TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sinar-X
Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang radio, cahaya tampak (visible light) dan sinar ultraviolet, tetapi dengan
panjang gelombang yang sangat pendek yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang
cahaya yang kelihatan. Karena panjang gelombangnya yang pendek, maka sinar-X
dapat menembus bahan yang tidak tertembus sinar yang terlihat (M. Akhadi,
2001).
2. Anoda.
Anoda terbuat dari tembaga sering kali berbentuk pejal dan mempunyai
radiator di luar tabung yang membuat pendingin. Tabung sinar-X yang tinggi,
mempunyai anoda yang cukup dan didinginkan oleh oli atau air yang mengalir
melalui tabung tersebut (Arif Jauhari, 2008).
3. Katoda.
Katoda adalah sumber elektron dan terdiri dari filamen tungsten yang
dipanaskan oleh arus listrik sampai memijar dan mengeluarkan elektron. Untuk
mencapai target elektron, dipercepat dengan cara memberikan beda potensial yang
tinggi antara anoda dan katoda.
5. Target.
Target merupakan bagian dari anoda yang terbuat dari bahan yang
mempunyai Z (nomor atom) tinggi agar efisiensi produksi sinar-X sebaik
mungkin. Walaupun efisiensinya tinggi, kurang dari 1% energi elektron berubah
menjadi sinar-X. Selebihnya berubah menjadi panas sehingga target harus
mempunyai titik lebur yang tinggi juga harus dapat menghilangkan panas. Ini
diperoleh dengan membuat anoda dari tembaga yang membuat konduktivitas
panas tinggi, dengan sebuah target terbuat dari tungsten yang ditempelkan
berhadapan dengan katoda.
6. Tabung pembungkus.
7. Perisai tabung.
Perisai tabung terbuat dari bahan yang berupa lempengan timah yang tahan
terhadap sinar-X dan tahan terhadap goncangan. Perisai seharusnya diberi isolasi
listrik, hal ini biasanya dapat diperoleh dengan memasukkan minyak ke dalamnya.
Jalan keluarnya pancaran sinar-X pada perisai tabung seharusnya sesuai dengan
ukuran dan diberikan proteksi timbal yang serupa agar sinar guna yang mengenai
daerah yang dibatasi ini tidak lebih dari dosis maksimal yang diperlukan (M.
Akhadi, 2001).
8. Rumah tabung.
Tabung sinar-X selalu dipasang di dalam sebuah kotak timbal yang
dirancang untuk mencegah bahaya serius yang sering terjadi pada masa awal
radiologi yaitu adanya radiasi karena eksposi yang berlebihan dan sengatan listrik.
Terjadinya kebocoran radiasi disebabkan karena adanya sinar-X yang menembus
dinding perisai tabung. Radiasi ini tidak berperan dalam menghasilkan informasi
diagnostik dan menghasilkan sinar-X yang tidak berguna bagi pasien (Krane,
2008).
9. Filter.
Aluminium dan tembaga merupakan bahan yang biasanya digunakan dalam
radiologi diagnostik. Aluminiun dengan nomor atom 13 (tiga belas) merupakan
bahan filter yang baik sekali untuk radiasi energi rendah juga baik untuk bahan
filter dengan tujuan umum. Tembaga dengan nomor atom 29 (dua puluh
sembilan) lebih baik untuk radiasi energi tinggi. Hal yang sulit dilakukan jika
menukar filter pada setiap pemeriksan, yaitu jika lupa menukar filter. Untuk
- Lampu.
Lampu pada kolimator berperan memberikan petunjuk dalam menentukan
luas lapangan penyinaran sinar-X sesuai dengan yang dibutuhkan. Lampu tersebut
berada di dalam kotak kolimator. Ketika tombol lampu ditekan, maka garis
persilangan di dalam lapangan cahaya menunjukkan pusat dari lapangan
penyinaran. Berkas cahaya lampu yang keluar dari kotak kolimator tersebut
menunjukkan ukuran lapangan penyinaran yang terkena radiasi primer.
- Cermin.
Pada kotak kolimator terdapat cermin yang dilekatkan di bawah sumber
sinar-X dan membentuk sudut 45o terhadap berkas sinar-X. Cermin yang
dilekatkan tersebut, ditempatkan sedemikian rupa sehingga berkas cahaya dari
Haamburan Compton
C
Penghaamburan co
ompton merrupakan suaatu tumbukaan lenting ssempurna antara
a
sebuah footon dan sebuah elekktron bebass. Dimana foton beriinteraksi deengan
elektron yang
y diangg
gap bebas ((tenaga ikatt elektron leebih kecil ddari energi foton
datang), seeperti yang ditunjukkann pada gam
mbar di bawaah ini:
Gamba
ar 2.2 Penghaamburan com
mpton: suatu tumbukan leenting
seempurna antaara sebuah fo
oton dan sebu
uah elektron..
Daalam suatu tumbukan
t aantara sebuaah foton dan
n elektron bbebas maka tidak
mungkin semua
s enerrgi foton daapat dipindaahkan ke elektron jikaa momentum
m dan
energi dibbuat kekal. Hal ini dappat diperlih
hatkan dengan berasum
msi bahwa reaksi
r
semakin dimungkink
kan. Jika hhal itu meemang benar, maka m
menurut hu
ukum
kekekalann semua energi foton diiberikan kep
pada elektro
on .
Oleh karena
k prosees ini hanyaa bisa berlaangsung billamana eneergi foton datang
d
minimal (2
( m0c2) (1
1.02 MeV) m0 adalah
h massa diaam elektron
on dan c adalah
a
kecepatann cahaya.
1. Efek Stokastik
Berkaitan dengan paparan dosis rendah yang dapat muncul pada manusia
dalam bentuk kanker ( kerusakan somatik ) atau cacat pada keturunan ( Kerusakan
genetik ). Yang dimaksud radiasi dosis rendah dosis radiasi dari 0,25 sampai
dengan 1.000 mSv. Dalam efek stokastik tidak dikenal adanya dosis ambang. Jadi
sekecil apapun dosis radiasi yang diterima tubuh ada kemungkinan menimbulkan
kerusakan somatik maupun genetik
2. Efek Deterministik
Berkaitan dengan paparan radiasi dosis tinggi yang kemunculannya dapat
langsung dilihat atau dirasakan individu yang terkena radiasi. Efek tersebut dapat
muncul seketika hingga beberapa minggu setelah penyinaran. Efek ini mengenal
adanya dosis ambang, jadi hanya radiasi dengan dosis tertentu yang dapat
menimbulkan efec deterministik radiasi dibawah dosis ambang tidak akan
menimbulkan efek deterministik sebagai contoh adalah erythema kulit ( kulit
merah ) karena teerpapar radiasi sebesar 3.000 6.000 mSv, atau kerontokan
rambut yang disebabkan oleh paparan radiasi sebesar 6.000 12.000 mSv.
Kemunculan efek ini juga ditandai dengan munculnya keluhan baik umum
maupun lokal. Keluhan umum berupa : nafsu makan berkurang, mual, lesu,
lemah, demam, keringat berlebihan hingga menyebabkan shock. Beberapa saat
kemudian timbul keluhan yang lebih khusus yaitu nyeri perut, rambut rontok,
shock bahkan kematian. Sedangkan keluhan lokal yang biasa muncul adalah
erythema kulit, pedih, gatal, bengkak, melepuh, memborok, dan kerontokan
rambut kulit.
Beberapa efek deterministik lainnya yang dapat muncul akibat paparan radiasi
dosis tinggi pada manusia adalah :
a. Penerimaan dosis radiasi 100.000 mSv ( 100 mSv ) mengakibatkan kerusakan
sistem saraf pusat yang diikuti dengan kematian setelah beberapa jam.
Maka, jika jarak dari sumber radiasi digandakan maka intensitas radiasi berkurang
seperempat kali dari nilai semula, (Gambar 2.5). Meskipun hubungan ini
diberlakukan secara tegas hanya untuk sumber titik, prinsip jarak tersebut berguna
juga dalam pengurangan paparan radiasi klinis apabila pasien tersebut dianggap
sebagai poin utama.
Pelemahan suatu berkas sinar-X adalah eksponensial sebab sebagian berkas
tersebut diserap oleh bahan yang dilaluinya, dengan hubungan sebagai berikut:
Gambar2.5
G P
Pengurangan
n Intensitas Radiasi
Sesuai
S denggan Hukum Kuadrat Teerbalik.