Anda di halaman 1dari 30

KELOMPOK 5 KIMIA INTI RADIASI C

NAMA-NAMA ANGGOTA KELOMPOK:


- Salwa Aqilah Luthfiyah (200802045)
- Winna Friskila Samosir (200802053)
- Dea Hafizah ( 200802012 )
- Tia Aviza ( 200802048 )
- Amanda Widyastuti (200802004)
- Bintang Sri Mutiara (200802066)
- Masni Christina Hutagalung (200802116)
- Yeremita Silitonga (200802109)
- Nela Artalina Nainggolan (200802033)
- Indah Melati Sukma (200802019)
- Safira Azkia (200802043)
- Chossy Valentin Br Barus (200802057)

Dosimetry dan Proteksi Radiasi


1. Dosimetry
Dosimetri adalah ilmu yg mempelajari berbagai besaran dan satuan dosis radiasi.
Sedangkan dosis adalah kuantitas dari proses yang ditinjau sebagai akibat radiasi
mengenai materi, sedangkan dosimeter radiasi adalah perangkat yang mengukur
penyerapan dosis radiasi pengion ekternal. Ini dipakai oleh orang yang dipantau ketika
digunakan sebagai dosimeter pribdadi, dan merupakan catatan dosis radiasi yang
diterima. Faktor yang perlu diperhatikan disini yakni jenis radiasi dan bahan yang
dikenainya. Apabila yang terkena radiasi adalah benda hidup, maka perlu juga
diperhatikan tingkat kepekaan masing – masing jaringan tubuh terhadap radiasi, demikian
halnya zat radioaktif sebagai sumber radiasi masuk kedalam tubuh, maka pola distribusi
dan proses metabolisme yang terjadi perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1) Paparan (X)
Paparan adalah kemampuan radiasi sinar X atau gamma untuk menimbulkan
ionisasi di udara pada volume tertentu. Satuan paparan adalah coulomb/kilogram
(C/kg).

Satuan paparan:
- SI = coulomb/kilogram (C/kg)
- Satuan lama = Rontgent (R)
1 C/kg adalah besar paparan yg dapat menyebabkan terbentuknya muatan listrik
sebesar 1 coulomb pada suatu elemen volume udara yg mempunyai massa 1 kg.

Laju paparan
Laju paparan adalah besar paparan per satuan waktu.

Satuan lajuan paparan :


- SI = Coulomb/kilogram-jam (C/kg-jam)
- Satuan lama = Rontgent/Jam (R/jam)

2) Dosis Serap (D)


Dosis serap adalah energi rata-rata yang diserap bahan per satuan massa bahan
tersebut. Satuan dosis serap adalah joule/kg atau gray (Gy) .

Keterangan :
dE = energi yg diserap
dm = massa bahan

Satuan dosis serap:


- SI = joule/kg atau gray (Gy)
- Satuan lama: Radiation Absorbed Dose(rad)

1 gray (Gy) = 100 rad

Dosis serap berlaku untuk semua jenis radiasi dan semua jenis bahan yang dilalui.

Laju dosis serap

Laju dosis serap adalah besar dosis serap per satuan waktu
Satuan laju dosis serap:
- SI = joule/kg.jam (Gy/jam)
- Satuan lama = rad/jam

Hubungan Dosis Serap dengan Paparan dapat di rumuskan sebagai berikut:

Keterangan:
D = Dosis serap (rad)
X = Paparan (R)
f = Faktor konversi dari laju paparan ke laju dosis serap (rad/R)

Untuk medium udara f = 0,877 rad/R


Untuk medium bukan udara

Tabel : Faktor Konversi dari nilai penyinaran ke dosis

Dalam bidang proteksi radiasi praktis, f = 1 rad/R

3) Dosis Ekivalen (H)


Dosis ekivalen merupakan perkalian dosis serap dan faktor bobot radiasi. Faktor
bobot radiasi adalah besaran yang merupakan kuantisasi radiasi untuk
menimbulkan kerusakan pada jaringan/organ.

Satuan dosis ekivalen adalah


-SI = Sievert (Sv)
-Satuan lama = Radiation Equivalen Men (Rem)

Dimana 1 Sievert (Sv) = 100 rem

Dosis serap yang sama tetapi berasal dari jenis radiasi yang berbeda ternyata
memberikan akibat atau efek yang berbeda pada sistem tubuh makhluk hidup.
Makin besar daya ionisasi makin tinggi tingkat kerusakan biologi yang
ditimbulkannya. Besaran yg merupakan jumlah radiasi untuk menimbulkan
kerusakan pada jaringan/organ dinamakan Faktor bobot radiasi(Wr)
Faktor bobot radiasi sebelumnya disebut dengan faktor kualitas (QF), Sedang
untuk aplikasi di bidang radiologi dinyatakan dengan relative biological
effectiveness (RBE)

Rumus dosis ekivalen:

keterangan :
H = dosis ekivalen
D = dosis serap
Wr = Faktor bobot radiasi

Laju dosis ekivalen

Laju dosis ekivalen adalah dosis ekivalen per satuan waktu

Satuan laju dosis ekivalen :


- SI = sievert/jam (Sv/jam)
- Satuan lama = Radiation Equivalen Men/jam (Rem/jam)

Tabel. Faktor bobot radiasi untuk berbagai jenis radiasi 


 

4) Dosis Ekivalen Efektif (E)


Dosis efektif adalah besaran dosis yang memperhitungkan sensitifitas
organ/jaringan. Tingkat kepekaan organ/jaringan tubuh terhadap efek stokastik
akibat radiasi disebut faktor bobot organ/jaringan tubuh (Wt) . Dosis efektif
merupakan hasil perkalian dosis ekivalen dengan faktor bobot jaringan/organ.

Pada penyinaran seluruh tubuh sedemikian sehingga setiap organ menerima dosis
ekivalen yg sama,ternyata efek biologi pada setiap organ tersebut. Efek radiasi yg
diperhitungkan adalah efek stokastik. Besaran dosis yg memperhitungkan
sensitivitas organ disebut dosis ekivalen efektik(E) Tingkat kepekaan organ
terhadap efek stokastik akibat radiasi disebut faktor bobot organ tubuh (Wr).

Satuan dosis ekivalen efektif:


-SI = sievert (Sv)
-Satuan lama = Radiation Equivalen Men (rem)

Laju dosis ekivalen efektif

Laju dosis ekivalen efektif adalah Dosis ekivalen efektif per satuan waktu.

Satuan laju dosis ekivalen efektif :


-SI = Sv/jam
-Satuan Lama = rem/jam
Tabel. Faktor bobot untuk berbagai organ dan jaringan tubuh

5) Dosis Kolektif
Dosis kolektif adalah dosis ekivalen atau dosis efektif yang digunakan apabila
terjadi penyinaran pada sejumlah besar populasi peduduk. Penyinaran ini biasanya
muncul akibat kecelakaan nuklir atau kecelakaan radiasi. Simbol besaran untuk
dosis kolektif adalah ST dengan satuan sievert-man (Sv-man).

Dosis ekivalen/dosis efektif yg dipergunakan apabila terjadi penyinaran pada


sejumlah besar populasi (penduduk). Penyinaran ini biasanya muncul apabila
terjadi kecelakaan nuklir/radiasi. Dalam hal ini perlu diperhitungkan distribusi
dosis radiasinya dan distribusi populasi yg terkena penyinaran.

