Anda di halaman 1dari 26

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI PELVIS

DENGAN KASUS OSTEOARTHRITIS PADA HIP JOINT

LAPORAN KASUS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Remedial UAS pada matakuliah TR I

Dosen pengampu : Annisa S.Tr Rad

Disusun Oleh :

Muhammad Iqbal
19002029

PRODI DIPLOMA III TEKNIK RADIOLOGI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AWAL BROS PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt karena atas segala rahmat yang
dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus “Teknik
Radiografi Pelvis dengan Kasus Osteoarthritis pada Hip Joint ini.
Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas Remedial UAS pada
matakuliah TR I, Prodi D-III Teknik Radiologi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Awal Bros Pekanbaru.
Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari segala bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis juga mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan
Laporan Kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan
laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang
membangun dari pembaca, guna memperbaiki laporan kasus selanjutnya. Penulis
juga berharap laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca.

Pekanbaru, Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ...............................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................

DAFTAR GAMBAR..................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...............................................................


B. Rumusan Masalah..........................................................................
C. Tujuan Penulisan...........................................................................
D. Manfaat Penulisan.........................................................................

BAB II DASAR TEORI

A. Proses terjadinya sinar-x...............................................................


B. Anatomi...........................................................................................
C. Patologi Osteoarthritis...................................................................
D. Teknik Radiografi Pelvis...............................................................
E. Proteksi Radiasi..............................................................................

BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Pasien...............................................................................
B. Riwayat Pasien...............................................................................
C. Prosedur Pemeriksaan...................................................................
D. Pembahasan Kasus.........................................................................

BAB IV PENUTUP

ii
A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Pelvis...........................................................................

Gambar 2. Pelvis kanan...............................................................................

Gambar 3. Aspek lateral pelvis kanan.........................................................

Gambar 4. Aspek lateral hip kanan.............................................................

Gambar 5. Aspek posterior hip kanan.........................................................

Gambar 6. Osteoarthritis pada sendi panggul (hip joint)............................

Gambar 7. Skema perbandingan sendi panggul...........................................

Gambar 8. Posisi pasien Pelvis AP..............................................................

Gambar 9. Radiograf Pelvis AP wanita.......................................................

Gambar 10. Radiograf Pelvis AP pria..........................................................

Gambar 11. Posisi pasien Pelvis Lateral.....................................................

iii
Gambar 12. Radiograf Pelvis Lateral..........................................................

Gambar 13. Foto hasil pemeriksaan radiograf Tn.X....................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sendi adalah pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari
kerangka. Sendi panggul atau hip merupakan sendi yang menghubugkan
pelvis dengan tulang paha (femur). Sendi panggul memiliki 2 bagian yaitu
caput femuris dan acetabulum.
Berbagai jenis penyakit dapat menyerang persendian tubuh manusia
dan salah satunya adalah osteoarthritis. Osteoarthritis adalah penyakit akibat
degeneratif tulang rawan sendi dengan disertai terbentuknya bibir di
pinggiran tulangnya, sehingga terjadi penyempitan ruang sendi dan
mengakibatkan timbulnya rasa sakit. Osteoarthritis bisa dipicu karena cedera
di masa lampau maupun abnormalitas bawaan pada susunan tulang.
Berdasarkan sumber data yang penulis peroleh dibeberapa referensi
bahwa sendi panggul mempunyai teknik radiografi sendiri dan berbagai
macam proyeksi pemotretan maka untuk mendapatkan radiograf yang lebih
informatif dilakukan dengan berbagai proyeksi seperti AP unilateral dan AP
perbandingan.
Berbeda dengan permintaan dokter di RSUD Muntilan yang
menggunakan teknik radiografi pelvis AP yang sama dengan teknik radiografi
hip proyeksi AP perbandingan dengan arah sinar vertikal tegak lurus untuk
memeriksa sendi panggul kanan dan kiri sesuai dengan klinis pasien dan
diagnosa dokter. Hal inilah yang menarik penulis untuk mengangkat kasus
pemeriksaan radiografi pelvis dengan proyeksi anterior posterior menjadi
laporan kasus dengan judul “Teknik Radiografi Pelvis dengan Kasus
Osteoarthritis pada Hip Joint di Instalasi Radiologi RSUD Muntilan”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka
dapat dirumuskan data sebagai berikut:

1
2

1. Bagaimana teknik pemeriksaan pelvis dengan kasus osteoarthritis pada


hip joint di Instalasi Radiologi RSUD Muntilan?
2. Apakah radiograf yang dihasilkan telah cukup memberikan informasi
yang diharapkan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi pelvis pada kasus
osteoarthritis hip joint atau sendi panggul.
2. Untuk mengetahui informasi anatomi dan patologi osteoarthritis pada
sendi panggul.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari pembuatan laporan kasus ini yakni diharapkan dapat
digunakan sebagai acuan untuk menambah wawasan bagi penulis khususnya
dan bagi para pembaca pada umumnya mengenai patologi osteoarthritis yang
menyerang sendi dalam hal ini sendi panggul serta tata laksana pemeriksaan
radiografi pelvis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses terjadinya sinar-x


1. Proses terjadinya sinar x adalah sebagai berikut :
a. Katoda (filament) dipanaskan (besar dari 20.0000C) sampai menyala
dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator.
b. Karena panas electron-elektron dari katoda (filamen) terlepas.
c. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-
elektron gerakannya dipercepat menuju anoda yang berpusat di
focusing cup.
d. Awan-awan elektron dipaksa untuk dihentikan pada target (sasaran)
sehingga terbentuk panas (99%) dan sinar x (1%)
e. Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar x, sehingga
sinar x yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.
f. Panas yang tinggi pada target (sasaran) akibat benturan electron
dihilangkan dengan radiator pendingin.

2. Ringkasan terjadinya sinar x


Melalui generator yang membuat aliran listrik dengan potensial
tinggi, logam pijar molybdenum memijar, pada saat tertentu logam pijar
tersebut menghasilkan awan elektron (logam pijar molybdenum disebut
sebagai filamen) pada suhu tertentu serta saat tertentu pula electron-
elektron tertarik ke anoda (anoda adalah unsur radioaktif barium platinum
sianida atau tungsten carbide). Dengan kata lain bila anoda dibombardir
oleh electron, akan timbul pancaran sinar radiasi roentgen atau sinar x,
keadaan ini terjadi di dalam tabung vakum Coolidge.

3. Tabung sinar x
Tabung sinar x terdiri dari tabung gelas hampa udara, elektroda
positif disebut anoda dan elektroda positif disebut katoda. Katoda dibalut
dengan filament, bila diberi arus beberapa mA bisa melepaskan elektron.
Dengan memberi tegangan tinggi antara anoda dan katoda maka elektron

3
4

katoda ditarik ke anoda. Arus elektron ini dikonsentrasikan dalam


satu berkas dengan bantuan sebuah silinder (focusing cup). Antikatoda
menempel pada anoda dibuat dari logam dengan titik permukaan lebih
tinggi, berbentuk cekungan seperti mangkuk. Waktu elektron dengan
kecepatan tinggi di dalam berkas tersebut menumbuk antikatoda, terjadilah
sinar x. Makin tinggi nomor atom katoda maka makin tinggi kecepatan
elektron, akan makin besar daya tembus sinar x yang terjadi. Antikatoda
umumnya dibuat dari tungsten, sebab elemen ini nomor atomnya tinggi
dan titik leburnya juga tinggi (34000C) hanya sebagian kecil energi
elektron yang berubah menjadi sinar x kurang dari 1% pada tegangan 100
kV dan sebagian besar berubah menjadi panas waktu menumbuk
antikatoda. Panas yang tinggi pada tabung didinginkan dengan
menggunakan pendingin minyak emersi / air.
Gambar di bawah ini menunjukkan komponen tabung sinar x dan
proses terjadinya sinar x melalui beberapa ilustrasi berikut ini:

Gambar 2.1. komponen tabung sinar-x (xrayindonesia.com)

