Anda di halaman 1dari 21

KELOMPOK 4 KIMIA INTI RADIASI (KELAS S1 KIMIA / 5C)

Nama-nama anggota kelompok :


1) KAS TA RIO (200802130)
2) PETRONELLA PARULIAN TAMBUNAN (200802091)
3) NAOMI ELLA MONICA SINAGA (200802031)
4) ERVINA SILVIRA (200802016)
5) FERANITHA GABRIELA GLORIA SIRAIT (200802076)
6) DANIEL ARIWIBOWO MANALU (200802011)
7) NOVI DWIYANTI TAN (200802123)
8) NURUL FADILA LUBIS (200802090)
9) ICA LAMRIYANI GULTOM (200802078)
10) GITA ROHANA TAMBUNAN (200802018)
11) DEA KHAIRUNISA (200802013)
12) JENITI MEGA (200802129)

Proteksi Radiasi Dalam Pemakaian Radioisotop Industri


1) Sifat Bahaya Radiasi
Radiasi merupakan energi yang dihantarkan,dipancarkan, dan diserap dalam bentuk
partikel atau gelombang. Sifat radiasi yaitu antara lain tidak terlihat, tidak berwarna,
tidak dapat dirasakan, dapat merusak sel-sel tubuh, dan dapat menginduksi terjadinya
kanker. Efek radiasi pada jaringan hidup beraneka ragam,tetapi kemampuan energi ini
untuk mengionisasi jaringan sasaran membedakan 2 bagian utama spektrum
gelombang elektromagnetik, yaitu radiasi pengion dan radiasi non-pengion.
a) Radiasi Pengion
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat mengionisasi atom-atom atau
materi yang dilaluinya. Secara garis besar, radiasi pengion dapat dibagi
menjadi radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik (radiasi
elektromagnetik) dan radiasi dalam bentuk partikel (radiasi partikel). Radiasi
partikel terbagi lagi menjadi radiasi partikel bermuatan listrik dan tidak
bermuatan. Radiasi pengion dalam bentuk gelombang elektromagnetik adalah
sinar X dan sinar gamma. Kedua sinar tersebut memiliki sifat fisik yang
hampir sama. Perbedaannya terletak pada frekuensi dan panjang
gelombangnya. Frekuensi sinar X berkisar antara 1016 hingga 1020 Hertz
(Hz) dengan panjang gelombang berkisar dari 10-9 sampai 10-6 cm.
Sedangkan frekuensi sinar Gamma berkisar dari 1020 sampai 1025 Hz dengan
panjang gelombang berkisar antara 10-11 sampai 10-8 cm bergantung
energinya.
Bahaya Radiasi Pengion

Paparan radiasi ion dapat menimbulkan risiko kesehatan dengan merusak


jaringan dan DNA dalam gen. Dengan cara merusak DNA dalam sel tubuh
inilah bagaimana radiasi ion dapat menyebabkan kanker. Radiasi ion dapat
menyebabkan kematian atau kelainan pada sel, dalam waktu sementara
maupun permanen. Paparan radiasi dalam jumlah besar dapat menyebabkan
penyakit bahkan kematian dalam hitungan jam atau hari. Tanda-tanda Anda
terkena penyakit akibat radiasi adalah mual, lemas, rambut rontok, kulit
terbakar, dan berkurangnya fungsi organ. Interaksi radiasi dengan materi
biologi merupakan proses yang berlangsung secara bertahap. Tahap awal
adalah tahap fisik dan tahap akhir adalah tahap biologik. Tahap fisik
merupakan tahap terjadinya absorbsi energi radiasi pengion sehingga
menyebabkan proses eksitasi dan ionisasi pada molekul atau atom penyusun
bahan biologi. Proses tersebut berlangsung sangat singkat dalam waktu 10-16
detik. Elektron sekunder yang dihasilkan dari proses pengion pada tahap fisik
dapat berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi secara
langsung terjadi bila energi dari elektron langsung terserap oleh molekul
organik penting dalam sel seperti DNA. Sedangkan interaksi secara tidak
langsung adalah apabila terlebih dahulu terjadi interaksi radiasi dengan
molekul air dalam sel yang efeknya kemudian akan mengenai molekul
organik penting.

Radiasi dapat menyebabkan beberapa jenis kerusakan pada DNA yaitu


perubahan struktur molekul gula atau basa, pembentukan dimer, putusnya
ikatan hidrogen antar basa, hilangnya gula atau basa dan lainnya.

