Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Di
kehidupan kita sehari-hari radiasi sangat mudah ditemukan, baik dari alam maupun buatan.
Dalam fungsinya radiasi dapat dimanfaatkan dalam halnya pada bidang medis,
yaitu pemanfaatan radiasi sinar-x. radiasi sinar-x sudah lama dimanfaatkan untuk
memvisualisasikan organ-organ di dalam tubuh manusia yang tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang. Namun jika radiasi tersebut dalam penggunaannya tidak diolah dengan
baik maka akan memberikan dampak buruk bagi manusia. Dampak yang akan didapatkan
oleh manusia adalah berbanding lurus dengan dosis/jumlah paparan radiasi yang diterima
oleh manusia tersebut. Mulai dari dampak terkecil yang mungkin didapat yaitu kemerahan
pada kulit ataupun mual-mual hingga bisa berakibat kematian.
Kematian akibat radiasi dimungkinkan akibat terpapar dosis radiasi yang
jumlahnya banyak dan tidak terkontrol. Hal tersebut biasa disebut dengan sindroma radiasi
akut atau bisa juga disebut dengan kecelakaan radiasi.
Bencana Chernobyl merupakan salah satu contoh kecelakaan radiasi, bencana
Chernobyl ini adalah insiden nuklir terburuk di dunia ketika Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN) Chernobyl meledak. Meledaknya PLTN yang berada di kota Pripyat,
Ukraina, yang saat itu masih menjadi bagian dari Uni Soviet, melepaskan partikel
radioaktif dalam jumlah besar ke atmosfer bumi yang kemudian menyebar ke wilayah lain
Uni Soviet dan Eropa. Komite Sains untuk Efek Radiasi Atom PBB (UNSCEAR) pada
2008 menyebut korban tewas bencana Chernobyl adalah 64 orang. Sementara itu,
Chernobyl Forum memperkirakan, korban tewas akibat radiasi nuklir bisa mencapai 4.000
orang, terutama dari ratusan ribu anggota tim penyelamat serta warga kota-kota yang paling
terkontaminasi. Angka ini belum termasuk sekitar 50.000 orang yang tinggal di kawasan
yang lebih luas, yang kemudian menderita kanker akibat radiasi. Dari 50.000 penderita
kanker itu, separuhnya meninggal dunia.

1
Dari contoh kasus tersebut dapat kita bayangkan bagaimana buruknya dampak yang
akan diberikan dari paparan radiasi dengan skala besar. Dari kasus tersebut kita juga dapat
melihat bahwa adanya respon yang berbeda-beda dari setiap individu yang terpapar radiasi
nuklir tersebut.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas apa yang akan terjadi dengan
tubuh manusia jika terkena paparan radiasi yang besar karena kecelakaan radiasi atau yang
sering dikenal dengan sindroma radiasi akut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Sindroma Radiasi Akut?
2. Apa penyebab Sindroma Radiasi Akut?
3. Bagaimana tahapan yang dilalui manusia jika terkena kecelakaan radiasi/SRA?
4. Apa dampak yang akan diterima tubuh manusia jika terkena kecelakaan
radiasi/SRA?
5. Bagaimana penanganan yang dapat dilakukan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menambah wawasan pembaca dan penulis tentang sindroma radiasi akut.
2. Agar mengetahui apa yang akan terjadi pada tubuh manusia jika terkena radiasi
dosis tinggi ke seluruh tubuh.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Definisi Sindroma Radiasi Akut

Sindrom Radiasi Akut (SRA), juga dikenal sebagai penyakit radiasi atau kecelakaan
radiasi atau keracunan radiasi atau radiasi seluruh tubuh adalah kumpulan efek kesehatan
akibat paparan radiasi pengion dalam jumlah tinggi dalam waktu singkat. Gejala dapat
dimulai dalam satu jam dan dapat berlangsung selama beberapa bulan. Gejala muncul dalam
beberapa hari pertama diikuti oleh beberapa jam atau minggu dengan sedikit gejala. Ini
kemudian berkembang menjadi gejala tambahan diikuti oleh pemulihan atau kematian.
Sindrom radiasi akut melibatkan dosis total lebih dari 0,5 Gy (50 rad) yang umumnya terjadi
dari sumber di luar tubuh dalam beberapa menit. Sumber radiasi tersebut dapat terjadi secara
tidak sengaja atau sengaja. Contohnya reaktor nuklir , siklotron , dan perangkat tertentu yang
digunakan dalam terapi kanker. Dosis dari penyinaran diagnostic tidak akan cukup untuk
menyebabkan kematian. Sindroma radiasi akut pada umumnya dibagi menjadi 3 bagian yaitu
sindrom hematopoietic, gastrointestinal, dan sindrom neurovascular dengan banyak kerusakan
jaringan yang diakibatkan.

Sel - sel yang paling terpengaruh umumnya adalah mereka yang membelah dengan cepat.
Pada dosis tinggi, ini menyebabkan kerusakan DNA yang mungkin tidak dapat diperbaiki.
Kematian merupakan akibat terburuk dari terpapar radiasi dengan dosis yang tinggi. Beberapa
individu mungkin dapat bertahan dari sindroma ini namun tentunya akan mengalami beberapa
penyakit mematikan seperti kanker.

Dalam sindroma radiasi akut dikenal beberapa istilah-istilah yaitu LD (lethal dose) dan
survival time.

Lethal Dose adalah dosis radiasi yang mengakibatkan kematian bagi tubuh yang terpapar
radiasi tersebut. LD50/60 adalah dosis radiasi yang mengakibatkan 50% dari populasi
mengalami kematian dalam waktu 60 hari. Jika dilakukan percobaan terhadap hewan yang
dipaparkan radiasi ke seluruh tubuhnya dimulai dari 1-10 Gy maka akan dihasilkan grafik
sebagai berikut.

3
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa LD50/60 atau jumlah dosis yang diperlukan
untuk membunuh 50% populasi dalam 60 hari adalah 3,5 Gy.

Makhluk hidup memiliki respon yang berbeda-beda terhadap radiasi, dapat dikatakan
tingkat sensitivitas berbagai jenis makhluk hidup berbeda-beda. Dapat dilihat dari table
berikut.

4
Dapat dilihat dari table diatas bahwa manusia dapat menoleransi lebih banyak dosis radiasi
seluruh tubuh yang diperlukan untuk kematian dibandingkan anjing dan babi. Dan kita dapat
kita simpulkan pula jika terjadi kecelakaan radiasi yang mengakibatkan seluruh makhluk hidup
terpapar radiasi seluruh tubuh maka binatang yang paling terakhir mengalami kematian adalah
kecoa.

Mean Survival Time adalah rata-rata waktu yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan
hidup setlah terpapar radiasi seluruh tubuh. Hubungan antara jumlah dosis dengan mean
survival time dapat dilihat pada table berikut.

5
Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa mean survival time berbanding terbalik dengan
paparan dosis radiasi yang diterima. Sebagai contoh pada daerah gastrointestinal death dengan
dosis 10 Gy, jika sindrom hastrointestinal (GI) tersebut mengakibatkan kematian maka waktu
bertahan makhluk tersebut selama 4 hari. Namun jika dosis ditambah menjadi 102 Gy yang
akan mengakibatkan sindrom central nervous system maka mean survival time dari makhluk
tersebut akan berkurang menjadi 2 hari.

Jadi kesimpulannya adalah seiring pertambahan dosis paparan radiasi seluruh tubuh yang
diterima maka mean survival timenya akan semakin rendah.

6
B. Penyebab Sindroma Radiasi Akut

SRA umumnya jarang terjadi. Namun, satu peristiwa tunggal dapat memengaruhi sejumlah
besar orang. Kasus-kasus penting terjadi setelah pemboman atom di Hiroshima dan
Nagasaki dan bencana pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl. SRA berbeda dari sindrom
radiasi kronis yang terjadi setelah paparan yang lama terhadap dosis radiasi yang relatif rendah.
SRA terjadi pada dosis paparan tinggi dan mengakibatkan efek langsung pada tubuh manusia.

Penyakit radiasi disebabkan oleh paparan radiasi pengion dosis besar (> 0,1 Gy) selama
periode waktu yang singkat (> 0,1 Gy / jam). Radiasi alfa dan beta memiliki daya tembus
rendah dan tidak mungkin mempengaruhi organ-organ internal vital dari luar tubuh. Semua
jenis radiasi pengion dapat menyebabkan luka bakar, tetapi radiasi alfa dan beta hanya dapat
melakukannya jika kontaminasi radioaktif atau kejatuhan nuklir disimpan pada kulit atau
pakaian individu. Radiasi gamma dan neutron dapat menempuh jarak lebih jauh dan
menembus tubuh dengan mudah, jadi penyinaran seluruh tubuh umumnya menyebabkan ARS
sebelum efek kulit terlihat. Iradiasi gamma lokal dapat menyebabkan efek kulit tanpa
penyakit. Pada awal abad kedua puluh, radiografer biasanya akan mengkalibrasi mesin mereka
dengan menyinari tangan mereka sendiri dan mengukur waktu untuk timbulnya eritema.

1. Penyebab yang tidak disengaja

Paparan yang tidak disengaja mungkin merupakan akibat dari kekritisan atau
kecelakaan radioterapi . Ada banyak kecelakaan kritikalitas yang terjadi sejak pengujian
atom selama Perang Dunia II, sementara mesin terapi radiasi yang dikendalikan komputer
seperti Therac-25 berperan besar dalam kecelakaan radioterapi. Yang terakhir dari keduanya
disebabkan oleh kegagalan perangkat lunak peralatan yang digunakan untuk memantau dosis
radiasional yang diberikan. Kesalahan manusia telah memainkan peran besar dalam insiden
paparan tidak disengaja yang meliputi beberapa kecelakaan kritikalitas, dan peristiwa berskala
lebih besar seperti bencana Chernobyl . Peristiwa lain berkaitan dengan sumber-sumber anak
yatim di mana bahan radioaktif disimpan, dijual, atau dicuri tanpa diketahui. Kecelakaan
Goiânia adalah contoh, di mana sumber radioaktif yang terlupakan diambil dari rumah sakit
yang mengakibatkan kematian 4 orang dari ARS. Pencurian dan upaya pencurian bahan
radioaktif oleh pencuri yang tidak mengerti juga telah menyebabkan paparan mematikan
setidaknya dalam satu insiden.

7
Paparan juga dapat berasal dari pesawat luar angkasa rutin dan sinar matahari yang
menghasilkan efek radiasi di bumi dalam bentuk badai matahari . Selama antariksa, astronot
terpapar radiasi galaksi kosmik (GCR) dan peristiwa partikel matahari (SPE). Eksposur
khususnya terjadi selama penerbangan di luar orbit Bumi rendah (LEO). Bukti menunjukkan
tingkat radiasi SPE masa lalu yang akan mematikan bagi astronot yang tidak dilindungi. Kadar
GCR yang mungkin menyebabkan keracunan radiasi akut kurang dipahami dengan baik.
Penyebab terakhir lebih jarang dengan peristiwa yang mungkin terjadi selama badai matahari
1859 .

2. Penyebab yang disengaja

Eksposur yang disengaja adalah kontroversial karena melibatkan penggunaan senjata


nuklir , eksperimen manusia , atau diberikan kepada korban dalam suatu tindakan
pembunuhan. Pemboman atom yang disengaja di Hiroshima dan Nagasaki mengakibatkan
puluhan ribu korban, yang selamat dari pemboman ini sekarang dikenal
sebagai Hibakusha . Senjata nuklir memancarkan radiasi termal dalam jumlah besar sebagai
cahaya tampak, inframerah, dan ultraviolet, yang atmosfernya sebagian besar
transparan. Peristiwa ini juga dikenal sebagai "Flash", di mana cahaya inframerah radioaktif
yang berbahaya dibombardir ke kulit korban yang terpapar yang menyebabkan radiasi luka
bakar. Kematian sangat mungkin terjadi dan keracunan radiasi hampir pasti jika seseorang
terperangkap di tempat terbuka tanpa medan atau membangun efek penutupan dalam radius 0–
3 km dari lubang udara 1 megaton, dan peluang 50% kematian dari ledakan meluas hingga ~
8 km dari ledakan atmosfer 1 megaton yang sama.

8
Pengujian ilmiah pada manusia yang dilakukan tanpa persetujuan telah dilarang sejak 1997
di Amerika Serikat. Sekarang ada persyaratan bagi pasien untuk memberikan persetujuan, dan
diberitahu jika percobaan diklasifikasikan. Di seluruh dunia, program nuklir Soviet melibatkan
eksperimen manusia dalam skala besar yang masih dirahasiakan oleh pemerintah Rusia dan
agen Rosatom . Eksperimen manusia yang termasuk dalam ARS disengaja mengecualikan
mereka yang terlibat paparan jangka panjang . Kegiatan kriminal telah melibatkan
pembunuhan, dan percobaan pembunuhan dilakukan melalui kontak langsung dengan korban
dengan zat radioaktif seperti polonium atau plutonium .

