Anda di halaman 1dari 15

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BERDOMAIN

SPASIAL UNTUK PENINGKATAN CITRA SINAR-X

Dosen Pengampu : Aulia Annisa, M.Tr.Kes.ID

Disusun Oleh :
Haliza Marmis Rianti (19002019)
Radiologi A

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK RADIOLOGI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AWAL BROS PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT yang
telahmemberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan adanya kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Makalah
ini takkan terwujud tanpa adanya usaha, kerja keras dan doa sehingga
Alhamdulillah makalah ini terselesaikan.
Atas segala perhatian nya penulis mengucapkan terima kasih dan penulis
memohon maaf atas banyaknya kekurangan yang dimiliki dalam makalah ini
sehingga dengan adanya makalah ini dapat menjadi ilmu bagi yang membacanya.

Pekanbaru, 09 Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Gigi ....................................................................................... 3
B. Patologi ................................................................................................ 6
C. Radiografi Panoramik .......................................................................... 8
D. Prinsip Kerja ........................................................................................ 9
E. Peralatan Panoramik ............................................................................ 10
F. Teknik Pemeriksaan Panoramik .......................................................... 12
BAB III LAPORAN KASUS
A. Kasus Pasien ........................................................................................ 17
B. Diskusi ................................................................................................. 18
C. Simpulan .............................................................................................. 19
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 20
B. Saran .................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Gigi ........................................................................... 4


Gambar 2.2 Gigi Seri .................................................................................. 4
Gambar 2.3 Gigi Taring .............................................................................. 5
Gambar 2.4 Gigi Pra-Molar ........................................................................ 5
Gambar 2.5 Gigi Molar ............................................................................... 6
Gambar 2.6 Hasil Radiograf Karies ............................................................ 7
Gambar 2.7 Hasil Radiograf Gingivitis ...................................................... 7
Gambar 2.8 Hasil Radiograf Periodontitis .................................................. 8
Gambar 2.9 Anatomi Radiograf Panoramik................................................ 8
Gambar 2.10 Prinsip Kerja Panoramik ....................................................... 10
Gambar 2.11 Mesin Radiografi Panoramik ................................................ 10
Gambar 2.12 Contoh Pergerakan Peralatan Panoramik .............................. 11
Gambar 2.13 Panel Kontrol Panoramik ...................................................... 12
Gambar 2.14 Posisi Pasien .......................................................................... 13
Gambar 2.15 Hasil Radiograf Panoramik ................................................... 14
Gambar 3.1 Profil Pasien ............................................................................ 17
Gambar 3.2 Hasil Radiograf Panoramik Pasien .......................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan
perkembangan teknologi yang berkembang pesat di segala bidang.
Perkembangan teknologi kamera dapat menghasilkan kualitas citra yang lebih
bagus. Kualitas citra yang dihasilkan akan menentukan seberapa akurat citra
itu jika dianalisa. Semua bidang memerlukan citra yang dapat digunakan
sebagai penelitian sehingga memungkinkan peneliti memperoleh informasi
yang diperlukan.
Namun citra yang dihasilkan terkadang tidak sesuai dengan hasil yang
diharapkan. Hal ini dapat terjadi karena beberapa kemungkinan, misalnya
sensitif terhadap kontras, mengalami kekaburan, memiliki noise atau
kejernihan tampak, memiliki bercak, dan bagian-bagian detilnya tidak
tergambar jelas karena sering terdapat gangguan pada proses
pengambilannya. Sebelum citra dianalisa, citra terlebih dahulu diproses
(image processing) agar dapat mnenghasilkan kualitas yang lebih bagus.
Citra medis merupakan salah satu citra yang paling sering digunakan
sebagai obyek penelitian. Citra medis adalah suatu pola atau gambar dua
dimensi bagian dalam tubuh manusia yang digunakan oleh ahli kesehatan
untuk mendeteksi dan menganalisa penyakit pasien. Beberapa metode dapat
digunakan untuk memperoleh citra medis diataranya: Magnetic resonance
Imaging (MRI), X-Ray, Ultrasonography (USG), Endoscopy, Computed
Tomography (CT-Scan) dan Nuclear Medicine.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu anatomi dan patologi gigi ?
2. Apa itu radiografi panoramik ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui anatomi dan patologi gigi
2. Untuk Mengetahui radiografi panoramik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Citra Digital
Citra digital (image), istilah lain untuk gambar, sebagai salah satu
komponen multimedia memegang peranan yang sangat penting sebagai bentuk
informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh data
teks yaitu citra kaya dengan informasi. Ada sebuah peribahasa yang berbunyi
“Sebuah gambar bermakna lebih dari seribu kata”, maksudnya sebuah gambar
dapat memberikan informasi yang lebih banyak daripada informasi tersebut
disajikan dalam bentuk kata-kata (tekstual). Dikarenakan terdapatnya niose
pada saat proses pencetakan maupun pengambilan gambar dan mengakibatkan
informasi yang diterima pakar kesehatan tidak sesuai dengan hasil sebenarnya,
Maka informasi yang diberikan oleh pakar kesehatan pun tidak sesuai dengan
fakta yang dialami oleh penderita yang melakukan diagnosa melalui rontgen.
Rontgen adalah bagian dari penerapan ilmu radiologi, ilmu radiologi
adalah ilmu yang mencakup dua bidang penting yaitu radiodiagnostik dan
radioterapi.Makna radioterapi adalah pengobatan penyakit dengan
menggunakan radiasi.Sedangkan radiodiagnostik adalah diagnosis
menggunkan sinar pengion.Pemeriksaan radiodiagnostik secara umum
menggunakan sinar-X
Sebuah citra adalah kumpulan piksel-piksel yang disusun dalam larik dua
dimensi. Indeks baris dan kolom (x,y) dari sebuah piksel dinyatakan dalam
bilangan bulat. Piksel (0,0) terletak pada sudut kiri atas pada citra, indeks x
bergerak ke kanan dan indeks y bergerak ke bawah. Konversi ini dipakai
merujuk pada cara penulisan larik yang digunakan dalam pemrograman
komputer.
Gambar 2.1 Citra rontgen

