutathione Peroxidase
(GPX); katalase; dan Glutathione reductase.

Anda mungkin juga menyukai