Keterarangan :
H= Dosis ekivalen
p= jumlah populasi (penduduk)

Satuan dosis kolektif :


-SI = sievert-man
-Satuan lama = rem-man

2. Sumber Eksternal dan Internal Radiasi


 Radiasi Eksternal
Radiasi dari sumber yang terletak di luar tubuh dapat memberikan
penyinaran radiasi secara lokal/parsial atau seluruh tubuh. Pada paparan eksterna
ini sinar alfa dan sinar beta energi rendah (< 65 kev) tidak cukup kuat untuk
menembus lapisan kulit sehingga tidak berbahaya. Sinar beta (> 65 kev), neutron,
sinar X dan gamma dapat menembus lapisan kulit dan dapat meradiasi jaringan
dan organ dalam tubuh. Pada interaksi radiasi neutron dengan materi biologi akan
dihasilkan proton, gamma sehingga transfer energi ke jaringan menjadi bervariasi.
Neutron cepat akan mengadakan tumbukan elastik terutama dengan atom H.
Neutron lambat dan thermal akan mengalami absorpsi oleh atom H dengan reaksi
(n,γ) dan oleh atom N dengan reaksi (n,p). Dengan demikian neutron mempunyai
daya rusak lebih besar dari gamma. Faktor-faktor yang berpengaruh tingkat
keparahan kerusakan tubuh akibat paparan eksternal seperti, jenis radiasi, dosis
serap, distribusi penyinaran pada tubuh, distribusi waktu penyinaran (dosis
tunggal atau terbagi/fraksinasi) dan usia.
Sumber Radiasi Eksternal :
 Sumber Alamiah
a. Radiasi Kosmik
Radiasi kosmik merupakan radiasi dari berbagai panjang gelombang dari
luar bumi. Radiasi kosmik biasanya merujuk pada radiasi dengan
gelombang mikro kosmik yang mengandung energi foton sangan rendah.
Sinar Kosmik berupa partikel dengan energi tinggi yang dihasilkan oleh
atmosfer bumi.
Contoh : Na-24, Na-22, Be-10
b. Radiasi Primordial
Radiasi primordial yaitu radiasi dunia yang bersumber dari dalam bumi.
Radiasi primordial terdiri dari tiga jenis radionuklida yaitu Kalium-40,
Th-232 yang merupakan inti awal dari deret thorium, dan U-238 yang
merupakan inti awal deret uranium
 Sumber Buatan
Radiasi ini tentunta dibuat oleh manusia yang biasanya digunakan untuk
keperluan kedokteran, industri geologi dan sebagainya. Sumber radiasi buatan
ini biasa diperoleh dari proses dengan reaktor, nuklir dan proses fusi

Dimana : X1 dan X2 = radioaktif


 Sumber Radiasi Sinar-X
Sinar X merupakan suatu radiasi bentuk elektromagnetik yang memiliki
panjang gelombang sangat pendek yaitu berkisar antara 0,01 hingga 10
nanometer dan memiliki frekuensi antara 1016 hingga 1021 Hz. Hal ini alah
yang dapat menyebabkan sinar X mampu menembus tubuh manusia. Sumber
radiasi ini terdapat perbedaan tegangan antara anoda dan katodanya yang
diakibatkan oleh adanya tumbukan elektron yang memperoleh percepatan
tinggi pada logam atom berat serta dipengaruhi tengangan tabung (kV). Oleh
karena itu katoda mengalami emisi termionik (suhu tinggi)
 Sumber Radiasi Neutron
Radiasi Neutron merupakan partikel neutron bebas yang bergerak dengan
energi tertentu. Umumnya partikel neutron merupakan hasil dari reaksi nuklir
fisi (spontan atau diinduksi) atau perluruhan material radioaktif tertentu.
Radiasi neutron dapat bergerak hingga ratusanatau bahkan ribuan meter di
udara, meskipun demikian, neutrin dapat secara efektif dihentikan oleh
material yang memiliki kandungan hidrogen yang tinggi seperti beton atau
air. Radiasi ini diperlukan untuk radiografi neutron dan logging untuk
menentukan minyak bumi. Neutron juga digunakan untuk memancarkan
radiasi alpha, beta dan gamma. Dimana radiasi yang dihasikan dikenakan
pada material target untuk menginduksi reaksi nulir.
Contoh : Reaksi peluruhan sinar alpha dan beta.
 Radiasi Internal
Manusia berisiko kapan saja terhadap paparan radiasi interna melalui
mekanisme kontaminasi radionuklida yang ada di lingkungan. Terjadinya
kontaminasi secara eksternal atau secara internal pada kesehatan tubuh dapat
menimbulkan bahaya dan efek yang beragam. Kontaminasi eksternal terjadi
apabila radionuklida menempel pada bagian luar tubuh, sedangkan kontaminasi
internal terjadi bila masuknya radionuklida ke dalam tubuh melalui jalur
pernapasan (inhalasi), penelanan (ingesi) atau penyerapan melalui kulit. Dengan
demikian individu yang terkontaminasi eksterna dapat pula terkontaminasi
internal. Pada paparan internal, radiasi yang paling berbahaya adalah radiasi
partikel alfa dengan tingkat ionisasi spesifik (jumlah ion per cm lintasan di udara)
sekitar 20.000 – 60.000, kemudian partikel beta sekitar 100 – 400 dan sinar X/γ
tidak lebih dari 500 pasangan ion per cm.
Jumlah zat radioaktif yang memasuki tubuh disebut sebagai pemancar
internal. Radioaktif secara kontinu meradiasi jaringan tubuh sampai diekskresikan
menjadi isotop stabil dengan proses peluruhan atau melalui feses dan urin. Semua
radioaktif yang masuk ke dalam tubuh terakumulasi dan dimetabolisme terhadap
organ target sesuai dengan sifat kimia dan sifat fisikanya. Misalkan yodium akan
terakumulasi pada kelenjar tiroid, stronsium dan radium pada tulang, plutonium
pada paru, sedangkan cesium pada jaringan lunak. Kontaminasi internal terjadi
secara akut dan kronis, seta langsung maupun tidak langsung melalui perantara
sebagai jalur masuk. Jalur masuk antara lain melalui jalan masuk tubuh alamiah ,
penyerapan melalui darah atau cairan getah bening, terdistribusi ke seluruh tubuh
dan terakumulasi pada organ sasaran, dan terakhir pengeluaran melalui urin, feses
atau keringat.

