Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan Kehadiran sepatuberhak tinggiatau high heels pada tahun1500-
antelahmenjadi salah satupilardariperubahan gaya dan kesehatanseorang wanita.
Sebagaisepatu,hak tinggiselalularis dalam perbincangantentang fashion untukwanita meskipun
pemakaian high heelsmempengaruhi pada garis sudut keseimbangan tubuh pemakainya (Panell,
2012). Pemakaian high heels menurut Kinandana (2012) dapat menyebabkan 1) Pinggul dan
tulang belakang tak sejajar lagi karena perubahan sudut kemiringan pada tulang belakang
sehingga mengakibatkan perubahan masa tubuh yang lebih dominan kedepan, 2) Terjadinya
penekanan yang berlebihan terhadap jari kaki, sehingga kemungkinan otot-otot pada jari kaki
lebih cepat merasa lelah, 3)Posisi kaki lebih sering menjinjit menyebabkan sendi pada
pergelangan kaki menjadi tidak fleksibel dan membuat otot gastrocnemius terus berkontraksi
menjadikan otot menjadi lebih pendek dan tegang,4)High heels menambah tinggi pemakainya
yang berakibat menambah gaya potensial, sehingga tekanan ke bawah atau gaya gravitasi yang
diciptakan akan lebih besar.

Anode Heel Effect


Oktober 1, 2013 oleh aga152aulia

Pengertian

Anode Heel Effect, pada dasarnya merupakan sebuah perbedaan intensitas sinar-X yang terbentuk

pada tabung sinar-X antar kedua sisi dioda, efek ini diakibatkan oleh penyudutan bidang target pada

sisi anoda. Efek ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaan intensitas sinar-X antara sisi Anoda dan

Katoda. Intensitas sinar-X yang terbentuk pada sisi Katoda akan lebih banyak bila dibandingkan

intensitas sinar-X pada sisi Anoda.


Penyebab

Penurunan intensitas pada sisi Anoda terjadi dari emisi yang hampir sejajar dengan sudut target,

dimana terdapat peningkatan penyerapan foton sinar-X oleh target itu sendiri. Fenomena ini akan

sangat jelas terlihat pada tabung sinar-X dengan anoda putar, karena tabung sinar-X dengan anoda

putar menggunakan sudut cukup tajam, yakni sebesar 17 derajat atau kurang. Secara umum,

semakin curam sudut pada daerah anoda, maka akan semakin besar resiko terjadinya Anode Heel

Effect. (Sumber : http://www.e-radiography.net/radtech/a/anode_heel.htm)

Pengaruhnya

Anode Heel Effect berpengaruh terhadap jumlah intensitas radiasi, antara anoda dan katoda tabung

sinar-X, maka secara otomatis, efek ini juga akan berpengaruh terhadap densitas radiograf yang

dihasilkan. Anode Heel Effect akan dapat terlihat jelas ketika kolimator dibuka lebar jika dibandingkan

dengan kolimator dibuka sedikit, hal ini dikarenakan daerah penyinaran akan lebih tampak maksimal

dan lebih menyeluruh. (Carlton dan Adler, 2001)

Pemanfaatan

Anode Heel Effect dapat dimanfaatkan dengan menempatkan objek dengan ketebalan yang bervariasi

sesuai dengan posisi anoda dan katoda pada tabung sinar-X, yakni dengan cara meletakkan objek

yang lebih tebal pada daerah katoda dan menempatkan objek yang lebih tipis pada daerah katoda.

(Carlton dan Adler, 2001)

Diskusi

Dalam pemanfaatannya di Instalasi Radiologi, Anode Heel Effect memiliki peran penting dalam

menghasilkan kulitas radiograf yang optimal, salah satunya adalah dalam pemeriksaan tulang

belakang Columna Vertebrae Lumbal, dimana pada objek ini, tubuh bagian bawah pasien, memiliki

ketebalan yang tinggi jika dibandingkan dengan tubuh bagian atas pasien. Dengan

memanfaatkan Anode Heel Effect, kita dapat meletakkan tubuh bagian atas pada sisi anoda,

sedangkan tubuh bagian bawah yang lebih tebal pada sisi katoda.

Namun, pada penelitian yang telah dilakukan oleh Fung KK, dan Gilboy BB dalam karya tulis yang

berjudul ” Anode Heel Effect on patient dose in Lumbar Spine Radiography” menunjukkan bahwa

penggunaan Anode Heel Effect terhadap pasien sangat beresiko. Hal ini dibuktikan dengan

pengukuran dosis yang telah dilakukan dengan percobaan menggunakan alat ukur

Thermoluminscense Dosimeter (TLD) yang diletakkan pada Phantom sesuai dengan daerah tubuh

manusia dimana terdapat organ-organ sensitif seperti Ovarium, testis, payudara dan Thyroid.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan memposisikan daerah tubuh bagian bawah pasien yang

lebih tebal pada sisi katoda, akan meningkatkan rata-rata dosis radiasi yang diterima oleh ovarium

dan testis jika dibandingkan dengan memposisikan tubuh pasien bagian atas pada daerah katoda.

Peningkatan dosis rata-rata yang terjadi yakni sebesar 17% pada ovarium dan 12% terhadap testis

pada pemeriksaan radiografi Lumbal proyeksi AP, sedangkan pada proyeksi lateral akan meningkatkan

rata-rata dosis sebesar 16% terhadap ovarium dan 27% lebih tinggi terhadap testis. Sehingga peneliti

menyarankan untuk pasien khusus wanita yang akan dilakukan pemeriksaan CV Lumbal sebaiknya

memposisikan tubuh bagian atas pada sisi katoda

(Sumber: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10884750).