Bagian sel yang sangat peka terhadap radiasi adalah kromosoma dan gena,
yaitu bagian-bagian yang menjadi pusat sifat turun-temurun. Kromosoma oleh
radiasi dapat putus, dan gerta dapat terurai, sehingga akibat dari kerusakan-
kerusakan itu sel yang mengandungnya dapat berubah sifatnya atau mati.
Perubahan sifat tersebut bersifat tetap, dan hasil pembelahannya akan berupa
sel-sel bilru yang tidak serupa dengan sifat sel induk yang semula. lni disebut
mutasi. Radiasi terhadap wanita dengan 300 - 400 R, berakibat pemandulan
sementara, dan satu tahun atau lebih kernudian dapat terjadi pembuahan yang
disusul dengan kesuburan normal.
b) Radiasi non Pengion
Radiasi nonpengion dapat didefenisikan sebagai penyebaran atau emisi energi
yang bila melalui suatu media dan terjadi proses penyerapan , berkas energi
radiasi tersebut tidak akan mampu menginduksi terjadinya proses ionisasi
dalam media tersebut. Istilah radiasi non pengion secara fisika mengacu pada
radiasi elektromagnetik dengan energi lebih kecil dari 10 eV yang antara lain
meliputi sinar ultarviolet , cahaya tampak, infra merah, gelombang mikro
(mikrowave), dan elektromagnetik radiofrekuensi, selain itu ultra sound juga
termasuk dalam radiasi non pengion.

Efek radiasi optik pada kulit :


1. Radiasi UV-B dapat menembus semua lapisan epidermis dan hanya
sekitar 10-15 % dapat menjangkau bagian atas lapisan dermis. Efek
dari pajanan ini adalah eritema dan kanker kulit. Diketahui bahwa
panjang gelombang yang dapat menimbulkan efek akut paling parah
berupa induksi luka bakar adalah 307 nm.
2. Radiasi UV-A yang diserap lapisan epidermis hanay sebanyak 50 %
dan sisanya mampu menembus lapisan dermis sampai kedalaman 2
mm. Efek yang ditimbulkan adalah kanker kulit, penuaian dini dan
juga pigmentasi kulit sebagai akibat dari peningkatan produksi pigmen
melanin.

Efek kesehatan elektromagnetik radiofrekuensi :


Berdasarkan studi epidemiologi diketahui tidak ada bukti yang kuat mengenai
risiko kanker baik pada anak-anak maupun dewasa dari tingkat normal
frekuensi energi elektromagnetik , frekuensi radio, atau radiasi gelombang
mikro. Data menunjukkan bahwa radiasi ini tidak dapat membahayakan
materi genetik dan juga tidak dapat menginduksi kanker, terutama yang
berhubungan dengan kanker otak. Yang jelas perubahan medan magnet atau
listrik dapat menginduksi arus listrik internal ke tubuh yang menimbulkan
panas, dan tingkat atau laju perubahan ini sebanding dengan frekuensi.
Radiasi laser pada mata dapat menimbulkan kerusakan pada kornea mata,
lensa atau retina , bergantung pada panjang gelombang cahaya dan
karakteristik penyerapan energi dari struktur mata. Jumlah energi cahaya
yang masuk pada mata ditentukan oleh luas pembukaan pupil.

c) Bahaya Radiasi Radioaktivitas


Bahaya radiasi radioaktivitas dibedakan menjadi 2 macam yaitu bahaya
radiasi eksternal dan bahaya internal.
1. Bahaya Radiasi Eksternal
Bahaya radisi eksternal berasal dari sumber radiasi yang terletak diluar
tubuh manusia, tetapi walaupun berada di luar tubuh manusia tetap
dapat berbahaya jika sampai masuk ke dalam tubuh manusia. Bahaya
radiasi eksternal dapat menyebabkan kerusakan kulit, rusaknya
jaringan otak, leukemia bahkan kanker.
2. Bahaya Radiasi Internal
Bahaya radiasi internal berasal dari radiasi luar tetapi ikut masuk ke
dalam tubuhmanusia karena termakan, terminum, terhirup atau
menempel (kontaminasi dengan material radioaktif). Dalam hal ini
kaitannya dengan deteksi kebocoran pipa yaitu kemungkinan
terjadinya kontaminasi dengan cairan atau gas.

Mengurangi Dampak Radiasi


1. Jaga jarak dari sumber radiasi
2. Mengurangi durasi terhadap paparan radiasi
3. Mengurangi kesempatan ion radiasi untuk bergabung ke dalam tubuh
Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengonsumsi kalium iodida (KI)
segera setelah terpapar radiasi. Kalium iodida ini dapat membantu
melindungi tiroid dari radiasi. Mengapa tiroid? Radiasi berdampak
langsung pada kelenjar tiroid, sehingga merusak kemampuan kelenjar
tiroid untuk memproduksi iodium, di mana iodium sebagai zat yang
sangat dibutuhkan untuk membentuk DNA yang sehat, fungsi
kekebalan tubuh, metabolisme, keseimbangan hormon, serta kesehatan
jantung.
4. Menggunakan pelindung