B. Pengolahan Citra Digital


Menurut Efford 2000, Pengolahan citra digital adalah istilah umum untuk
berbagai teknik yang keberadaannya untuk memanipulasi dan memodifikasi
citra dengan berbagai cara. Foto adalah contoh gambar berdimensi dua yang
dapat diolah dengan mudah.Setiap foto dalam.Setiap foto dalam bentuk citra
digital (mislanya berasal dari kamera digital) dapat diolah melalui perangkat
lunak tertentu.Sebagai contoh, apabila hasil bidikan kamera terlihat sedikti
gelap, citra dapat diolah menjadi lebih terang.Dimungkinkan pula
memisahkan foto orang dari latar belakangnya.Gamabran tersebut
menunjukkan hal sederhana yang dapat dilakukan melalui pengolahan citra
digital (Abdul Kadir dan Adhi Ausanto, 2013). Pengolahan citra digital dapat
didefinisikan sebagai ilmu memodifikas icitra digital melalui komputer digital.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam gambar biasanya dilakukan secara
otomatis dan bergantung pada algoritma yang dirancang dengan hati-hati. Hal
ini berbedajelas dengan yang lainseperti menyentuhfoto menggunakan alat
airbrush diperangkat lunak pengedit foto, dimana gambar diproses secara
manual dan keberhasilan tugas tergantung pada kemampuan manusia.
Pengolahan citra merupakan proses pengolahan dan analisis citra yang
banyak melibatkan persepsi visual. Proses ini mempunyai ciri data masukan
dan informasi keluaran yang berbentuk citra. Istilah pengolahan citra digital
secara umum didefinisikan sebagai pemrosesan citra dua dimensi dengan
komputer. Dalam definisi yang lebih luas, pengolahan citra digital juga
mencakup semua data dua dimensi.
Meskipun sebuah citra kaya informasi, namun sering kali citra yang kita
miliki mengalami penurunan intensitas mutu, misalnya mengandung cacat
atau noise, warnanya terlalu kontras atau kabur, tentu citra seperti ini akan
sulit direpresentasikan, sehingga informasi yang didapat menjadi berkurang.
Agar citra yang mengalami gangguan mudah direpresentasikan, maka citra
tersebut perlu dimanipulasi, menjadi citra lain yang kualitasnya lebih baik.
Pengolahan citra adalah pemrosesan citra khususnya dengan
menggunakan komputer menjadi citra yang lebih baik. Umumnya operasi-
operasi pengolahan citra diterapkan pada citra apabila :
1. Kurangnya kualitas penampakan pada citra.
2. Elemen didalam perlu untuk dikelompokkan atau dicocokkan dan diukur.
3. Sebagian citra perlu digabung dengan bagian citra lain.
Adapun metodologi pengolahan citra, terdiri dari :
1. Pembentukan Citra (Data Acqusition): Menentukan data yang diperlukan
dan memilih metode perekaman citra digital.
2. Pengolahan Citra Tingkat Awal (Image Preprocessing): Meningkatkan
kontras, menghilangkan gangguan geometrik / radiometrik, menentukan
bagian citra yang akan diobservasi.
3. Segmentasi Citra (Image Segmentation) dan Deteksi Tepi (Edge