B. Patologi Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah penyakit akibat degeneratif tulang rawan sendi
dengan disertai terbentuknya bibir dipinggiran tulangnya, sehingga terjadi
penyempitan ruang sendi, dan mengakibatkan timbulnya rasa sakit. Sering
terjadi pada sendi coxae dan sendi lutut karena sendi-sendi tersebut sendi
yang bertugas menopang badan. Osteoarthritis bisa dipicu karena cedera
5

masa lalu dan abnormalitas bawaan pada susunan tulang, juga dapat
dikarenakan kegemukan atau obesitas.
Penyakit ini bukan merupakan suatu gejala gangguan peradangan,
namun seringkali perubahan-perubahan didalamnya disertai sinovitis yang
menyebabkan nyeri dan rasa tidak nyaman. Osteoarthritis dibagi dalam dua
kategori yaitu primer, yang dihasilkan dengan umur, dan sekunder, terjadi
pada orang muda dimana diawali dengan kerusakan tulang rawan sendi akibat
trauma, infeksi, atau kelainan congenital.
Tedapat dua perubahan anatomis pada osteoarthritis yaitu kerusakan
fokal tulang rawan sendi yang progresif dan pembentukan tulang baru pada
dasar lesi tulang rawan sendi dan tipe sendi ( osteofit ). Pada osteoarthritis
perubahan anatomis yang paling utama adalah terbentuknya tilang rawan baru
karena proses degeneratif, sedangkan artritis ditandai peradangang pada
membran sinovial.
Proses degeneratif tampak pada terbentuknya fisura-fisura dengan
permukaan tulang rawan yang tidak rata, diikuti kemudian dengan
pembentukan celah dengan arah vertikaldi dalam tulang rawan, dimana akan
mencapai daerah subkondral (cartilage fibrillation). Terdapat penurunan
metakromasi pada pewarnaan tulang rawan diakibatkan dari berkurangnya
proteoglikan.
Membran sinovia menunjukkan sedikit tanda-tanda radang pada saat
penyakit itu secara klinis ada. Dengan rusaknya tulang rawan, maka akan
tampak jaringan tulang yang mendasarinya. Daerah tulang itu akan menjadi
tebal karena kompresi atau karena proses pembentukan tulang baru yang
reaktif. Yang khas pada osteoarthritis adalah terbentuknya ”Taji” tulang
( bony spur ) yang menonjol dari tulang yang reaktif pada tepi ruang sendi.
6

Gambar 6. Osteoarthritis pada sendi panggul (hip joint)

Walaupun sudah jelas bahwa degenerasi matriks tulang rawan


merupakan patogenesis utama dari osteoarthritis, akan tetapi penyebab dari
proses ini masih tetap belum jelas. Selain perubahan degeneratif yang
berhubungan dengan proses menua, kerusakan jaringan karena proses
imunologis dan penyakit yang berkaitan dengan faktor genetik juga berperan
dalam degradasi tulang rawan.
Kekakuan sub kondral bersamaan dengan perubahan pada tulang
rawan menyebabkan berkurangnya kapasitas meredam goncangan ( Shock
absorbsing capacity ) dan mempengaruhi terjadinya stess yang berlebihan
pada lapisan tulang rawan. Perubahan sklerotik didaerah sub kondral
dianggap sebagai akibat dari mikrofaktur, yang disebabkan oleh trauma
berulang pada tulang penyangga tubuh selama bertahun-tahun.
Klinis dari osteoarthritis adalah berupa nyeri sendi, terutama apabila
sendi bergerak atau menanggung beban. Nyeri akan berkurang jika sendi
beristirahat. Dapat juga terjadi kekakuan sendi apabila sendi tidak bergerak
pada waktu yang lama atau biasanya terjadi pada pagi hari dan terjadi hanya
beberapa menit. Keterbatasan sendi dalam bergerak terutama tidak dapat
berekstensi penuh. nyeri tekan loncat, pembesaran tulang di sekitar sendi,
sedikit efusi sendi dan krepitasi.
7

Gambar 7. Skema perbandingan sendi panggul normal dengan sendi yang mengalami
osteoarthritis

C. Anatomi
1. Pelvis
Pelvis merupakan cincin yang terdiri dari tulang inominata dan
sacrum yang dihubungkan oleh ligamen. Tulang inominata terdiri dari os
ilium, ischium,dan pubis. Masing-masing berperan dalam menjaga
stabilitas 3 dimensi pelvis. Ketiga bagian tersebut bergabung dan
membentuk suatu ruang berbentuk mangkok yang disebut acetabulum
yang pada permukaan lateral akan mengelilingi caput femoris.
Pelvis membantu dalam menyokong tubuh, melindungi vesica
urinaria, bagian bawah intestinum crassum dan organ reproduksi internal.
Ilium adalah bagian terbesar dan teratas dari tulang pelvis, melebar
keluar, membentuk tonjolan dari pelvis. Garis tepi dari tonjolan tersebut
dinamakan crista iliaca. Secara posterior, ilium bersendi dengan sacrum
sacro-iliac joint.
8