2) Pemaparan Internal dan Eksternal


Radioisotop yang terdapat dalam tubuh manusia meradiasi jaringan selama jangka
waktu yang ditentukan oleh waktu-paro fisik dan retensi biologis dalam tubuh.
Dengan demikian, radioisotop tersebut dapat memberikan peningkatan dosis pada
jaringan tubuh selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah masukan.
Kebutuhan untuk mengatur paparan radioisotop dan akumulasi dosis radiasi selama
waktu yang lama telah membawa pada definisi dari besaran dosis terikat.
a) Pemaparan Internal
Pemaparan radiasi internal adalah paparan radiasi yang sumber radiasinya ada
di dalam tubuh. Sumber radiasi dapat berada di dalam tubuh karena adanya
radionuklida yang masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan (inhalasi),
pencernaan (injesi) dan melalui kulit (luka terbuka, pori-pori kulit).
Pencegahan paparan radiasi internal dapat dilakukan dengan:
1. Membatasi jumlah bahan radioaktif yang akan digunakan sekecil
mungkin sesuai keperluan
2. Mencegah tersebarnya bahan radioaktif di sumbernya, yaitu dengan
cara mewadahi dan mengungkungnya.
3. Penggunakan alat pelindung diri yang memadai misalnya baju
pelindung (jas lab), shoecover, sarung tangan, masker yang sesuai, alat
monitor perorangan dan monitor ruangan.
4. Dilarang makan, minum dan berhias di laboratorium.
5. Melakukan pekerjaan di meja atau ruang asap dan menggunakan
kertas isap atau kertas merang jika ada ada kemungkinan zat radioaktif
tumpah.
6. Tangan tidak menyentuh langsung apa pun sebelum dipastikan tangan
bebas dari kontaminasi dan yang akan dipegang bebas kontaminasi.

b) Pemaparan Eksternal
Radiasi dari sumber yang terletak di luar tubuh dapat memberikan penyinaran
radiasi secara lokal/parsial atau seluruh tubuh. Pada paparan eksterna ini sinar
alfa dan sinar beta energi rendah (< 65 kev) tidak cukup kuat untuk menembus
lapisan kulit sehingga tidak berbahaya. Sinar beta (> 65 kev), neutron, sinar X
dan gamma dapat menembus lapisan kulit dan dapat meradiasi jaringan dan
organ dalam tubuh. Pada interaksi radiasi neutron dengan materi biologi akan
dihasilkan proton, gamma sehingga transfer energi ke jaringan menjadi
bervariasi. Neutron cepat akan mengadakan tumbukan elastik terutama
dengan atom H. Neutron lambat dan thermal akan mengalami absorpsi oleh
atom H dengan reaksi (n,γ) dan oleh atom N dengan reaksi (n,p). Dengan
demikian neutron mempunyai daya rusak lebih besar dari gamma. Faktor-
faktor yang berpengaruh tingkat keparahan kerusakan tubuh akibat paparan
eksternal seperti, jenis radiasi, dosis serap, distribusi penyinaran pada tubuh,
distribusi waktu penyinaran (dosis tunggal atau terbagi/fraksinasi) dan usia.

Pengendalian paparan radiasi eksternal dilakukan dengan cara :


1. Pemantauan dosis radiasi perorangan
Pemantauan dosis radiasi perorangan secara eksternal dilakukan
dengan menggunakan dosimeter perorangan.
2. Pengendalian daerah kerja
Pengendalian daerah kerja dilakukan dengan pembagian daerah kerja,
pemantauan paparan radiasi dan kontaminasi radioaktif menggunakan
alat ukur radiasi.

3) Satuan Dosis
a) Paparan (X)
Paparan adalah kemampuan radiasi sinar X atau gamma untuk menimbulkan
ionisasi di udara pada volume tertentu. Satuan paparan adalah
coulomb/kilogram (C/kg).
dQ
X¿
dm
Keterangan :
dQ = jumlah muatan pasangan ion yang terbentuk di udara
dm = massa udara dalam volume tertentu (STP)
Satuan paparan :
- SI = coulomb/kilogram (C/kg)
- Satuan lama = Rontgent (R) ; 1R = 2,58 x 10-4 C/kg

1 C/kg adalah besar paparan yg dapat menyebabkan terbentuknya muatan


listrik sebesar 1 coulomb pada suatu elemen volume udara yg mempunyai
massa 1 kg.
Laju paparan
Laju paparan adalah besar paparan per satuan waktu.
dx
X¿
dt
Keterangan :
dx = paparan
dt = waktu
Satuan lajuan paparan :
- SI = Coulomb/kilogram-jam (C/kg-jam)
- Satuan lama = Rontgent/Jam (R/jam)

b) Dosis Serap (D)


Dosis serap adalah energi rata-rata yang diserap bahan per satuan massa bahan
tersebut. Satuan dosis serap adalah joule/kg atau gray (Gy) .
dE
D¿
dm

Keterangan :
dE = energi yg diserap
dm = massa bahan

Satuan dosis serap:


- SI = Joule/kg atau gray (Gy)
- Satuan lama = Radiation Absorbed Dose(rad)

1 gray (Gy) = 100 rad


Dosis serap berlaku untuk semua jenis radiasi dan semua jenis bahan yang
dilalui.

