Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sinar-X
Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang radio, cahaya tampak (visible light) dan sinar ultraviolet, tetapi dengan
panjang gelombang yang sangat pendek yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang
cahaya yang kelihatan. Karena panjang gelombangnya yang pendek, maka sinar-X
dapat menembus bahan yang tidak tertembus sinar yang terlihat (M. Akhadi,
2001).

2.2 Proses Terjadinya Sinar-X dari Tabung Roentgen


Katoda (filamen) dipanaskan sampai menyala dengan mengalirkan listrik
yang berasal dari transformator sehingga elektron-elektron dari katoda (filamen)
terlepas. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-
elektron akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat
pemusat (focusing cup). Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran (target)
dengan memilih potensial tinggi, awan-awan elektron mendadak dihentikan pada
sasaran (target) sehingga terbentuk panas (>99%) dan sinar-X (<1%). Pelindung
(perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar-X dari tabung, sehingga sinar-X
yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela. Panas yang tinggi pada
sasaran (target) akibat benturan elektron ditiadakan oleh radiator pendingin.
Jumlah sinar-X yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat dilihat pada alat
pengukur miliampere (mA), sedangkan jangka waktu pemotretan dikendalikan
oleh alat pengukur waktu. Untuk dapat menghasilkan sinax-X maka diperlukan
bagian-bagian tabung sinar-X dan faktor pendukung dalam proses pembangkitan
seperti tersebut di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


1. Sumber elektron (filamen).
Sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen (katoda) di dalam tabung
sinar-X Pemanasan filamen dilakukan dengan suatu transformator khusus (Arif
Jauhari, 2008).

2. Anoda.
Anoda terbuat dari tembaga sering kali berbentuk pejal dan mempunyai
radiator di luar tabung yang membuat pendingin. Tabung sinar-X yang tinggi,
mempunyai anoda yang cukup dan didinginkan oleh oli atau air yang mengalir
melalui tabung tersebut (Arif Jauhari, 2008).

3. Katoda.
Katoda adalah sumber elektron dan terdiri dari filamen tungsten yang
dipanaskan oleh arus listrik sampai memijar dan mengeluarkan elektron. Untuk
mencapai target elektron, dipercepat dengan cara memberikan beda potensial yang
tinggi antara anoda dan katoda.

4. Alat pemusat berkas elektron


Alat pemusat berkas elektron merupakan suatu lensa elektronik yang
menyebabkan elektron-elektron tidak berpencar, tetapi diarahkan semua ke bidang
fokus, dapat menimbulkan sinar-X di tempat lain atau memberi muatan listrik
pada dinding bagian dalam dari kaca tabung sinar-x (Arif Jauhari, 2008).

5. Target.
Target merupakan bagian dari anoda yang terbuat dari bahan yang
mempunyai Z (nomor atom) tinggi agar efisiensi produksi sinar-X sebaik
mungkin. Walaupun efisiensinya tinggi, kurang dari 1% energi elektron berubah
menjadi sinar-X. Selebihnya berubah menjadi panas sehingga target harus
mempunyai titik lebur yang tinggi juga harus dapat menghilangkan panas. Ini
diperoleh dengan membuat anoda dari tembaga yang membuat konduktivitas
panas tinggi, dengan sebuah target terbuat dari tungsten yang ditempelkan
berhadapan dengan katoda.

6. Tabung pembungkus.

Universitas Sumatera Utara


Kaca yang digunakan untuk membungkus adalah kaca yang keras dan tahan
panas seperti pada anoda tetap, perlu diperhatikan bahwa ruang hampa udara
harus mendekati sempurna. Tabung kaca ini biasanya terbuat dari kaca pyrex agar
mampu menahan panas generator yang tinggi dan mampu memelihara isi bagian
dari tabung hampa udara. Tabung ini memungkinkan produksi sinar-X yang lebih
efisien dan daya tahan yang lebih lama (M. Akhadi, 2001).

7. Perisai tabung.
Perisai tabung terbuat dari bahan yang berupa lempengan timah yang tahan
terhadap sinar-X dan tahan terhadap goncangan. Perisai seharusnya diberi isolasi
listrik, hal ini biasanya dapat diperoleh dengan memasukkan minyak ke dalamnya.
Jalan keluarnya pancaran sinar-X pada perisai tabung seharusnya sesuai dengan
ukuran dan diberikan proteksi timbal yang serupa agar sinar guna yang mengenai
daerah yang dibatasi ini tidak lebih dari dosis maksimal yang diperlukan (M.
Akhadi, 2001).

