Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PATOFISIOLOGI

OS PELVIS

Dosen Pengampu : dr. Riane Parlin, MKM

Disusun Oleh :
Haliza Marmis Rianti (19002019)
Rizal Fikri (19002049)

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK RADIOLOGI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AWAL BROS PEKANBARU
TAHUN AKADEMIK 2020
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT yang
telahmemberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan adanya kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Makalah
ini takkan terwujud tanpa adanya bantuan berbagai pihak baik bantuan secara
langsung maupun tidak langsung.
Atas segala bantuan yang diberikan penulis mengucapkan terima kasih dan
penulis memohon maaf atas banyaknya kekurangan yang dimiliki dalam makalah
ini sehingga dengan adanya makalah ini dapat menjadi ilmu bagi yang
membacanya.

Pekanbaru, 03 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Patofisiologi ......................................................................................... 2
B. Pengertian Fraktur ................................................................................ 2
C. Klasifikasi Fraktur ............................................................................... 2
D. Faktor Penyebab Fraktur ...................................................................... 3
E. Penanganan Fraktur ............................................................................. 3
F. Kelainan Pada Tulang .......................................................................... 5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Pasien .................................................................................... 6
B. Riwayat Pasien ..................................................................................... 6
C. Persiapan Alat dan Bahan .................................................................... 7
D. Persiapan Pasien ................................................................................... 7
E. Teknik Pemeriksaan Radiografi Pelvis ................................................ 8
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 10
B. Saran .................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Surat Permintaan dari Dokter .................................................. 6


Gambar 3.2 X-Ray Tube ............................................................................. 7
Gambar 3.3 Posisi Objek ............................................................................ 8
Gambar 3.4 Hasil Radiograf Pelvis ............................................................. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tulang adalah jaringan ikat yang terdiri dari sel, serat, dan matrik
sekstraselular. Matriks tulang adalah bagian terkeras yang terletak dilapisan
luartulang, yang diakibatkan oleh pengendapan mineral dalam matriks,
sehingga tulang pun mengalami kalsifikasi. Didalam tubuh manusia juga
terdapat yang nama nya tulang rawan (cartilago), yaitu jaringan ikat yang
mempunyai kemampuan meregang, membentuk penyokong yang kuat bagi
jaringan lunak, memberikan kelenturan, dan sangat tahan terhadap tekanan.
Tulang berfungsi sebagai kerangka tubuh yang kaku, dan memberikan
tempat perlekatan pada otot dan organ yang terdapat pada tubuh seseorang.
Tulang juga melindungi otak, yang terletak didalam tengkorak, bisa
dibayangkan ketika terjadi kecelakaan yang membentur kepala seseorang jika
tanpa tulang tengkorak, maka organ penting didalamnya seperti otak dan
semua susunan sarafnya dengan mudah menjadi hancur.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat adalah :
1. Apa pengertian dari fraktur ?
2. Sebutkan klasaifikasi dari fraktur ?
3. Agaimana cara penanganan fraktur ?
4. Apa saja kelainan pada tulang ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari fraktur
2. Untuk mengetahui klasaifikasi dari fraktur
3. Untuk mengetahui cara penanganan fraktur
4. Untuk mengetahui kelainan pada tulang

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Patofisiologi
Corpus Alienum (benda asing) pada Os Pelvis adalah kasus yang
mungkin jarang terjadi, dalam menegakkan diagnosanya dibutuhkan
pencitraan dari organ tersebut (radiograf). Pemeriksaan radiografi Os Pelvis
dapat dilakukan dengan teknik pemeriksaan radiografi dengan proyeksi AP.
Faktor eksposi yang digunakan cenderung tinggi karena disesuaikan dengan
keadaan obyek yang diperiksa.

B. Pengertian Fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontuniutas jaringan
tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau trauma. Selain itu,
fraktur merupakan rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan oleh tekanan
eksternal yang dating lebih besar dibandingkan dengan yang dapat diserap
oleh tulang (Asikin, dkk 2016).
Menurut Mutataqin (2012) fraktur cruris adalah terputusnya hubungan
tulang tibia dan fibula disertai kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan
saraf, pembuluh darah) sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antar
fragmen tulang yang patah dengan udara luar yang disebabkan oleh cedera
dari trauma langsung yang mengenai kaki.

C. Klasifikasi Fraktur
Fraktur dapat diklasifikasikan sebagai fraktur terbuka dan tertutup
tergantung pada luka yang menghubungkan fraktur dengan lingkungan luar.
Fraktur terbuka ditunjukkan dengan fraktur yang terhubung dengan
lingkungan luar, kulit yang sobek, tulang yang terlihat, dan menyebabkan
cidera jaringan lunak sedangkan fraktur tertutup ditandai dengan fraktur yang
tidak terhubung dengan lingkungan luar, kulit yang tetap utuh atau tidak
sobek namun tetap terjadi pergeseran tulang didalamnya (Smeltzer & Bare,
2013; Lewis, 2011).