C. Tahapan yang Akan dilalui Manusia Setelah Terpapar Radiasi Dosis Tinggi
Setelah terjadinya kecelakaan radiasi yang mengakibatkan manusia menerima paparan
radiasi dengan dosis yang tinggi maka ada beberapa tahapan/periode yang akan dilalui
manusia, yaitu prodromal period, latent period, dan manifest illness.
1. Prodromal period
Setelah menerima lebih dari 1Gy (100rad) radiasi, tubuh manusia akan memunculkan
berbagai tanda dan gejala yang mungkin terjadi dalam hitungan menit hingga jam. Gejala-
gejala yang mungkin terjasdi yaitu mual, muntah, ataupun diare. Gejala-gejala inilah yang
disebut dengan prodromal period.
Semakin tinggi dosis yang diterima oleh tubuh maka tahapan prodromal period ini akan
semakin singkat sehingga kadang tidak dapat dibedakan dengan manifest illness.

9
10
2. Latent Period
Setelah periode gejala awal pasca radiasi/prodromal period, manusia mungkin
mengalami masa dimana gejala dan tanda radiation illness hilang, inilah yang disebut latent
period. Latent period berlangsung selama beberapa jam (pada dosis >50Gy) dan juga dapat
berlangsung selama beberapa minggu (pada dosis 1-5Gy).
Kadang periode latent ini disalah artikan menjadi tahap pemulihan/recovery padahal yang
terjadi bukanlah seperti itu.

3. Manifest Illness
Manifest illness merupakan masa dimana dampak dari radiasi dosis tinggi/sindroma
radiasi akut akan muncul. Manifest illness dibagi menjadi 3 yaitu sindrom hematopoietic,
gastrointestinal, dan sindrom neurovascular.

D. Dampak Dari Sindroma Radiasi Akut

Perwujudan akibat dari sindroma radiasi akut ini sangat bermacam-macam. Dimulai
dari efek terendah yaitu luka kemerahan pada kulit hingga kematian. Namun diketahui ada
beberapa dampak umum yang dapat terjadi yang sering disebut dengan manifest illness,
yaitu sindrom hematopoietic, gastrointestinal, dan sindrom neurovascular.

1. Perubahan kulit

11
Sindrom radiasi kulit (CRS) mengacu pada gejala kulit dari paparan radiasi.
Dalam beberapa jam setelah iradiasi, dapat terjadi kemerahan sementara dan tidak
konsisten (terkait dengan rasa gatal). Kemudian, fase laten dapat terjadi dan
berlangsung dari beberapa hari hingga beberapa minggu, ketika kemerahan yang
intens, lepuh , dan ulserasi dari situs yang diradiasi terlihat. Dalam kebanyakan kasus,
penyembuhan terjadi dengan cara regeneratif; Namun, dosis kulit yang sangat besar
dapat menyebabkan kerontokan rambut permanen, kerusakan kelenjar
sebaceous dan keringat , atrofi , fibrosis (kebanyakan keloid), penurunan atau
peningkatan pigmentasi kulit, dan ulserasi atau nekrosis jaringan yang terpapar.
Khususnya, seperti yang terlihat di Chernobyl , ketika kulit diiradiasi dengan partikel
beta berenergi tinggi, deskuamasi lembab (pengelupasan kulit) dan efek awal yang
serupa dapat sembuh, hanya diikuti oleh runtuhnya sistem pembuluh darah kulit
setelah dua bulan, mengakibatkan hilangnya ketebalan penuh kulit yang terpapar. Efek
ini telah ditunjukkan sebelumnya dengan kulit babi menggunakan sumber beta
berenergi tinggi di Churchill Hospital Research Institute, di Oxford .

12
2. Sindrom Hematopoietic
Sindrom ini terjadi pada dosis 200-1000 rad, ditandai dengan penurunan
jumlah sel darah , yang disebut anemia aplastik . Hal ini dapat mengakibatkan infeksi
karena jumlah sel darah putih yang rendah, perdarahan karena kurangnya trombosit ,
dan anemia karena terlalu sedikit sel darah merah dalam sirkulasi. Perubahan ini dapat
dideteksi dengan tes darah setelah menerima dosis akut. Trauma konvensional dan
luka bakar akibat ledakan bom dipersulit oleh penyembuhan luka yang buruk yang
disebabkan oleh sindrom hematopoietik, yang meningkatkan angka kematian. Tanda
yang mungkin terjadi dan dapat terlihat dari sindrom ini yaitu anemia, penurunan
system kekebalan tubuh, infeksi, dan hemorrhage.
Jika manusia terkena sindrom ini tahap prodormalnya akan berlangsung setelah
beberapa jam pasca paparan, tahap latent berakhir dalam hitungan hari-minggu, dan
tahap manifest illnessnya terjadi dalam kurang dari 3-5 hari.
3. Sindrom Gastrointestinal