8. Rumah tabung.
Tabung sinar-X selalu dipasang di dalam sebuah kotak timbal yang
dirancang untuk mencegah bahaya serius yang sering terjadi pada masa awal
radiologi yaitu adanya radiasi karena eksposi yang berlebihan dan sengatan listrik.
Terjadinya kebocoran radiasi disebabkan karena adanya sinar-X yang menembus
dinding perisai tabung. Radiasi ini tidak berperan dalam menghasilkan informasi
diagnostik dan menghasilkan sinar-X yang tidak berguna bagi pasien (Krane,
2008).

9. Filter.
Aluminium dan tembaga merupakan bahan yang biasanya digunakan dalam
radiologi diagnostik. Aluminiun dengan nomor atom 13 (tiga belas) merupakan
bahan filter yang baik sekali untuk radiasi energi rendah juga baik untuk bahan
filter dengan tujuan umum. Tembaga dengan nomor atom 29 (dua puluh
sembilan) lebih baik untuk radiasi energi tinggi. Hal yang sulit dilakukan jika
menukar filter pada setiap pemeriksan, yaitu jika lupa menukar filter. Untuk

Universitas Sumatera Utara


praktisnya, banyak ahli radiologi paling suka menggunakan bahan filter tunggal,
biasanya aluminium. Tembaga sering digunakan sebagai suatu bahan campuran
filter kombinasi dengan aluminium dan tidak digunakan sebagai filter tunggal

10. Pembatas sinar.


Pembatas sinar-X adalah suatu alat yang dilekatkan untuk membuka rumah
tabung sinar-X guna mengatur ukuran dan bentuk sinar-X, misalnya kolimator.
Kolimator terdiri dari tiga pasang shutter yaitu shutter terdepan, shutter tengah,
dan shutter dalam. Shutter terdepan digunakan untuk mengatur lapangan sinar-X.
Saat shutter terdalam mengeluarkan radiasi yang menyebar maka shutter tengah
dari pipa pencegah berguna untuk menghentikan radiasi hambur. Alat pembatas
sinar-X ini terdiri dari dua pasang shutter yang sama setiap pasang dan dapat
digerakkan secara bersama-sama, sehingga antara kedua pasang shutter tersebut
dapat difungsikan untuk mengurangi timbulnya penumbra. Dua shutter ini dapat
digunakan sebagai sistem diafragma yang dapat diatur sesuai dengan ukuran luas
lapangan yang diinginkan dan biasanya dilengkapi dengan sistem cahaya tampak
sedemikian rupa sehingga ukuran berkas sinar-X pada pasien kelihatan seperti
sinar tampak.

Adapun bagian daripada kolimator adalah:

- Lampu.
Lampu pada kolimator berperan memberikan petunjuk dalam menentukan
luas lapangan penyinaran sinar-X sesuai dengan yang dibutuhkan. Lampu tersebut
berada di dalam kotak kolimator. Ketika tombol lampu ditekan, maka garis
persilangan di dalam lapangan cahaya menunjukkan pusat dari lapangan
penyinaran. Berkas cahaya lampu yang keluar dari kotak kolimator tersebut
menunjukkan ukuran lapangan penyinaran yang terkena radiasi primer.

- Cermin.
Pada kotak kolimator terdapat cermin yang dilekatkan di bawah sumber
sinar-X dan membentuk sudut 45o terhadap berkas sinar-X. Cermin yang
dilekatkan tersebut, ditempatkan sedemikian rupa sehingga berkas cahaya dari

Universitas Sumatera Utara


bola lampu searah dan berjarak sama dengan berkas sinar-X. cermin tersebut
berguna untuk memantulkan cahaya lampu dalam kotak kolimator, sehingga
menunjukkan ukuran sinar-X yang diperlukan dan tergambar pada lapangan
penyinaran. Jarak lampu menuju cermin harus sama dengan jarak focus menuju
cermin .

