Disusun oleh :
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
yang telah memberikan beragam nikmat-Nya sehingga Alhamdulillah Penulis
diberikan kelancaran dalam membuat makalah yang berjudul “Jenis Pesawat Sinar
X dan Komponen Radiologi”.Proses penyusunan makalah ini Penulis buat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teknik Pesawat Radiologi Semester I.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
1. Jelaskan jenis-jenis dari pesawat sinar-X ?
2. Jelaskan tentang komponen radiologi ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan jenis-jenis pesawat sinar-X, definisi,fungsi,kelebihan dan
kekurangannya
2. Menjelaskan komponen radiologi, definisi,jenis, fungsi, kelebihan dan
kekurangannya
3
BAB II
PEMBAHASAN
a. Double emulsi
4
b. Single emulsi
1) Film yang mempunyai lepisan emulsi hanya pada satu permukaan.
2) Perak lebih sedikit karena hanya satu emulsi dan cairan pembangkit
awet.
3) Hanya utk pemotretan tertentu, tidak bisa digunakan bolak-balik,
Contoh : film mammografi, film gigi dll.
Definisi
Sifat-Sifat Gelatin
5
3. Dapat menahan kristal-kristal agbr dalam keadaan tersebar didalam
suspensi, sehingga agbr selalu dalam posisinya
4. Bila dipanaskan akan menjadi larutan atau cairan yang mudah
dioleskan pada base film
5. Apabila didinginkan maka gelatin menjadi bubur yang padat dan
melekat pada lapisan dasar, mudah dikeringkan dan memiliki resistensi
tahan tekanan mekanik.
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan obat
terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok. Atau Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak
stabil secara termodinamika, yang terdiri dari paling sedikit dua fase cairan yang
tidak bercampur, dimana salah satunya terdispersi dalam cairan lainnya dalam
bentuk tetesan–tetesan kecil, yang berukuran 0,1-100 mm, yang distabilkan
dengan emulgator/surfaktan yang cocok.
Komponen Emulsi
A.Komponen Dasar
Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair
lain.
Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar
(pendukung) dari emulsi tersebut.
3. Emulgator
6
Adalah bagian Berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
B. Komponen Tambahan
Tipe emulsi
Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari
campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.
7
Teori Terjadinya Emulsi
8
3. Teori Interparsial Film
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas
antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan
membungkus partikel fase dispers. Dengan terbungkusnya partikel
tersebut maka usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung
menjadi terhalang. Dengan kata lain fase dispers menjadi stabil. Untuk
memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang
dipakai adalah :
a. Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak.
b. Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase
dispers.
c. Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup
semua permukaan partikel dengan segera.
9
Emulgator (Bahan Pengemulsi)
A.Emulgator alam
Yaitu Emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit,
dapat digolongkan menjadi tiga golongan :
a. Gom arab
Sangat baik untuk emulgator tipe O/W dan untuk obat minum. Kestabilan
emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu :
– Minyak lemak + minyak atsiri + Zat padat larut dalam minyak lemak.
dan bromoform.
– Balsam-balsam.
b. Tragacanth
10
c. Agar-agar
d. Chondrus
Zat-zat protein seperti : gelatin, kuning telur, kasein, dan adeps lanae.
Bahan-bahan ini menghasilkan emulsi tipe m/a. kerugian gelatin sebagai suatu
zat pengemulsi adalah sediaan menjadi terlalu cair dan menjadi lebih cair pada
pendiaman.
Zat padat yang terbagi halus, seperti : tanah liat koloid termasuk
bentonit, magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida. Umumnya
membentuk emulsi tipe m/a bila bahan padat ditambahkan ke fase air jika
jumlah volume air lebih besar dari minyak. Jika serbuk bahan padat
ditambahkan dalam inyak dan volume fase minyak lebih banyak dari air, suatu
zat seperti bentonit sanggup membentuk suatu emulsi a/m. Selain itu juga
terdapat Veegum / Magnesium Aluminium Silikat
4. Emulgator buatan
1. Sabun
11
emulgator. Sehingga diperoleh perbandingan 4 bagian minyak, 2 bagian air
dan 1 bagian emulgator.