Gambar 1. Anatomi Pelvis

Gambar 2. Pelvis kanan. (a) permukaan medial. (b) permukaan lateral

Ischium terbentuk dari bagian terbawah pelvis. Terdiri dari korpus


yang ikut membentuk acetabulum, ramus superior dan ramus inferior .
Corpus osis ilium melanjutkan diri sebagai corpus ossis ischii yang
disebelah kaudal melekuk dan mempunyai bulatan yang kasar disebut
tuber iscciadicum (tulang duduk). Ke ventral melanjutkan diri sebagai
ramus inferior ossis ischii.

Gambar 3. Aspek lateral pelvis kanan

Pubis merupakan bagian anterior dari pelvis. Terdiri dari corpus,


ramus superior dan ramus inferior. Ramus superior dan inferior bertemu
di sebelah ventral sebagai simfisis pubis. Pada pangkal ramus superior di
sebelah atas foramen obturatorium terdapat sulcus obturatorius. Pada tepi
atas ramus superior di sebelah atas foramen obturatorium terdapat sulkus
obduratorius. Pada tepi atas ramus superior lateral dari simfisis pubis
9

terdapat tonjolan disebut tuberculum publicum. Foramen obturatorium


dibatasi oleh ramus superior dan inferior ossis ischii,ramus superior dan
inferior ossis pubis. Tepi bawah ramus inferior ossis pubis kanan dan kiri
membentuk sudut arcus pubis.

2. Hip Joint
Hip joint merupakan triaxial joint, karena me-miliki 3 bidang
gerak. Hip joint juga merupakan hubungan proksimal dari extremitas
inferior. Dibandingkan dengan shoulder joint yang konstruksinya untuk
mobilitas, hip joint sangat stabil yang konstruksinya untuk menumpuh
berat badan. Selama berjalan, gaya dari extremitas inferior ditransmisikan
keatas melalui hip ke pelvis dan trunk serta aktivitas extremitas inferior
lainnya.
Dalam suatu gerak fungsional, terjadi hubungan antara pelvic
girdle dan hip joint. Pelvis girdle akan mengalami tilting dan rotasi selama
gerakan femur. Hubungan tersebut hampir sama dengan hubungan scapula
dengan shoulder joint, perbedaannya adalah scapula kiri & kanan dapat
bergerak bebas sedangkan pelvis hanya dapat bergerak sebagai satu unit. 
Hip joint dibentuk oleh caput femur yang kon-veks bersendi
dengan acetabulum yang konkaf. Hip joint adalah ball and socket
(spheroidal) triaxial joint. Acetabulum terbentuk dari penyatuan os ilium,
ischium, dan pubis. Seluruh acetabulum dilapisi oleh cartilago hyaline, &
pusat acetabulum terisi oleh suatu massa jaringan lemak yang tertutup oleh
membran synovial.
Jaringan fibrokartilago yang melingkar datar di acetabulum disebut
dengan labrum acetabular, yang melekat disekeliling margo acetabulum.
Labrum acetabular menutup cartilago hyaline & sangat tebal pada
sekeliling acetabulum dari-pada pusatnya à hal ini menambah kedalaman
acetabulum. Acetabulum terletak di bagian lateral pelvis, menghadap ke
lateral, anterior & inferior.
10

