Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sinar-X

Sinar-X adalah salah satu gelombang elektromagnetik yang spektrumnya

terletak di antara sinar gamma dan ultraviolet. Sinar-X termasuk gelombang yang

mempunyai energi tinggi, tidak dibelokkan oleh medan listrik atau medan magnet

dan dapat menghitamkan film. Daya tembusnya yang tinggi dimanfaatkan dalam

dunia medis untuk foto organ dalam, utamanya foto rangka tubuh (Kirna,

2014:11).

2.1.1 Produksi Sinar-X

Produksi sinar-X terjadi akibat dari elektron proyektil yang timbul saat

proses pemanasan pada filamen (katoda) kemudian bergerak dengan kecepatan

tinggi karena diberikan beda potensial sehingga menumbuk target (anoda).

Elektron tersebut saling berinteraksi dan menghasilkan berkas sinar-X

bremsstrahlung dan berkas sinar-X karakteristik (Dance et al, 2014:89).

Gambar 2.1 Produksi Sinar-X


Sumber: (Rahman, 2009)

2.1.2 Sinar-X Bremsstrahlung


Bremsstrahlung berasal dari bahasa jerman yang b erarti pengereman.

Sinar-X bremsstrahlung dihasilkan dari perubahan energi kinetik elektron menjadi

radiasi elektromagnetik akibat perlambatan atau pengereman karena interaksi

dengan inti atom pada material target. Energi ikat pada inti akan memperlambat

pergerakan elektron. Sehingga akan mengurangi energi dan mengubah arah

pergerakan elektron. Energi kinetik yang hilang tadi akan menghasilkan sinar-X

bremsstrahlung (Bushberg, 2012:171).

Gambar 2.2 Sinar-X Bremsstrahlung


Sumber: (Sari, 2010)

2.1.3 Sinar-X Karakteristik

Elektron berinteraksi dengan elekron kulit K, kemudian elektron pada kulit

K keluar atau tereksitasi jika energi elektron yang datang lebih besar dari energi

ikat. Pada saat elektron dikulit K terjadi kekosongan maka elektron dari kulit yang

lain bertransisi mengisi kekosongan pada kulit K. Sinar-X karakteristik terpancar

ketika elektron atom mengisi kekosongan kulit K.

Sinar-X karakteristik hanya akan terbentuk ketika elektron yang

menumbuk target mempunyai energi melebihi energi ikat dari elektron atom
tersebut. Tegangan tabung harus lebih besar dari 69,5 kV untuk target berbahan

tungsten (Bushberg, 2012:175).

Gambar 2.3 Sinar-X Karakteristik


Sumber: (Sari, 2010)

2.1.4 Sifat-sifat Sinar-X

Sinar-X tidak tampak karena sinar-X memiliki panjang gelombang (λ)

sangat pendek, sehingga mata tidak mampu meresponnya. Panjang gelombang

minimum yang masih mampu mata merespon jika panjang gelombang atau λ

berkisar antara 10-4 meter sampai 10-7 meter, sedangkan sinar-X pada umumnya

memiliki panjang gelombang kurang dari 10-10 meter atau kurang dari 1 angstrom.

Disamping itu sinar-X adalah termasuk dalam gelombang elektromagnetik,

yang mempunyai ciri-ciri :

1. Sinar-X tidak dapat dipengaruhi atau dibelokkan oleh medan listrik.

(karena tidak bermuatan).

2. Sinar-X tidak dapat dipengaruhi atau dibelokkan oleh medan magnet.

(karena tidak memiliki massa).

Menurut Sari (2010:82) Sifat-sifat sinar-X sebagai berikut:

1. Mempunyai panjang gelombang 10-13 m s/d 10-10 m .


2. Mempunyai energi yang sangat besar yaitu antara 104 - 105 elektron volt

sehingga sinar-X mempunyai daya tembus yang besar pula.