Detection): Melakukan partisi citra menjadi wilayah-wilayah objek atau
menentukan garis batas wilayah objek.
4. Seleksi dan Ekstraksi Ciri (Feature Extraction and Selection): Seleksi cirri
memilih informasi kwantitatif dari cirri yang ada, yang dapat membedakan
kelas-kelas objek secara baik. Ekstraksi cirri mengukur besaran kwantitatif
cirri setiap piksel.
5. Representasi dan Deskripsi: Suatu wilayah dapat direpresentasi sebagai
suatu list titik-titik koordinat dalam loop yang tertutup, dengan deskripsi
luasan atau perimeternya.
6. Pengenalan Pola (Pattern Recognition): Memberikan label kategori objek
pada setiap piksel citra berdasarkan informasi yang diberikan oleh
deskriptor atau ciri piksel yang bersangkutan.
7. Interpretasi Citra (Image Interpretation): Memberikan arti pada objek yang
sudah berhasil dikenali.
8. Penyusunan Basis Pengetahuan: Basis pengetahuan ini digunakan sebagai
referensi pada proses template matching atau object recognition.

C. Peningkatan Kualitas Citra


Seperti yang telah dikemukakan Gonzalez dalam bukunya Digital Image
Processing (2002, 147), bahwa tujuan dari teknik peningkatan mutu citra
adalah untuk melakukan pemrosesan terhadap citra agar hasilnya mempunyai
kualitas relative lebih baik dari citra awal guna aplikasi tertentu. Kata baik
disini tergantung dari jenis aplikasi dan problem yang diahadapi. Teknik
peningkatan mutu citra dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Peningkatan mutu citra pada domain spasial
a. Point Processing
b. Mask Processing
2. Peningakatan mutu citra pada domain frekuensi

D. Perancangan Sistem
Diagram alir perancangan sistem yang akan diwujudkan seperti terlihat
pada Gambar 2.2. Sample citra berasal dari foto negatif penyinaran sinar-X
dari pasien, diubah ke dalam citra digital melalui digitizer. Peralatan digitizer
yang digunakan adalah scanner Cannon MP145 dengan resolusi 50 dpi dengan
hasil citra digital awal adalah 425x583 piksel, seperti terlihat pada Gambar
2.3. Penurunan kualitas citra terjadi dan menjadikan citra digital yang didapat
tidak sebaik dengan citra analog aslinya. Sehingga proses perbaikan yaitu
peningkatan kualitas perlu dilakukan guna analisa lebih lanjut. Peningkatan
kualitas citra menggunakan metode domain spasial, dengan operasi point dan
operasi mask (filter).
Gambar 2.2 Model perancangan sistem

Gambar 2.3 Citra digital awal hasil digitalisasi


E. Implementasi Sistem
Pengubahan citra digital ke dalam bentuk piksel dilakukan sesuai dengan
proses-proses peningkatan kualitas citra yang diinginkan. Proses peningkatan
kualitas citra digital yaitu :
1. Histogram Equalization
Histogram merupakan diagram yang menunjukkan jumlah
kemunculan gray level (0-255) pada suatu citra, sehingga tujuan histogram
equalization adalah agar pemetaan gray level pada citra berubah, lebih
merata. Operasi hasil histogram equalization adalah :