13
Sindrom ini terjadi pada dosis radiasi sebesar 1000-5000 rad. Tanda-tanda dan
gejala dari dari sindrom ini antara lain mual , muntah , kehilangan nafsu makan ,
dan sakit perut. Tanpa perawatan eksotis seperti transplantasi sumsum tulang, maka
penderita sindrom ini akan mengalami kematian. Kematian umumnya lebih
disebabkan oleh infeksi, dehidrasi, dan ketidakseimbangan elektrolityang ditimbulkan
karena perubahan destruktif daripada disfungsi pencernaan.

Jika manusia terkena sindrom ini tahap prodormalnya akan berlangsung setelah
beberapa jam pasca paparan, tahap latent berakhir dalam 3-5 hari, dan tahap manifest
illnessnya yaitu diare berat, mual, serta muntah yang disertai demam.
4. Sindrom Neurovascular
Sindrom ini terjadi pada dosis radiasi lebih dari 5000 rad. Dengan dosis sejumlah
itu mampu mengakibatkan kematian dalam 2-3 hari pasca paparan. Manusia yang
terkena sindrom neurovascular akan mengalami pembengkakan otak, paru jantung,
otot, dan jaringan sel atau yang paling parah berujung kematian.
Jika manusia terkena sindrom ini tahap prodormalnya akan berlangsung setelah
beberapa menit sampai jam pasca paparan dengan gejala konfusi, mual dan muntah,
dan kehilangan kesadara, tahap latent berakhir dalam jam, dan tahap manifest
illnessnya terjadi dalam 5-6 jam pasca paparan.
E. Penanganan yang Dapat Dilakukan

Pengobatan sindrom radiasi akut umumnya adalah perawatan suportif. Ini mungkin
termasuk transfusi darah , antibiotik , faktor perangsang koloni, atau transplantasi sel
induk. Jika bahan radioaktif tetap ada di kulit atau di lambung, bahan itu harus dibuang.
Jika radioiodine dihirup atau dicerna, kalium iodida dapat direkomendasikan. Komplikasi
seperti leukemia dan kanker lain di antara mereka yang bertahan hidup dikelola seperti
biasa. Hasil jangka pendek tergantung pada dosis pajanan.

14
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sindroma radiasi akut adalah suatu manifestasi kerusakan akut yang kompleks yang
terjaddi setelah pajanan ekstensif dosis tinggi radiasi pengion. Ancaman terjadinya kecelakaan
yang berisiko menimbulkan SRA antara lain pada irradiator medis, unit radiografi industri,
irradiator komersil, ledakan oleh teroris, proses bahan bakar nuklir dan reaktor nuklir. Pada
kecelakaan radiasi, sangat penting untuk memperkirakan dosis yang diterima para korban
untuk merencanakan tindakan medis yang tepat. Perbedaan rentang dosis seluruh tubuh
menyebabkan perbedaan manifestasi kerusakan. Selain itu, pada sebagian kasus kecelakaan,
dosimetri fisik dosis serap adalah tidak mungkin. Meskipun bila memungkinkan, dosimetri
fisik sangat penting untuk dikonfirmasi dengan dosimetri klinis dan biologis. Parameter yang
dapat digunakan relatif segera untuk memperkirakan keparahan korban, adalah gejala klinis
yaitu saat timbul dan tingkat keparahan sindroma prodromal khususnya muntah, dan
perubahan komponen darah khususnya jumlah limfosit absolut dan aberasi kromosom
disentrik pada sel darah tepi melalui analisa sitogenetik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Miquel Macià i Garau, Anna Lucas Calduch, Enric Casanovas Lópezc. 2011. Radiobiology of
The Acute Radiation Sydrome (hlm 123–130). Rep Pract Oncol Radiother.

Bushing C. Stewart. 2017. Radiologic Science for Technologists_ Physics, Biology, and
Protection. Mosby.

Alatas Zubaidah. 2004. Pengkajian Kasus Sindroma Radiasi Akut. Puslitbang Keselamatan
Radiasi dan Biomedika Nuklir: BATAN

16

Anda mungkin juga menyukai