Laju dosis serap


Laju dosis serap adalah besar dosis serap per satuan waktu.
dD
D¿
dt
Keterangan :
dD = dosis serap
dt = waktu
Satuan laju dosis serap :
- SI = joule/kg.jam (Gy/jam)
- Satuan lama = rad/jam

Hubungan Dosis Serap dengan Paparan


Hubungan Dosis Serap dengan Paparan dapat di rumuskan sebagai berikut :
D=f.X
Keterangan:
D = Dosis serap (rad)
X = Paparan (R)
f = Faktor konversi dari laju paparan ke laju dosis serap (rad/R)

Untuk medium udara : f = 0,877 rad/R


µ

Untuk medium bukan udara :f=


()ρ
m

µ
() ρ
u
Tabel : Faktor Konversi dari nilai penyinaran ke dosis

Dalam bidang proteksi radiasi praktis, f = 1 rad/R

c) Dosis Ekivalen (H)


Dosis ekivalen merupakan perkalian dosis serap dan faktor bobot radiasi.
Faktor bobot radiasi adalah besaran yang merupakan kuantisasi radiasi untuk
menimbulkan kerusakan pada jaringan/organ.
Satuan dosis ekivalen adalah
- SI = Sievert (Sv)
- Satuan lama = Radiation Equivalen Men (Rem)
Dimana 1 Sievert (Sv) = 100 rem

Dosis serap yang sama tetapi berasal dari jenis radiasi yang berbeda ternyata
memberikan akibat atau efek yang berbeda pada sistem tubuh makhluk hidup.
Makin besar daya ionisasi makin tinggi tingkat kerusakan biologi yang
ditimbulkannya. Besaran yg merupakan jumlah radiasi untuk menimbulkan
kerusakan pada jaringan/organ dinamakan Faktor bobot radiasi(Wr).
Faktor bobot radiasi sebelumnya disebut dengan faktor kualitas (QF), Sedang
untuk aplikasi di bidang radiologi dinyatakan dengan relative biological
effectiveness (RBE).
Rumus dosis ekivalen :

H ¿ ∑ ( D x Wr )

Keterangan :
H = dosis ekivalen
D = dosis serap
Wr = Faktor bobot radiasi

Laju dosis ekivalen


Laju dosis ekivalen adalah dosis ekivalen per satuan waktu.
dH
H¿
dt
Keterangan :
dH = dosis ekivalen
dt = waktu
Satuan laju dosis ekivalen :
- SI = Sievert/jam (Sv/jam)
- Satuan lama = Radiation Equivalen Men/jam (Rem/jam)

Tabel : Faktor bobot radiasi untuk berbagai jenis radiasi

d) Dosis Ekivalen Efektif (E)


Dosis efektif adalah besaran dosis yang memperhitungkan sensitifitas
organ/jaringan. Tingkat kepekaan organ/jaringan tubuh terhadap efek
stokastik akibat radiasi disebut faktor bobot organ/jaringan tubuh (Wt). Dosis
efektif merupakan hasil perkalian dosis ekivalen dengan faktor bobot
jaringan/organ. Pada penyinaran seluruh tubuh sedemikian sehingga setiap
organ menerima dosis ekivalen yg sama,ternyata efek biologi pada setiap
organ tersebut. Efek radiasi yg diperhitungkan adalah efek stokastik. Besaran
dosis yg memperhitungkan sensitivitas organ disebut dosis ekivalen efektik
(E). Tingkat kepekaan organ terhadap efek stokastik akibat radiasi disebut
faktor bobot organ tubuh (Wr).

ET = HT ωT = DT ωRωT

Satuan dosis ekivalen efektif:


- SI = Sievert (Sv)
- Satuan lama = Radiation Equivalen Men (rem)

Laju dosis ekivalen efektif


Laju dosis ekivalen efektif adalah Dosis ekivalen efektif per satuan waktu.
dE
E¿
dt
Keterangan :
dE = dosis efektif
dt = waktu
Satuan laju dosis ekivalen efektif :
- SI = Sv/jam
- Satuan Lama = rem/jam
Tabel : Faktor bobot untuk berbagai organ dan jaringan tubuh

e) Dosis Kolektif (S)


Dosis kolektif adalah dosis ekivalen atau dosis efektif yang digunakan apabila
terjadi penyinaran pada sejumlah besar populasi peduduk. Penyinaran ini
biasanya muncul akibat kecelakaan nuklir atau kecelakaan radiasi. Simbol
besaran untuk dosis kolektif adalah ST dengan satuan sievert-man (Sv-man).
Dalam hal ini perlu diperhitungkan distribusi dosis radiasinya dan distribusi
populasi yg terkena penyinaran.
S= p x H
Keterangan :
H = Dosis ekivalen
S = Dosis kolektif
p = Jumlah populasi (penduduk)

Satuan dosis kolektif :


