Di Susun Oleh :
Iskandar Prasetyo
2018/2019
1
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Anak yang Mengalami Pneumonia dengan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas di Ruang Melati 2 RSUD Dr. Moewardi ” Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Fitriana Noor Khayati S.Kep., Ns.,M.Kep selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
2. Semua dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Klaten yang telah
memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
3. Kedua orangtuaku yang selaku menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk
menyelesaikan pendidikan.
4. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Muhammadiyah
Klaten dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu, yang telah
memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat
untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Penulis
2
Daftar Isi
3
BAB 3 ......................................................................................................................................................... 26
METODE PENELITIAN ............................................................................................................................ 26
3.1. Desain Penelitian ............................................................................................................................. 26
3.2. Batasan ............................................................................................................................................. 26
3.3. Partisipan.......................................................................................................................................... 26
3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................................................... 27
3.5. Pengumpulan Data ........................................................................................................................... 27
3.6. Uji Keabsahan Data ......................................................................................................................... 28
3.7. Analisis Data .................................................................................................................................... 29
Daftar Pustaka ............................................................................................................................................. 31
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan yang utama
di negara berkembang. Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang
sering menyebabkan kematian di Amerika Serikat (Brunner dan Suddarth, 2013).
Penyebabnya adalah bakteri, virus, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan
fisik dari paru-paru, maupun pengaruh tidak langsung dari penyakit lain. Bakteri yang
biasa menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia,
sedangkan virus yang menyebabkan pneumonia adalah Adenoviruses, Rhinovirus,
Influenza virus (Athena & Ika, 2014).
Pneumonia ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan bernapas seperti napas
cepat, dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Pneumonia dikategorikan dalam
penyakit menular yang ditularkan melalui udara, dengan sumber penularan adalah
penderita pneumonia yang menyebarkan kuman dalam bentuk droplet ke udara pada saat
batuk atau bersin. Kuman penyebab pneumonia selanjutnya masuk ke saluran pernapasan
melalui proses inhalasi (udara yang dihirup), atau dengan cara penularan langsung, yaitu
percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin, dan berbicara
langsung terhirup oleh orang di sekitar 2 penderita, atau memegang dan menggunakan
benda yang telah terkena sekresi saluran pernapasan penderita (Athena & Ika, 2014).
Berbagai faktor risiko mortalitas pneumonia anak balita di negara berkembang
adalah pneumonia pada masa bayi, berat badan lahir rendah, tidak mendapat imunisasi,
tidak mendapat ASI adekuat, malnutrisi, defisiensi Vitamin A, prevalensi kolonisasi
bakteri patogen di nasofaring, dan pajanan terhadap polusi udara. Peran perawat perlu
meningkatkan kerjasama dengan klien anak dan keluarga klien untuk menentukan
rencana keperawatan serta dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialami klien anak,
perawat juga memfokuskan masalah dan diagnosa keperawatan berdasarkan yang
prioritas mengatasi masalah klien anak (Nixson, 2016) .
5
Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia, yang lebih banyak
dibandingkan dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Persentasenya yaitu
19% dari semua penyebab kematian balita, kemudian disusul diare 17%, sehingga World
Health Oganization (WHO) menyebutnya sebagai pneumonia is the leading killer of
children worldwide. Setiap tahun di dunia diperkirakan lebih dari 2 juta balita meninggal
karena pneumonia (1 balita/20 detik) dari 9 juta total kematian balita. Diantara lima
kematian balita, satu disebabkan oleh pneumonia, namun tidak banyak perhatian terhadap
penyakit ini sehingga pneumonia disebut juga pembunuh balita yang terlupakan atau the
forgotten killer of children (Bulechek, 2015).
Prevalensi pneumonia juga merupakan urutan kedua penyebab kematian pada
balita setelah diare. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 3 melaporkan bahwa kejadian
pneumonia sebulan terakhir (period prevalence) mengalami peningkatan pada tahun 2013
sebesar 2,1 ‰ menjadi 2,7 ‰ pada tahun 2013. Kematian balita yang disebabkan oleh
pneumonia tahun 2013 cukup tinggi, yaitu sebesar 15,5%.2,3 Demikian juga hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), yang melaporkan bahwa prevalensi
pneumonia dari tahun ke tahun terus meningkat, yaitu 7,6% pada tahun 2013 menjadi
11,2% pada tahun 2013 (Athena & Ika, 2014).
Persentase penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada balita Provinsi
Jawa Tengah, tahun 2013 sebesar 73.165 kasus (25,85%) meningkat dibanding tahun
2012 (24,74%). Angka ini masih sangat jauh dari target Standar Pelayanan Minimal
(SPM) tahun 2010 (100%). Pada tingkat kabupaten/kota, ada satu kota yang mempunyai
persentase cakupan tertinggi yaitu Kabupaten Kebumen (86,42%), sementara Kabupaten
dengan persentase cakupan terendah adalah Kabupaten Sragen (1,49%) (Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, 2013).
Data di RSUD Dr. Moewardi, jumlah balita mengalami pneumonia pada tahun
2013 adalah 153 kasus. Pada bulan September kejadian pneumonia 32 kasus, pada bulan
oktober 2014 kejadian pneumonia meningkat 47 kasus. Berdasarkan data tersebut
menunjukkan angka kejadian pneumonia semakin meningkat. Sedangkan menurut data
dari rumah sakit RSUD Dr.Moewardi Surakarta pada tahun 2016 angka kejadian kasus
anak dengan pneumonia sebanyak 1.577 anak. Pengkajian awal pada kasus pneumonia,
6
keluhan utama yang ditemukan pada anak yaitu sesak nafas. Sesak nafas ini dikarenakan
adanya 4 penumpukan sekret.
Berdasarkan teori menurut Herdman (2015) diagnosa keperawatan yang muncul
pada penderita pneumonia adalah, ketidakefektifan bersihan jalan nafas dengan batasan
karakteristik perubahan frekuensi pernafasan, perubahan pola nafas, terdapat suara nafas
tambahan, dan batuk. Anak usia 1-5 tahun yang mengalami gangguan bersihan jalan
nafas ditandai dengan respirasi rate (RR) >40x/mnt, pernafasan cuping hidung (PCH) +,
serta retraksi intercostal (RIC) +. Apabila masalah bersihan jalan nafas ini tidak ditangani
secara cepat maka bisa menimbulkan masalah yang lebih berat saperti pasien akan
mengalami sesak yang hebat bahkan bisa menimbulkan kematian.
Menurut Bulechek (2015) untuk menyelesaikan masalah keperawatan diberikan
tindakan keperawatan yaitu fisioterapi dada. Fisioterapi dada adalah tindakan yang
dilakukan pada pasien dengan cara menepuk dinding dada atau punggung dengan tangan
dibentuk seperti mangkok dilanjutkan vibrasi dengan cara menggetarkan dinding dada
atau punggung pada waktu pasien mengeluarkan napas (Hendra & Emil, 2012).
Sedangkan menurut pendapat Midarti (2014), fisioterapi dada adalah salah satu
dari fisioterapi yang menggunakan tehnik postural drainase, vibrasi dan perkusi.
Fisioterapi dada sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut
maupun kronis, dari perpaduan atau kombinasi dari ketiga teknik tersebut sangat
bermanfaat untuk mengatasi gangguan bersihan jalan nafas terutama pada anak yang
belum dapat melakukan batuk efektif secara sempurna. Pada anak yang mengalami
gangguan bersihan jalan nafas terjadi penumpukan sekret, dengan adanya 5 ketiga teknik
tersebut mempermudah pengeluaran sekret, sekret menjadi lepas dari saluran pernafasan
dan akhirnya dapat keluar melalui mulut dengan adanya proses batuk pada saat dilakukan
fisioterapi dada. Fisioterapi dada sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan
memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Masalah bersihan
jalan nafas yang tidak ditangani secara cepat maka bisa menimbulkan masalah yang lebih
berat saperti pasien akan mengalami sesak yang hebat bahkan bisa menimbulkan
kematian, maka dari itu perlu adanya penanganan masalah pneumonia khususnya pada
bersihan jalan nafas secara maksimal, yang salah satunya adalah dengan pemberian
asuhan keperawatan. Sehingga pemberian asuhan keperawatan yang cepat, tepat dan
7
efisien dapat membantu menekan angka kematian pada anak dengan pneumonia.
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpukan bahwa setiap tahunnya angka
kejadian pneumonia meningkat dan menyebabkan kematian. Oleh karena itu, perlu
dilakukan studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada anak yang mengalami
Pneumonia dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di Ruang Melati 2 Rumah Sakit
Umum Daerah Dr.Moewardi Surakarta”.
B. Pembatasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada kasus Asuhan Keperawatan pada anak
yang mengalami Pneumonia dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSUD
Moewardi Surakarta.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah maka penulis membuat
perumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada anak yang
mengalami Pneumonia dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr.Moewardi Surakarta ?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus Asuhan Keperawatan pada anak yang mengalami Pneumonia
dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSUD Moewardi Surakarta
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada anak yang mengalami
Pneumonia dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSUD Moewardi
Surakarta.
b. Penulis mampu menetapkan diagnosis keperawatan pada anak yang mengalami
Pneumonia dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSUD Moewardi
Surakarta.
c. Penulis mampu menyusun perencanaan keperawatan pada anak yang mengalami
Pneumonia dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSUD Moewardi
Surakarta.
8
d. Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada anak yang mengalami
Pneumonia dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSUD Moewardi
Surakarta.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada anak yang mengalami
Pneumonia dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSUD Moewardi
Surakarta.
E. Manfaat Penelitian
1. Insititusi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi pengembangan ilmu keperawatan khususnya
keperawatan anak dengan pneumonia.
2. Penulis
Untuk menambah pengetahuan, pemahaman dan pendalaman serta sebagai saran
untuk mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat selama perkuliahan terutama
keperawatan anak.
3. Institusi rumah sakit
Memberikan referensi tentang kepeawatan pada pasien dengan pneumonia dan agar
dapat digunakan sebagai masukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
4. Pembaca
Sebagai informasi mengenai asuhan keperawatan pada anak pneumonia, sehingga
pembaca mempunyai pengetahuan tentang kasus pneumonia.
5. Penulis
Selanjutnya Bahan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya agar lebih
sempurna.
9
BAB 2
Tinjauan Pustaka
2.1 Pneumonia
2.1.1 Definisi
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang
disebabkan oleh infeksi mikrorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh non-
infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan baru dan gangguan
pertukaran gas setempat (Bradiev, 2011). Pneumonia adalah proses peradangan
dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh
eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang berfungsi. Pneumonia
adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri
merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang paling sering
menyebabkan kematian pada anak (Said, 2008).
10
2.1.3 Faktor Risiko
Menurut Nixson (2016), Faktor risiko pneumonia yaitu:
2.1.4 Klasifikasi
Menurut Ridha (2014), klasifikasi pneumonia antara lain :
1) Berdasarkan anatomi:
a) Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu sebagian besar dari
satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal
sebagai pneumonia bilateral atau ganda.
b) Pneumonia lobularis, terjadi pada ujung akhir bronkhiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak
konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia lobularis.
11
c) Pneumonia interstitial, proses inflamasi yang terjadi didalam dinding
alveolar serta interlobular.
2) Berdasarkan inang dan lingkungan:
a) Pneumonia komunitas Dijumpai pada pasien perokok, pathogen
atipikal pada lansia, gram negatif pada pasien dari rumah jompo,
dengan adanya PPOK, penyakit penyerta kardiopulmonal atau paska
terapi antibiotika spectrum luas.
b) Penumonia aspirasi Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis
kimia akibat aspirasi bahan toksik, akibat aspirasi cairan inert misalnya
cairan makanan atau lambung, edema paru, dan obstruksi mekanik
simple oleh bahan padat.
c) Pneumonia pada gangguan imun Terjadi akibat proses penyakit dan
akibat terapi. Penyebab infeksi dapat terjadi disebabkan oleh kuman
pathogen atau mikroorganisme yang biasanya non virus, berupa
bakteri, protozoa, parasit, virus, jamur dan cacing.
1) Batuk berdahak
2) Suara napas lemah
3) Demam
4) Penggunaan otot bantuan napas
5) Sakit kepala
6) Sesak napas
7) Menggigil
8) Berkeringat
9) Lelah
10) Terkadang kulit menjadi lembab
11) Mual dan muntah
12) Ingus (nasal discharge)
12
Menurut Misnadiarly (2008), gejala pneumonia antara lain:
1) Demam
2) Suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celcius
3) Sesak napas
4) Nyeri dada
5) Batuk dengan dahak kental
6) Nyeri perut
7) Kurang nafus makan
8) Sakit kepala
1) Chest x-ray : Adanya penyebaran, misalnya lobus dan bronkhial dapat juga
menunjukkan multipel abses/ infiltrat, penyebaran bakterial dan penyebaran
virus.
2) Analisa gas darah : abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnya
kerusakan paru – paru.
3) Bahan kultur dapat diambil melalui tindakan bronkoskopi dengan cara bilasan
, sikatan bronkus dengan kateter ganda terlindung.
4) Pewarnaan gram / culture sputum dan darah didapatkan dengan needle biopsy
,broncoscopy atau biopsi paru-paru terbuka untuk mengeluarkan organisme
penyebab.
2.1.7 Penatalaksanaan
Menurut Nixson (2016), penatalaksanaan keperawatan pneumonia antara lain:
13
7) Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
8) Terapi lain sesuai dengan komplikasi.
1) Pemberian antibiotik.
2) Pemberian antipiretik, analgetik, bronchodilator.
3) Pemberian oksigen.
4) Pemberian cairan indikasi.
2.1.8 Komplikasi
Menurut Marni (2014), komplikasi pneumonia antara lain:
1) Kajian foto thoraks: digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan
status pulmoner (untuk mengkaji perubahan pada paru)
2) Nilai analisa gas darah untuk mengevaluasi status kardiopulmoner
sehubungan dengan oksigenasi.
3) Hitung darah lengkap dengan hitung jenis. Digunakan untuk menetapkan
adanya anemia, infeksi, proses inflamasi.
4) Perawarnaan gram (darah) untuk seleksi awal antimikroba.
5) Tes kulit untuk tuberculin menesampingkan kemungkinan TB jika anak tidak
berespon terhadap pengobatan.
14
6) Jumlah leukosit, leukositosis pada Pneumonia bacterial.
7) Tes fungsi paru digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas
dan beratnya penyakit, dan membantu mendiagnosis keadaan.
8) Kultur darah specimen darah untuk menetapkan agens penyebabnya seperti
virus dan bakteri.
2.1.10 Patofisiologi
Menurut Suharjono (2008), patofisiologi pneumonia: Kuman masuk ke
dalam jaringan paru-paru melalui saluran pernafasan dari atas untuk mencapai
brokhiolus dan kemudian alveolus sekitarnya. Kelainan yang timbul berupa
bercak konsolidasi yang tersebar pada kedua paru-paru, lebih banyak pada bagian
basal. Pneumonia dapat terjadi sebagai akibat inhalasi mikroba yang ada diudara,
aspirasi organisme dari nasofarinks atau penyebaran hematogen dari fokus infeksi
yang jauh. Bakteri yang masuk ke paru melalui saluran nafas masuk ke bronkhioli
dan alveoli, menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan
edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan interstitial.