2.3 Sifat Fisik Sinar-X


Adapun sifat-sifat fisik sinar-X adalah
1. Daya Tembus.
Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan
digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya tegangan)
yang digunakan, makin besar daya tembusnya.
2. Pertebaran.
Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut
akan bertebaran ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi
hambur) pada bahan/zat yang dilaluinya.
3. Penyerapan.
Sinar-x dalam radiografi diserap oleh bahan/zat sesuai dengan berat atom atau
kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya,
makin besar penyerapannya.
4. Efek Fotografik.
Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-bromida) setelah
diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap.
5. Pendar Fluor (Fluoresensi).
Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-tungstat atau zink-
sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut dikenai radiasi
sinar-X (Arif Jauhari, 2008).
2.4 Interaksi Sinar-X dengan Materi

Interaksi sinar-X dengan materi mengakibatkan kehilangan energi dari


sinar-X pada saat melewati materi (zat) terjadi karena tiga proses utama, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


Efek fotolistrik
Efek Compton
Efek produksi pasangan
Efek fotolistrik dan Efek Compton timbul karena interaksi antara sinar-X
dengan elektron-elektron dalam atom dari materi (zat) itu, sedang efek produksi
pasangan timbul karena interaksi dengan medan listrik inti atom (Arif Jauhari,
2008).

Apabila I0 adalah intensitas sinar-X yang datang pada suatu permukaan


materi (zat) dan Ix adalah intensitas sinar-X yang berhasil menembus lapisan
setebal x materi tersebut maka akan terjadi pengurangan intensitas. Hubungan
antara I0 dengan Ix adalah sebagai berikut:

Ix = I0 emx ........................................................................ ( 2.1 )

m disebut koefisien absorbsi linier.

Oleh karena m tidak memiliki satuan, maka jika x dinyatakan dalam cm


haruslah m dinyatakan dalam 1/cm (cm-1). Seringkali lebih disukai untuk
menggantikan x dengan (rx) dan dinyatakan dalam gram/cm2 yaitu yang
menyatakan massa dari lapisan tebal x dengan penampang 1 cm2. Sedangkan m
digantikan menjadi (m r) dinyatakan dalam cm2/gram, disebut koefisien absorpsi
massa.

Efek foto listrik.


Pada efek foto listrik energi foton diserap oleh atom, yaitu oleh elektron,
sehingga elektron tersebut dilepaskan dari ikatannya dengan atom. Elektron yang
dilepaskan oleh efek foto listrik disebut foto elektron. Proses efek foto listrik
terutama terjadi pada foton yang berenergi rendah yaitu antara energi 0, 01 MeV
hingga 0, 5 MeV bila energinya kecil.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1 Efek foto liistrik.

Haamburan Compton
C
Penghaamburan co
ompton merrupakan suaatu tumbukaan lenting ssempurna antara
a
sebuah footon dan sebuah elekktron bebass. Dimana foton beriinteraksi deengan
elektron yang
y diangg
gap bebas ((tenaga ikatt elektron leebih kecil ddari energi foton
datang), seeperti yang ditunjukkann pada gam
mbar di bawaah ini:

Gamba
ar 2.2 Penghaamburan com
mpton: suatu tumbukan leenting
seempurna antaara sebuah fo
oton dan sebu
uah elektron..
Daalam suatu tumbukan
t aantara sebuaah foton dan
n elektron bbebas maka tidak
mungkin semua
s enerrgi foton daapat dipindaahkan ke elektron jikaa momentum
m dan
energi dibbuat kekal. Hal ini dappat diperlih
hatkan dengan berasum
msi bahwa reaksi
r
semakin dimungkink
kan. Jika hhal itu meemang benar, maka m
menurut hu
ukum
kekekalann semua energi foton diiberikan kep
pada elektro
on .

Universitas Sumatera Utara


Effek Produkssi Pasangan
n
Proses produksi paasangan hannya terjadi bila
b energi datang lebihh dari 1.02 MeV.
Apabila footon semaccam ini menngenai inti atom berat, foton terssebut lenyap
p dan
sebagai gaantinya timb
bul sepasanng elektron-elektron. Po
ositron adallah partikel yang
massanya sama deng
gan elektronn-elektron bermuatan
b listrik positiif yang besarnya
juga samaa dengan muatan
m eleektron. Proses ini meemenuhi huukum kekeekalan
energi:

hv1 = (2 m0 c2) + (K+) + (K-) ................................................... ( 2.2


2 )

K+ = Ennergi Kinetiik positron

K- = Ennergi Kinetiik elektron

Oleh karena
k prosees ini hanyaa bisa berlaangsung billamana eneergi foton datang
d
minimal (2
( m0c2) (1
1.02 MeV) m0 adalah
h massa diaam elektron
on dan c adalah
a
kecepatann cahaya.