3. Efek Radiasi terhadap Cell, Manusia, Tumbuhan dan Hewan

a) Efek Radiasi Terhadap Cell


Pada penelitian ternyata tidak semua sel mempunyai kepekaan yang sama
terhadap radiasi. Sel - sel aktif yang mempunyai kepekaan yang relatif tinggi
terhadap radiasi, adalah sel - sel darah putih, sel - sel pembentuk darah dalam
sumsum tulang merah, sel - sel epitel kulit dan selaput lendir, sel - sel pembentuk
sperma dan telur. Darah putih merupakan komponen selular darah yang tercepat
mengalami perubahan akibat radiasi. Efek pada jaringan ini berupa penurunan
jumlah sel. Komponen selular darah yang lain (butir pembeku dan darah merah)
menyusul setelah sel darah putih. Sumsum tulang merah yang mendapat dosis
tidak terlalu tinggi masih dapat memproduksi sel - sel darah, sedangkan pada
dosis yang cukup tinggi akan terjadi kerusakan permanen yang berakhir dengan
kematian. Akibatnya penekanan aktivitas sum - sum tulang maka orang yang
terkena radiasi akan menderita kecendrungan pendarahan dan infeksi, anemia dan
kekurangan hemoglobin. Gangguan kesehatan dalam bentuk apapun merupakan
akibat dari paparan radiasi yang bermula dari interaksi antara radiasi dengan sel
maupun jaringan tubuh manusia. Akibat interaksi itu sel - sel dapat mengalami
perubahan struktur pada sel.
Radiasi pada jaringan biologi dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase fisika,
kimia dan biologi. Radiasi pengion foton yang mengenai jaringan biologi, pada
awalnya menyebabkan fase fisika dengan metode ionisasi dan eksitasi.
Selanjutnya, terjadi fase kimia dengan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas
yang terbentuk mengakibatkan kerusakan biologi dengan cara merusak DNA.
Kerusakan DNA yang tidak bisa diperbaiki akan menyebabkan kematian sel.
Kerusakan DNA bisa berupa terputusnya rantai tunggal DNA atau single strand
breaks (SSB), terputusnya rantai ganda DNA atau double strand breaks (DSB),
crosslink DNA, serta kehilangan basa DNA. Respon kerusakan DNA akibat
radiasi sangat kompleks, tidak hanya melalui satu jalur tetapi melibatkan banyak
jalur yang saling berhubungan untuk mengontrol efek radiasi pada sel. Sistem
kontrol ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu sistem sensor dan sistem efektor.
Sistem sensor adalah sekelompok protein yang bertugas mensurvei genom saat
terjadi kerusakan dan mengirimkan sinyal kerusakan tersebut ke protein-protein
lain untuk aktivasi jalur efektor. Jalur efektor akan menentukan hasil akhir dari
kerusakan DNA, yang dapat berupa kematian sel, perbaikan DNA, atau kerusakan
checkpoint (hambatan sementara atau permanen dari progresivitas sel dalam
siklus sel). Ketika DNA sel dirusak oleh radiasi, siklus sel akan dihentikan oleh
protein p-53. Kemudian, dimulailah proses perbaikan DNA, lalu sel kembali ke
dalam siklus sel, sehingga proliferasi bisa berlanjut. Jika DNA tidak dapat
diperbaiki, sel akan mengalami kematian (apoptosis). Pada dosis radiasi yang
tinggi, protein yang digunakan dalam mekanisme perbaikan DNA juga ikut
dirusak, sehingga perbaikan sel tidak mungkin dilakukan. Sel akan kehilangan
kemampuannya untuk membelah diri, lalu mengalami kematian.
Beberapa efek lainnya yang dapat muncul akibat paparan radiasi dosis tinggi pada
sel manusia yaitu:
 Penerimaan dosis radiasi 100 mSv mengakibatkan kerusakan sistem saraf
pusat yang diikuti dengan kematian setelah beberapa jam.
 Penyinaran dosis radiasi 10 - 50 mSv mengakibatkan kerusakan saluran
pencernaan dan dapat mengakibatkan kematian 1 -2 minggu.
 Dosis radiasi 3 - 5 mSv mengakibatkan kerusakan pada organ
pembentukan sel darah merah pada sumsum tulang belakang yaitu dengan
kematian setelah 1 – 2 bulan.
 Efek somatik pada organ reproduksi adalah terganggunya produksi sperma
pada pria dan kerusakan ovum pada wanita sehingga mengakibatkan
kemandulan.
 Radiasi dapat mengakibatkan kerusakan pada lensa mata sehingga
mengakibatkan katarak dengan dosis 2 - 5 mSv.

b) Efek Radiasi Terhadap Manusia


Paparan radiasi terhadap kesehatan tubuh dapat terjadi pada berbagai
aktivitas manusia antara lain kegiatan di bidang siklus bahan bakar nuklir,
penggunaan sumber radioaktif di kedokteran, penelitian, pertanian dan industri.
Gangguan kesehatan secara eksternal dan internal dapat terjadi akibat paparan
radiasi dosis rendah. Paparan radiasi pada organ tubuh secara bertahap akan
mengalami perubahan laju dosis dengan bertambahnya waktu. Selain itu irradiasi
dari radionuklida ini umumnya terjadi secara tidak merata pada organ dan
jaringan target dan sekitarnya.
Tingkat kerusakan akibat paparan radiasi pada kesehatan tubuh sangat
ditentukan oleh jenis atau kualitas radiasi. Kualitas radiasi ditentukan oleh daya
tembus dan tingkat ionisasi yang berbeda pada materi biologi. Kisaran lintasan
partikel alfa (4 – 7 MeV) di udara sekitar 1 – 10 cm dengan massa besar dan
bermuatan positif, sehingga hanya dapat menembus jaringan tubuh tidak lebih
dari 0,1 mm namun tidak dapat menembus lapisan sel basal kulit sehat. Partikel
beta (0 – 7 MeV) dapat menembus lapisan kulit lebih dalam dan jaringan
kutaneus karena memiliki kemampuan melintas di udara sampai sekitar 10 m dan
pada jaringan sampai 2 cm. Sedangkan lintasan udara mencapai 100 m dan pada
jaringan tubuh sampai 30 cm dimilikioleh sinar X (0 – 10 MeV) dan sinar γ (0 – 5
MeV).
Berbagai perubahan yang terjadi terhadap kesehatan tubuh akibat paparan
radiasi dapat digunakan sebagai indikator biologi yang dikenal sebagai biomarker.
Bagian tubuh yang kemungkinan mengalami kerusakan/luka akibat paparan
eksterna dan interna pada berbagai bidang aplikasi tehnik nuklir
Tabel kecelakaan radiologi dan nuklir yang menimbulkan efek radiasi pada tubuh
manusia.

Bidang aplikasi Sumber radias Bagian tubuh yang terpapar

Industri : Co-60, Cs-137 Seluruh tubuh, tangan


Sterilisasi Ir-192, Cs-137 Tangan, bagian lain
Radiografi Co-60, Cs-137 Tangan, bagian lain
Gauging
Kedokteran : Generator sinar X Tangan, wajah
Diagnostik Co-60, Cs-137 dan Seluruh tubuh, tangan dan bagian
Terapi akselerator lain

Penelitian Berbagai jenis sumber termasuk reaktor Tangan, wajah, bagian lain

Sumber bekas Co-60, Cs-137 dan lainnya Tangan, bagian lain


Reaktor nuklir Cs-137, Sr-90, I-131 Pu-210 Seluruh tubuh Kelenjar tiroid Paru

Radiasi berpengaruh pada jaringan hidup pada taraf molekuler, atau


subseluler. Maka pengaruh yang secara primer terjadi adalah pada taraf isi sel
atau bagian-bagian sel, dan pada lingkungannya yang terdiri dari cairan yang
mengandung oksigen. sehingga pemaparan radiasi mengion dapat menghasilkan
perubahan-perubahan dalam sistim molekuler sel yang terorganisasi baik itu, atau
merusak bagian-bagian sel tertentu, yang berakibat akhir perubahan fungsi sel
atau bahkan kematiannya.
Ada tiga faktor dasar yang menentukan efek biologik ini:
- Sifat radiasi,
- Banyaknya radiasi yang terserap oleh jaringan (dosis serap),
- Bagian dari tubuli yang dikenai
Ada faktor-faktor' lainnya yang memberikan pengaruhnya, yaitu:
- Jarak selang antara paparan satu dengan yang berikutnya,
- Apakah radiasi merupakan radiasi ekstema atau intema,.
- Kepekaan organ yang menerimanya,
- Umur individu yahg menrima radiasi itu.
Bagian sel yang sangat peka terhadap radiasi adalah kromosom dan gen, yaitu
bagian-bagian yang menjadi pusat sifat turun-temurun. Kromosom oleh radiasi
dapat putus, dan gena dapat terurai, sehingga akibat dari kerusakan-kerusakan itu
sel yang mengandungnya dapat berubah sifatnya atau mati. Perubahan sifat
tersebut bersifat tetap, dan hasil pembelahannya akan berupa sel-sel baru yang
tidak serupa dengan sifat sel induk yang semula. lni disebut mutasi.
Didalam tubuh kit a keta kenaI dua macam sel:
a. Sel somatik : sel-sel yang umumnya menyusun organ-organ kita,
b. Sel generatip : sel-sel yang merupakan sel seks kita yang kita pergunakan
untuk menimbulkan keturunan.
Dimana, kedua sel ini melakukan pembelahan diri. Untuk sel somatik berperan
ketika di dalam kandungan ibu hinngga menuju kedewasaannya dan sel generatip
membelah diri membentuk sel seks untuk reproduksi.