Gambar 4. Aspek lateral hip kanan

Caput femur secara sempurna ditutup oleh cartilago hyaline. Pada


pusat caput femur terdapat lubang kecil yang dinamakan dengan fovea
capitis tidak ditutup oleh cartilago hyaline. Caput femur membentuk
sekitar 2/3 dari suatu bola. Caput femur berbentuk spherical dan
menghadap kearah anterior, medial dan superior. Hip joint diperkuat oleh
kapsul sendi yang kuat, ligamen iliofemoral, pubofemoral, dan
ischiofemoral. Hip joint juga diperkuat oleh ligamen transverse acetabular
yang kuat dan bersambung dengan labrum acetabular. Ligamen teres
femoris merupakan ligamen triangular yang kecil, melekat pada apex
fovea capitis dekat pusat caput femur ke tepi ligamen acetabular.
Ligamen teres femoris berfungsi sebagai pe-ngikat caput femur ke
bagian bawah acetabulum dan memberikan stabilisator yang kuat didalam
sendi (intraartikular). Stabilisator bagian luar dihasilkan oleh 3 liga-men
yang melekat pada collum/neck femur yaitu : ligamen iliofemoral,
pubofemoral & ischiofemoral. Ligamen iliofemoral disebut juga ligamen
“Y”, karena arah serabut mirip huruf Y terbalik. Ligamen iliofemoral
memperkuat kapsul sendi bagian anterior. Ligamen pubofemoral terdiri
dari ikatan serabut yang kecil pada kapsul sendi bagian medial anterior
dan bawah. Ligamen ischiofemoral merupakan ligamen triangular yang
kuat pada bagian belakang kapsul. 
11

Gambar 5. Aspek posterior hip kanan

3. Proximal Femur
Femur proksimal terdiri dari empat bagian penting; kaput, kollum,
trokanter mayor dan minor. Kaput femur berbentuk bulat dan halus untuk
membentuk persendian dengan tulang kokse di asetabulum. Kollum femur
menghubungkan kaput dengan korpus. Trokanter mayor merupakan
tonjolan tulang yang bulat dan terletak superior dan lateral dari korpus
femur. Sedangkan trokanter minor tonjolannya lebih kecil dan terletak
medial dan superior dari pertemuan kollum dan korpus femur (Bontrager,
2001).

D. Teknik Radiografi Pelvis


1. Proyeksi AP
a. Posisi pasien
Pasien supine di atas meja pemeriksaan, kedua tangan
diletakkan di depan dada agar tidak menutupi gambaran yang
diinginkan.
12

Gambar 8. Posisi pasien Pelvis AP dengan rotasi internal pada kaki

b. Posisi objek
1) Mengatur MSP (mid-sagital plane) tubuh pada pertengahan meja
pemeriksaan dan pasien dalam posisi true supine.
2) Rotasi internal pada kaki 15o-20o dan mengatur collum femoris
paralel dengan IR atau kaset. Namun, rotasi internal ini akan
menjadi kontra indikasi untuk kasus trauma atau faktor patologis.
3) Menempatkan alat bantu fiksasi berupa sandbag pada ankle joint
agar posisi tidak berubah.
4) Memeriksa jarak dari kedua SIAS ke meja pemeriksaan sama
jauhnya untuk memastikan pelvis tidak rotasi.
c. Pengaturan sinar dan eksposi
1) Arah sinar/central ray (CR) : Vertikal tegak lurus pertengahan IR
2) Titik bidik/central pint (CP) : Pertengahan antara SIAS dan
symphysis pubis (2 inchi atau 5 cm inferior SIAS dan 2 inchi
superior symphysis pubis).
3) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
4) Ukuran film dan kaset : 35 x 43 cm
5) Eksposi : Tahan napas

Gambar 9. Radiograf Pelvis AP wanita


13

Gambar 10. Radiograf Pelvis AP pria

d. Kriteria radiograf
1) Kolimasi yang tepat
2) Seluruh panggul sampai proximal femur terlihat
3) Lesser trochanter berada pada medial border femur
4) Collum femoris terlihat penuh tanpa superimposisi
5) Greater trochanter terlihat
6) Kedua tulang iliaca berjarak sama ke tepi radiograf
7) Kedua greater trochanter berjarak sama ke tepi radiograf
8) Columna vertebrae paling rendah berada tepat di pertengahan
radiograf
9) Kedua ala iliaca simetris
10) Sacrum dan coccygeus segaris dengan symphysis pubis
2. Proyeksi Lateral
a. Posisi pasien: Pasien diposisikan recumbent lateral.