Gambaar 2.3 Efek prroduksi pasan


ngan.

2.5 Dosis Radiasi


Doosis radiasi dapat diarttikan sebagai kuantisassi dari prosses yang dittinjau
sebgai akiibat radiasi mengenai
m m
materi (Dwi Seno, 2008
8).
Beesaran radiasi untuk pertana kaali diperkeenalkan adaalah penyinaran
(terjemahaan dari istilaah exposuree) dengan siimbol X, yaang pada Koongres Radiiologi

Universitas Sumatera Utara


pada tahun 1928 didefenisikan sebagai kemampuan radiasi sinar-X atau gamma
untuk menimbulkan ionisasi di udara. Satuannya adalah roentgen atau R, di mana
1R adalah besarnya penyinaran yang dapat menyebabkan terbentuknya muatan
listrik sebesar 1 esu (electro-static-unit) pada suatu elemen volume udara sebesar
1cc, pada kondisi temperatur dan tekanan normal (Dwi Seno, 2008).

2.6 Besaran dan Satuan Radiasi

Radiasi mempunyai satuan atau ukuran untuk menunjukkan besarnya


paparan atau pancaran radiasi dari suatu sumber radiasi, maupun banyaknya dosis
radiasi yang diberikan atau diterima oleh suatu medium yang terkena radiasi.
Satuan radiasi ada beberapa macam tergantung pada kriteria penggunaannya
yaitu:

2.6.1 Satuan untuk paparan radiasi.


Paparan radiasi adalah kemampuan sinar-X untuk menimbulkan ionisasi di
udara dan digunakan untuk mendeskripsikan sifat emisi sinar-X dari sebuah
sumber radiasi. Satuan ini mendeskripsikan keluaran radiasi dari sebuah sumber
radiasi namun tidak mendeskripsikan energi yang diberikan pada sebuah objek
yang disinari. Satuannya adalah Roentgen atau R

1 Roentgen (R) = 2.58 x 10-4 Coulomb/kg udara

1 Roentgen (R) = 1.610 x 1012 pasangan ion/gr udara

2.6.2 Satuan Kecepatan Pemaparan (Exposure Rate)

Kecepatan pemaparan (ER) adalah besar pemaparan per satuan waktu.


Satuannya adalah R/jam atau mR/jam; 1 mR = 10-3 R.

2.6.3 Pemantauan Paparan Radiasi Personil


Pada umumnya, peralatan pemantauan harus digunakan apabila
dimungkinkan bahwa seseorang dapat menerima 25 % dari maksimum paparan
yang dibolehkan (Nilai Batas Dosis-NBD) ketika seseoarang tersebut melakukan

Universitas Sumatera Utara


tugasnya. Ketentuan
n ini menngamanatkan
n keharusaan dilakukkan peman
ntauan
paparan yang diteerima oleeh dokter spesialis radiologi, ddokter speesialis
kardiologii dan semuaa personil yaang membaantu dalam pemggunaan
p n alat.

Meetode yang paling poppuler peman


ntauan radiaasi adalah fi
film badge sebab
s
alat tersebbut sangat praktis
p dan ekonomis. Biasanya, setiap oranng menggun
nakan
satu film badge
b di baawah apron dan yang laain pada bagian leher bbaju yang berada
b
di luar aprron tersebutt.

Petugas proteeksi radiasi (PPR) haru


us diberitah
hu kesepakaatan penggu
unaan
film badgge tersebut sehingga laporan paaparan radiasi dapat ddiinterpretaasikan
secara bennar. Pilihan
n lokasi terrsebut berg
gantung pad
da apakah ppaparan terrsebut
maksimum
m atau papaaran seluruuh tubuh leb
bih penting
g, sebagaim
mana ditunju
ukkan
dalam Gam
mbar 2.4.

mbar 2.4 Peenempatan


Gam n personal monitoring
m g

2.7 Sifat Radiasi


R

Adda dua maccam sifat rradiasi yang


g dapat dig
gunakan unntuk mengeetahui
keberadaaan sumber raadiasi pada suatu tempat atau bahaan yaitu :

1. Radiaasi tidak dapat diddeteksi oleh indra manusia,


m ssehingga untuk
u
mengenalinya diiperlukan suuatu alat baantu pendetteksi yang disebut dettektor
radiassi.

