Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIKUM RADIOLOGI DAN RADIOTERAPI

Nama : Agnia Nerlika Kusumaningtyas


NPM : 1806151644
Fak/ Program Studi : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam/ S2 Ilmu Fisika
Nama Modul : Thermoluminescence Dosimetry
Kelompok :A
Teman Kelompok : Grace Esterina dan Ade Riana
Tanggal Percobaan : 14 Maret 2019

Laboratorium Thermoluminescence Dosimetry (TLD)


Departemen Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
Depok
2019
A. Tujuan Praktikum
1. Menguasai konsep TLD sebagai dosimetri relatif.
2. Melakukan kalibrasi bacaan TLD terhadap dosis.
3. Melakukan evaluasi dosis terhadap TLD yang diradiasi.

B. Teori Dasar
Thermoluminescence adalah fenomena emisi cahaya dari zat padat yang
sebelumnya terkena radiasi pengion di bawah kondisi peningkatan suhu. Tidak
seperti proses pendaran lainnya seperti Electroluminescence,
Chemiluminescence, di sini panas bukanlah agen yang menarik, tetapi hanya
bertindak sebagai stimulan. Thermoluminescence ditemukan pada sejumlah
bahan, gelas, keramik, plastik dan beberapa padatan organik. Sejauh ini isolasi
zat padat yang didoping dengan impuritas kimia yang cocok, disebut sebagai
aktivator, adalah bahan TL yang paling sensitif. Teori pita zat padat biasanya
digunakan untuk menjelaskan fenomena ini. Ketika benda padat diiradiasi,
diproduksi elektron dan lubang. Cacat dalam benda padat ini menghasilkan
tingkat energi lokal di dalam celah terlarang. Pada iradiasi, elektron dan
lubang dapat terperangkap di bagian yang cacat ini. Ketika benda padat
tersebut dipanaskan, elektron / lubang yang terperangkap ini mendapatkan
energi termal yang cukup untuk melarikan diri dari trap ke pita konduksi (atau
pita valensi). Dari sini mereka mungkin terjebak kembali lagi atau dapat
bergabung kembali dengan lubang / elektron yang terperangkap. Rekombinasi
ini disebut pusat rekombinasi. Jika rekombinasi ini radiatif, maka pusatnya
disebut pendaran pusat. Elektron yang terperangkap pada lubang dapat
dilepaskan dengan pemanasan yang dapat bergabung kembali dengan sebuah
elektron yang terperangkap menghasilkan pendaran berupa cahaya.
Gambar 1 Proses Luminisensi

Luminescence adalah emisi cahaya dari suatu material mengikuti penyerapan


awal energi dari sumber eksternal misalnya Radiasi ultraviolet atau radiasi
energi tinggi. Emisi ini dapat dikategorikan sebagai fluoresensi atau
fosforesensi, tergantung pada karakteristiknya antara penyerapan energi
eksitasi dan emisi pendaran. Perbedaan antara kedua proses tidak selalu jelas
dan mungkin paling mudah dibuat dengan menggunakan ketergantungan suhu
luminescence. Fluoresensi adalah emisi cahaya yang mengikuti eksitasi
elektron dari g ke e dan selanjutnya kembali ke level g (gambar 2 (a). di sisi
lain jika pengembalian ke kondisi dasar ditunda oleh transisi masuk dan keluar
dari tingkat metastable m, maka penundaan antara eksitasi dan emisi dapat
terjadi (gambar 2 (b)), dan dalam hal ini prosesnya disebut sebagai
fosforesensi.

Gambar 2 (a) Fluorosensi (b) Fosforesensi


Karakteristik TLD LiF:Mg,Ti
Fading
Meskipun energi gaps Eg antara pita konduksi dan perangkap elektron relatif
tinggi, namun ada kemungkinan elektron memperoleh energi dan
mengakibatkan elektron keluar dati perangkap. Semakin rendah energi gap,
semakin tinggi pula kemungkinan pancaran cahaya spontan, yang mengurangi
populasi elektron dalam perangkap elektron, dan akhirnya menurunkan signal
TLD. Proses demikian disebut fading/peluruhan. Waktu paroh untuk beberapa
perangkap elektron dalam temperatur ruang berkisar dari beberapa menit
sampai dengan beberapa tahun, dan nilainya umumnya meningkat dengan
kenaikan energi gap.
Sensitivitas
Sensitivitas LiF:Mg,Ti tergantung pada matrial komposisinya dan thermal
history. Dapat berbeda dari batch satu dengan lainnya, bahkan dapat berbeda
antara dosimeter dengan batch sama dan tidak berkorelasi dengan berat.
Diperkirakan perbedaan disebabkan oleh kondisi permukaan yang
berpengaruh pada pancaran cahaya yang keluar dari detektor. Yang sangat
penting harus diperhatikan adalah pengaruh pada sensitivitas oleh laju
pemanasan dan pendinginan setelah annealing. Regulla menunjukkan bahwa
output LiF:Mg,Ti dapat meningkat paling sedikit tiga kali bila laju penurunan
ditingkatkan dari 2 ºC menjadi 200 ºC per menit.