Gambar 11. Posisi pasien Pelvis Lateral


14

b. Posisi objek
1) Pasien tidur miring di salah satu sisi yang akan di foto,
menempatkan MCP (mid-coronal plane) tubuh pasien di
pertengahan meja pemeriksaan.
2) Di bawah columna vertebralis diberi pengganjal sehingga
vertebrae paralel dengan permukaan meja pemeriksaan.
3) Mengatur pelvis true lateral dengan SIAS pada garis vertikal yang
sama.
4) Menempatkan knee yang satu denga knee yang lain. Alat fiksasi
berupa bantal atau bahan penyangga knee untuk stabilitas dan
kenyamanan pasien.
c. Pengaturan sinar dan eksposi
1) central ray (CR) : Vertikal tegak lurus pertengahan IR
2) central point (CP) : 5cm di atas trochanter mayor
3) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
4) Ukuran film dan kaset : 35 x 43 cm

Gambar 12. Radiograf Pelvis Lateral

d. Kriteria radiograf
1) Seluruh panggul sampai proximal femur terlihat
2) Sacrum dan coccygeus
3) Margin posterior dari tulang ischium dan ilium superimposisi
4) Femur superimposisi
5) Bayangan acetabulum superimposisi
15

E. Proteksi Radiasi
1. Proteksi bagi pasien
a. Pemeriksaan dengan sinar-x hanya dilakukan atas permintaan dokter
b. Mengatur luas lapangan pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan
c. Menggunakan faktor eksposi yang tepat untuk menghindari
pengulangan foto
d. Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan
e. Waktu penyinaran sesingkat mungkin
f. Pasien menggunakan apron
g. Pasien hamil pada triwulan pertama ditunda pemeriksaannya
2. Proteksi bagi petugas
a. Tidak menggunakan berkas sinar–x yang mengarah ke petugas
b. Berlindung dibalik tabir / tirai saat melakukan eksposi
c. Menggunakan alat monitoring radiasi secara continue selama bertugas
3. Proteksi bagi masyarakat umum
a. Pintu pemeriksaan tertutup rapat
b. Tidak mengarahkan sinar sumber sinar – X keruangan umum
c. Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke ruang pemeriksaan
d. Apabila diperlukan orang lain untuk membantu jalannya pemeriksaan,
orang tersebut harus menggunakan apron
BAB III
PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus


1. Paparan kasus
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. X
Jenis Kelamin : Laki – laki
Umur : x Tahun
Alamat :-
No. RM :-
Dr. Pengirim :-
Permintaan Pemeriksaan : Pelvis AP
Diagnosa : osteoarthritis pada hip joint
b. Riwayat Pasien
Pada tanggal 9 Desember 2015, pasien mendatangi rumah sakit
untuk memeriksakan kelainan yang dirasakan pada daerah pangkal
pahanya. Pasien datang memeriksakan ke dokter dengan keluhan sakit
tersebut, kemudian dokter mendiagnosa telah terjadi kekakuan pada
daerah hip dan menyarankan untuk melakukan foto rontgen pelvis di
Instalasi Radiologi. Pasien datang ke instalasi radiologi dengan
membawa surat permintaan pemeriksaan radiologi dari dokter.
Selanjutnya pasien melakukan foto rontgen Pelvis proyeksi AP.

2. Persiapan Alat dan Bahan


a. Pesawat Sinar-X siap pakai
b. Film dan kaset radiografi ukuran 30 x 40 cm
c. Timbal
d. Marker R
e. Plester
f. Gunting

16
17

3. Persiapan Pasien
Pada dasarnya pemeriksaan pelvis ini tidak membutuhkan
persiapan khusus, hanya saja pasien dianjurkan memakai baju pasien
sehingga memudahkan dalam pengaturan posisi dan juga pasien
melepaskan benda-benda asing yang berada di sekitar daerah panggul agar
tidak menimbulkan bayangan radiopaq pada radiograf. Dalam hal ini
diantaranya yakni ikat pinggang, resleting, kancing celana dan uang logam
pada saku maupun benda – benda logam lainnya.
Selain itu juga sebelum pemeriksaan petugas harus memberitahu
prosedur pemeriksaan kepada pasien agar tidak terjadi kesalahpahamaan
dari pasien tersebut.