Universitas Sumatera Utara


2. Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilalui melalui proses ionisasi,
eksitasi. Dengan menggunakan sifat sifat tersebut kemudian digunakan
sebagi dasar untuk membuat detektor radiasi.

2.8 Efek Radiasi


Pada penelitian ternyata tidak semua sel mempunyai kepekaan yang sama
terhadap radiasi. Borgonie dan Tribondeu mendapatkan bahwa radioaktivitas
berbanding terbalik dengan derajat diferensial dan berbanding lurus dengan
kapasitas reproduksi. Dengan demikian jaringan yang sel selnya aktif membelah
mempunyai kepekaan yang relatif tinggi terhadap radiasi, adalah sel sel darah
putih, sel sel pembentuk darah dalam sumsum tulang merah, sel sel epitel kulit
dan selaput lendir, sel sel pembentuk sperma dan telur ( Bapeten, 2005 )
Darah putih merupakan komponen selular darah yang tercepat mengalami
perubahan akibat radiasi. Efek pada jaringan ini berupa penurunan jumlahh sel.
Komponen selular darah yang lain ( butir pembeku dan darah merah ) menyusul
setelah sel darah putih. Sumsum tulang merah yang mendapat dosis tidak terlalu
tinggi masih dapat memproduksi sel sel darah, sedangkan pada dosis yang
cukup tinggi akan terjadi kerusakan permanen yang berakhir dengan kematian.
Akibatnya penekanan aktivitas sum sum tulang maka orang yang terkena radiasi
akan menderita kecendrungan pendarahan dan infeksi, anemia dan kekurangan
haemoglobin.
Gangguan kesehatan dalam bentuk apapun merupakan akibat dari paparan
radiasi yang bermula dari interaksi antara radiasi dengan sel maupun jaringan
tubuh manusia. Akibat interaksi itu sel sel dapat mengalami perubahan struktur
Menurut Akhadi ( 1997 ), berdasarkan proses berlangsungnya ada dua
jenis penyinaran terhadap tubuh manusia yaitu :
1. Efek biologi seketika, yaitu efek yang kemunculannya kurang dari satu tahun
sejak terjadinya penyinaran. Penyinaran akut melibatkan dosis tinggi.
2. Efek tertunda yaitu penyinaran oleh radiasi dosis rendah namun berlangsung
terus menerus. Penyinaran ini biasanya tidak segera menampakan efeknya.

Universitas Sumatera Utara


Komisi Nasional untuk Perlindungan Radiasi ( IRCP ) membagi efek radiasi
pengion terhadap tubuh manusia menjadi dua yaitu :

1. Efek Stokastik
Berkaitan dengan paparan dosis rendah yang dapat muncul pada manusia
dalam bentuk kanker ( kerusakan somatik ) atau cacat pada keturunan ( Kerusakan
genetik ). Yang dimaksud radiasi dosis rendah dosis radiasi dari 0,25 sampai
dengan 1.000 mSv. Dalam efek stokastik tidak dikenal adanya dosis ambang. Jadi
sekecil apapun dosis radiasi yang diterima tubuh ada kemungkinan menimbulkan
kerusakan somatik maupun genetik

2. Efek Deterministik
Berkaitan dengan paparan radiasi dosis tinggi yang kemunculannya dapat
langsung dilihat atau dirasakan individu yang terkena radiasi. Efek tersebut dapat
muncul seketika hingga beberapa minggu setelah penyinaran. Efek ini mengenal
adanya dosis ambang, jadi hanya radiasi dengan dosis tertentu yang dapat
menimbulkan efec deterministik radiasi dibawah dosis ambang tidak akan
menimbulkan efek deterministik sebagai contoh adalah erythema kulit ( kulit
merah ) karena teerpapar radiasi sebesar 3.000 6.000 mSv, atau kerontokan
rambut yang disebabkan oleh paparan radiasi sebesar 6.000 12.000 mSv.
Kemunculan efek ini juga ditandai dengan munculnya keluhan baik umum
maupun lokal. Keluhan umum berupa : nafsu makan berkurang, mual, lesu,
lemah, demam, keringat berlebihan hingga menyebabkan shock. Beberapa saat
kemudian timbul keluhan yang lebih khusus yaitu nyeri perut, rambut rontok,
shock bahkan kematian. Sedangkan keluhan lokal yang biasa muncul adalah
erythema kulit, pedih, gatal, bengkak, melepuh, memborok, dan kerontokan
rambut kulit.
Beberapa efek deterministik lainnya yang dapat muncul akibat paparan radiasi
dosis tinggi pada manusia adalah :
a. Penerimaan dosis radiasi 100.000 mSv ( 100 mSv ) mengakibatkan kerusakan
sistem saraf pusat yang diikuti dengan kematian setelah beberapa jam.