- SI = sievert-man
- Satuan lama = rem-man

4) Dosis Maksimum yang Diinginkan Pemaparan


Informasi terkini mengenai efek biologis radiasi ditinjau secara berkala oleh anggota
Komite Nasional Perlindungan Radiasi, yang merekomendasikan nilai Paparan
Maksimum yang Diizinkan (MPE)untuk radiasi pengion. Anggota komite ini adalah
dokter dan ilmuwan medis yang berwenang di bidang ini.
Paparan Mingguan Maksimum yang Diijinkan adalah dosis mingguan radiasi pengion
yang menurut pengetahuan saat ini, dapat diterima minggu demi minggu tanpa
menyebabkan cedera yang berarti pada tubuh seseorang setiap saat selama hidupnya.
Sejauh paparan personel yang diterima selama operasi radiografi industri
diperhatikan, Dosis Mingguan Maksimum yang Diizinkan saat ini untuk paparan
seluruh tubuh dapat diambil sebagai 300 mR. Pemaparan 300 mR/per minggu ke
tangan, lengan bawah, kaki, dan pergelangan kaki dapat diterima.
Paparan Mingguan Maksimum yang Diijinkan yang direkomendasikan ini sebesar
300 mR harus dianggap sebagai maksimum untuk panduan saja dan bukan sebagai
batas untuk membenarkan paparan yang tidak perlu. Kebijakan operasi umum atau
aturan praktis harus bahwa setiap paparan di bawah batas ini berlebihan jika paparan
ini dapat dihilangkan dengan upaya yang wajar dalam memilih peralatan penanganan
dan mengembangkan fasilitas dan teknik kerja. Sebagai contoh, anggaplah seorang
radiografer menangani sumber dengan alat penanganan jarak jauh sepanjang 3 kaki
dan menerima paparan 300 mR per minggu. Paparannya dapat dengan mudah
dikurangi menjadi seperempat, atau75 mR, dengan menggunakan alat penanganan
jarak jauh 6 kaki. Dalam situasi seperti itu, perbedaan antara 300 mR dan 75 mR
harus dianggap sebagai paparan yang tidak perlu, jika tidak berlebihan. Alasan yang
sama akan berlaku untuk situasi dimana seseorang tidak terkait dengan radiografi
diminta untuk bekerja 48 jam per minggu dalam posisi di mana laju dosis adalah 6
mR per jam. Jika dosis ini dapat dengan mudah dikurangi dengan relokasi posisi kerja
atau radiasi dikurangi dengan investasi kecil dalam perisai tambahan, paparan seperti
itu harus dianggap berlebihan.
Nilai batas dosis radiasi adalah penerimaan dosis yang tidak boleh dilampaui oleh
seorang pekerja radiasi dan anggota masyarakat selama jangka waktu satu tahun,
NBD tidak hanya tergantung pada laju dosis,jenis penyinaran, tidak termasuk
penerimaan dosis dari penyinaran medis dan penyinaran alam. Nilai batas dosis bukan
batas tertinggi yang apabila dilampaui seseorang akan mengalami akibat negatif yang
nyata. Setiap penyinaran yang tidak perlu harus dihindari dan penerimaan dosis harus
serendah mungkin. tidak tergantung pada laju dosis radiasi eksternal maupun internal.

PERATURAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK


INDONESIA
NOMOR 6 TAHUN 2020
TENTANG
KESELAMATAN RADIASI DALAM PRODUKSI RADIOISOTOP UNTUK
RADIOFARMAKA

Pasal 36
(1) Pembatas dosis untuk Pekerja Radiasi dan anggota masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) diterapkan dalam:
a. Mendesain fasilitas produksi Radioisotop untuk Radiofarmaka;
b. Merencanakan pengoperasian fasilitas produksi Radioisotop untuk Radiofarmaka;
dan
c. Dekomisioning fasilitas produksi Radioisotop untuk Radiofarmaka.
(2) Pembatas dosis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh Pemegang
Izin dengan persetujuan Kepala Badan.
(3) Pembatas dosis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus:
a. Mempertimbangkan pada tahap konstruksi fasilitas perkiraan dosis tertinggi yang
akan diterima Pekerja Radiasi;
b. Mempertimbangkan pada tahap konstruksi fasilitas perkiraan beban kerja fasilitas;
c. Ditetapkan berdasarkan hasil evaluasi pemantauan dosis Pekerja Radiasi paling
lama selama 1 (satu) tahun; dan
d. Diuraikan secara lengkap dalam program proteksi dan Keselamatan Radiasi.
(4) Pembatas dosis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan ketentuan
tidak boleh melebihi 20 mSv (dua puluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun untuk
Pekerja Radiasi.
(5) Ketentuan mengenai pembatas dosis untuk anggota masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan Badan mengenai Proteksi Radiasi
dalam pemanfaatan tenaga nuklir.

5) Eksposur Eksternal
Suatu paparan radiasi; mengacu dimana tubuh berada tepat dihadapan radiasi.
Paparan ini dapat terdapat 2 macam yaitu, paparan eksternal dan internal. Paparan
eksternal berarti menerima radiasi yang berasal dari bahan radioaktif yang ada di
tanah, tersuspensi di udara, atau melekat pada pakaian atau permukaan tubuh.
Perbedaan antara paparan internal dan paparan eksternal terletak pada apakah sumber
yang memancarkan radiasi berada di dalam atau di luar tubuh. Tubuh sama-sama
terkena radiasi dalam kedua kasus.

Pada paparan seluruh tubuh, semua organ dan jaringan dapat terpengaruh oleh radiasi,
sedangkan pada paparan lokal, efeknya pada prinsipnya terbatas pada organ dan
jaringan yang terpapar. Jika ada organ sistem kekebalan atau sistem endokrin yang
termasuk dalam bagian yang terpapar, organ atau jaringan yang jauh dapat
terpengaruh secara tidak langsung, tetapi perhatian utama pada dasarnya adalah efek
pada organ dan jaringan yang terpapar.

