I. PENDAHULUAN
Secara umum radiasi adalah pancaran energy dalam bentuk gelombang atau partikel. Dalam
bentuk gelombang energy dapat dibedakan ke dalam bentuk electromagnet atau mekanik. Dalam
bentuk partikel dapat dibedakan ke dalam enrgi bermuatan atau tidak bermuatan. Radiasi juga
dapat dibedakan ke jenis pengion dan non pengion.
Pemanfaatan radiasi pengion, jika energi yang dipancarkan cukup besar dan berinteraksi dengan
materi sepanjang lintasannya, atom atau molekul materi dapat mengalami eksitasi, pembentukan
radikal atau bahkan terjadi ionisasi. Eksitasi, pembentukan radikal dan ionisasi merupakan akibat
adanya transfer energy dari sumber ke materi.
Fenomena eksitasi, pembentukan radikal dan ioniasi dapat dimanfaatkan untuk pengawetan
makanan, sterilisasi, diagnose dan terapi penyakit, riset, industry dan sebagainya. Namun
demikian radiasi juga memiliki resiko, sehingga harus diupayakan manfaat yang sebesar-
besarnya dengan resiko yang sekecil-kecilnya dalam penggunaan sumber radiasi, khususnya
penggunaan langsung maupun tidak langsung bagi manusia.
Pemanfaatan radiasi dalam bidang kesehatanterus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
Pemanfaatan radiasi ini meliputi tindakan radiodiagnostik, radioterapi dan kedokteran nuklir.
Ketiga jenis bidang ini mempunyai sumber radiasi yang spesifikasi fisiknya berbeda-beda
dengan factor resiko yang berbeda-beda pula. Semua tindakan pemakaian radiasi, baik untuk
diagnostic, terapi maupun kedokteran nuklir, harus selalu melalui proses justifikasi, limitasi dan
optimasi agar pasien, petugas dan lingkungan di sekitarnya mendapatkan keuntungan sebesar
mungkin dengan resiko sekecil mungkin.
Kerusakan yang terjadi dapat meluas dari skala seluler ke jaringan, ke organ bahkan
dapat menimbulkan kematian.
Sel yang menyusun jaringan, mempuntai bagian berupa inti sel, plasma sel dan
membrane sel. Dalam inti sel terdapat benang kromosom yang membawa gen (zat
pembawa keturunan). Dalam keadaan normal, bila sel membelah, maka sel anak akan
membawa duplikat kromosom dari sel induk yang mempunyai gen-gen identik dengan
gen-gen induknya.
Kromosom maupun gen dapat mengalami mutasi baik oleh mutagen kimia maupun
mutagen lainnya, misalnya radiasi pengion. Mutasi itu menimbulkan perubahan sifat
maupun gangguan fungsi sel anak yang mewarisi sel induknya. Peristiwa mutasi gen
inilah yang menerangkan keganasan sel sehingga menjadi kanker. Mutasi yang
diwariskan kepada sel anak akan menimbulkan efek genetic (pewarisan), apabila sel ini
kebetulan adalah sel kelamin (sel telur atau sperma).
Di dalam plasma sel terdapat bangunan yang memproduksi enzim-enzim yang berfungsi
sebagai katalisator dalam reaksi biokimia dalam sel. Kerusakan enzim karena radiasi
akan mengacaukan fungsi sel itu sehingga sel tersebut bisa mati.
Membrane sel berfungsi mengontrol sirkulasi bahan makanan dari dan ke dalam
membrane sel. Perubahan permeabilitas membrane sel akibat radiasi bisa mengganggu
struktur dan fungsi sel.
Disamping membelah diri terus menerus menjadi sel anak, yang fungsi dan strukturnya
sama dengan sel induknya, maka sebagian sel akan berubah menjadi sel yang lebih
khusus fungsinya (disertai dengan perubahan struktur). Proses perubahan sel semacam ini
disebut diferensiasi.
B. Radiosensitivitas
Penelitian menunjukkan bahwa ternyata tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama
terhadap radiasi. Bergonie dan Tribondeu menjelaskan bahwa radioaktivitas berbanding
terbalik dengan derajat diferensiasi dan berbanding lurus dengan kapasitas reproduksi.