4. Teknik Pemeriksaan
a. Pelvis Proyeksi AP
1) Posisi pasien
a) Pasien supine di atas meja pemeriksaan
b) kedua tangan diletakkan di depan dada.
2) Posisi objek
a) Mengatur MSP (mid-sagital plane) tubuh pasien pada
pertengahan meja pemeriksaan dan pasien dalam posisi true
supine.
b) Kedua kaki dirotasikan internal
c) Megatur kedua SIAS agar simetris dan berjarak sama ke meja
pemeriksaan sama jauhnya untuk memastikan pelvis tidak
rotasi.
d) Pengaturan sinar dan eksposi
3) central ray (CR) : Vertikal tegak lurus pertengahan
objek dan IR
4) central pint (CP) : Pertengahan antara SIAS dan
symphysis pubis
5) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
18

6) Ukuran kaset dan film : 30 x 40 cm


7) Eksposi : saat pasien tidak bergerak
8) kV : 73
9) mAs :8
10) Kriteria radiograf
a) Tampak tulang pelvis beserta kedua hip
b) Pelvis tidak mengalami rotasi
c) Kedua tulang iliaca berjarak sama ke tepi radiograf
d) Proximal femur, greater trochanter tampak dalam radiograf

Gambar 13. Foto Hasil Pemeriksaan Radiografi Tn. X

B. Pembahasan Kasus
Osteoarthritis merupakan salah satu jenis arthritis yang paling umum
terjadi. Osteoarthritis adalah penyakit akibat degeneratif tulang rawan sendi
dengan disertai terbentuknya bibir di pinggiran tulangnya, sehingga terjadi
penyempitan ruang sendi dan mengakibatkan timbulnya rasa sakit.
Osteoarthritis dapat menyerang semua tulang rawan di sekujur tubuh,
termasuk tulang belakang, tetapi terutama menyerang tungkai dari panggul,
lutut hingga pergelangan kaki. Untuk melihat ada atau tidaknya osteoarthritis
diperlukan pemeriksaan penunjang yakni pemeriksaan secara radiografi.
Pada pemeriksaan radiografi dengan diagnosa osteoarthritis pada
persendian, berbagai referensi menganjurkan untuk dibuat proyeksi
perbandingan. Maksud dari dibuatnya proyeksi perbandingan adalah untuk
membandingkan antara sendi yang sakit dengan sendi yang normal. Selain itu
19

juga untuk melihat apakah sendi yang satunya juga terserang osteoarthritis,
karena apabila salah satu sendi sudah terkena osteoarthritis maka
kemungkinan sendi yang satunya untuk terkena osteoarthritis besar.
Dalam berbagai referensi, untuk patologi pada sendi panggul (hip
joint) terdapat proyeksi tersendiri yakni AP unilateral dan AP perbandingan.
Dalam hal ini, osteoarthritis menggunakan AP perbandingan untuk melihat
kedua belah sendi.
Dengan proyeksi ini akan terlihat celah sendi panggul tampak antero-
posterior (AP) yang membuka, tampak juga tulang-tulang pembentuk hip
joint. Pada kasus osteoarthritis akan tampak penyempitan celah sendi
dikarenakan terbentuknya bony spur atau taji tulang yakni tulang tambahan
yang berkembang.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemeriksaan radiografi pada sendi panggul dengan kasus osteoarthritis
menggunakan proyeksi pelvis AP sehingga kedua sendi panggul dapat
dilihat dan dibandingkan.
2. Proyeksi AP pelvis dengan kasus osteoarthritis adalah proyeksi yang
mampu menampakan celah sendi dan tulang penyusun sendi panggul.
Proyeksi AP pelvis informatif untuk menegakkan diagnosa pada kasus
osteoarthritis.

B. Saran
Pemeriksaan sendi panggul pada kasus osteoarthritis sebaiknya
menggunakan proyeksi AP pelvis dengan kaki dirotasikan internal. Namun,
jika kaki pasien tidak mampu dirotasikan, hal tersebut tidak perlu dilakukan
untuk kenyamanan pasien.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bontranger, K.L. 2001. Text Book of Radiographic Positioning and


Related
Anatomy, Fifth Edition. St. Louis Missori : The CV Mosby Company.

Frank, Eugene D, Long, Bruce W, Smith, Barbara J, 2012. Merril’s Atlas of


Radiographic Positioning and Procedures, Volume One, Twelfth Edition,
St. Louis : Mosby Elsevier

Price, Sylvia. A, Dan Wilson, Lorrains, M. 1995. Patofisiologi konsep klinis


proses-proses penyakit. Jakarta : Penerbit EGC.

http://evan-biomekanik-ankle.blogspot.co.id/2009/11/struktur-anatomi-hip.html

Anda mungkin juga menyukai