Jika keadaan darurat terjadi di fasilitas nuklir dan kebocoran gas radioaktif, ia
mengalir ke atmosfer dalam keadaan yang disebut "bulu". Plum dapat mengandung
gas mulia radioaktif dan partikulat seperti yodium radioaktif atau Cesium-137. Gas
mulia radioaktif (Krypton, Xenon) tidak disimpan di tanah, dan bahkan jika mereka
masuk ke tubuh manusia melalui inhalasi, mereka tidak tetap berada di dalam tubuh.
Namun, orang menerima radiasi yang dipancarkan dari bahan radioaktif yang
terkandung dalam asap yang lewat di atas kepala. Ini menghasilkan "paparan
eksternal". Yodium radioaktif dan cesium diendapkan di permukaan tanah saat
gumpalan lewat. Oleh karena itu, paparan eksternal dari bahan radioaktif yang
diendapkan dapat terjadi bahkan setelah kepulan asap telah berlalu.

Dalam paparan eksternal, partikel yang memiliki daya tembus lemah berhenti di
epidermis dan karena itu tidak menghasilkan efek apa pun, tetapi jika sejumlah besar
bahan radioaktif yang memancarkan partikel menempel ke permukaan tubuh untuk
waktu yang lama, mereka akan mempengaruhi sel basal kulit dan sel akar rambut
yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap radiasi, mungkin menyebabkan eritema
kulit yang ditandai dengan kemerahan pada kulit, rambut rontok, dll. Namun, paparan
tersebut sangat jarang, dan masalah utama dengan paparan eksternal dikaitkan dengan
bahan radioaktif yang memancarkan sinar- yang mempengaruhi bagian dalam tubuh.
6) Eksposur Internal
Paparan internal terjadi karena bahan radioaktif diambil melalui empat rute: konsumsi
bersama dengan makanan; inhalasi; penyerapan dari kulit; dan kontaminasi luka.
Bahan radioaktif yang masuk ke dalam tubuh memancarkan radiasi di dalam tubuh.
Akumulasi di beberapa organ tertentu dapat terjadi tergantung pada jenis bahan
radioaktif. Ini sebagian besar disebabkan oleh sifat fisikokimia bahan radioaktif.
Misalnya, strontium, yang memiliki sifat serupa dengan kalsium, cenderung
menumpuk di bagian yang kaya kalsium seperti tulang begitu memasuki tubuh.
Yodium, sebagai unsur penyusun hormon tiroid, cenderung menumpuk di tiroid,
apakah itu yodium radioaktif atau yodium stabil.

Bahan radioaktif dalam tubuh hancur menjadi elemen lain dan secara bertahap
diekskresikan dalam urin dan feses melalui metabolisme. Waktu yang diperlukan
bahan radioaktif untuk mereduksi menjadi setengahnya disebut waktu paruh fisik
(Tp), dan waktu yang dibutuhkan bahan radioaktif di tubuh untuk berkurang menjadi
setengahnya melalui waktu disebut paruh biologi (Tb). Bahan radioaktif masuk ke
dalam tubuh berkurang baik waktu maupun waktu luang. Waktu yang diperlukan
bahan radioaktif tersebut untuk mereduksi menjadi setengahnya disebut waktu paruh
efektif (Te), dan hubungan berikut ditemukan antara Tp dan Tb yaitu:
1/Te=1/Tp+1/Tb
Masalah utama dengan paparan internal disebabkan oleh bahan radioaktif yang
memiliki waktu paruh panjang dan memancarkan partikel . Ditinjau dari sifat kimia
dan perilaku biokinetik unsur tertentu, bahan radioaktif yang mudah masuk ke dalam
tubuh tetapi sulit dikeluarkan, dan juga yang cenderung terakumulasi di
organ/jaringan tertentu akan menimbulkan masalah karena mengakibatkan
peningkatan internal dan dosis paparan.