Kelainan-kelainan patologik pada manusia dewasa yang menerima radiasi semasa


dalam kandungan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penghambatan pertumbuhan tidak hanya kelihatan selama dalam
kandungan tetapi terdapat juga sesudah dilahirkan. Percobaan dengan
hewan menunjukkan bahwa semua embryo yang terkena radiasi 100 R
atau lebih pada waktu sesudah implantasi akan mengalami penghambatan
pertumbuhan. Sekalipun embryo pada taraf perkembangan organpgenetik
dini menunjukkan penghambatan pertumbuhan selama dalam kandungan,
foetus muda menunjukkan penghambatan pertumbuhan yang permanen
yang terbesar.
2. Tidak perlu diragukan bahwa dosis tinggi radiasi kepada manusia adalah
bersifat karsinogenik. Bimyak penelitian menunjukkan bahwa peningkatan
timbulnya leukemia dan lain-lain tumor terjadi pada keturunan manusia
yang menerima radiasi sebesar 2 rad pada masa dalam kandungan.
3. Terdapat cukup banyak data yang menunjukkan bahwa dosis untuk
penyembuhan penyakit dapat menimbulkan mikrocephali dan
penghambatan mental pada keturunan manusia yang menerima radiasi in
utero.
Pengaruh radiasi kepada manusia yang menerima radiasi sesudah dilahirkan
antara lain:
1. Pemendekan Umur.
Mengenai kematian ada sementara orang berpendapat pada dasamya
individu-individu dalam populasi semula adalah sarna, tetapi karena
pengaruh faktor-faktor luar secara acak dan interaksi faali terjadilah
pergeseran progresif dan pembedaan-pembedaan keadaan faal individu-
individu tersebut. Kematian terjadi apabila sesuatu individu melampaui
batas faal itu. Pendapat lain mengatakan bahwa kematian telah ditentukan
secara khas oleh sifat genetiknya.
Berdasarkan percobaan dengan hewan kelihatan bahwa
pemendekan umur bukan benar-benar pemendekan secara rata pada
seluruh masa hidupnya, melainkan kehilangan. masa hidup pada perioda
hidup yang mula-mula. Dari sebab itu fenomena pada pemendekan umur
adalah seperti penuaan yang belum waktunya. Pemendekan umur tidak
dapat dilihat pada meningkatnya jumlah kematian oleh sesuatu sebab yang
khas; tetapi pada timbulnya penyakit-penyakit yang biasanya terkait
dengan umur tua pada waktu yang terlalu dini.
2. Perubahan yang Ganas
Yang biasanya disebut perubahan yang ganas ialah terjadinya/timbulnya
pertumbuhan jaringan tumor ganas. Secara umum pertumbuhan itu dapat
digambarkan sebagai "pertumbuhan baru yang otonom" yang ditinjau
dalam hal perilakunya, membabi-buta., hanya mengingat dirinya sendiri
dan bukan demi kepetingan seluruh organisme yang mengandungnya
secara integral dan utuh, dan tidak tunduk pada disiplin normal dari tubuh.
Pada umumnya sel-sel komponen menunjukkan kecenderungan untuk
tetap bersifat muda dan tidak mengalami diferensiasi untuk keperluan
sesuatu, sangat agresip terhadap sekitarnya, kerapkali bersifat metastatik
(baik dengan perantaraaan darah, getah bening atau pisau -bedah).
Paparan radiasi pada tubuh manusia dapat mengionisasi molekul atau sel dan efek
pada tubuh manusia akibat terpapar radiasi bergantung pada dosis radiasi yang
diterima.
Badan energi nuklir dunia (IAEA) menggolongkan radiasi sebagai zat
karsinogenik, artinya radiasi pada dosis serendah berapa pun yang diterima
manusia akan menyebabkan efek terhadap sel dan jaringan yang berpotensi
kanker. Target organ paparan gas radon adalah sel epitel paru, sehingga dampak
kesehatan akibat paparan gas radon adalah kanker paru. Namun tubuh manusia
memiliki kemampuan mentoleransi paparan radiasi dan radioaktivitas yang ada di
alam.

c) Efek Radiasi Terhadap Tumbuhan


Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel, atau gelombang elektromagnetik (foton) dari suatu sumber energi.
Radiasi dapat menginduksi terjadinya mutasi karena sel yang teradiasi akun
dibebani oleh tenaga kinetik yang tinggi, sehingga dapat mempengaruhi atau
mengubah reaksi kimia sel tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya perubahan susunan kromosom tumbuhan. Radiasi yang paling banyak
terjadi pada kromosom tumbuhan adalah pecahnya benang kromosom
(Chromosome breakage atau chromosome aberration).
a. Pengaruh Radiasi Matahari terhadap Tumbuhan
Radiasi matahari merupakan radiasi yang dipancarkan oleh matahari
sampai ke bumi melewati lapisan atmosfer. Selain komponen abiotik,
radiasi matahari juga berpengaruh terhadap komponen biotik yang ada di
lapisan biosfer.
Faktor-faktor radiasi yang penting bagi tumbuhan yaitu:

 Intensitas radiasi matahari merupakan jumlah energi dan cahaya


matahari yang diserap tergantung sudut datangnya sinar pada suatu
luasan dan dalam kurun waktu tertentu.
 Kualitas radiasi matahari merupakan komposisi panjang
gelombang dari cahaya matahari yang diterima oleh tumbuhan
karena tumbuhan hanya menyerap kisaran panjang gelombang
tertentu.
 Fotoperiodisitas, merupakan panjangnya lama penyinaran matahari
yang dimanfaatkan tumbuhan.

Pengaruh radiasinya, yaitu:


 Terjadinya Reaksi Fotosintesis (Fotoenergetic)
Radiasi matahari akan diserah oleh tanaman Prinsip penyerapan ini
adalah sifat cahaya sebagai partikel dalam bentuk foton yang
merupakan paket distrik dari energi (dengan panjang gelombang
tertentu) akan diserap oleh molekul-molekul pigmen. Pigmen-
pigmen tersebut terdapat di dalam kloroplas. Kloroplas sendiri
dapat ditemukan di bagian tanaman yang berwarna hijau salah
satunya daun. Seperti yang diketahui bahwa pancaran radiasi
matahari mempunyai perbedaan energi tergantung panjang
gelombangnya. Terdapat beberapa panjang gelombang tampak
yaitu kisaran 300-700 mm yang meliputi:
- Panjang gelombang <400 nm: cahaya ungu/violet
- Panjang gelombang 410-500 nm: cahaya biru
- Panjang gelombang 510-600 nm: cahaya hijau-kuning
- Panjang gelombang 610-700 nm: cahaya jingga-merah