Universitas Sumatera Utara


b. Penyinaran dosis radiasi 10 50 mSv mengakibatkan kerusakan saluran
pencernaan dan dapat mengakibatkan kematian 1 -2 minggu.
c. Dosis radiasi 3 5 mSv mengakibatkan kerusakan pada organ pembentukan sel
darah merah pada sumsum tulang belakang yaitu dengan kematian setelah 1 2
bulan.
d. Efek somatik pada organ reproduksi adalah terganggunya produksi sperma
pada pria dan kerusakan ovum pada wanita sehingga mengakibatkan
kemandulan.
e. Radiasi dapat mengakibatkan kerusakan pada lensa mata sehingga
mengakibatkan katarak dengan dosis 2 5 mSv.

2.9 Nilai Ambang Batas


Dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu
kegiatan tidak boleh melebihi batas dosis yang ditetapkan. International
Committee Radiation Protection ( ICRP ) mendefenisikan nilai batas dosis adalah
dosis yang diterima dalam jangka waktu tertentu atau dosis yang berasal dari
penyinaran intensif seketika, yang menurut tingkat pengetahuan dewasa ini
memberikan kemungkinan yang dapat diabaikan tentang terjadinya cacat somatik
gawat atau cacat genetik ( Akhadi, 2000 ).
Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi
didasarkan akumulasi sebagai berikut :
D = 5 ( N 18 ) ......................................................................................... 2.3
Dimana :
D: Dosis akumulasi dari mulai bekerja sampai ke umur N dinyatakan
dalam Rem.
5: Nilai batas ambang dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi
yaitu 5 rem pertahun.
N: Usia pekerja radiasi yang bersangkutan dinyatakan dalam tahun.
18: Usia terendah dari seorang yang diizinkan untuk bekerja dalam medan
radiasi, dinyatakan dalam tahun.

Universitas Sumatera Utara


Nilai ambang batas di Indonesia dituangkan dalam Surat Keputusan
Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional Nomor : PN 03/160/DJ/89
tentang ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi.
Dalam peraturan ini ditekankan bahwa pekerja yang berumur kurang 18
tahun tidak diizinkan sebagai petugas radiasi, selain itu pekerja wanita dalam
masa menyusui tidak diizinkan mendapat tugas yang mengandung resiko
kontaminasi radioaktif yang tinggi.

2.10 Proteksi Radiasi


Untuk menurunkan dosis serap terhadap pasien dan paparan terhadap personil,
prinsip proteksi radiasi meliputi waktu, jarak dan perisai radiasi harus diterapkan
dengan benar. Paparan radiasi secara langsung dihubungkan dengan waktu
paparan, sedemikian sehingga dengan mengurangi waktu paparan separuhnya
maka mengurangi dosis separuhnya. Oleh karena berkas sinar-X berbeda setelah
melalui bahan, maka intensitas radiasi berkurang yang berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak dari sumber radiasi tersebut:

I2/I1 = d12/d22 .............................................................................. 2.4

Maka, jika jarak dari sumber radiasi digandakan maka intensitas radiasi berkurang
seperempat kali dari nilai semula, (Gambar 2.5). Meskipun hubungan ini
diberlakukan secara tegas hanya untuk sumber titik, prinsip jarak tersebut berguna
juga dalam pengurangan paparan radiasi klinis apabila pasien tersebut dianggap
sebagai poin utama.
Pelemahan suatu berkas sinar-X adalah eksponensial sebab sebagian berkas
tersebut diserap oleh bahan yang dilaluinya, dengan hubungan sebagai berikut:

I = Io e-x ......................................................................................................... 2.5


dengan:
- I adalah intensitas radiasi yang ditransmisikan;
- Io adalah intensitas radiasi awal;

Universitas Sumatera Utara


- adalahh koefisien atenuasi daari bahan (y
yang tergan
ntung pada nnomor atom
m dan
densitas, dan
d energi foton);
f dan
- x adalah ketebalan bahan
b atenuuasi.

Gambar2.5
G P
Pengurangan
n Intensitas Radiasi
Sesuai
S denggan Hukum Kuadrat Teerbalik.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai