Anda di halaman 1dari 12

EFEK BIOLOGI RADIASI

I. PENDAHULUAN

Secara umum radiasi adalah pancaran energy dalam bentuk gelombang atau partikel. Dalam
bentuk gelombang energy dapat dibedakan ke dalam bentuk electromagnet atau mekanik. Dalam
bentuk partikel dapat dibedakan ke dalam enrgi bermuatan atau tidak bermuatan. Radiasi juga
dapat dibedakan ke jenis pengion dan non pengion.

Pemanfaatan radiasi pengion, jika energi yang dipancarkan cukup besar dan berinteraksi dengan
materi sepanjang lintasannya, atom atau molekul materi dapat mengalami eksitasi, pembentukan
radikal atau bahkan terjadi ionisasi. Eksitasi, pembentukan radikal dan ionisasi merupakan akibat
adanya transfer energy dari sumber ke materi.

Fenomena eksitasi, pembentukan radikal dan ioniasi dapat dimanfaatkan untuk pengawetan
makanan, sterilisasi, diagnose dan terapi penyakit, riset, industry dan sebagainya. Namun
demikian radiasi juga memiliki resiko, sehingga harus diupayakan manfaat yang sebesar-
besarnya dengan resiko yang sekecil-kecilnya dalam penggunaan sumber radiasi, khususnya
penggunaan langsung maupun tidak langsung bagi manusia.

Pemanfaatan radiasi dalam bidang kesehatanterus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
Pemanfaatan radiasi ini meliputi tindakan radiodiagnostik, radioterapi dan kedokteran nuklir.
Ketiga jenis bidang ini mempunyai sumber radiasi yang spesifikasi fisiknya berbeda-beda
dengan factor resiko yang berbeda-beda pula. Semua tindakan pemakaian radiasi, baik untuk
diagnostic, terapi maupun kedokteran nuklir, harus selalu melalui proses justifikasi, limitasi dan
optimasi agar pasien, petugas dan lingkungan di sekitarnya mendapatkan keuntungan sebesar
mungkin dengan resiko sekecil mungkin.

Pemanfaatan radiasi pengion dalam tindakan radiodiagnostik memberikan konstribusi paparan


yang berasal dari sumber radiasi buatan kepada suatu poplasi. Setiap individu yang bekerja
dengan menggunakan radiasi pengion harus selalu memperhatikan prosedur standar proteksi dan
dapat menimbulkan efek yang merugikan baik bagi dirinya maupun lingkungannya bila terjadi
kecelakaan akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan, sehingga setiap individu perlu
mengetahui berbagai efek biologi yang muncul sebagai akibat paparan radiasi pada tubuh
manusia dan cara penanggulangan bila terjadi kecelakaan radiasi.

II. RADIASI NON PENGION DAN RADIASI PENGION


Radiasi merupakan bagian dari kehidupan. Tanpa radiasi tidak akan pernah ada
kehidupan. Panas dan cahaya matahari adalah suatu radiasi alam yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Radiasi adalah pancaran energy dalam bentuk gelombang atau partikel.
Radiasi jika memiliki energy rendah tidak mampu menghasilkan ion-ion disepanjang
lintasannya, sehingga disebut sebagai radiasi non pengion, sedangkan pada tingkat yang lebih
tinggi mampu menghasilkan ion-ion sehingga disebut sebagai radiasi pengion. Contoh radiasi
non pengion meliputi gelombang suara, gelombang radio, cahaya tampak, sinar infra merah dan
sinar UV (λ≥100 nm).
Lingkup pembahasan tentang efek radiasi bagi system biologi dibatasi pada masalah radiasi
pengion, sel-sel dan jaringan dapat rusak atau berubah bahkan dapat mengakibatkan kematian
sel. Perubahan sel-sel tersebut dapat bersifat kekal atau bersifat menurun apabila terjadi
perubahan di dalam inti sel. Perubahan di luar inti sel biasanya tidak merupakan perubahan
genetic.

III. SUMBER RADIASI


Sumber radiasi ditinjau dari cara terbentuknya dapat dibedakan menjadi sumber radiasi alam dan
sumber radiasi buatan.
A. Sumber Radiasi Alam
Radiasi alam dapat berasal dari sinar kosmik, sinar gamma dari kulit bumi, hasil peluruhan
radon dan thorium di udara, serta berbagai radionuklida yang terdapat dalam bahan makanan.
Di beberapa Negara seperti India, Brazil dan Perancis terdapat daerah yang memiliki
radioaktivitas alam yang lebih tinggi dibandingkan dengan Negara lain.
B. Sumber Radiasi Buatan
Radiasi buatan adalah radiasi yang timbul karena sengaja dibuat oleh manusia, seperti
penyinaran terapi medic, pencitraan diagnostic, jatuhan radioaktif, radiasi yang diperoleh
pekerja radiasi di fasilitas nuklir, radiasi yang ditimbulkan oleh mesin atau pesawat
pembangkit radiasi, dan lain-lain.
IV. SEL SEBAGAI UNIT BIOLOGI DASAR
Tubuh manusia terdiri dari berbagai macam organ, seperti hati, ginjal, paru, jantung,
lambung dan lain sebagainya. Setiap organ tubuh umumnya tersusun dari jaringan yang
merupakan kumpulan sel-sel yang mempunyai fungsi dan struktur yang sama. Sel sebagai
unit fungsional terkecil dalam tubuh dapat menjalankan fungsi hidup secara lengkap dan
sempurna, seperti pembelahan, pernafasan, pertumbuhan dan tanggapan / respon terhadap
rangsangan dan lainnya. Sel tubuh sangat bervariasi dalam bentuk, ukuran dan fungsinya.
Tubuh manusia dewasa terdiri sekitar seratus triliun sel dengan diameter rerata sekitar 10
mikrometer.
Sel tersusun atas membran sel, sitoplasma dan inti sel. Membrane sel merupakan suatu
lapisan sel yang melindungi sel, berfungsi mengatur transportasi bahan-bahan keluar masuk
sel dan komunikasi antar sel. Sitoplasma (plasma sel) mengandung sejumlah organel yang
berfungsi mengatur berbagai fungsi metabolism sel. Di dalam plasma sel terdapat bangunan-
bangunan yang memproduksi enzim-enzim yang berfungsi sebagai katalisator dalam reaksi
bio kimia dalam sel. Kerusakan enzim karena radiasi akan mengacaukan fungsi sel sehingga
sel bisa mati. Inti sel (nucleus) mengandung DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) sebagai
penyusun struktur biologi yang sangat kompleks yang disebut kromosom. Kromosom
mempunyai peranan penting sebagai tempat penyimpanan semua informasi genetika yang
berhubungan dengan keturunan atau karakteristik dasar manusia. Instruksi genetika dari
sebuah sel dikatakan sangat spesifik dan akan diturunkan secara menyeluruh melalui proses
pembelahan sel.
Kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang merupakan
suatu rantai pendek dari DNA yang membawa suatu kode informasi tertentu dan spesifik
untuk satu macam protein (polipeptida) yang harus disintesa oleh sel.
V. RADIASI INTERNA DAN RADIASI EKSTERNA
Radiasi interna adalah penyinaran yang berasal dari sumber radiasi yang terletak di dalam
tubuh manusia, sedang radiasi eksterna berasal dari sumber yang terletak di luar tubuh
manusia.
Radiasi interna terjadi karena masuknya radionuklida ke dalam tubuh manusia melalui
pernafasan, saluran pencernaan, luka terbuka di kulit, maupun menembus kulit dan juga
melalui sirkulasi darah (suntkan). Radiasi interna yang lebih berbahaya adalah radiasi yang
lebih banyak menimbulkan ionisasi di dalam jaringan tubuh, sehingga sinar-α lebih
berbahaya dari sinar-X dan sinar-γ sebagai sumber radiasi interna.
Pada radiasi eksterna, maka radiasi dapat mengenai seluruh tubuh (penyinaran total) ataupun
mengenai sebagian tubuh (penyinaran parsial). Pada penyinaran ini sinar-α, electron yang
berasal dari konversi internal, dan sinar-β yang energinya < 65 keV tidak cukup kuat untuk
menembus kulit. Karena itu ketiga jenis radiasi ini tidak menimbulkan bahaya pada
penyinaran luar. Sinar-X, sinar-γ, neutron dan sinar-β yang energinya > 65 keV dapat
menembus kulit dan menyinari jaringan dalam tubuh, sehingga berbahaya sebagai sumber
radiasi eksterna.

VI. INTERAKSI RADIASI DENGAN BAHAN BIOLOGI


Interaksi radiasi pengion dengan materi biologi merupakan proses yang bertahap, diawali
dengan tahap fisik dan berakhir dengan tahap biologi.
A. Tahap Fisik
Absorpsi radiasi pengion dengan hasil berupa eksitasi dan ionisasi pada molekul atau
atom penyususn bahan biologi.
B. Tahap Fisika Kimia
Reaksi – reaksi yang dialami oleh atom atau molekul yang tereksitasi atau terionisasi
sampai terbentuk radikal bebas yang tidak stabil. Lebih dari 60 % tubuh terdiri dari air,
sehingga peranan air sangat besar dalam menentukan hasil akhir efek radiasi. Efek
langsung pada molekul atau atom penyusun tubuh hanya memberikan sumbangan yang
kecil bagi akibat biologi akhir dibandingkan efek tak langsung melalui media air.
Absorpsi radiasi oleh air akan menghasilkan radikal bebas yang sangat reaktif dan toksik
melalui hidrolisis air.
C. Tahap Kimia dan Biologi
Pada tahap ini radikal bebas dan molekul reaktif lain yang terbentuk akan saling bereaksi
dengan media sekitarnya untuk menimbulkan keseimbangan efek kimia akhir. Tanggapan
biologic akan dimulai dengan terkenanya molekul-molekul organic penyusun sel atau
protein dalam sel (enzim, DNA, dsb).
D. Tahap Biologik
Tanggapan biologic dapat bervariasi tergantung molekul penting mana yang terkena.
- Rusaknya molekul enzim akan menimbulkan blockade pada berbagai proses
metabolism.
- Kerusakan molekul DNA dapat menimbulkan cacat genetic.

Kerusakan yang terjadi dapat meluas dari skala seluler ke jaringan, ke organ bahkan
dapat menimbulkan kematian.

VII. EFEK BIOLOGI RADIASI


A. Tanggapan Sistem Biologi Terhadap Radiasi
Struktur tubuh manusia sangat komplek, terdiri dari organ antara lain otak, jantung, paru-
paru, hati, ginjal, dsb. Setiap organ tersusun dari beberapa jaringan, setiap jaringan
tersusun dari berjuta-juta sel. System biologi yaitu kumpulan organ dan / atau jaringan
yang berguna untuk melaksanakan fungsi tubuh tertentu, misalnya system peredaran
darah yang terdiri dari jantung dan pembuluh darah, system urinary, system reporoduksi,
dll.
Jaringan pada tubuh manusia dapat dibedakan menjadi :
- Jaringan epitel yaitu : jaringan yang melapisi permukaan atau saluran dalam tubuh,
termasuk dalam golongan ini adalah kulit dan selaput lendir usus.
- Jaringan ikat yang mengisi tempat-tempat tertentu, misalnya dibawah kulit, diantara
kumpulan-kumpulan sel hati, dsb.
- Jaringan otot.
- Jaringan syaraf.

Sel yang menyusun jaringan, mempuntai bagian berupa inti sel, plasma sel dan
membrane sel. Dalam inti sel terdapat benang kromosom yang membawa gen (zat
pembawa keturunan). Dalam keadaan normal, bila sel membelah, maka sel anak akan
membawa duplikat kromosom dari sel induk yang mempunyai gen-gen identik dengan
gen-gen induknya.

Kromosom maupun gen dapat mengalami mutasi baik oleh mutagen kimia maupun
mutagen lainnya, misalnya radiasi pengion. Mutasi itu menimbulkan perubahan sifat
maupun gangguan fungsi sel anak yang mewarisi sel induknya. Peristiwa mutasi gen
inilah yang menerangkan keganasan sel sehingga menjadi kanker. Mutasi yang
diwariskan kepada sel anak akan menimbulkan efek genetic (pewarisan), apabila sel ini
kebetulan adalah sel kelamin (sel telur atau sperma).

Di dalam plasma sel terdapat bangunan yang memproduksi enzim-enzim yang berfungsi
sebagai katalisator dalam reaksi biokimia dalam sel. Kerusakan enzim karena radiasi
akan mengacaukan fungsi sel itu sehingga sel tersebut bisa mati.

Membrane sel berfungsi mengontrol sirkulasi bahan makanan dari dan ke dalam
membrane sel. Perubahan permeabilitas membrane sel akibat radiasi bisa mengganggu
struktur dan fungsi sel.

Disamping membelah diri terus menerus menjadi sel anak, yang fungsi dan strukturnya
sama dengan sel induknya, maka sebagian sel akan berubah menjadi sel yang lebih
khusus fungsinya (disertai dengan perubahan struktur). Proses perubahan sel semacam ini
disebut diferensiasi.

B. Radiosensitivitas
Penelitian menunjukkan bahwa ternyata tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama
terhadap radiasi. Bergonie dan Tribondeu menjelaskan bahwa radioaktivitas berbanding
terbalik dengan derajat diferensiasi dan berbanding lurus dengan kapasitas reproduksi.
Dengan demikian jaringan yang sel-selnya aktif membelah mempunyai kepekaan yang
relative tinggi terhadap radiasi. Termasuk ke dalam golongan ini adalah :
- Sel – sel darah putih
- Sel – sel pembentuk darah dalam sumsum tulang merah
- Sel – sel epitel kulit dan selaput lendir
- Sel – sel pembentuk sperma dan telur

Sel – sel yang mempunyai diferensiasi rendah pun demikian halnya seperti :

- Sel – sel tubuh janin


- Sel – sel kanker tertentu

C. Factor lain yang dapat mempengaruhi radiosensitivitas


Selain air, terdapat beberapa factor lain yang dapat mempengaruhi radiosensitivitas,
antara lain:
- Pengaruh kadar oksigen menyebabkan organism menjadi kurang sensitive terhadap
radiasi.
- Senyawa yang mengandung ikatan S-H dikenal dapat memberikan proteksi terhadap
radiasi, misalnya cystein. Ambang tenaga untuk merubah ikatan S-H pada cystein
menjadi ikatan S-S pada cystein lebih rendah daripada ambang tenaga untuk
radiolysis air.
- Bakteri jamur lebih tahan radiasi dan non stokastik

D. Efek Genetik, Somatik, Stokastik dan Non Stokastik, Efek Teratogenetik dan Efek
Hormesis Radiasi
- Efek genetic/efek pewarisan adalah efek radiasi yang dirasakan oleh keturunan dari
orang yang menerima radiasi.
- Efek somatic adalah efek radiasi yang dirasakan langsung oleh orang yang menerima
radiasi
- Efek stokastik adalah efek radiasi yang kebolehjadian timbulnya merupakan fungsi
dosis radiasi dan diperkirakan tidak mengenal dosis ambang. Efek stokastik memiliki
ciri :
 Tidak mengenal dosis ambang
 Timbul setelah melalui masa tenang yang lama
 Keparahannya tidak tergantung pada dosis radiasi
 Tidak ada penyembuhan spontan
 Contohnya : kanker, leukemia (efek somatic) dan penyakit keturunan (efek
genetic).
- Efek non stokastik adalah efek radiasi yang kualitas keparahannya bervariasi menurut
dosis dan hanya timbul bila dosis ambang dilampaui. Efek non stokastik memiliki ciri
:
 Mempunyai dosis ambang
 Umumnya timbul beberapa saat setelah terkena radiasi
 Adanya penyembuhan spontan (tergantung tingkat keparahan)
 Keparahannya tergantung dosis radiasi
 Efek non stokastik ini meliputi beberapa efek somatic seperti luka bakar,
sterilitas (kemandulan), katarak, kelainan konginetal (setelah iradiasi dalam
rahim)
- Efek genetic adalah efek stokastik, sedangkan efek somatic dapat stokastik (leukemia
dan kanker) maupun non stokastik.
 Efek teratogenik adalah efek timbulnya cacat bawaan, karena penyinaran yang
terjadi sewaktu janin berada dalam kandungan. Efek ini dapat berupa
kematian dalam kandungan atau segera sesudah lahir, kemunduran
pertumbuhan maupun kelainan bawaan, tergantung saat penyinaran terjadi.
Pada usia kurang dari 15 hari umur kehamilan, maka hasil konsepsi biasanya
mengalami kematian. Apabila penyinaran terjadi pada usia kehamilan 15 hari
sampai 50 hari maka pada umumnya akan terjadi kelainan bawaan, karena
pada saat itu organ-organ tubuh sedang dibentuk. Sedangkan penyinaran
setelah usia kehamilan 50 hari akan berakibat ganguan pertumbuhan janin
dalam kandungan.
 Efek hormesis radiasi adalah efek radiasi dosis rendah bersifat mampu
memberikan efek yang menguntungkan bagi kehidupan manusia.