Insiden dan kecelakaan di fasilitas nuklir dibagi menjadi tujuh kategori menurut
tingkat keparahannya. Setiap negara menentukan tingkat keparahan insiden atau
kecelakaan menggunakan skala INES (International Nuclear and Radiological Event
Scale). Kecelakaan di NPS Fukushima Daiichi TEPCO untuk sementara diberi
peringkat Level 7, menunjukkan bahwa itu adalah kecelakaan paling serius karena
jumlah bahan radioaktif yang dilepaskan.
7) Aspek-Aspek Legal Kerja Radiasi
Ditinjau dari aspek legalnya, pemanfaatan tenaga nuklir dalam berbagai bidang
memerlukan adanya sistem pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah
(BAPETEN). Aspek legal menyangkut berbagai peraturan perundangan serta
peraturan pelaksanaannya, yang merupakan dasar dari suatu sistem pengawasan yang
diberlakukan. Pengertian dari pengawasan dalam hal ini terdiri atas tiga komponen
utama, yaitu: pengaturan, perizinan dan inspeksi. Obyek pengawasan ini terutama
berupa zat radioaktif atau sumber radiasi lainnya, bahan nuklir dan reaktor nuklir.
Namun pelaksanaan pengawasan ini tidak hanya dilakukan terhadap objeknya saja,
melainkan melebar terhadap sarana, peralatan dan bahkan terhadap personil yang
bekerja dengan radiasi, Pengawasan yang efektif biasanya didukung oleh kemampuan
untuk memaksakan. Namun karena pemaksaan ini dapat melanggar hak orang lain,
maka kewenangan pengawasan itu harus mempunyai dasar hukum. Pengawasan tanpa
dasar hukum merupakan tindakan kewenangan yang harus dihindari. Pengaturan
pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir dilaksanakan dengan cara mengeluarkan
peraturan sesuai dengan hirarki atau tata pertingkatan peraturan. Jadi dalam hal ini
pengawasan hanya bisa dilakukan atas dasar peraturan yang sudah ditetapkan terlebih
dahulu. Mengenai pengaturan, BAPETEN dituntut untuk membuat peraturan
sedemikian rupa sehingga pemanfaatan teknologi nuklir dapat memberikan manfaat
yang besar dengan risiko yang sekecil mungkin. Di lain pihak, masyarakat pemakai
tenaga nuklir dituntut untuk mentaati seluruh peraturan keselamatan yang telah
digariskan. Pelanggaran atas peraturan tersebut merupakan tindak pidana yang dapat
dikenakan sangsi hukuman.
a) Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi adalah rencana perundang-unda ngan untuk meminimalkan
resiko radiasi terhadap pekerja dan pasien. International Commmission on
Radiological Protection (ICRP) menetapkan data dan merekomendasikan
untuk mengikuti prinsip dasar, sebagai berikut:
 Tidak ada tindakan radiasi yang dilakukan kecuali jika itu
menguntungkan pembenaran).
 Setiap paparan radiasi harus memenuhi prinsip As Low As Reasonably
Practicable (ALARP), dan mempertimbangkan faktor sosial dan
ekonomi pasien (optimization). Dosis radiasi harus serendah mungkin.
 Dosis ekuivalen tiap individu tidak boleh melebihi batas yang
direkomendasikan oleh ICRP (/imitation).
b) Penanganan Radioaktif
 Hanya orang yang terlatih dan mengetahui bahaya yang terkait
diperbolehkan untuk menangani alat radiasi.
 Memastikan alat diberikan label yang jelas dengan simbol radiasi dan
dengan nama atau jabatan dan nomor telepon orang yang harus
dihubungi pada saat emergensi. Juga, dipastikan pemindahan kontainer
diberi label secara benar dan ditandai untuk transportasi.
 Pekerja radiasi terklasifikasi perlu memahami fasilitas, pengendalian
dan manual khusus dari peralatan. untuk transportasi.Memahami
kekuatan dan jenis sumber, dan persyaratan pembatas.
c) Dasar Hukum Dalam Membina Instalasi Radiologi
1. Peraturan Pemerintah RI Nomor 63 Tahun 200 tentang keselamatan
dan kesehatan terhadap pemanfaatan radiasi pengion
2. Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran
3. Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) Tahun 2000
4. Undang-undang RI Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen
5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 64 Tahun 2000 Tentang Perizinan
Pemanfaatan Tenaga Nuklir
6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

d) Aspek Hukum
 Produksi radioisotop untuk radiofarmaka Pasal 63:
1. Pasal 42 huruf b harus memenuhi persyaratan pedoman Cara
Pembuatan Obat Yang Baik(CPOB)
2. Diatur dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat
Yang Baik(CPOB)
 Paragraf 4 persyaratan produk radiofarmaka Pasal 64:
1. Harus mengikuti persyaratan produk Radiofarmaka
sebagaimana dimaksud dalam huruf c meliputi keselamatan
dan kemanjuran
2. Keselamatan meliputi apirogenik, sterilitas, radiotoksisitas, dan
toksisitas kimia. Kemanjuran meliputi spesifisitas, sensitivitas,
dan biodistribusi
 Pengelolaan limbah radioaktif Pasal 66:
1. Pemegang izin wajib mengelola limbah radioaktif sebagaimana
dimaksud dalam pasal 42 huruf e yang dihasilkan dari kegiatan
Produksi Radioisotop untuk Radiofarmaka

SESI DISKUSI PRESENTASI

Penanya : Alwi Khairunsyah Pinem (200802062)

Pertanyaan : Apakah efek radiasi pengion dapat dihilangkan?

Pemberi Jawaban : - Petronella Parulian Tambunan (200802091)

- Daniel Ariwibowo Manalu (200802011)

Jawaban :

- Petronella Parulian Tambunan (200802091)

Efek atau dampak negatif dari radiasi pengion yaitu dari sinar gamma dan sinar X, tidak dapat
dihilangkan, akan tetapi dapat dicegah dengan mengurangi dosis paparan radiasi dan melakukan
pencegahan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

- Daniel Ariwibowo Manalu (200802011)

Efek Radiasi itu sendiri ada beberapa macam tergantung jumlah dosis yang terkontaminasi
kedalam tubuh manusia, ada yang efeknya permanen, sementara, dan bahkan tidak berakibat
secara langsung. Seperti misalnya radiasi terhadap wanita dengan 300 - 400 R, berakibat
pemandulan sementara, dan satu tahun atau lebih kernudian dapat terjadi pembuahan yang
disusul dengan kesuburan normal.

