Oleh : Kelompok 6
Muhammad Arief Bijaksono
Josua Pandiangan
Ahmad Fauzi Damanik
Ronni A. Siahaan
Fina Imelda Audina
Feby C. Y. Sipayung
Farda Nata Syakira
Tasya Dewi Ramadani
Miftah A. R. K. Hakim
Ragil T. Utami
Jumaichi Enjela
Theofanny A. J. Siahaan
Penggolongan Radionuklida
Radionuklida yang terdapat di dalam lingkungan berasal dari dua sumber yakni sumber
alami dan sumber buatan
- Radionuklida alami
Berdasarkan sumbernya, radionuklida alami secara garis besar dapat dibagi dalam dua
jenis, yaitu :
a. Radionuklida primordial
Didalam kerak bumi terdapat unsur alamiah primodial yaitu sejenis radioaktif
alam NORM (Naturally Occuring Radioactive Material) yang sudah terbentuk
semenjak terbentuknya planet bumi ini. Secara umum, radionuklida alam yang
dominan ditemukan didalam NORM adalah 238U, 232U, 226Th, 226Ra, 228Ra,
222Rn, 210Pb dan 210Po. Radiasi yang dipancarkan NORM merupakan campuran
partikel alfa, beta dan gamma. Isotop uranium mempunyai waktu paro sangat
panjang yaitu 4,5 x 109 tahun untuk 238U, 232Th yang mempunyai waktu paro
1,39 x 109 tahun yang merupakan unsur awal dari deret peluruhan Thorium, dan
40K dengan waktu paro 1,3 x 109 tahun (Benedict dan Pigford, 1981).
Radionuklida alam banyak terkandung dalam berbagai macam materi dalam
lingkungan, misalnya dalam air, tumbuhan, kayu, bebatuan, dan bahan bangunan.
Radionuklida primordial dapat ditemukan juga di dalam tubuh mausia.
b. Radionuklida kosmogenik
Radionuklida kosmogenik yang terjadi akibat interaksi antara radiasi kosmik
dengan udara. Pada saat radiasi kosmik masuk ke dalam atmosfer bumi, terjadi
interaksi dengan inti atom yang ada di udara menghasilkan berbagai macam
radionuklida. Radionuklida yang paling banyak dihasilkan adalah H-3 dan C-14.
Kecepatan peluruhan dan kecepatan pembentukan radionuklida seimbang,
sehingga secara teoritis jumlahnya di alam adalah tetap. Berdasarkan fenomena
tersebut, maka dengan mengukur kelimpahan C-14 yang ada dalam suatu benda,
dapat ditentukan umur dari benda tersebut dan metode penentuan umur ini
dinamakan penanggalan karbon (Carbon Dating).
- Radionuklida buatan
Radionuklida buatan dihasilkan dari pemanfaatan energi nuklir untuk berbagai tujuan
seperti pembangkit listrik tenaga nuklir maupun militer.
Berikut ini beberapa contoh radionuklida buatan yang terjadi akibat listrik tenaga nuklir
maupun percobaan nuklir.
- Radioanuklida yang Berhubungan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Energi
yang dihasilkan oleh proses peluruhan dapat digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga
nuklir. Dalam instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir, faktor keselamatan radiasi
menjadi prioritas yang utama, dan dengan berkembangnya teknologi pembangkit listrik
tenaga nuklir, maka tingkat keselamatan radiasinya pun semakin tinggi.
- Radionuklida akibat Percobaan Senjata Nuklir Radioanuklida yang berasal dari jatuhan
radioaktif akibat percobaan senjata nuklir disebut fall out. Tingkat radioaktivitas dari fall
out yang paling tinggi terjadi pada tahun 1963 dan setelah itu jumlahnya terus menurun.
Hal itu disebabkan pada tahun 1962 Amerika dan Rusia mengakhiri percobaan senjata
nuklir di udara.
- Radionuklida dalam Kedokteran Radionuklida yang berasal dari radioisotop dalam
bidang kedokteran digunakan misalnya untuk diagnosis, terapi, dan sterilisasi alat
kedokteran. Uraian lengkap dari penggunaan radioaktivitas di bidang kedokteran dapat
dibaca pada pokok bahasan penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran.
- Radionuklida dalam Bidang Pertanian Penggunaannya dalam bioteknologi, pembasmian
serangga atau penyimpanan bahan pangan, dan teknologi pelestarian lingkungan dibahas
dalam pokok bahasan penggunaan radiasi dalam produksi pertanian, kehutanan dan laut
(Ensiklopedi BATAN)
Implementasi radionuklida
Beberapa penerapan radionuklida dalam berbagai bidang, diantaranya yaitu :
Bidang Industri
Bidang industri menggunakan radionuklida dalam berbagai cara untuk meningkatkan
produktivitas dan dalam beberapa kasus, digunakan untuk mendapatkan informasi yang
tidak dapat diperoleh dengan cara lain. Salah satu contoh penerapannya yaitu industrial
tracers. Radioisotop digunakan oleh produsen sebagai pelacak untuk memantau aliran
fluida dan filtrasi, mengukur keausan mesin atau korosi peralatan, dan juga untuk
mendeteksi pipa air yang tersumbat atau mengalami kebocoran pada pipa
minyak. Pelacak radioaktif (radiotracers) juga digunakan dalam industri minyak dan gas
untuk membantu menentukan luasnya ladang minyak.
Bidang pangan dan pertanian
Penerapan radionuklida dalam iridiasi makanan, yang dilakukan dengan cara penyinaran
terhadap pangan baik dengan menggunakan zat radioaktif maupun akselerator, sehingga
bakteri dapat terbunuh akibat terpapar oleh sinar gamma.Proses ini dapat untuk mencegah
terjadinya pembusukan dan kerusakan pangan serta meningkatkan umur simpan dari
produk makanan.
Diketahui bahwa sekitar 25% hingga 30% dari makanan yang dipanen mengalami
pembusukan sebelum dapat dikonsumsi. Masalah tersebut terutama terjadi di negara-
negara yang panas dan lembab. Sebagian besar negara-negara di dunia, melakukan
peningkatan penggunaan teknologi iradiasi untuk mengawetkan makanan. Lebih dari 60
negara di seluruh dunia telah memperkenalkan peraturan yang memungkinkan
penggunaan iradiasi untuk produk makanan, termasuk rempah-rempah, biji-bijian, buah,
sayuran, dan juga daging. Langkah ini dapat menjadi alternatif pengawetan makanan
dengan cara fumigan kimiawi—yang berpotensi berbahaya ketika digunakan untuk
membasmi serangga dari biji-bijian kering, kacang-kacangan, buah, dan rempah-rempah
Bidang lain
Dalam ilmu ekologi, radionuklida digunakan untuk melacak dan menganalisis polutan
dan mempelajari pergerakan air permukaan. Selain itu juga dapat digunakan untuk
mengukur limpasan air dari hujan maupun salju, serta dapat digunakan untuk mengukur
laju aliran sungai
Ahli geologi biasanya menggunakan metode penanggalan radiometrik,
berdasarkan peluruhan radioaktif alami dari unsur-unsur tertentu seperti kalium dan
karbon, yang digunakan untuk memperkirakan atau mengetahui tanggal terjadinya suatu
peristiwa di masa lampau. Ahli geologi juga menggunakan metode lain seperti resonansi
paramagnetik elektron dan thermoluminescence untuk menentukan usia batuan maupun
fosil.