E. Efek Biologi pada Sistem, Organ atau Jaringan


1. Darah dan sumsum tulang merah
Darah putih merupakan komponen seluler darah yang tercepat mengalami perubahan
akibat radiasi. Efek pada jaringan ini berupa penurunan jumlah sel. Komponen seluler
darah yang lain (butir pembeku dan darah merah) menyusul setelah sel darah putih.
Sumsum tulang merah yang mendapat dosis tidak terlalu tinggi masih dapat
memproduksi sel – sel darah, sedangkan pada dosis yang cukup tinggi akan terjadi
kerusakan permanen yang berakhir dengan kematian (dosis lethal 3-5 Sv). Akibat
penekanan aktivitas sumsum tulang, maka orang yang terkena radiasi akan
menderita :
- Kecenderungan pendarahan dan infeksi
- Anemia dan kekurangan haemoglobin
Efek stokastik karena penyinaran sumsum tulang adalah leukemia.
2. Saluran pencernaan makanan
Kerusakan pada saluran pencernaan makanan memberikan gejala mual, muntah,
gangguan pencernaan dan penyerapan makanan serta diare. Kematian dapat timbul
karena dehidrasi akibat muntah dan diare yang parah. Efek stokastik yang dapat
timbul adalah kanker pada epitel saluran pencernaan.
3. Organ reproduksi
Efek somatic non stokastik pada organ reproduksi adalah sterilitas, sedangkan efek
genetic (selalu stokastik) terjadi karena mutasi gen atau kromosom pada sel kelamin.
4. System syaraf
System saraf termasuk tahan radiasi. Kematian karena kerusakan system syaraf
terjadi pada dosis puluhan Sievert.
5. Mata
Lensa mata peka terhadap radiasi. Katarak merupakan efek somatic non stokastik
yang masa tenangnya agak lama dan terjadi pada dosis lebih besar dari 1,5 Sv.
6. Kulit
Efek somatic non stokastik pada kulit bervariasi dengan besarnya dosis, mulai dari
kemerahan sampai luka bakar dan kematian jaringan. Efek stokastik pada kulit
contohnya kanker kulit.
7. Tulang
Bagian tulang yang peka terhadap radiasi adalah sumsum tulang dan selaput dalam
serta luar tulang. Kerusakan pada tulang biasanya terjadi karena penimbunan
strontium 90 atau radium 226 dalam tulang. Efek somatic stokastik berupa kanker
pada sel epitel selaput tulang.
8. Kelenjar gondok
Kelenjar gondok berfungsi mengatur metabolism umum melalui hormone tiroksin
yang dihasilkan. Kelenjar ini relative tahan terhadap penyinaran luar namun mudah
rusak karena kontaminasi internal oleh yodium radioaktif.
9. Paru-paru
Paru – paru umumnya menderita kerusakan akibat penyinaran, gas, uap, atau partikel
dalam bentuk aerosol yang bersifat radioaktif yang terhirup melalui pernafasan.
10. Hati dan ginjal
Kedua organ ini relative tahan terhadap radiasi.

