Anda di halaman 1dari 50

SENSITOMETRI

Trisna B., M.Si


Definisi
• Sensitometri merupakan pengukuran respon karakteristik atas eksposi dan
prosesing yang dilakukan terhadap film serta mengevaluasi densitas yang
dihasilkan (Carlton dan Adler, 2001)
• Sensitometri merupakan suatu metode pengukuran secara kuantitatif untuk
megetahui tingkat respon kesensitifan film radiografi dengan eksposi (pancaran
cahaya) baik cahaya tampak maupun sinar-X serta respon terhadap kondisi
prosessing kimia.
• Pada awal perkembangannya sensitometri diperkenalkan pertama kali pada abad ke
19 untuk mengevaluasi performance material fotografik
• Tingkat kehitaman gambar yang dihasilkan setelah dikenai
eksposi dan prosesing dikenal dengan densitas.
• Semakin banyak endapan perak metalik yang dihasilkan, maka
semakin tinggi nilai densitasnya.
• Nilai densitas optik berkisar antara log10 0 yaitu 1, sampai
dengan log10 10.000 yaitu 4. Densitas optik dapat diukur
dengan menggunakan alat densitometer.
• Menurut Bushong (2001), dengan membuat grafik hubungan
antara pemaparan dengan tingkat densitas film akan dihasilkan
suatu kurva yang disebut dengan kurva karakteristik.
Fungsi Sensitometri

• Menilai speed relatif dari film sinar-x, misalnya menggunakan


screen film atau tidak, sebagai koreksi terhadap eksposi.

• Menilai karakteristik film pada kondisi tertentu.

• Mengevaluasi teknik faktor eksposi dan intensifying screen


Kurva Karakteristik
• Kurva karakteristik adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara densitas optic
(OD) pada sumbu y dengan log relative exposure (LRE) pada sumbu x (Bushong, 2001)

• Dikenal juga dengan istilah kurva D Log E atau kurva H&D (Hurter and Driffield).

• Ada 3 tahap dalam pembuatan kurva karakteristik menurut Ball and Price (1989), yaitu
eksposi, prosesing film, pengukuran nilai densitas dan plotting kurva.

• Secara garis besar, terdapat tiga daerah atau bagian kurva karakteristik, yaitu daerah
samping kiri toe, daerah kanan toe dan shoulder serta daerah samping kanan shoulder.
Fungsi Kurva Karakteristik

• Mengetahui besar kecilnya fog level • Membandingkan Intensifying screen satu


• Menilai kontras film dengan yang lain

• Menilai kecepatan (speed) film • Menilai kondisi cairan prosesing

• Menilai densitas maximum (developer)

• Membanding satu film dengan yang lain • Mengetahui latitude film (toleransi film
terhadap kesalahan pemilihan faktor
eksposi seperti kV; mA; second, pada
saat eksposi dilakukan)
• Mengontrol kualitas prosesing otomatis
Daerah TOE
• Daerah ini merupakan daerah underexposure.
• Terbagi atas daerah base density dan fog (b+f) (dikenal dengan istilah Gross Fog atau
Basic Fog).
• Base density merupakan densitas bawaan film. Densitas base berasal dari penyerapan
cahaya yang ditransmisikan melalui polyester base film.
• Fog atau kabut,merupakan densitas yang dihasilkan oleh perak metalik sebelum
mendapat eksposi, yang bukan berasal dari intensitas eksposi, dapat disebabkan karena
panas, bahan kimia,cahaya dan sinar-X selama penyimpanan film.
• Nilai base density dan fog yang dinyatakan sebagai gross fog tidak boleh melebihi 0.22
(Carlton dan Adler, 2001).
• Daerah treshold: daerah dimana emulsi film mulai merespon terhadap eksposure.
• Daerah Gross Fog/ Basic Fog ditunjukkan pada nilai densitas yang terletak
pada garis horizontal dari kurva pada tingkat eksposure minimum.

Gross Fog = Base Density + Fog

Keterangan: Base Density adalah densitas yang dihasilkan oleh bahan


base film itu sendiri.

• Fog yaitu densitas yang dihasilkan oleh pembangkitan Kristal silver halide
yang tidak terkena eksposi.

• Jika ingin menghitung nilai Net Density maka:

Net Density = Gross Density – Gross Fog


• Rentang densitas
optik: 0,25 - 2
Straight Line

Ada 3 yang bisa dievaluasi di area straight


line yaitu:

1. Kecepatan (Speed Film)

2. Kontras Film

3. Latitude Film
Kecepatan (Speed Film)
• Kecepatan film (Speed) adalah kemampuan film dalam
menerima eksposi dalam menghasilkan suatu tingkat
densitas tertentu.
• Kecepatan film dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran
butiran kristal perak halida pada emulsi film. Kecepatan
film juga menunjukkan sensitivitas film.
• Digambarkan pada kurva dengan bentuk kurva semakin
mendekati sumbu y, semakin besar kecepatannya atau
semakin sensitif.
• The American National Standards Institute (ANSI) menyatakan
kecepatan film sebagai besaran nilai eksposi yang dibutuhkan
untuk memperoleh densitas sama dengan 1.
• Speed point merupakan titik pada kurva karakteristik suatu
film dimana dihasilkan densitas sebesar OD 1.0 + b+f.
• Sedangkan speed exposure point adalah nilai log eksposi yang
menghasilkan nilai speed point pada film (Carlton dan Adler,
2001).
• Nilai speed film dapat dipengaruhi oleh: waktu pencelupan,
suhu larutan, dan aktivitas kimiawi.
• Perbedaan kecepatan antara dua film diperoleh dengan

menghitung nilai antilogaritma selisih log eksposi kedua

film, seperti dalam persamaan:

antilog (log E1– log E2)