Paru masuk dalam tahap hepatisasi abu-abu dan tampak berwarna abu-abu
kekuningan. Secara perlahan sel darah merah yang mati dan eksudat fibrin
dibuang dari alevoli. Terjadi resolusi sempurna, paru menjadi normal kembali
tanpa kehilangan kemampuan dalam pertukaran gas. Akan tetapi apabila proses
konsolidasi tidak dapat berlangsung dengan baik maka setelah edema dan
terdapatnya eksudat pada alveolus maka membran dari alveolus akan mengalami
15
kerusakan yang dapat mengakibatkan gangguan proses difusi osmosis oksigen
pada alveolus. Perubahan tersebut akan berdampak pada penurunan jumlah
oksigen yang dibawa oleh darah.
16
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
Menurut Hidayat (2012), pengkajian adalah langkah awal dari tahapan
proses keperawatan, kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar
dari pasien, untuk informasi yang diharapakan dari pasien. Pengkajian
keperawatan pada seluruh tingkat analisis (individu, keluarga, komunitas) terdiri
atas data subjektif dari seseorang atau kelompok, dan data objektif dari
pemeriksaan diagnostik dan sumber lain. Pengkajian individu terdiri atas riwayat
kesehatan (data subjektif) dan pemeriksaan fisik (data objektif) (Suharjono,
2009).
1) Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan pneumoni untuk
meminta pertolongan kesehatan adalah sesak nafas, batuk, dan
peningkatan suhu tubuh/demam.
2) Riwayat penyakit saat ini Pengakajian ini dilakukan untuk mendukung
keluhan utama. Apabila keluhan utama adalah batuk, maka perawat harus
menanyakan sudah berapa lama keluhan batuk muncul. Pada klien
pneumonia, keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang
setelah minum obat batuk yang biasa ada dipasaran. Pada awalnya keluhan
batuk nonproduktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk
produktif dengan mukus purulen kekuningan, kehijauan, kecokletan atau
kemerahan dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh
mengalami demam tinggi dan menggigil serta sesak nafas, peningkatan
frekuensi pernafasan, dan lemas.
3) Riwayat penyakit dahulu Pengkajian diarahkan pada waktu
sebelumnya,apakah klien pernah mengalami infeksi saluran pernafasan
17
atas (ISPA) dengan gejala seperti luka tenggorok, kongesti nasal, bersin,
dan demam ringan.
4) Riwayat keperawatan berdasarkan pola kesahatan fungsional
a) Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat Data yang muncul sering
orangtua berpersepsi meskipun anaknya batuk masih menganggap
belum terjadi gangguan serius, biasanya orang tua menganggap
anaknya benar-benar sakit apabila anak sudah mengalami sesak nafas.
b) Pola metabolik nutrisi Anak dengan pneumonia sering muncul
anoreksia (akibat respon sistemik melalui kontrol saraf pusat), mual
dan muntah.
c) Pola eliminasi Penderita sering mengalami penurunan produksi urin
akibat perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena demam.
d) Pola tidur istirahat Data yang sering muncul adalah anak mengalami
kesulitan tidur karena sesak nafas. Penampilan anak terlihat lemah,
sering menguap, anak sering menangis malam hari karena
ketidaknyamanan tersebut.
e) Pola aktifitas latihan Anak tampak menurun aktifitas dan latihannya
sebagai dampak kelemahan fisik. Anak tampak lebih banyak minta
digendong orangtuanya atau bedrest.
f) Pola kognitif Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah
disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan
oksigen pada otak.
g) Pola persepsi konsep diri Tampak gambaran orang tua terhadap anak
diam kurang 21 bermain, kurang bersahabat dan ketakutan terhadap
orang lain.