3. Mengalami atenuasi (perlemahan) intensitas setelah mengenai bahan.

4. Tidak terlihat, tidak terasa dan tidak berbau.

5. Dapat memendarkan beberapa jenis bahan tertentu (biasanya phospor).

6. Tidak berpengaruh terhadap medan magnet maupun medan listrik.

7. Dapat menghitamkan emulsi film.

8. Mempunyai efek terhadap sel-sel hidup.

9. Apabila mengenai suatu bahan /materi akan terjadi 3 hal, yaitu:

a. Dipantulkan

b. Diserap

c. Diteruskan

2.1.5 Komponen Pesawat Sinar-X

Komponen Pesawat sinar-X adalah bagian-bagian yang terdapat pada

pesawat sinar-X seperti: Tube Housing (Rumah Tabung), Tabung Gelas Hampa

Udara, Katoda, Anoda, Heel Effect, Perangkat Tambahan (Filter), Kolimator.

1. Rumah Tabung (Tube Housing)

Tabung sinar-X dipasang di rumah tabung yang memberikan dukungan

structural yang di perlukan. Ruang antara rumah tabung yang kosong diisi

dengan oli pendingin untuk menghilangkan panas dari permukaan tabung

sinar-X akibat panas dari anoda. Rumah tabung juga berguna untuk perisai

radiasi untuk mencegah radiasi apapun kecuali radiasi primer (Dance et al,

2014:101).
Gambar 2.4 Rumah Tabung Sinar-X
Sumber: http://firzadinata.files.wordpress.com//equipment_xraytube.jpg

2. Tabung Gelas Hampa Udara

Tabung sinar-X dibuat dari bahan gelas atau pyrex yang tahan panas dan

bagian bawah dari tabung pyrex tersebut terdapat jendela atau window

kurang dari 5 cm2.. Pada pesawat mammografi, window terbuat dari bahan

berylium dengan tujuan mencegah terjadinya atenuasi pada energi yang

akan sedikit atom udara didalam tabung (Sari, 2010:29).

Gambar 2.5 Insert tube dari pyrex glass


Sumber: (Sari, 2010)

3. Katoda

Katoda sebagai kutub negatif. Susunan dari pada filamen dan focusing cup.

Tabung sinar-X yang menggunakan dua focal spot biasanya menggunakan

dua filament terpisah (Dance et al, 2014:93).


a. Filamen

Kumparan filamen secara khas terbuat dari kawat tungsten

berdiameter 0,1-0,2 mm dan memiliki titik didih 33700 C.

b. Focussing Cup

Focussing cup melekat pada filamen, yang terbuat dari bahan nikel

yang memiliki muatan negatif yang cukup rendah. Focusing cup

berfungsi mengarahkan awan electron sehingga arah pergerakan

electron lebih terarah menuju target (Sari, 2010:35).

4. Anoda

Definisi anoda adalah target berbahan logam seperti tungsten yang

memiliki titik lebur dan nomor atom yang tinggi (Bushberg, 2012:179).

Anoda dibagi atas 2, yaitu:

a. Anoda diam

Anoda diam pada umumnya terbuat dari bahan tungsten atau

campuran antara tungsten dan tembaga. Anoda diam sudah sejak lama

ditinggalkan karena jenis anoda putar lebih cepat rusak karena

tumbukan hanya terjadi pada satu titik, akibatnya anoda akan cepat

aus / bopeng.

b. Anoda putar

Pada anoda putar, bagian depannya terdapat target yang berfungsi

sebagai tempat terjadinya tumbukan elektron dari filamen.

Kemiringan target berkisar antara 7 derajat sampai 15 derajat.


5. Heel Effect

Heel effect adalah pengurangan intensitas berkas sinar-X kearah sisi

anoda. Munculnya heel effect disebabkan adanya kemiringan target

berkisar antara 7º sampai 20º yang menyebabkan perbedaan intensitas

antara kearah katoda dan anoda. Intensitas ini lebih besar ke arah katoda

(Bushberg, 2012:184).