Dengan demikian jaringan yang sel-selnya aktif membelah mempunyai kepekaan yang
relative tinggi terhadap radiasi. Termasuk ke dalam golongan ini adalah :
- Sel – sel darah putih
- Sel – sel pembentuk darah dalam sumsum tulang merah
- Sel – sel epitel kulit dan selaput lendir
- Sel – sel pembentuk sperma dan telur
Sel – sel yang mempunyai diferensiasi rendah pun demikian halnya seperti :
D. Efek Genetik, Somatik, Stokastik dan Non Stokastik, Efek Teratogenetik dan Efek
Hormesis Radiasi
- Efek genetic/efek pewarisan adalah efek radiasi yang dirasakan oleh keturunan dari
orang yang menerima radiasi.
- Efek somatic adalah efek radiasi yang dirasakan langsung oleh orang yang menerima
radiasi
- Efek stokastik adalah efek radiasi yang kebolehjadian timbulnya merupakan fungsi
dosis radiasi dan diperkirakan tidak mengenal dosis ambang. Efek stokastik memiliki
ciri :
Tidak mengenal dosis ambang
Timbul setelah melalui masa tenang yang lama
Keparahannya tidak tergantung pada dosis radiasi
Tidak ada penyembuhan spontan
Contohnya : kanker, leukemia (efek somatic) dan penyakit keturunan (efek
genetic).
- Efek non stokastik adalah efek radiasi yang kualitas keparahannya bervariasi menurut
dosis dan hanya timbul bila dosis ambang dilampaui. Efek non stokastik memiliki ciri
:
Mempunyai dosis ambang
Umumnya timbul beberapa saat setelah terkena radiasi
Adanya penyembuhan spontan (tergantung tingkat keparahan)
Keparahannya tergantung dosis radiasi
Efek non stokastik ini meliputi beberapa efek somatic seperti luka bakar,
sterilitas (kemandulan), katarak, kelainan konginetal (setelah iradiasi dalam
rahim)
- Efek genetic adalah efek stokastik, sedangkan efek somatic dapat stokastik (leukemia
dan kanker) maupun non stokastik.
Efek teratogenik adalah efek timbulnya cacat bawaan, karena penyinaran yang
terjadi sewaktu janin berada dalam kandungan. Efek ini dapat berupa
kematian dalam kandungan atau segera sesudah lahir, kemunduran
pertumbuhan maupun kelainan bawaan, tergantung saat penyinaran terjadi.
Pada usia kurang dari 15 hari umur kehamilan, maka hasil konsepsi biasanya
mengalami kematian. Apabila penyinaran terjadi pada usia kehamilan 15 hari
sampai 50 hari maka pada umumnya akan terjadi kelainan bawaan, karena
pada saat itu organ-organ tubuh sedang dibentuk. Sedangkan penyinaran
setelah usia kehamilan 50 hari akan berakibat ganguan pertumbuhan janin
dalam kandungan.
Efek hormesis radiasi adalah efek radiasi dosis rendah bersifat mampu
memberikan efek yang menguntungkan bagi kehidupan manusia.
Dosis Gejala
3 – 6 Gy Eritema
6 – 12 Gy Radiodermatitits sika (rasa raba hilang, rambut rontok, bengkak)
12 – 24 Gy Radiodermatitis eksudativa (kulit melepuh, bernanah)
Lebih besar dari 24 Nekrosis (kematian jaringan)
Gy
2. Katarak
Katarak terjadi pada penyinaran mata dengan dosis diatas 1,5 Gy, dengan masa tenang
antara 5 – 10 tahun.
3. Sterilitas
Sterilitas dapat terjadi karena akibat penyinaran pada kelenjar kelamin. Efek berupa
pengurangan kesuburan sampai kemandulan. Sel sperma yang muda lebih peka daripada
sel tua. Aktivitas pembentukan sperma dapat mulai menurun pada dosis beberapa senti
Gray (cGy).
4. Sindroma radiasi akut
Sindroma radiasi akut dapat terjadi setelah penyinaran seluruh tubuh dengan dosis lebih
dari 1 Gy setelah penyinaran seluruh tubuh dengan dosis lebih dari 1 Gy yang diterima
secara sekaligus dengan laju dosis yang cukup tinggi oleh radiasi yang berdaya tembus
besar.
Gejala diawali dengan gejala tidak khas seperti mual dan muntah, demam, rasa lelah,
sakit kepala serta diare, kemudian diikuti oleh masa tenang selama 2 – 3 minggu. Pada
masa ini gejala mereda, setelah masa tenang lewat, maka timbul nyeri perut, diare,
perdarahan, anemia, infeksi bahkan kematian.