Dengan :
W = Nilai keabuan hasil histogram equalization
Cw = Histogram kumulatif dari w
th = Threshold derajat keabuan (256)
nx dan ny = Ukuran gambar
2. Contrast Stretching
Contrast stretching merupakan fungsi yang merubah kontras citra
didasarkan pada operasi pengambangan (thresholding). Operasi ini setiap
piksel nilai intensitasnya dipetakan ke salah satu dari 2 nilai missal a1 dan
a2, berdasarkan nilai ambang T (threshold).

Prosesnya dengan mengubah kuantitasi citra. Misalkan untuk citra


dengan derajad keabuan 256, maka nilai tengahnya adalah 128 sehingga
untuk mengubahnya menjadi citra biner menggunakan threshold 128.
3. Brightness
Brightness merupakan filter yang berfungsi untuk meningkatkan
kecerahan pada citra. Operasi dilakukan dengan penambahan piksel
dengan nilai tertentu. Algoritma yang digunakan adalah :

Penambahan nilai tertentu pada piksel, gambar akan terlihat lebih


cerah. Namun pengurangan sebesar nilai tertentu akan menyebabkan
gambar terlihat lebih gelap.
4. Image Negative
Teknik pengolahan citra yang mengubah nilai gray-level citra input
dengan :

Yang hasilnya akan seperti klise foto.


5. Edge Detection
Proses deteksi sisi bertujuan untuk meningkatkan penampakan garis
pada citra. Sehingga prosesnya mempunyai sifat differensiasi atau
memperkuat komponen frekuensi tinggi. Algoritma yang digunakan :

6. Median
Filter median merupakan salah satu jenis filter citra non linier, yaitu
pengoperasiannya berdasarkan suatu nilai statistik pada sekelompok
piksel. Algoritma yang digunakan adalah :

7. Sharpen
Sharpen digunakan agar citra terlihat lebih tajam yaitu dengan
mempertahankan frekuensi tinggi dan membuang frekuensi rendah. Hal ini
disebut juga dengan prinsip High Pass Filter (HPF). Algoritma yang
digunakan adalah :
8. Smoothing
Smoothing bertujuan agar citra terlihat lebih lembut, tidak kasar, dan
merata yaitu dengan mempertahankan frekuensi rendah dan membuang
frekuensi tinggi. Hal ini merupakan prinsip dari Low Pass Filter (LPF).
Algoritma yang digunakan adalah :

F. Hasil dan Analisa


Analisa dilakukan dengan melakukan pengujian beberapa metode
peningkatan citra pada citra digital awal, dan dikombinasikan hingga
mendapatkan citra hasil dengan kualitas baik. Citra mengalami perubahan
setelah dilakukan pengolahan pada beberapa teknik peningkatan citra.
Program yang dirancang telah menghasilkan peningkatan kualitas citra
melalui beberapa jenis-jenis operasi citra pada metode spasial. Hasil yang
didapat tentunya akan dibandingkan dengan citra sinar-X analog, citra digital
awal, dan citra digital akhir setelah pengolahan. Fungsi-fungsi program yang
digunakan mempunyai kemampuan peningkatan kualitas citra yang berbeda-
beda. Penggabungan fungsi-fungsi tersebut dilakukan untuk mendapatkan
hasil citra digital akhir yang memiliki kualitas baik.

Peningkatan kualitas citra paru dilakukan dengan meningkatkan


kecerahan citra, dan didapatkan citra yang baik pada saat menggunakan fungsi
histogram equalization. Citra berubah menjadi lebih jelas, dan tidak berkabut.
Dalam diagram histogram terlihat grey-level menyebar di seluruh tingkat
grayscale. Fungsi sharpen sering digunakan karena dengan fungsi sharpen
citra hasil menjadi lebih mudah untuk diinterpretasikan. Fungsi image
negative diterapkan jika memang diperlukan dalam proses diagnosa lebih
lanjut.

Anda mungkin juga menyukai