 Terjadinya Transpirasi
Tumbuhan menerima radiasi matahari di siang hari dan hanya
sekitar 0,5-2,0% energi yang dimanfaatkan tumbuhan dari total
keseluruhan energi yang tersedia. Radiasi matahari akan
meningkatkan suhu daun, sehingga perlu diimbangi dengan usaha
membebaskan energi tersebut karena peningkatan suhu tumbuhan
akan mengganggu metabolismenya. Transpirasi merupakan bentuk
pengeluaran uap air melalui sel stomata daun. Proses ini terjadi di
saat stomata dibuka. Selain untuk menimbulkan laju pengangkutan
unsur hara, juga menjaga stabilitas suhu daun. Namun, pada
beberapa jenis tumbuhan seperti kaktus yang hidup di daerah
kering, transpirasi di siang hari sangat dihindari karena transpirasi
akan banyak menghilangkan kandungan air dalam jaringannya

 Perkecambahan
Perkecambahan merupakan proses berkembangnya biji menjadi
tumbuhan muda. Perkecambahan menjadi bagian dari
fotomorfogenesis. Fotomorfogenesis merupakan pengaruh cahaya
terhadap pertumbuhan atau perkembangan struktur. Adapun
pengaruh cahaya atau radiasi terhadap perkembangan tumbuhan
muda yaitu:
- Pemanjangan batang berlangsung cepat di daerah gelap
(etiolasi)
- Belum ada pertumbuhan daun dan klorofil di daerah gelap
- Pertumbuhan akan terbatas di daerah gelap
- Pada saat pertumbuhan kecambah dipengaruhi radiasi atau
cahaya matahari, terjadi pertumbuhan dan, perkembangan
akar, produksi klorofil, dan terjadi penghambatan
pemanjangan batang
 Fotoperiodisme
Sebenarnya fotoperiodisme merupakan lanjutan perkembangan
dari fotomorfogenesis. Fotoperiodisme disini lebih ke
perkembangan tumbuhan dari fase vegetatif menjadi tahapan
pembentukan burga.Fotoperiodisme merupakan pengaruh radiasi
matahari (periode terang dan gelap) untuk merangsang
pembungaan.

 Terjadinya Gerak Etionom


Gerak etionom merupakan gerak yang disebabkan oleh rangsangan
dari luar termasuk radiasi matahari. Salah satunya gerak tropisme.
Gerak tropisme pada tumbuhan adalah gerak tumbuhan ke arah
datangnya cahaya matahari, misalnya gerak koleoptil yang menuju
arah datangnya matahari. Selain tropisme, juga terdapat fotonasti
contohnya yang ditemukan pada beberapa spesies tanaman
berbunga yang bunganya mekar pada jam-jam tertentu, Gerak ini
dipengaruhi oleh rangsangan cahaya
 Fotodestruktif
Selain menguntungkan bagi tumbuhan, terdapat beberapa kondisi
yang mana intensitas cahaya matahari dapat merusak tumbuhan.
Misalnya yang terjadi pada proses fotosintesis yang mencapai titik
jenuhnya, dimana radiasi matahari bersifat merusak. Tidak hanya
itu, klorofil pada daun bisa pecah dan rusak. Intensitas cahaya juga
dapat mempengaruhi aktivitas enzim akibat suhu yang ikut
berubah.

b. Efek Radiasi Sinar Gamma terhadap Matahari


Sinar gamma adalah sebuah radiasi elektromagnetik yang diproduksi oleh
radioaktivitas atau proses nuklir atau subatomik lainnya.Sinar gamma
diproduksi oleh transisi energi karena percepatan elektron, karena
beberapa transisi elektron memungkinkan untuk memiliki energi lebih
tinggi dari beberapa transisi nuklir, ada tumpang tindih antara apa yang
kita sebut sinar gamma energi rendah dan sinar-X energi tinggi. Sinar
gamma termasuk ke dalam radiasi pengion dan berinteraksi dengan atom
atau molekul untuk memproduksi radikal bebas (kehilangan satu buah
elektron dari pasangan elektron bebasnya) dalam sel. Radikal tersebut
dapat merusak atau memodifikasi komponen yang sangat penting dalam
sel tumbuhan dan menyebabkan perubahan sebagian dari morfologi,
anatomi, biokimia dan fisiologi tumbuhan tergantung dari level radiasinya.
Radiasi gamma dengan dosis yang terlalu tinggi dapat memberikan efek
negatif langsung pada tumbuhan, karena dapat menyebabkan tumbuhan
mati. Hal ini memperlihatkan bahwa semakin tinggi dosis radiasi gamma
maka ketahanan hidup atau pertumbuhan dari tumbuhan semakin rendah,
bahkan pada dosis lebih tinggi menyebabkan tumbuhan mati.

d) Efek Radiasi Terhadap Hewan


Matahari memancarkan radiasi dengan panjang gelombang yang bervariasi dan
hal tersebut tercermin dari warna pelangi yang timbul ketika cahaya matahari
dibiaskan. Semua benda, termasuk hewan dan manusia, mampu menerima radiasi
dari lingkungannya. Kemampuan suatu benda untuk menerima radiasi yang
sampai padanya dinamakan absorptivitas. Absorptivitas suatu benda bervariasi
titik kulit manusia dan bulu binatang memiliki absorptivitas yang tinggi untuk
kisaran spektrum inframerah (panjang gelombang sedang, yakni antara 5.000-
10.000 nm). Jika dihadapkan pada sinar matahari secara langsung kulit dan bulu
yang berwarna lebih gelap akan menyerap energi yang lebih banyak daripada
kulit dan bulu yang berwarna lebih terang.

Pada umumnya dampak radiasi terhadap hewan antara lain:


1. Kanker
Kanker adalah efek stokastik dari radiasi, paparan radiasi apa pun dapat
menyebabkan penyakit kanker pada makhluk hidup. Kanker dimulai
dengan satu sel yang operasinya terganggu. Operasi sel normal
dikendalikan oleh struktur kimia molekul DNA. DNA secara umum
diterima sebagai lesi yang paling signifikan secara biologis dimana radiasi
pengion menyebabkan kanker.

Kerusakan besar biasanya mengakibatkan sel mati atau tidak dapat


bereproduksi. Efek ini bertanggung jawab untuk sindrom radiasi akut,
tetapi sel-sel yang rusak berat ini tidak dapat menjadi kanker. Kerusakan
pada DNA dapat menyebabkan sel menjadi tidak stabil dan tidak berfungsi
sebagian yang mungkin mampu berkembang biak dan akhirnya
berkembang menjadi kanker.

2. Perubahan Warna Kulit


Perubahan warna kulit dapat terjadi karena hewan mempunyai kromatofor
pada kulitnya. Kromatofor adalah sel yang mengandung pigmen. Di
bawah kendali endokrin, kromatofor dapat mengubah penyebaran pigmen
pada sel pigmen (terkumpul atau tersebar) dalam ukuran menit atau
detik.Hewan memiliki absorbsivitas ( Kemampuan untuk menerima
radiasi ) yang tinggi untuk kisaran sepektrum inframerah (panjang
gelombang sedang, yakni antara 5000-10.000 nm). Jika dihadapkan pada
sinar matahari secara langsung, kulit dan bulu serta rambut yang berwarna
lebih gelap akan menyerap energi lebih banyak daripada yang berwarna
lebih terang.

3. Kerontokan Bulu
Bulu adalah pertumbuhan rambut tebal yang menutupi kulit berbagai
hewan, terutama mamalia . Hewan memiliki perlindungan alami, seperti
bulu, rambut, atau sisik yang menutupi sebagian besar atau seluruh bagian
tubuh mereka.Berbagai perlindungan alami tersebut akan membantu
hewan melindungi tubuhnya dari paparan radiasi sengatan matahari.