6. Penyaring (Filter)

Penyaring berfungsi untuk mendapatkan keseragaman berkas sinar-X yang

bersifat heterogen akibat intensitas berkas energi yang berbeda. Berkas

energi sinar-X yang mempunyai panjang gelombang panjang, maka tidak

akan mampu menembus obyek dan sampai ke film, hanya akan

memperbesar jumlah dosis yang diterima pasien (Sari, 2010:45).

7. Kolimator (Collimator)

Keterbatasan ukuran lapangan sinar-X yang diperlukan dapat dipenuhi

dengan kolimator. Manfaat kolimator adalah dapat mengurangi dosis ke

pasien dan radiasi yang menyebar (Dance et al, 2014:109).

2.2 Faktor Eksposi

Faktor eksposi adalah faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas

sinar-X untuk mendapatkan hasil gambaran yang optimal. Pada kualitas sinar-X

yaitu menggambarkan bagaimana berkas sinar-X memiliki daya tembus yang

tinggi. Sedangkan kuantitas sinar-X menunjukan jumlah foton dalam sinar-X.

Untuk memproduksi sinar-X yang berkualitas dan berkuantitas sangat dipengaruhi


oleh beberapa faktor, yaitu arus tabung, tegangan tabung dan waktu (Bushberg,

2012:202).

2.2.1 Arus Tabung (mA)

Arus tabung adalah elektron proyektil yang bergerak dari katoda menuju

anoda per satuan waktu. Kuantitas sinar-X berbanding lurus dengan produksi arus

tabung dan waktu paparan (Bushberg, 2012:203).

Hubungan arus tabung (mA) dengan pemakaian fokus pada pesawat Sinar-

X dikenal adanya fokus besar (Fb) dan fokus kecil (Fk) dimana keduanya

berhubungan pada fokus efektif. Bidang fokus sebagai bidang luasan yang

menggambarkan aktual fokal spot pada bidang target. Disebut sebagai Fokus

besar (Fb) di sebabkan karena pembukaan pada luasan filamen yang terpanasi luas

sehingga menyebabkan pembentukan elektron jumlahnya besar karena elektron

yang besar maka jumlah kemungkinan terjadinya tumbukan antara elektron

dengan target semakin besar sehingga kemungkinan jumlah sinar-X yang

terbentuk akan semakin banyak. Aktual fokal spot yang besar ini akan

menghasilkan efektif fokal spot atau berkas guna efektif yang besar, yang berarti

akan menghasilkan ketidak tajaman karena geometric penumbra juga akan

semakin besar.

Apabila menggunakan fokal spot yang kecil menyebabkan pemanasan

pada bidang filamen sempit, sehingga aktual fokal spot pada target yang semakin

kecil, akibatnya kemungkinan pembentukan elektron pada filamen yang akan

menumbuk target jumlahnya kecil. Apabila jumlah elektron yang di hasilkan

sedikit ini berarti kemungkinan terjadinya tumbukan antara elektron dengan target
juga akan semakin kecil. Aktual fokal spot yang kecil akan menghasilkan efektif

fokal spot yang kecil, tetapi akan menghasilkan ketajaman yang tinggi karena

kecil nya ketidaktajaman geometric yang di hasilkan dari penumbra (Sari,

2010:91).

2.2.2 Tegangan Tabung (kV)

Tegangan tinggi merupakan daya dorong elektron di dalam tabung dari

katoda ke anoda. Supaya dapat menghasilkan sinar-X daya dorong ini harus kuat

sehingga mampu menembus obyek. Dengan demikian perubahan kV sangat

berpengaruh terhadap daya tembus sinar-X. Semakin tinggi tegangan tabung yang

diberikan di antara katoda dan anoda, maka elektron akan bergerak semakin cepat.