• dimana log E1= log eksposi film pertama, log E2= log eksposi film kedua.
Kontras Film
• Kontras film ditentukan oleh kemiringan daerah straight line. Semakin
besar kemiringan kurva atau semakin tegak, maka semakin tinggi nilai
kontrasnya.
• Daerah straight line yang berupa garis lurus, dapat diukur dengan Gamma,
dimana gamma adalah nilai tangent sudut kemiringan daerah straight line.
• Dalam kenyataannya, bentuk kurva menyerupai huruf “s”, maka
dipergunakanlah Gradient rata-rata (G) untuk mengetahui nilai kontras.
Gradient rata-rata (G) =

Dimana:
D1 = OD 0.25 + b+f
D2 = OD 2.0 + b+f
E1 = nilai eksposi yang menghasilkan D1
E2 = nilai eksposi yang menghasilkan D2
• Makin tegak
kurva, kontras
makin tinggi
• Makin landai
kurva, kontras
maki rendah
Latitude Film
• Film Latitude, yaitu kemampuan suatu film menerima
rentang eksposi dalam menghasilkan densitas guna.
Latitude film menunjukkan batas atas dan bawah dari
nilai eksposi yang menghasilkan densitas guna,
dinyatakan dalam:
Latitude film = E1 - E2
• Latitude eksposure menunjukkan kebebasan radiografer dalam
memilih faktor eskposi yang berbeda pada beberapa pemeriksaan
namun densitas yang dihasilkan tetap berada dalam rentang
densitas guna.
• Eksposure latitude = Film latitude – Subject Contrast
• Keterangan: Subject Contrast adalah rentang log relative exposure
yang ditransmisikan ke beberapa bagian objek yang diperiksa).
• Film A memiliki Latitude
yang lebih sempit daripada
film B
• Makin tegak kurva, latitude
makin sempit.
• Latitude yang sempit
memiliki kontras yang
tinggi.
Shoulder
• Daerah shoulder ditandai dengan kecilnya kenaikan densitas pada tingkat
eksposi yang sama dan dinamakan juga daerah overexposure.

• Terdiri atas daerah densitas maksimum dan reversal atau daerah


solarization.

• Daerah densitas maksimum merupakan daerah dengan tingkat densitas


tertinggi yang dapat dicapai oleh film setelah menerima eksposi dan
prosesing. Densitas pada daerah ini dihasilkan saat Kristal silver bromide
dalam emulsi film diekspose dan dibangkitkan.

• Pada daerah reversal, kenaikan eksposi yang lebih tinggi dari Dmax justru
menghasilkan penurunan nilai densitas
Metode Sensitometri
1. Time Scale
2. Intensity Scale
a. X-Ray Sensitometry
b. Light Sensitometry
Metode Time Scale
• Pada metode ini, satu film diekspose
dengan pengaturan kV dan mA yang
tetap, namun pengaturan second (s)
berubah (bervariasi), pada daerah yang
berbeda pada film tersebut
Ilustrasi Metode Time Scale
Contoh Radiograf Hasil
Time Scale
Metode X-Ray Sensitometry
• Melakukan eksposi pada film dengan sinar-x untuk mendapatkan

intensitas yang berbeda-beda, menggunakan alat stepwedge

atau penetrometer.

• Stepwedge memiliki ketebalan yang berbeda sehingga

menyebabkan atenuasi yang berbeda juga dan menghasilkan

rentang intensitas.

• Metode ini dapat digunakan untuk monitor kombinasi film-screen

• Metode ini tidak direkomendasikan untuk monitor processor


Prosedur X-Ray Sensitometry
• Stepwedge
• Film ukuran 24x30 cm
• Kaset ukuran 24x30 cm
• Pesawat sinar-x
• Lempengan Pb
• Prosesing
• Densitometer
• Alat Tulis
1. Loading film.
2. Memposisikan kaset yang sudah
terisi film diatas meja pemeriksaan.
3. Meletakkan stepwedge diatas
pertengahan kaset.
4. Central point pada pertengahan
stepwedge dan kolimasi seluas
stepwedge.
5. Menutup area yang tidak
terkolimasi dengan lempengan Pb.
6. FFD 90-100 cm.
7. Ekspose dan prosesing film.
Setiap step akan diukur nilai
densitasnya, kemudian
dikurangi nilai basic fog
(diukur pada daerah yang
tidak terkena eksposure).

HASIL STEPWEDGE
Metode Light Sensitometry
• Melakukan eksposi pada film dengan
cahaya tampak, untuk mendapatkan
intensitas yang berbeda-beda,
menggunakan alat sensitometer.
Prosedur Metode Light Sensitometry

FILM
DENSITOMETER

SENSITOMETER
• Prosedur dilakukan di dalam kamar
gelap, dengan bantuan pencahayaan
safelight.

• Perhatikan posisi tombol B/ G pada


sensitometer. Pemilihan tombol B untuk
jenis film “blue sensitive” sedangkan G
untuk “green sensitive”.
• Setiap step diukur densitasnya, kemudian dikurangi dengan nilai Basic Fog.
TERIMA KASIH …..

Anda mungkin juga menyukai