Pertanyaan dari Ibu Dosen (Khatarina Meldawati P) : Jelaskan salah satu kasus terkait
paparan radioisotop di Indonesia dan bagaimana dampaknya serta bagaimana kasus hukumnya?

Jawaban dari Kelompok 4 : Berdasarkan hasil pencarian dari kelompok kami, kami menemukan
bahwa ada di temukan suatu kasus paparan radioisotop yaitu yang terjadi di daerah Tangerang
tepatnya di Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Dimana dari hasil
penyelidikan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) berhasil menemukan 906 drum limbah
radioaktif dengan ukuran bervariasi yaitu 100 liter dan 150 liter dari hasil proses dekontaminasi
di Perumahan Batan Indah di Tangerang Selatan itu dimana sebanyak 906 drum tersebut
berisikan benda-benda yang terpapar radiasi dari sumber radioaktif Cesium 137 yang dibuang
secara sembarangan oleh oknum tertentu. Kebanyakan drum-drum tersebut berisikan tanah yang
terkontaminasi, yakni sebanyak 862 drum ukuran 100 liter. Kemudian, ada sekitar 19 drum berisi
alat pelindung diri (APD) bekas yang digunakan oleh tim yang melakukan proses dekontaminasi
dan remediasi selama di lapangan. Serta 25 drum lainnya berisikan rumput-rumput dan
potongan-potongan pohon yang terkontaminasi. Sebanyak 16 pohon ditebang di area itu karena
dinilai terkontaminasi dan mengandung kandungan radioaktif yang tinggi. Limbah disimpan di
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif Batan di Kawasan Nuklir Serpong. Paparan radiasi tinggi
awalnya ditemukan oleh Bapeten saat melakukan pemantauan radiasi secara berkeliling (mobile)
pada 30 Januari sampai 31 Januari 2020 di lingkungan Jabodetabek. Dan akhirnya ditemukan
paparan tinggi 5 mikrosievert (μSv) per jam - 200 μSv per jam dari radionuklida Cesium 137
(Cs-137)di area taman depan (sebelah barat) Perumahan Batan Indah . Terukur paparan cukup
tinggi pada trotoar dan halte bus Batan Indah. Sementara nilai batas dosis radiasi untuk anggota
masyarakat adalah sebesar 1 milisievert (mSv) per tahun atau 0,5 μSv per jam. Hal itu
berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 4 Tahun 2013 tentang
Proteksi dan Keselamatan Radiasi Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir.Dengan deteksi lebih
lanjut ditemukan lima spot atau titik paparan radiasi yang tersebar di lokasi tersebut.Melalui
kegiatan pencarian sumber radiokatif ditemukan lima barang bukti dalam bentuk serpihan Cs-
137.

Dampak yang dihasilkan dari radiasi ini yaitu dimana Badan Pengawas Tenaga Nuklir
(BAPETEN) menemukan dua orang dari sembilan orang yang tinggal di Perumahan Batan Indah
di Serpong, Tangerang Selatan, Provinsi Banten, terdeteksi terkontaminasi Cesium 137 namun
masih di bawah nilai batas dosis radiasi untuk masyarakat umum sehingga tidak membahayakan
secara medis. Dari sembilan orang tersebut, ada dua yang terindikasi atau yang terukur
kontaminasi Cesium 137. Tapi tingkatnya ternyata sangat rendah, jadi tidak ada dampak
radiologi dan tidak ada dampak kesehatan. Melalui pemeriksaan terhadap sembilan orang dengan
menggunakan "Whole Body Counting", diperoleh hasil bahwa tujuh orang tidak terkontaminasi
Cesium 137, dan dua yang terdeteksi terkontaminasi Cesium 137 dengan nilai yang tinggi di
antara dua orang itu adalah 0,12 milisievert. Dimana nilai batas dosis radiasi yang boleh diterima
masyarakat umum adalah 1 milisievert per tahun, sementara yang terdeteksi terkontaminasi
Cesium 137 hanya sebesar 0,12 milisievert atau kira-kira sepersepuluh kali lebih kecil dari nilai
batas dosis sehingga tidak ada dampak kesehatan.

Setelalah diselidiki akhirnya ditemukan bahwa Direktorat Tindak Pidana Tertentu pada
Bareskrim Polri telah menetapkan SM pemilik dan penyimpanan zat radioaktif di Perumahan
Batan Indah, Tangerang Selatan sebagai tersangka. Penyidik menetapkan SM menjadi tersangka
setelah memeriksa 26 orang saksi terkait kasus kepemilikan zat radioaktif ilegal beberapa waktu
lalu. Dimana SM telah dijerat Pasal 42 dan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997
tentang Ketenaganukliran dengan ancaman pidana 2 tahun penjara. Diketahui juga bahwa
ternyata SM ialah salah sutu pegawai aktif di BATAN.

Anda mungkin juga menyukai