Semakin cepat elektron menumbuk anoda pada target, maka semakin cepat sinar-

X terbentuk dan semakin kuat daya tembus dari sinar-x yang dihasilkan tersebut.

Ini berarti tegangan tabung berhubungan dengan kualitas sinar-X untuk

menembus objek (Rahman, 2009:167).

2.2.3 Waktu (s)

Waktu paparan menentukan panjang waktu di tabung sinar-X. Waktu

paparan dinyatakan dalam detik atau milidetik, keduanya adalah pecahan desimal.

Waktu paparan menentukan panjangnya waktu di arus tabung yang diikuiti dari

aliran katoda ke anoda. Waktu paparan yang lebih lama, kuantitas elektron yang

lebih besar akan mengalir dari katoda ke anoda dan kuantitas produksi sinar-X

yang lebih besar. Ketika (mA) digandakan oleh (s) maka diketahui hasilnya

sebagai mAs. Kuantitas elektron yang mengalir dari katoda ke anoda secara

langsung sebanding dengan mAs (Fauber, 2000:27).


2.3 Proteksi Radiasi

Proteksi radiasi adalah suatu cabang ilmu atau teknik yang mempelajari

masalah kesehatan manusia maupun lingkungan. Berkaitan dengan pemberian

perlindungan kepada seseorang, sekelompok orang, maupun kepada keturunan

terhadap kemungkinan yang merugikan kesehatan akibat paparan radiasi.

(Akhadi, 2000:149). Untuk mencapai tujuan proteksi diperkenalkan tiga asas

proteksi radiasi, yaitu:

1. Asas Justifikasi

Asas justifikasi disebut juga asas pembenaran. Asas justifikasi

menghendaki agar setiap kegiatan yang dapat mengakibatkan paparan

radiasi hanya boleh dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian yang cukup

mendalam dan diketahui bahwa manfaat dari kegiatan tersebut cukup besar

dibandingkan dengan kerugian yang dapat ditimbulkan.

2. Asas Optimasi

Asas optimasi menghendaki agar paparan radiasi yang berasal suatu

kegiatan harus ditekan serendah mungkin dengan mempertimbangkan

faktor sosial dan ekonomi. Asas ini juga disebut ALARA (As Low As

Reasonably Achievable).

3. Asas Limitasi

Asas limitasi disebut juga asas pembatasan dosis perorangan. Asas ini

menghendaki agar dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam

menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi nilai batas dosis yang

telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang.


2.4 Kendali Mutu (Quality Control)

Kendali mutu (quality control) adalah proses dimana kinerja kualitas yang

sebenarnya diukur dan dibandingkan dengan standar yang ada, dan tindakan yang

diperlukan untuk menjaga atau mendapatkan kembali kesesuaian dengan standar.

Kendali mutu merupakan bagian dari jaminan mutu (quality assurance) yang

dimaksudkan untuk memverifikasi bahwa struktur, sistem dan komponen sesuai

dengan syarat-syarat yang telah yang telah ditentukan (Dance et al, 2014:479)

Kegiatan kendali mutu menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1250 Tahun 2009 dibagi kedalam tiga kegiatan besar yaitu:

1. Kegiatan kendali mutu untuk pesawat sinar-x yang terdiri dari:

a. Pengujian terhadap tabung kolimasi

1) Iluminasi lampu kolimator

2) Berkas cahaya kolimator

3) Kesamaan berkas cahaya kolimasi

b. Pengujian terhadap tabung pesawat sinar-x:

1) Kebocoran rumah tabung

2) Tegangan tabung

3) Waktu eksposi

c. Pengujian terhadap generator pesawat sinar-x:

1) Output radiasi

2) Reproduksibilitas

3) Half value layer

d. Pengujian terhadap automatic exsposure control:


1) Kendali paparan/ densitas standar

2) Penjejakan ketebalan pasien

3) Waktu tanggap minimun

2. Kegiatan kendali mutu untuk perlengkapan radiografi:

a. Pengujian terhadap film:

1) Optimasi film rontgen

2) Sensitifitas film rontgen

b. Pengujian terhadap kaset dan tabir penguat

1) Kebocoran kaset radiografi

2) Kebersihan tabir penguat

3) Kontak tabir penguat

c. Pengujian untuk alat pelindung diri berupa inspeksi kebocoran

d. Pengujian tingkat pencahayaan film iluminator

3. Kegiatan kendali mutu untuk ruang memproses film radiografi:

a. Pengujian terhadap rancangan ruangan:

1) Kebocoran kamar gelap

2) Safe light kamar gelap

b. Pengujian alat pemproses film radiografi otomatis

c. Pengujian alat pemproses film radiografi manual

1) Pengadukan larutan

2) Penggantian larutan

3) Penyimpanan bahan kimia

d. Pengujian alat pemproses film termal:


1) Penetapan nilai densitas rujukan

2) Verifikasi penerimaan resolusi spatial dan tingkat artefak.

2.4.1 Tujuan Kendali Mutu (Quality Control)

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1250/MENKES/SK/XII/2009 tentang tujuan dari kendali mutu adalah sebagai

pedoman bagi sarana pelayanan kesehatan dalam meningkatkan kendali mutu

peralatan diagnostik, serta memberikan kepuasan kepada pelanggan dari suatu

jasa atau produk yang ditawarkan dengan cara memeriksa hasil produksi,

melakukan pengawasan dan menjaga produk yang bermutu.

2.4.2 Uji Output Radiasi

Uji output radiasi merupakan pengukuran nilai arus tabung (mA) pada

pesawat konvensional dengan menggunakan alat ukur, yang dihasilkan secara

objektif pada variasi penggunaan nilai (mA) dan waktu (s) untuk mengetahui

radiasi sinar-X yang keluar dari tabung sinar-X sesuai dengan faktor eksposi yang

diatur pada kontrol panel (Kepmenkes No 1250, 2009).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (No

1250/MENKES/SK/XII/2009), cara kerja dalam melakukan uji output radiasi

adalah sebagai berikut:

1. Melakukan tes pra penggunaan pada pesawat sinar-X yang akan di ukur

keluaran output radiasi.

2. Sebelum melakukan pengukuran, semua filtrasi yang berupa filter

tambahan maupun yang ditempatkan pada arah berkas sinar-X harus

dilepas atau diatur dengan nilai minimum.


3. Mengatur luas lapangan penyinaran sesuai ukuran luas detektor dosimeter

digital dan atur jarak antara tabung sinar-X dengan titik tengah detektor

menurut buku panduan petunjuk penggunaan (rekomendasi) dari pabrik.

4. Melakukan serangkaian pengukuran pada semua nilai arus, tabung yang

tersedia, menggunakan rentang tegangan tabung kira – kira 70 kVp dan

waktu paparan ≥ 0,1 detik dan tidak lebih dari 0,2 detik.

5. Megulangi pengukuran pada ukuran fokal spot berbeda, jika tersedia.

6. Jika uji keluaran radiasi tidak dilakukan bersamaan dengan uji tegangan

tabung, maka lakukan eksposi tambahan dengan pengaturan kVp pada

rentang (interval) 10 kVp dan gunakan waktu paparan ≥ 0,1 detik dan

tidak lebih dari 0,2 detik dengan arus tabung kurang lebih 100 mA.

2.4.3 Batasan Toleransi Output Radiasi

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 1250, Tahun 2009 keluaran

radiasi harus linear dengan mA pada rentang arus tabung yang tersedia. Terdapat

dua kali hasil pengukuran keluaran radiasi (mGy/mAs), X1 dan X2 untuk

kelayakan dengan hubungan:

|X1 -X2| ≤ 0.1 (X1 + X2)

( X 1  X 2)
Koefesien Linearitas = ...................... ( 2.1 )
( X 1  X 2)

Nilai harus kurang atau sama dengan 0.1

Keterangan:

X1 : Nilai tertinggi yang didapatkan

X2 : Nilai terendah yang didapatkan


2.5 Alat Ukur Radiasi

Alat ukur radiasi adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur radiasi.

Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur output radiasi pesawat sinar-X

adalah raysafe x2. Raysafe x2 adalah sistem yang lengkap untuk pengukuran

multiparameter pada semua modalitas sinar-X seperti laju dosis, kVp, HVL dan

waktu pemaparan. Semua parameter tersebut dapat mudah ditampilkan pada

laptop dalam bentuk pengolahan data microsoft excel.

2.5.1 Raysafe X2 R/F Detector

Detektor survei raysafe x2 adalah desain yang unik berdasarkan detektor

solid state dengan manfaat yang jelas dalam ukuran, sensitivitas, dan daya tahan.

Detektor survei raysafe x2 dapat digunakan untuk pengukuran hamburan dan

kebocoran dalam aplikasi sinar-X dan kedokteran nuklir.

Gambar 2.6 Detector Survey X2


Sumber: https://www.google.com/searchq=unfors&tbm=isch&tbo=usource.jpg

2.5.2 Unfors X2 Base Unit

Unfors X2 Base Unit merupakan jantung dari sistem unfors x2. Ada baris

layar alfanumerik yang jelas dalam menyajikan semua parameter yang akan
diukur. X2 base unit berfungsi sebagai tempat untuk melihat hasil pengukuran

radiasi.

Gambar 2.7 Unfors X2 Base Unit


Sumber: https://www.google.com/search?q=unfors&tbm=u&source=univ.jpg

2.5.3 Cara Kerja Detektor Solid-State

Detektor solid-state juga bisa disebut sebagai detektor semikonduktor

yang pada dasarnya beroperasi seperti kamar ionisasi. Pembawa muatan dalam

semikonduktor tidak elektron dan ion, seperti di konter gas, tetapi elektron dan

“holes”. Semikonduktor terbuat dari silicon dan germanium (Tsoulfanidis,

1995:235). Energi radiasi yang memasuki bahan semikonduktor akan diserap oleh

bahan sehingga beberapa elektronnya dapat berpindah dari pita valensi ke pita

konduksi. Bila di antara kedua ujung bahan semikonduktor tersebut terdapat beda

potensial maka akan terjadi arus listrik. Jadi pada detektor ini energi radiasi

diubah menjadi energi listrik (BATAN, 2006)

2.5.4 Cara Kerja Raysafe X2

Raysafe xi sangat mudah digunakan, cukup posisikan raysafe x2 survey

detector dibawah sinar-X atau ditempatkan pada tempat yang diukur dan lakukan

ekspos, lalu raysafe xi base unit akan memproses data dan menampilkannya
dalam bentuk angka pada monitor dan menampilkan parameter tersebut ke layar

laptop dalam bentuk pengolahan data microsoft excel.

2.6 Kerangka Teori

Sinar-X Faktor Eksposi

Quality Control

Pengukuran Output Radiasi


Pesawat Sinar-x Merk Acoma
di Laboratorium Jurusan
Radiografi Universitas
Baiturrahmah

Alat Ukur
Raysafe Xi

Output
Radiasi

Gambar 2.8 Kerangka Teori


Referensi: (Sari,2010 Rahman,2009 KMK 1250 tahun 2009 Dance et al, 2014)
2.7 Kerangka Konsep

Adapun Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Variable Bebas (Independen) Variable Terikat (Dependen)

Kontrol Panel Output Radiasi

Gambar 2.9 Kerangka Konsep

1. Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab atau mempengaruhi

variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah kontrol panel di Jurusan

Radiografi.

2. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel terikat atau dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau

menjadi akibat dari awal variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini yaitu

output radiasi.

Anda mungkin juga menyukai