Laju dosis
Sejauh ini untuk respons LiF:Mg,Ti tidak dipengaruhi oleh laju dosis sampai
108 Gy/s. Sepertinya sifat ini berlaku untuk semua dosimeter TLD.

C. Alat dan Bahan


1. TLD Harshaw
2. TLD Reader Harshaw 3500
3. Programmable Oven
4. Vacum Tweezer

D. Prosedur Kerja
I. Annealing
1. Nyalakan oven;
2. Pindahkan TLD ke tray aluminium untuk oven;
3. Letakkan tray berisi TLD pada rak dalam oven;
4. Buka program Thermosoft;
5. Klik … pada Toolbars, pilih ‘open editor’;
6. Pilih ‘Annealing….’;
7. Putar knob;
8. Tekan tombol hijau hingga on;
9. Klik ‘Start’ pada monitor.

II. Uji Respon TLD


1. Irradiasi TLD dengan sumber homogen;
2. Pre-heat TLD;
3. Lakukan readout TLD (lihat prosedur V. Pembacaan TLD);
4. Catat nilai muatan yang terukur;
5. Ulangi langkah 1 s.d 4 untuk semua TLD;
6. Kelompokkan TLD berdasarkan sensitivitasnya.

III. Kalibrasi Dosis terhadap Muatan


1. Lakukan set-up kalibrasi TLD;
2. Irradiasi TLD dengan sumber radiasi dengan beberapa variasi dosis;
3. Lakukan readout TLD (lihat prosedur V. Pembacaan TLD);
4. Catat nilai muatan yang terukur ;
5. Ulangi langkah 1 s.d 3 untuk semua TLD yang dikalibrasi dengan
variasi dosis;
6. Tentukan faktor kalibrasi untuk setiap TLD tersebut.
𝐷𝑜𝑠𝑒 (𝑚𝐺𝑦) = 𝐹𝑘 . 𝑅(𝑛𝐶) (1)

IV. Pengukuran Dosis Radiasi


1. Irradiasi TLD dengan sumber radiasi;
2. Lakukan readout TLD (lihat prosedur V. Pembacaan TLD);
3. Catat nilai muatan yang terukur;
4. Berdasarkan faktor kalibrasi yang diperoleh pada tahap III, tentukan
nilai dosis radiasi yang diterima TLD;
5. Hitung nilai standar deviasi bacaan dosis tersebut;
6. Ulangi langkah 1 s.d 5 untuk semua TLD yang dipapar.

V. Pembacaan TLD (Readout)


1. Siapkan TLD yang telah dipapar radiasi;
2. Nyalakan berturut-turut stabilizer dan gas;
3. Cek barometer. Catat nilai yang ditunjukkan barometer 1. Pastikan
barometer 2 menunjukkan nilai 20 psi. Buka gas dengan gas flow 1
L/menit;
4. Nyalakan reader. Tunggu hingga 45 menit;
5. Letakkan TLD pada tray akrilik;
6. Buka program WinRems, buka file atau buat file baru;
Catatan: untuk file baru, pastikan port pada COM 2, tentukan
Acquitition (ACQ), Time Temperature Position (TTP), dan daftarkan
TLD yang akan dibaca (CHIP). Standar ACQ dan TTP lihat prosedur II.
Uji Respon TLD;
7. Klik ‘Read’ pada toolbars. Beri nama pada group ID, kemudian klik
‘Start’;
8. Ukur PMT Noise sebagai berikut :
i. Tutup drawer (Drawer: close), buka sedikit (Drawer: between),
tekan ‘Read’ pada Reader;
ii. Ulangi tiga kali;
9. Ukur Reference light sebagai berikut :
i. Buka drawer maksimal (Drawer : open);
ii. Ulangi tiga kali;
10. Setelah tampak status: Loading Dosimeter a01(atau yang lainnya),
buka drawer, dan masukan TLD tepat di tengah planchet. Gunakan
vaccum untuk memindahkan TLD.
11. Tutup drawer hingga tampil Drawer: Close, kemudian tekan ‘Read’
pada reader.
12. Tunggu sampai temperatur yang ditunjukkan pada komputer turun
hingga di bawah 500°C.
13. ‘Read’ untuk yang kedua kalinya.
14. Ikuti langkah no.11, setelah tampak Status : Loading dosimeter a02
(atau yang lainnya), ganti dosimeter sesuai dengan ID pada status.
15. Lanjutkan langkah no. 9-12.
16. Setelah selesai membaca dosimeter, munculkan Dialog Box, klik
‘Stop’ , kemudian ‘Done’.
17. Untuk melihat data, klik ‘Search’, pilih group ID.

E. Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan perbedaan dosimeter absolut dan dosimeter relatif !
Jawaban :
- Dosimeter absolut : dosimeter yang dirancang dan digunakan untuk
mengukur dosis yang diserap atau sejumlah dosis lainnya langsung
dari volume sensitif dosimeter. Untuk memperoleh nilai dosis absolut
diperlukan beberapa faktor berkaitan dengan hasil bacaan pengukuran.
Pada setiap kualitas radiasi ditentukan satu dosis absolut untuk
referensi yang disebut kalibrasi (pada kondisi acuan). Ada 3 jenis
dosimeter yang mampu digunakan untuk pengukuran dosis absolut,
yaitu : dosimeter kalorimeter, bilik ionisasi dan dosimeter Fricke
Ferrous Sulfate.
- Dosimeter relatif : dosimeter yang digunakan untuk mengukur dosis
yang semua pengukurannya mengacu pada kondisi standar (acuan).
Dalam dosimetri relatif tidak diperlukan berbagai faktor karena
nilainya ditentukan sebagai perbandingan antara 2 hasil pengukuran
dengan salah satunya diukur dalam kondisi standar. Jenis detektor
yang digunakan lebih banyak berdasarkan efek interaksi radiasi dengan
materi. Misalnya bilik ionisasi gas (efek ionisasi dalam gas),
semikonduktor (efek ionisasi dalam zat padat), TLD dan OSL dosimeri
(efek luminisensi), film radiografi (efek transisi kimia), calorimeter
(efek panas), eritema (efek biologi)
2. Jelaskan prinsip kerja TLD !
Jawaban :
TLD merupakan dosimeter yang terdiri dari pita valensi, pita konduksi dan
pita energi gap yang terdapat electron trap. Apabila TLD diradiasi, maka
energi dari radiasi tersebut akan membuat elektron pada pita valensi
bergerak menuju pita konduksi. Hal ini menyebabkan elektron tersebut
meninggalkan lubang pada pita valensi. Pada saat elektron berada di pita
konduksi, elektron akan membuang kelebihan energinya dalam bentuk
panas (dalam jumlah sedikit) sampai batas terendah energi pada pita
konduksi. Pada saat elektron tersebut akan kembali ke pita valensi (dalam
keadaan dasarnya), electron tersebut terjebak pada electron trap. Semakin
besar dosis, semakin banyak elektron yang terjebak, dan informasi tersebut
akan tetap tersimpan sampai TLD dibaca. Dalam pembacaannya,
dilakukan pemanasan pada temperatur tertentu untuk melepas elektron
yang terjebak, dan kembali ke keadaan dasar dengan melepas percikan
cahaya atau luminisensi. Percikan cahaya dideteksi menggunakan
photomultiplier (PMT). Alat yang digunakan untuk membaca TLD disebut
TLD reader, dengan komponen utamanya pemanas dan PMT.

Gambar diagram level energi dalam proses thermoluminescence : (A)


ionisasi oleh radiasi dan trapping electron dan holes; (B) pemanasan untuk
melepas elektron, menyebabkan terjadinya luminescence.

3. Bagaimana prosedur kalibrasi TLD ?


Jawaban :
- Lakukan annealing TLD selama 1 jam pada suhu 400°C, kemudian
lanjutkan selama 2 jam pada suhu 100°C (untuk membersihkan sisa –
sisa energi yang tersimpan)
- Lakukan kalibrasi dengan sumber radiasi standar dengan dosis radiasi
yang sudah ditentukan sebelumnya (cGy)
- Dinginkan TLD selama 15 menit
- Baca TLD dengan TLD reader dan catat hasilnya (nC) (fk : cGy/nC)
- Lakukan annealing TLD (seperti langkah pertama) sebelum TLD
digunakan
- Baca TLD dengan TLD reader dan catat hasilnya, hasil bacaan dikali
dengan otomatis
Semua langkah dilakukan oleh TLD reader, sehingga user tinggal
melakukan perhitungan dosis radiasi yang diterima TLD.
4. Sebutkan keuntungan dan kerugian TLD sebagai dosimeter radiasi !
Jelaskan !
Jawaban :
- Keuntungan TLD : paling teliti dibandingkan dengan dosimeter saku
dan film badge (dapat membedakan dosis 0,05 mSv/bulan), akumulasi
lebih baik, kristal dapat digunakan kembali, memiliki rentang energi
yang lebar μGy – Gy, tidak dipengaruhi oleh laju dosis, tidak
mengalami saturasi kecuali pada dosis yang sangat tinggi, tidak
memiliki efek foging (dapat digunakan untuk periode yang lama dan
cocok untuk mengukur dosis lingkungan), fleksibel untuk pengukuran
ekstremitas
- Kerugian TLD : tidak dapat dibaca langsung (membutuhkan proses
untuk mengetahui dosis yang diterima), data pengukuran hanya dapat
dibaca satu kali, membutuhkan penyimpanan yang stabil, memiliki
efek fading, sensitive terhadap cahaya.

F. Referensi
Attix, F. H. (2004). Introduction to Radiological Physics and Radiation
Dosimetry. Madiison: John Wiley and Sons.

Podgorsak, E. B. (2005). Radiation Oncology Physics : A Handbook for


Techers and Students. Vienna : International Atomic Energy Agency

Anda mungkin juga menyukai