3.Metode botol
Disebut pula metode Forbes. Metode inii digunakan untuk emulsi dari
bahan-bahan menguap dan minyak-minyak dengan kekentalan yang rendah.
Metode ini merrupakan variasi dari metode gom kering atau metode gom
basah. Emulsi terutama dibuat dengan pengocokan kuat dan kemudian
diencerkan dengan fase luar.
. Sabun Kalsium
Emulsi a/m yang terdiri dari campuran minyak sayur dan air jeruk,yang
dibuat dengan sederhana yaitu mencampurkan minyak dan air dalam jumlah
yang sama dan dikocok kuat-kuat. Bahan pengemulsi, terutama kalsium oleat,
12
dibentuk secara in situ disiapkan dari minyak sayur alami yang mengandung
asam lemak bebas.
b. Sabun Lunak
Metode ini, basis di larutkan dalam fase air dan asam lemak dalam fase
minyak. Jika perlu, maka bahan dapat dilelehkan, komponen tersebut dapat
dipisahkan dalam dua gelas beker dan dipanaskan hingga meleleh, jika kedua
fase telah mencapai temperature yang sama, maka fase eksternal ditambahkan
kedalam fase internal dengan pengadukan.
c. Pengemulsi Sintetik
2.Botol
3.Mixer, blender
4.Homogenizer
5.Colloid mill
1. PRODUKSI KRISTAL
Proses produksi kristal dilakukan di dalam keadaan gelap total dalam medium
gelatin untuk mengurangi oksidasi. Reaksinya :
Bentu dari kristal flat, kasar, dan berbentuk segitiga. Ukuran kristalnya 1 μm
( mikrometer ). Dalam 1 ml3 terdapat lebih dari 500.000.000 kristal.
Permukaan kristal bermuatan negatif sedangkan bagian dalam kristal
bermuatan positif. Setiap kristal terdiri dari ikatan yang terdiri dari atom-atom
Bromida (Br-) dan beberapa atom-atom Iodine ( I- ) dengan atom-atom
13
( Ag+ ). Kristal belum bersih benar maka ditambahkan silver sulfida yang
mengakibatkan timbulnya sensentive specks / bintik kepekaan.
2. PEMASAKAN ( RIPENING )
Dimulai sejak kristal halida sudah cukup banyak. Ukuran kristal menentukan
fotosensentivenya yang menyebabkan semakin lama proses pemasakan.
Penentuan besarnya kristal dan tebalnya lapisan emulsi mempengaruhi film
faktor. Pada waktu tertentu dilakukan pendinginan, diparut, dan dibersihkan
untuk menghilangkan potasium nitrate.
3. PENCAMPURAN ( MIXING )
Pemarutan emulsi dilelehkan pada suhu yang tepat untuk menjaga kesensitifan
Kristal. Kemudian ditambahkan :
1. Panchromatic Film
2. Orthochromatic Film
4. PELAPISAN ( COATING )
Pada proses coating memerlukan ketepatan yang ekstrim dan peralatan yang
mahal. Pertama lapisan adhesive pada permukaan base lalu emulsi dan
terakhir supercoat
14
a. EFEK PARALAKS
Jika lapisan emulsi film makin tebal, maka kekaburan akibat paralaks makin
besar
Film yang masih basah maka kekaburan paralaks lebih besar karena pengaruh
pengembangan gelatin. Oleh karena alasan tersebut, maka film kering
memiliki detail gambar yang lebih baik.
b. EFEK HALATION
15
Lapisan Anti Halation
• Mampu menyerap sinar hambur yang datang dari base film dan yang akan
memantul
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.amazine.co
indahsuci13.blogspot.com
https://www.honestdocs.id/ct-scan
https://zonaradiology.blogspot.com
academia.edu
ilmuradiologi.blogspot.com
alodokter.com
slideshare.net
www.vidyaristu14.blogspot.com
https://ilmuradiologi.blogspot.com/2012/01/alat-pelindung-diri-apd.html
18