2
3

Fraktur juga dapat diklasifikasikan sebagai fraktur complete dan


incomplete. Fraktur complete berarti fraktur yang mengenai seluruh tulang
sedangkan fraktur incomplete adalah fraktur yang patahan tulangnya hanya
sebagian tetapi tulang masih tetap utuh (Lewis, 2011). Berdasarkan bentuk
patahan tulang atau garis patah tulang, fraktur dapat diklasifikasikan menjadi
linear, oblik, transversal, longitudinal, dan spiral (Lewis, 2011).
Fraktur juga diklasifikasikan kedalam fraktur displaced dan non
displaced. Fraktur displaced ditandai dengan ujung tulang yang patah terpisah
satu sama lain dan keluar dari posisi normal misalnya fraktur comminuted
dan oblik. Fraktur non displaced ditandai dengan periosteum tetap utuh dan
tulang masih dalam posisi normal atau masih sejalan misalnya transversal,
greenstick, dan spiral (Lewis, 2011).

D. Faktor Peyebab Fraktur


Menurut Rosyidi (2013) penyebab fraktur secara umum yaitu:
1. Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada suatu titik dari
tempat terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur
terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh
dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang
paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang
terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya dan penarikan (Kholid Rosyidi, 2013).

E. Penanganan Fraktur
Proses penyembuhan pada kasus fraktur berbeda-beda tergantung
ukuran tulang yang terkena dan umur pasien. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi proses penyembuhan fraktur adalah tingkat kesehatan pasien
secara keseluruhan dan status nutrisi yang baik (Smeltzer & Bare, 2013).
Beberapa tahapan atau fase dalam proses penyembuhan tulang, antara lain:
4

1. Fase Inflamasi, yaitu adanya respon tubuh terhadap trauma yang ditandai
dengan perdarahan dan timbulnya hematoma pada tempat terjadinya
fraktur. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya
aliran darah yang akan menyebabkan inflamasi, pembengkakan, dan nyeri.
Fase ini berlangsung selama beberapa hari sampai pembengkakan dan
nyeri berkurang (Smelzer & Bare, 2013).
2. Fase Proliferasi, hematoma pada fase ini akan mengalami organisasi
dengan membentuk benang fibrin dalam jendalan darah yang akan
membentuk jaringan dan menyebabkan revaskularisasi serta invasi
fibroblast dan osteoblast. Proses ini akan menghasilkan kolagen dan
proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang, terbentuk
jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid) yang berlangsung setelah
hari ke lima (Smeltzer & Bare, 2013).
3. Fase Pembentukan Kalus, pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran
pada tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah
terhubungkan. Fragmen patahan tulang bergabung dengan jaringan fibrus,
tulang rawan, dan tulang serat imatur. Waktu yang diperlukan agar
fragmen tulang tergabung adalah 3-4 minggu (Smeltzer & Bare, 2013).
4. Fase Penulangan Kalus/ Osifikasi, yaitu proses pembentukan kalus mulai
mengalami penulangan dalam waktu 2-3 minggu melalui proses
penulangan endokondral. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang
benar-benar saling menyatu hingga keras. Pada orang dewasa normal,
kasus fraktur panjang memerlukan waktu 3-4 bulan dalam proses
penulangan (Smeltzer & Bare, 2013).
5. Fase Remodelling/ Konsolidasi, yaitu tahap akhir pada proses
penyembuhan fraktur. Tahap ini terjadi perbaikan fraktur yang meliputi
pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan
struktural sebelum terjadinya patah tulang. Remodelling memerlukan
waktu berbulan-bulan hingga bertahun tahun (Smeltzer & Bare, 2013).
5

F. Kelainan Pada Tulang


Penyakit dan kelainan tulang biasanya disebabkan oleh massa tulang
yang rendah serta kerusakan struktur tulang. Massa tulang dikatakan rendah
ketika kehilangan mineral pendukungnya, seperti kalsium, sehingga tulang
mudah patah dan sulit menyangga beban tubuh.
Berikut contoh penyakit dan kelainan pada tulang, yaitu seperti :
1. Kanker tulang
Terlepas dari namanya, kanker tulang umumnya tidak dimulai dari
tulang. Menurut National Cancer Institute, sebagian besar kasus kanker
tulang disebabkan oleh sel-sel kanker yang menyebar dari organ kanker
lain.
Namun, tak menutup kemungkinan sel kanker awalnya muncul di
bagian tulang mana pun di tubuh. Kanker tulang biasanya paling sering
menyerang panggul atau tulang panjang di lengan dan kaki.
Kanker tulang biasanya ditandai dengan berbagai gejala seperti:
a. Nyeri pada tulang
b. Pembengkakan dan sesnasi lembut di dekat area yang terkena
c. Tulang yang melemah, sehingga membuatnya mudah patah
d. Kelelahan
e. Berat menurun drastis tanpa sebab yang jelas
Ada beberapa jenis kanker tulang seperti osteosarcoma,
chondrosarcoma, dan sarkoma Ewing. Untuk mengurangi risiko kanker
tulang, Anda harus mempertahankan diet dan gaya hidup yang sehat.
Olahraga teratur juga akan membantu.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Pasien
a. Nama : An. I
b. Umur : 7 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Alamat : Sago
e. Dokter : Dr. Andri & Dr. Fitria
f. Pemeriksaan : Foto Pelvis
g. Diagnosa : Corpus alienum
h. Tanggal : Rabu, 15 Juni 2016

Gambar 3.1 Surat Permintaan dari Dokter

B. Riwayat Pasien
Menurut keterangan pasien, pasien sedang asyik bermain kelereng
kemudian pasien merasakan sakit yang hebat pada bagian bawah atau vagina
sehingga pasien pergi ke IGD Rumah Sakit Dr. Muhammad Zein Painan pada
hari Rabu tanggal 15 juni 2016. Dokter menyarankan untuk melakukan
rontgen Pelvis. Sehingga hasil rontgen tersebut dapat meningkatkan diagnosa
dan dapat mengetahui tindakan medis yang akan diberikan selanjutnya.

6
7

C. Persiapan Alat dan Bahan


a. Pesawat Rontgen
Merk : Shimadzu/X- Ray Tube Assembly

Model : 0.6/1.2 p 18 DE

Serial Number : CM6F3B019011

Made in : Japan

Output kV Max : 150

Output mAs Max : 800

Tube

Kolimator

BuckyStand

Bucky Table
Gambar 3.2 X-Ray Tube

b. Kaset 35 x 35 cm
c. Marker R/L
d. Automatic Processing merk Carestream

D. Persiapan Pasien
Semua benda yang menimbulkan gambaran radioopaque dilepaskan
seperti kancing celana,
8

E. Teknik Pemeriksaan Radiografi Pelvis di Rumah Sakit Muhammad Zein


Painan.
1. Proyeksi AP (Anterior Posterior)
a. Posisi Pasien : Pasien diposisikan dalam keadaan supine atau
tidur telentang dimeja pemeriksaan.
b. Posisi Objek : Pelvis diletakkan pada pertengahan kaset dan
kedua tangan diletakkan disamping tubuh.

Gambar 3.3 Posisi Objek


9

c. Central Ray : Vertikal tegak lurus


d. Central Point : Pada petengahan pelvis (Sympisis Pubis)
e. FFD : 100 cm
f. Ukuran Kaset : 35 X 35 cm
g. Tegangan : 67 Kv
h. Kuat Arus : 12.5 mAs

SIAS
Ilium

Sympisis Pubis

Sacrum

Gambar 3.4 Hasil Radiograf Pelvis


Foramen Obturatum
Corpus
Alienum

i. Kriteria Gambaran :
1) Tampak os ilium
2) Tampak os sacrum
3) Tampak sympisis pubis
4) Tampak foramen obturatum
5) Tampak SIAS
6) Tampak corpus alienum
10
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang,tulang rawan, baik yang
bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma. Gejala
klasik fraktur adalah adanya riwaayat trauma, rasa nyeri dan bengkak di
bagian tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi, gangguan
fungsi muskuloskeletal akibat nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan
gangguan neurovaskuler.
Prinsip penanggulangan cedera muskuloskeletal adalah rekognisi
(mengenali), reduksi (mengembalikan), retaining (mempertahankan, dan
rehabilitasi. Penanganan ortopedi adalah proteksi tanpa reposisi dan
imobilisasi, imobilisasi dengan fiksasi, reposisi dengan cara manipulasi
diikuti dengan imobilisasi, reposisi dengan traksi, reposisi diikuti dengan
imobilisasi dengan fiksasi luar, reposisi secara nonoperatif diikuti dengan
pemasangan fiksasi dalam pada tulang secara operatif, reposisi secara operatif
dikuti dengan fiksasi patahan tulang dengan pemasangan fiksasi interna, dan
eksisi fragmen fraktur dan menggantinya dengan prosthesis.
Pada fraktur terbuka harus diperhatikan bahaya terjadi infeksi, baik
infeksi umum maupun infeksi lokal pada tulang yang bersangkutan.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini Penulis menyadari akan banyaknya
kekurangan dan ketidak sempurnaan. Oleh sebab ini Penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar kedepannya makalah ini dapat lebih
baik lagi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Andini. W.C, 2017, Hello Sehat, Kelainan dan Penyakit Tulang


Siswanti, 2019, Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Open Reduction Internal
Fixation (Orif) Fraktur Cruris Dengan Fokus Studi Manajemen Nyeri Di Rsud
Tugurejo Semarang, POLTEKKES KEMENKES SEMARANG : Semarang.

Anda mungkin juga menyukai