h) Pola peran hubungan Anak tampak malas kalau diajak bicara baik
dengan teman sebaya maupun yang lebih besar, anak lebih banyak
diam dan selalu bersama ornag terdekat orangtua.
i) Pola seksualitas Pada kondisi sakit dan anak kecil sulit dikaji. Pada
anak yang sudah mengalami pubertas mungkin terjadi gangguan
18
menstruasi pada wanita tetapi bersifat sementara dan biasanya
penundaan.
j) Pola toleransi koping Aktifitas yang sering dilakukan untuk
menghadapi stres adalah menangis, kalau sudah dewasa adalah sering
marah dan mudah tersinggung.
k) Pola nilai keyakinan Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring
dengan kebutuhan untuk mendapat sumber kesembuhan dari Allah.
5) Pemeriksaan fisik
a) Status penampilan kesehatan: lemah
b) Tingkat kesadaran: kesadaran normal, letargi, strupor, koma, apatis
tergantung tingkat penyebaran penyakit.
c) Tanda-tanda vital:
1. Frekuensi nadi dan tekanan darah: takikardi, hipertensi.
2. Frekuensi pernafasan: takipnea, dipsnea progresif, pernafasan
dangkal, penggunaan otot bantu pernafasan, pelebaran nasal.
d) Suhu tubuh: hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme
yang direspon oleh hipotalamus.
e) Berat badan dan tinggi badan Kecenderungan berat badan anak
mengalami penurunan.
f) Integumen kulit :
1. Warna: pucat sampai sianosis.
2. Suhu: pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah
hipertermi teratasi kulit anak teraba dingin.
3. Turgor: menurun pada dehidrasi
g) Kepala Kepala:
1. Perhatikan bentuk dan kesimetrisan.
2. Periksa higiene kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan rambut,
perubahan warna.
h) Data yang paling menonjol pada pemeriksaan fisik adalah pada thorak
dan paru-paru :
19
1. Inspeksi: Frekuensi irama, kedalaman, dan upaya bernafas antara
lain: takpinea, dipsnea progresif, pernafasan dangkal.
2. Palpasi: Adanya nyeri tekan, peningkatan fokal fremitus pada
daerah yang terkena.
3. Perkusi: Pekak terjadi bila terisi cairan pada paru, normalnya
timpani (terisi udara) resonansi.
4. Auskultasi :
a. Suara bronkoveskuler atau bronkhial pada daerah yang terkena.
b. Suara nafas tambahan ronkhi pada sepertiga akhir inspirasi.
2.2.2 Diagnosis
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons manusia
terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau kerentangan respon dari
seorang individu, keluarga, kelompok, atau komunitas. Diagnosis keperawatan
biasanya berisi dua bagian yaitu deskription atau pengubah, fokus diagnosis, atau
konsep kunci dari diagnosis (Herman, 2015). Menurut Muttaqin, (2014) diagnosa
yang muncul pada kasus pneumonia adalah:
2.2.3 Perencanaan
Intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang dilakukan perawat
berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan outcome
pasien atau klien. Intervensi keperawatan mencakup baik perawatan langsung dan
20
tidak langsung yang ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, serta orang-
orang dirujuk oleh perawat, dirujuk oleh dokter maupun pemberi pelayanan kesehatan
lainnya (Bullechek, 2015). Menurut Bullechek (2015) intervensi yang muncul pada
kasus pneumonia adalah:
21
2) Diagnosa yang kedua: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolar-kapiler.
Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi gangguan pertukaran
gas tidak terjadi.
NOC:
a) Status pernafasan: ventilasi
b) Tanda-tanda vital
Kriteria hasil:
a) Melaporkan tidak ada adanya dipsnea
b) Klien menujukkan tidak ada gejala distres pernafasan
c) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan gas
darah arteri dalam rentang normal
Intervensi:
Monitor tanda-tanda vital:
a) Monitor irama dan laju pernafasan.
b) Catat adanya sianosis pada kuku dan perubahan warna kulit.
Manajemen jalan nafas:
a) Atur posisi untuk memaksimalkan ventilasi
b) Berikan oksigen sesuai indikasi
c) Ajarkan dan dukung pernafasan bibir selama ekspirasi
Manajemen asam basa:
a) Monitor kecenderungan pH, PaCO2, dan HCO3
b) Monitor adanya gejala kegagalan nafas ( misalnya, rendahnya PaO2 dan
meningkatnya level PaCO2, dan kelelalah otot pernafasan.
3) Diagnosa yang ketiga: Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan
otot pernafasan.
Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi pola nafas menjadi
lebih efektif.
NOC: Status pernafasan: kepatenan jalan nafas Kriteria hasil:
a) Frekuensi pernafasan dalam batas normal.
b) Tidak menggunakan otot bantu pernafasan.
22
c) Irama pernafasan teratur.
Intervensi:
Manajemen jalan nafas:
a) Monitor status pernafasan dan oksigenasi.
b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
Monitor pernafasan:
a) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas.
b) Monitor pola nafas.
c) Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrian, penggunaan otot batu nafas dan
retraksi pada intercosta.
d) Pengaturan posisi: Monitor status oksigenasi sebeleum dan setelah perubahan
posisi.
e) Terapi oksigen: Monitor efektifitas terapi oksigen
4) Diagnosa yang keempat: Hipertermia behubungan dengan penyakit.
Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi suhu tubuh nomal.
NOC: Tanda-tanda vital
Kriteria hasil: Suhu tubuh nomal (36-37 derajat celcius).
Intervensi: Perawatan demam:
a) Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya.
b) Monitor warna kulit dan suhu.
c) Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam
yaitu selimut hangat pada fase dingin dan pakaian atau linen tempat tidur ringan
pada fase demam dan fase bergejolak.
d) Dorong konsumsi cairan.
Pengaturan suhu :
a) Monitor suhu paling tidak tiap 2 jam.
b) Berikan pengobatan antipiretik.
Perawatan hipertermia:
a) Berikan metode pendinginan eksternal (kompres hangat)
b) Monitor AGD
23
5) Diagnosa yang kelima : Intoleran aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen.
Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi aktifitas pasien
kembali normal atau dapat melakukan aktifitas secara minimum.
NOC:
a) Konservasi energi
b) Tingkat kelelahan
c) Perawatan diri : ADL
Kriteria hasil: Pasien mampu melakukan aktifitas secara bertahap
Intervensi:
Toleransi aktifitas :
a) Kolaborasikan dengan ahli terapi, terapi fisik dan rencana rekreasi dan progam
pengawasan.
b) Berikan kegiatan pergerakan yang lebih besar untuk pasien hiperaktif.
c) Berikan waktu jeda untuk setiap kegiatan
Manajemen energi :
a) Kaji status fisiologi pasien berhubungan dengan status kelelahan berkaitan
dengan usia dan perkembangan.
b) Batasi jumlah pengunjung
c) Rencakan periode aktifitas ketika pasien lagi berenergi.
d) Evaluasi program peningkatan aktifitas.
2.2.4 Implementasi
Implementasi adalah melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah
ditentukan sebelumnya. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan perawat
seharusnya tidak boleh bekerja sendiri dan melibatkan keluarga serta disiplin ilmu
lain (Yohanes & Yasinta, 2013).
24
Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai
oleh perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan 33 ketrampilan yang
dimilikinya. Pada fungsi interdependen adalah dimana fungsi yang dilakukan
dengan bekerja sama dengan profesi disiplin ilmu yang lain dalam perawatan
maupun pelayanan kesehatan. Sedangkan fungsi dependen adalah fungsi yang
dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain (Sugeng & Weni,
2010).
2.2.5 Evaluasi
Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan
yang telah dilakukan pada klien perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dilakukan
terdiri dari:
25
BAB 3
METODE PENELITIAN
Studi kasus ini adalah studi untuk mengeskplorasi masalah asuhan keperawatan
pada anak yang mengalami pneumonia dengan ketidakefektifan bersihan jalanan nafas di
Ruang Melati 2 Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta.
3.2. Batasan
Istilah Faktor pada studi kasus ini adalah asuhan keperawatan pada anak yang
mengalami pneumonia dengan ketidakefektifan bersihan jalanan nafas Ruang Melati 2
Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Surakarta. Penulis hanya menjabarkan konsep
Pneumonia beserta asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
Batasan istilah disusun secara naratif 25 dan apabila diperlukan ditambahkan informasi
kualitatif sebagai penciri dan batasan yang dibuat oleh penulis.
3.3. Partisipan
Partisipan dalam studi kasus ini adalah 2 pasien anak dengan Pneumonia dan
memiliki masalah keperawatan yang sama di Ruang Melati 2 Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Moewardi Surakarta.
26
3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Ruang Melati 2 Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
Surakarta.
2. Waktu
Pengambilan kasus di Ruang Melati 2 Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
Surakarta dilakukan selama 2 minggu yaitu dari tanggal 22 Mei 2017 – 3 Juni 2017.
a. Pemeriksaan fisik
27
b. Wawancara
c. Observasi
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengambil data yang
berasal dari dokumen asli, dokumen asli tersebut dapat berupa gambar, tabel, dan daftar
pustaka (Hidayat, 2014). Pada kasus ini pendokumentasian tentang asuhan keperawatan
pada anak yang mengalami pneumonia di Ruang Melati 2 Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Moewardi Surakarta.
28
2) sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data yaitu
klien, perawat, dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu
pada pasien yang mengalami Pneumonia di Ruang Melati 2 Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Moewardi Surakarta.
1) Pengumpulan data
Data dikumpulan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). Hasil ditulis
dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkip berupa
asuhan keperawatan pada anak yang mengalami pneumonia dengan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas.
2) Mereduksi Data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu
dalam bentuk transkip dan dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif,
dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai
normal.
3) Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.
Kerahasiaan dari klien dijamin dengan cara menyebutkan nama pasien dengan inisial.
29
4) Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil
penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan
data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.
30
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Walsh, B. K. & Hood, K. (2011). Pediatric
Medikal Bedah. Vol1. Jakarta: EGC. airway maintenance and clearance in the acute
care setting: how to stay out of trouble. Journal
Capernito, L. J. (2000). Buku Saku Diagnosa of the American Association for Inhalation
Keperawatan. Alih bahasa: Monica Ester. Edisi Therapy, 56(9). 1440-1444
8. Jakarta: EGC
Willkinson, J. M. (2007). Diagnosa
Castro, A. A., Calil, S. R., Freitas, S. A., Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Oliveira, A. B., & Porto, E.F. (2013).Chest Kozier. Fundamental of Nursing
physiotherapy effectiveness to reduce
hospitalization and mechanical ventilation Wong W. P., Paratz, J. D., Wilson, K., & Burns,
length of stay, pulmonary infection rate and Y. R. (2003). Hemodynamic and ventilatory
mortality in ICU patients. Brithish Journal of effects of manual respiratory physiotherapy
Disease of the Chest, 107(1). 68-74. techniques of chest clapping, vibration, and
shaking in an animal model. Journal of applied
Doen ges, M . E. (2000 ). Rencana Asuhan physiology, 95(3). 991-998
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. (1999). Wong, D. L. ( 2003). Pedoman Klinis
Alih bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Keperawatan Pediatrik. (2008). Alih
Sumarwati. Edisi 3. Jakarta: EGC bahasa:Monica Ester. Edisi 4. Jakarta: EGC
31