Hewan yang mengalami kerontokan bulu disebabkan adanya gangguan


endokrin, dimana hewan memiliki ketidakseimbangan hormone dan
peningkatan steroid dalam tubuhnya, folikel bulu bisa mati dan bulu baru
tak bisa tumbuh kembali. Salah satu penyebabnya adalah penyakit
cushing. Chusing adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh paparan
radiasi dimana jaringan tubuh yang terlalu lama terhadap kadar hormone
kortisol yang berlebihan mengakibatkan Gejalanya bulu rontok pada
hewan.

4. Kematian
Radiasi ion dapat menyebabkan Kematian. Paparan radiasi dalam jumlah
besar dapat menyebabkan penyakit bahkan kematian dalam hitungan jam
atau hari. Kematian hewan akibat radiasi dapat terjadi apabila efek radiasi
pada hewan sudah relatif tinggi sehingga tubuh hewan tidak dapat
menanggulangi kerusakan Akut yang mengakibatkan kematian pada
hewan

4. Keselamatan Rekomendasi dan Regulasi


 Pengertian
Keselamatan Recomendasi dan Regulasi => merupakan suatu cara atau
peraturan yang biasa dibuat untuk manusia agar lebih berhati-hati dalam
melakukan sesuatu dan mendapat jaminan jika terjadi suatu hal yang tidak
diinginkan.
 Latar belakang penerapan K3
“Keselamatan dan kesehatan kerja adalah kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja” (PP 50/2012)
“Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah sebuah ilmu untuk
antisipasi,rekognisi,evaluasi dan pengendalian bahaya yang muncul ditempat
kerja yang dapat berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan pekerja,serta
dampak yang mungkin bisa dirasakan oleh komunitas sekitar dan Lingkungan
umum.” (ILO 2008)
 Regulasi Keamanan, Keselamatan dan kesehatan
1. waktu jam yang sudah ditentukan. Akan tetapi,jika tidak dapat dihindari,
setidaknya terdapat dua orang atau lebih untuk mengawasi
2. Ketika kegiatan sudah dikerjakan, sebaiknya memperhatikan alat dan bahan
yang digunakan sudah di letakkan ditempat yang sesuai dan mengembalikan
keposisi awal yang baik dan aman
3. Semua bentuk kecelakaan atau kerusakan pada alat dan bahan harus segera
dilaporkan kepada Staf Akademik
4. Benda atau bahan berbahaya harus diletakkan dalam wadah yang aman
5. Harus melakukan pekerjaan dengan baik dan rapi,jika tidak akan sangat
berbahaya

 Salah satu cara yang dilakukan untuk menyampaikan adanya bahaya


1. Memasang Safety Sign
“Pengurus wajib memasang safety sign di tempat kerja sesuai dengan standar dan
pedoman teknis yang berlaku”

 Safety sign adalah sebuah media komunikasi visual berupa piktogram/simbol dan
teks yang berguna untuk menyampaikan informasi bahaya atau pesan-pesan K3
kepada pekerja, kontraktor, dan tamu yang berada di area perusahaan.

 Berikut manfaat memasang safety sign di tempat kerja:


1. Mengingatkan pekerja atau orang lain yang berada di area perusahaan tentang
potensi bahaya dan bagaimana menghindari bahaya tersebut.
2. Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat.
3. Menyediakan informasi umum dan memberikan pengarahan.
4. Memberi petunjuk ke lokasi tempat penyimpanan peralatan darurat.
5. Membantu pekerja atau orang lain yang berada di area perusahaan saat proses
evakuasi dalam keadaan darurat.
6. Meningkatkan kesadaran (awareness) dan kepedulian pekerja atau orang lain yang
berada di area perusahaan tentang bahaya di tempat kerja.
7. Poin plus saat audit K3, membantu perusahaan untuk mendapatkan sertifikasi SMK3,
ISO, OHSAS, dll.
8. Memenuhi persyaratan peraturan keselamatan kerja.

Simbol/piktogram juga harus sesuai standar agar mudah dikenali dan dipahami pekerja
dan orang lain yang berada di lingkungan. Umumnya, Simbol/piktogram pada safety sign
harus berhubungan langsung dengan bahaya, APD, atau informasi tertentu.

Adapun jenis rambu dapat berupa :

 Rambu dengan Simbol.


 Rambu dengan Simbol dan Tulisan.
 Rambu berupa pesan dalam bentuk Tulisan.
 Penggunaan Warna
1. Biru : Berarti Perintah melaksanakan sesuatu, atau kewajiban memakai Alat
Pelindung Diri dalam rangka K3 (kontrasnya warna biru adalah putih).
2. Merah : Berarti Larangan Melakukan sesuatu, misalnya tanda stop dan
sebagainya. Tetapi khusus untuk Pencegahan Kebakaran, baik berupa petunjuk,
perintah, peringatan maupun larangan, tetap dipakai warna merah (kontrasnya
warna merah adalah putih).
3. Kuning : Berarti Peringatan untuk berhati-hati dan waspadaterhadap risiko
bahaya (kontrasnya warna kuning adalah hitam).
4. Hijau : Berhati keadaan Aman, misalnya untuk petunjuk arah/ jalan, pintu
darurat, P2K, daerah bebas rokok dan sebagainya.

5. Cara-cara Proteksi Radiasi


Proteksi Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi
yang merusak akibat paparan radiasi.

Dalam penggunaan radiasi untuk radiografi dalam radiodiagnostik akan memberikan


kontribusi radiasi kepada banyak pihak. Radiasi akan diterima oleh operator, hewan dan
lingkungan. Ada 3 prinsip yang telah direkomendasikan oleh International Commission
Radiological Protection (ICRP) untuk dipatuhi, yaitu:
A. Justifikasi
Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus didasarkan pada azaz
manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup paparan atau potensi paparan hanya
disetujui jika kegiatan itu akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi
individu atau masyarakat dibandingkan dengan kerugian atau bahaya yang timbul
terhadap kesehatan. Hewan yang memang benar-benar memerlukan uji lanjut
dengan radiografi dengan pertimbangan asas manfaat lebih banyak dapat
dilakukan radiografi.
B. Limitasi
Dosisi ekivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat tidak boleh
melalmpaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan. Batas dosis bagi
pekerja radiasi dimaksudkan untuk mencegah munculnya efek deterministik (non
stokastik) dan mengurangi peluang terjadinya efek stokastik.
C. Optimasi
Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya (as low as reasonably
achieveable - ALARA), dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial.
Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber radiasi harus
dirancang dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang terjadi
dapat ditekan serendah-rendahnya.

Nilai Batas Dosis


Pembatasan dosis radiasi baru dikenal pada tahun 1928 yaitu sejak dibentuknya
organisasi internasional untuk proteksi radiasi (International Commission on Radiological
Protection/ICRP). Pelopor proteksi radiasi yang terkenal adalah seorang ilmuwan dari
Swedia bernama Rolf Sievert. Ia lahir pada tahun 1896 ketika Henri Becquerel
menemukan zat radioaktif alam. Sievert kemudian diabadikan sebagai satuan dosis
paparan radiasi dalam sistem Satuan Internasional (SI). 1 Sievert (Sv) menunjukkan
berapa besar dosis paparan radiasi dari sumber radioaktif yang diserap oleh tubuh per
satuan massa (berat), yang mengakibatkan kerusakan secara biologis pada sel/jaringan.

Menurut rekomendasi ICRP, pekerja radiasi yang di tempat kerjanya terkena radiasi tidak
boleh menerima dosis radiasi lebih dari 50 mSv per tahun dan rata-rata pertahun selama 5
tahun tidak boleh lebih dari 20 mSv. Nilai maksimum ini disebut Nilai Batas Dosis
(NBD). Jika wanita hamil yang di tempat kerjanya terkena radiasi, diterapkan batas
radiasi yang lebih ketat. Dosis radiasi paling tinggi yang diizinkan selama kehamilan
adalah 2 mSv.

Proteksi Radiasi
 Sumber
o Jarak
Intensitas radiasi dipengaruhi oleh hukum kuadrat terbalik
o Waktu
Pemaparan dapat diatur dengan
- Pembatasan waktu generator dihidupkan
- Pembatasan waktu berkas diarahkan ke ruang tertentu
- Pembatasan ruang yang dipakai
o Perisai
Digunakan bila ternyata jarak dan waktu tidak mencukupi, maka dibuat
dari timbal atau beton. Jenis perisai:
1. Perisai primer : memberi proteksi terhadap radiasi primer
(berkas sinar gamma)
2. Perisai sekunder : memberi proteksi terhadap radiasi
sekunder (sinar bocor dan hambur)
 Petugas
Memakai APD berupa sarung tangan, apron berlapis Pb 0,5 mm, sepatu, tutup
kepala dan sebagainya. Memiliki alat untuk mencatat Dosis Personil seperti Film
Badge (mencatat do radiasi yang diterima), Dosimeter Saku (memantau dosis
yang diterima individu), Geiger-Muler Surveymeter (mengukur laju pemaparan di
lingkungan).
 Pasien
Pemeriksaan hanya atas permintaan dokter, dosis radiasi sekecil mungkin, waktu
penyinaran sesingkat mungkin, jarak fokus pasien jangan terlalu pendek, Organ
reproduksi dilindungi.
 Lingkungan
Proteksi terhadap linkungan terhadap radiasi dapat dilakukan dengan melapisi
ruang radiografi menggunakan Pb untuk menyerap radiais yang terjadi saat proses
radiografi.

HASIL DISKUSI
1. Penanya : Rifdah
Penjawab : Amanda Widyastuti (200802004)
Pertanyaan : Apakah dosis serap yang sama tapi dari jenis radiasi yang berbeda
apakah dapat memberikan efek yang sama?
Jawaban :
Dosis serap yang sama tetapi berasal dari jenis radiasi yang berbeda ternyata memberikan
akibat atau efek yang berbeda pada sistem tubuh makhluk hidup. Makin besar daya ionisasi
makin tinggi tingkat kerusakan biologi yang ditimbulkannya. Besaran yg merupakan jumlah
radiasi untuk menimbulkan kerusakan pada jaringan/organ dinamakan Faktor bobot
radiasi(Wr).

2. Penanya :
Penjawab : Safira Azkia (200802043)
Pertanyaan : Apa yang terjadi apabila DNA mengalami kerusakan?
Jawaban :
Kerusakan DNA adalah salah satu penyebab yang dapat mebuat sel normal bertumbuh
menjadi sel kanker. Hal ini dikarenakan DNA yang rusak dapat menyebabkan mutasi di gen
vital yang mengontrol pembelahan sel sampai terjadi pembelahan sel yang tidak terkendali
dan memicu pertumbuhan sel kanker, Selain itu kerusakan DNA mengakibatkan terjadinya
perubahan struktur molekul gula atau basa, pembentukan dimer, putusnya ikatan hidrogen
antar basa, hilangnya gula atau basa dan lain sebagainya. Kerusakan yang lebih parah adalah
putusnya salah satu atau kedua untai DNA.

3. Pertanyaan Kelompok
Bagaimana regulasi keamanan dan kesehatan yang spesifik bagi laboratorium berbasis kimia
inti dan radiasi?
Jawaban :
Di seluruh area kerja, dimana operasi bahan kimia dilakukan atau dimana lingkungan
kemudian akan terkontaminasi oleh bahan kimia yang berbahaya, maka standar K3LH yang
tinggi harus diberlakukan. Satu yang terpenting, yakni kewajiban menggunakan APD.
Berikut panduan pemilihan APD berdasarkan jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh :

Jalan Masuk Bentuk Bahan Kimia Kategori APD


Kontak Kulit Gas, uap, asap, aerosol, debu, Pakaian pelindung
partikel di udara, cairan Pekindung tangan
Inhalasi (Pernapasan) Gas, uap, asap, aerosol, debu, Pelindung kaki
partikel di udara Pelindung mata dan wajah
Pelindung pernapasan

Setelah menentukan kategori APD yang diperlukan, berikut panduan memilih APD yang
tepat sesuai dengan potensi bahaya dan tingkat perlindungan yang diperlukan :
a. Pakaian Pelindungan
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi tubuh atau pakaian pekerja saat terjadi
kontak dengan bahan kimia berbahaya dan mencegah penyebaran kontaminasi. Pemilihan
pakaian pelindung saat menangani bahan kimia tergantung pada risiko dan tingkat
perlindungan yang diperlukan.
Berikut beberapa pakaian pelindung yang dapat
digunakan saat menangani bahan kimia, antara
lain :
 Jas Laboratorium
Jas laboratorium dapat
digunakan untuk penggunaan skala kecil dan
penanganan bahan kimia dengan resiko
rendah. Pakaian pelingdung ini berfungsi
untuk mencegah kontaminasi bahan ke
dalam tubuh, melindungi tubuh dan pakaian
pekerja dari percikan, cipratan, atau
tumpahan bahan kimia.
Jas Laboratorium dapat diaplikasikan untuk
pemakaian umum, perlindungan dari bahan kimia, biologi, radiasi, dan bahaya fisik.
Jas laboratorium harus terbyat dari bahan katun dan sintetik seperti nilon atau
terylene dengan water repellent (pori-pori kain tidak dapat ditembus oleh air). Jas
laboratorium tidak boleh dipakai di luar daerah laboratorium.
 Apron
Apron biasanya diaplikasikan untuk penggunaan bahan kimia dalam
jumlah besar dan beresiko tinggi. Apron digunakan untuk melindungi pekerja dari
bahan yang bersifat korosif dan mengiritasi, cairan berbahaya, zat pelarut yang kuat,
minyak dan pelumas padat/gemuk (grease).
Pakaian pelindung berbentuk seperti celemek ini biasanya terbuat dari
bahan neoprene atau polyurethane dilapisi bahan nilon, terylene, atau karet alami.
Ada juga yang terbuat dari bahan plastik, dengan rekomendasi tidak boleh dikenakan
di area yang mengandung bahan kimia mudah terbakar karena bisa dapat
menimbulkan kebakaran yang dipicu listrik statis.
 Jumpsuits atau coverall
Pakaian pelindung ini direkomendasikan untuk dipakai pada kondisi
berisiko tinggi seperti menangani bahan kimia yang bersifat karsinogenik dalam
jumlah banyak. Jumpsuit atau coverall bersfungsi untuk melindungi pekerja dari
percikan, cipratan, atau tumpahan zat berbahaya berisiko tinggi.

Jumpsuits atau coverall biasanya terbuat dari bahan karet, neoprene,


viton, vinyl, dan material lain yang mampu memberikan perlindungan tingkat tinggi
kepada pekerja dari percikan bahan kimia yang bersifat karsinogen dan bahan kimia
yang beresiko tinggi lainnya. Pakaian pelindung ini tersedia dalam dua jenis, yakni
disposable coverall (sekali pakai) dan reusable coverall (dapat dipakai berulang
kali).
CATATAN : untuk penggunaan bahan kimia dalam jumlah besar dan beresiko tinggi,
pekerja tidak diperkenankan menggunakan pakaian pelindung yang dijahit atau berpori
(tidak tahan terhadap permeasi). Penggunaan apron dan jumpsuit atau coverall sangat
direkomendasikan.

b. Pelindung Tangan
Fungsi utama pelindung tangan adalah melindungi tangan dari cedera akibat
terkena bahan kimia atau terkena peralatan laboratorium yang pecah atau rusak serta
melindungi tangan dari permukaan benda yang kasar atau tajam dan material panas atau
dingin.
Bahan kimia biasanya dapat dengan cepat merusak material sarung tangan jika
material yang dipilih tidak sesuai dengan sifat bahan kimia yang ditangani. Maka,
material dan ketebalan menjadi pertimangan utama saat memilih sarung tangan. Bahan
sarung tangan yang dipilih harus sesuai dengan sifat bahan kimia yang ditangani.
Sarung tangan yang digunakan saat menangani bahan kimia biasanya terbuat dari
neoprene, polyvinyl chloride (PVC), polyvinyl alcohol (PVA), karet butil atau alaam,
karet sintesis, dan nitril.

c. Pelindung Kaki
Pelindung kaki (sepatu safety) digunakan
untuk melindungi kaku dari kemungkinan
tumpahan bahan kimia beracun dan
berbahaya serta mencegah penyebaran
kontaminasi. Pemilihan sepatu safety yang
aman untuk penanganan bahan kimia
didasarkan pada bahaya dan kondisi
lingkungan kerja.
Berikut beberapa poin yang harus
diperharikan dalam memilih sepatu safety untuk area dengan potensi bahaya baham kimia
:
 Jenis sepatu safety harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya yang dapat
mengakibatkan cedera. Jenis sepatu safety juga perlu dipertimbangkan, apakah
sepatu perlu menutupi pergelangan kaki, lutut atau paha, tergantung bagian-bagian
tubuh yang berisiko mengalami cedera saat menangani bahan kimia.
 Material sepatu safety harus memiliki fitur ketahanan terhadap air dan bahan kimia.
Karet sintesis, karet butil atau alam, vinyl dan nitril merupakan material sepatu yang
cocok digunakan saat operasi bahan kimia.
 Konstruksi sepatu safety juga harus memperhitungkan bahaya yang ada di
lingkungan kerja seperti lantai basah, lantai licin, dan jatuhan benda berat atau berat.
Pilih sepatu dengan fitur sol luar anti slip untuk menghindari risiko tergelincir dan
fitur pelindung jari kaki berbahan baja untuk melindungi kaki dari resiko jatuhan
benda berat atau tajam.
 Bila seseorang bekerja di area operasi bahan kimia mudah terbakar, maka sepatu
dengan fitur anti statis perlu digunakan
 Untuk melindungi sepatu dari kontaminasi bahan kimia berbahaya berbentuk debu,
serat, atau partikel di udara, sepatu safety sekali pakai atau penutup sepatu (shoe
cover) sekali pakai dapat digunakan.

d. Pelindung Mata dan Wajah


Cipratan, percikan hingga paparan kabut bahan kimia yang mengenai mata sering kali
menjadi penyebab terbanyaj pekerja mengalami cedera mata. Oleh karena itu OSHA
mewajibkan para pekerja untuk selalu menggunakan perangkat pelindung mata dan wajah
primer dan sekunder ketika bekerja di area dengan potensi bahaya tersebut.
Berikut jenis-jenis alat pelindung mata dan wajah yang berguna untuk menahan dampak
bahaya bahan kimia yang bisa mencederai mata, di antaranya :
 Safety Goggles : pelindung priner yang berguna untuk melindungi mata dari percikan
dan cipratan bahan kimia. Pilih safet goggles dengan ventilasi tidak langsung
(indirect ventilation) atau tanpa ventilasi (non-ventilated goggles) saat menangani
bahan kimia berbahaya.

 Face Shields (tameng muka) : pelindung sekunder yang berguna untuk melindungi
seluruh wajah dari paparan sumber bahaya. Face shields yang dirancang menyatu
dengan headgear dapat melindungi wajah, namun tidak sepenuhnya melindungi
mata. Agar perlindungan dari berbagai sumber bahaya seperti partikel berterbangan,
percikan atau cipratan bahan kimia lebih maksimal, pekerja direkomendasikan
menggunakan face shields bersamaan dengan safety goggles. Face shields tidak
cocok untuk melindungi pekerja dari debu, asam, atau gas.
Tidak hanya jenisnya, tipe lensa
yang digunakan pada pelindung
mata dan wajah juga perlu
diperhatikan. Lensa harus
transparan dan tidak mengganggu
penglihatan. Berikut jenis lensa
yang direkomendasikan untuk
pelindung mata dan wajah :
 Polycarbonates – efektif untuk
memberikan perlindungan
terhadap partikel, berterbangan,
namun tidak cocok memberikan
perlindungan terhadap bahan kimia yang bersifat korosif.
 Arcylic resins
– cocok untuk memberikan
perlindungan terhadap berbahai
jenis bahan kimia, namun memiliki
kemampuan yang lemah dalam
menahan dampak bahaya.
 Plastik –
perlindungan akan lebih maksimal
jika diberi lapisan anti kabut.
CATATAN : untuk memberikan perlindungan maksimal, pastikan APD
terpasang erat pada mata dan wajah. Keadaan atmosfer ruangan dan ventilasi
terbatas biasanya menyebabkan lensa menjadi
berkabut. Lakukan pembersihan sesering
mungkin.

e. Pelindung Pernapasan
Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke
dalam tubuh manusia adalah melalui pernapasan. Banyak
partikel di udara, debu, uap dan gas yang dapat
membahayakan sistem pernapsan. Pelindung pernapsan
yang tepat harus digunakan untuk meminimalkan
sumber-sumber bahaya tadi. Berikut jenis pelindung pernapsan yang dapat digunakan
saat menangani bahan kimia :
Air-Purifying Respirator (Respirator Pemurni Udara)
a. Particulate Respirator
Respirator ini hanya digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya paparan tingkat
rendah (seperta debu, kabut, dan asap). Tidak cocok digunakan untuk melindungi
pekerja dari paparan gas dan uap. Pada respirator jenis ini, filter menangkap partikel
dari udara dengan metode penyaringan, sehingga udara yang melewati respirator
menjadi bersih. Contoh dari particulate respirator adalah disposable dust masks
dan respirator dengan disposable filter.

b. Chemical Catridge / Gas Mask Respirator


Jenis respirator ini menggunakan catidge atau canister untuk menyerap gas dan uap
di udara. Catridge dan canister memiliki kemampuan serap yang tinggi pada awal
penggunaan akan mengalami penurunan hingga akhir masa pakai (masa jenuh). Lama
masa jenuh dangat tergantung dari konsentrasi uap atau gas di udara dan perawatan
terhadap respirator tersebut. Catridge atau canister harus diganti sebelum jenuh
karena bisa berdampak pada kemampuan daya serap terhadap kontaminan.

Air-Supplied Respirator (Respirator Pemasok Udara)


Alat pelindung pernapasan ini mirip dengan peralatan pernapasan untuk penyelam. Air-
supplied respiratoty menyimpan pasokan udara/oksigen di dalam tabung sehingga alat ini
tidak memerlukan pasokan udara sangat tinggi atau rendah oksigen. Juga tangki udara
biasanya hanya dapat digunakan selama satu jam atau kurang, tergantung rating tangki
dan tingkat pernapasan pekerja.

APD merupakan upaya terakhir untuk meminimalkan risiko yang dapat terjadi akibat
kecelakaan atau bahaya di lingkungan kerja maupun saat operasi bahan kimia. Tidak
hanya pemilihan APD yang harus dilakukan secara tepat, pemeriksaan dan perawatan
APD secara rutin pun perlu dilakukan untuk memastikan APD yang digunakan dapat
memberikan perlindungan dalam menahan dampak bahaya bahan kimia.

Anda mungkin juga menyukai