Table 1 : Faktor bobot untuk berbagai organ dan jaringan tubuh

No. Organ atau Jaringan Tubuh ωT (1977) ωT (1990)


1 Gonad 0,25 0,20
2 Sumsum tulang 0,12 0,12
3 Colon 0,12
4 Lambung 0,12
5 Paru-paru 0,12 0,12
6 Ginjal 0,05
7 Payudara 0,15 0,05
8 Liver 0,05
9 Oesophagus 0,05
10 Kelenjar gondok (tiroid) 0,03 0,05
11 Kulit 0,01
12 Permukaan tulang 0,03 0,01
13 Organ atau jaringan tubuh lainnya 0,03 0,05

VIII. PENYAKIT AKIBAT RADIASI


1. Radiodermatitis
Radiodermatitis adalah peradangan pada kulit yang terjadi akibat penyinaran local
dengan dosis tinggi. Dimulai dengan tanda kemerahan pada kulit yang terkena radiasi,
kemudian diikuti oleh masa tenag beberapa hari sampai 3 minggu baru kemudian timbul
gejala yang khas tergantung dosis yang diterima.

Dosis Gejala
3 – 6 Gy Eritema
6 – 12 Gy Radiodermatitits sika (rasa raba hilang, rambut rontok, bengkak)
12 – 24 Gy Radiodermatitis eksudativa (kulit melepuh, bernanah)
Lebih besar dari 24 Nekrosis (kematian jaringan)
Gy

2. Katarak
Katarak terjadi pada penyinaran mata dengan dosis diatas 1,5 Gy, dengan masa tenang
antara 5 – 10 tahun.
3. Sterilitas
Sterilitas dapat terjadi karena akibat penyinaran pada kelenjar kelamin. Efek berupa
pengurangan kesuburan sampai kemandulan. Sel sperma yang muda lebih peka daripada
sel tua. Aktivitas pembentukan sperma dapat mulai menurun pada dosis beberapa senti
Gray (cGy).
4. Sindroma radiasi akut
Sindroma radiasi akut dapat terjadi setelah penyinaran seluruh tubuh dengan dosis lebih
dari 1 Gy setelah penyinaran seluruh tubuh dengan dosis lebih dari 1 Gy yang diterima
secara sekaligus dengan laju dosis yang cukup tinggi oleh radiasi yang berdaya tembus
besar.
Gejala diawali dengan gejala tidak khas seperti mual dan muntah, demam, rasa lelah,
sakit kepala serta diare, kemudian diikuti oleh masa tenang selama 2 – 3 minggu. Pada
masa ini gejala mereda, setelah masa tenang lewat, maka timbul nyeri perut, diare,
perdarahan, anemia, infeksi bahkan kematian.

IX. PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI


Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi dimaksudkan untuk mengetahui keadaan kesehatan
pekerja radiasi, perkembangannya dan kalau mungkin mencari hubungan kausal dengan
radiasi pengion, apabila terjadi gangguan patologik. Dengan pemeriksaan kesehatan pekerja
radiasi ini ingin dipantau kondisi kesehatan pekerja radiasi baik sebelum , selama, maupun
sesudah masa kerja. Disamping itu pemeriksaan ini berguna pula untuk menyesuaikan
penempatan pekerja dengan kondisi kesehatannya.
Pemeriksaan kesehatan sebelum masa kerja memberikan informasi tentang kondisi kesehatan
pekerja radiasi pada saat akan mulai bekerja serta penyakit apa saja yang pernah diderita.
Masukan ini selanjutnya akan dimanfaatkan sebagai base line data yang akan menjadi acuan
untuk setiap pemeriksaan berikutnya, disamping utnuk menentukan apakah seseorang
berdasarkan kesehatannya dapat bekerja sebagai pekerja radiasi.
Pemeriksaan selama masa kerja dilakukan secara berkala, minimal sekali dalam setahun,
sesuai PP No. 63 tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan terhadap Pemanfaatan
Radiasi Pengion (pasal 20) yang telah diamandemen dengan PP No. 33 tahun 2007 tentang
Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif (pasal 11). Pemaparan
terhadap radiasi dan peristiwa kontaminasi internal dapat saja trjadi tanpa diketahui oleh si
pekerja radiasi, karena itu diperlukan usaha untuk mendeteksi akibat yang ditimbulkannya.
Pemeriksaan kesehatan ini meliputi pengambilan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium. Suatu jenis pemeriksaan laboratorium tertentu yaitu pengamatan
terhadap aberasi kromosom kini sedang diteliti untuk dikembangkan di BATAN guna
dipakai untuk menentukan dosis radiasi (metode dosimetri biologi).

Anda mungkin juga menyukai