Pembahasan

Jika dari aspek radiograf yang dihasilkan, karena lumbal lebih tebal, jika posisi pasien sudah

dimanfaatkan untuk proteksi radiasi, maka kita harus meyakinkan, meskipun ada intensitas yang lebih

rendah pada sisi Anoda, daya tembus yang dihasilkan harus cukup dengan menggunakan faktor

eksposi yang cukup dan lebih fokus pada target yang dituju dengan menempatkan Central Point tepat

pada objek dan tidak mengalami penyudutan, pastikan pula bahwa pasien benar-benar terfiksasi

dengan komunikasi yang baik (koperatif), sehingga tidak terjadi pergerakan yang berujung dengan

pengulangan, sehingga kedua aspek proteksi radiasi dan kualitas radiograf bisa diperoleh.

Daftar Pustaka

Carlton, Richard R., Arlene M. Adler, 2001, Principles Of Radiographic Imaging, An Art and A

Science, Third Edition, Delmar, USA


Sahabat Afterego

Tentang radiologi hingga kehidupan yang di lihat dari sudut pandang saya

Minggu, 27 Oktober 2013


Heel Effect
1. Definisi Heel Effect

Heel effect adalah reduksi intensitas sinar-X terhadap permukaan anoda dari lapangan sinar-X
(Bushberg, 2001), Sedangkan menurut Bushong (2001), heel effect adalah konsekuensi akibat prinsip
garis fokus bahwa intensitas radiasi sinar-X pada sisi katoda akan lebih besar dibandingkan pada sisi
anoda. Intensitas sinar-X yang di emisikan melewati kemiringan “heel” target direduksi karena lebih
panjang melewati garis edar target oleh karena itu sebagian emisi sinar-X diserap oleh bahan target.

Gambar 1. Anoda Heel Effect (Bushberg, 2001)

Adapun definisi heel effect menurut Carroll (1985), intensitas sinar-X yang menuju kearah
anoda lebih sedikit dibandingkan dengan intensitas sinar-X yang menuju kearah katoda karena foton
yang mempunyai arah sinar mendekati atau tegak lurus dengan permukaan anoda akan mengalami
perlemahan yang lebih sedikit, sedangkan yang mendekati atau sejajar dengan kemiringan permukaan
anoda akan mengalami perlemahan yang lebih besar atau terserap oleh atom bahan target seluruhnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian heel effect adalah penyebaran
intensitas sinar-X yang tidak merata dikarenakan penyerapan sebagian sinar-X oleh permukaan anoda
sehingga intensitas sinar-X yang lebih dekat sisi anoda akan mengalami perlemahan.

2. Proses Terjadinya Heel Effect

Heel effect dikarenakan oleh faktor geometri dari sudut anoda target, intensitas radiasi lebih
besar pada sisi katoda dibandingkan sisi anoda. Elektron-elektron membom target, sinar-X diproduksi
dan sebagian besar di emisikan pada sudut antara 45 hingga 90 derajat dari perjalanan elektron.
Elektron-elektron tersebut diabsorbsi oleh bahan target itu sendiri atau oleh tube housing. Foton
diemisikan oleh permukaan target ke segala arah. Intensitas radiasi yang diemisikan akan bertukar-tukar
antara foton ke arah sisi katoda dan ke arah sisi anoda. Foton yang diemisikan kearah sisi anoda diserap
oleh material target itu sendiri dibandingkan yang diemisikan pada pemukaan arah sisi katoda.

Gambar 2. Pembentukan Foton pada Target (Carlton, 2001)

Keterangan:

1. Foton

2. Arah gelombang foton


Foton A keluar pada sisi anoda, sedangkan foton B keluar pada sisi katoda. Jarak yang harus
ditempuh foton A menembus lebih besar dibandingkan dengan foton B. Foton yang paling banyak
mengalami penyerapan adalah foton C. Foton D keluar dan diabsorbsi oleh housing. Foton E keluar
menuju sisi anoda tetapi diserap oleh material anoda itu sendiri. Foton F keluar kesisi katoda karena
malalui penyerapan yang pendek.

Total variasi kira-kira 45 persen paralel dari anoda ke katoda. Variasi 45 persen ini cukup
signifikan karena terlihat berbeda pada saat menggunakan film berukuran besar pada jarak yang dekat
(Chalton, 2001)

Gambar 3. Kurva Distribusi Intensitas Sinar-X (Meredith, 1977).

Keterangan:

Titik a : intensitas pada sisi anoda

Titik b : intensitas pada pusat sinar

Titik c : intensitas pada sisi katoda

Sumbu x : u-v : variasi intensitas


Sumbu y : intensitas sinar-X

d : tabung sinar-X

Gambar di atas menunjukkan suatu contoh bagaimana sinar-X bervariasi sepanjang garis u-v.
Kurva yang terbentuk adalah yang tidak simetris antara sisi kanan dan sisi kiri dari sumbu sinar.

a. Titik a dan c terjauhkan dari sumbu sinar atau sumbu b. sebagaimana diketahui bahwa penyebaran
intensitas dalam hukum kuadrat terbalik yaitu menghasilkan intensitas yang diturunkan bertahap pada
titik yang semakin jauh dari titik pusat sinar. Intensitas titik a dan c lebih kecil dibandingkan titik b.

b. Radiasi dari titik a dan c berjalan secara miring melalui berbagai penyerapan seperti dinding tabung sinar-
X. Radiasi di titik a dan c karena berjalan miring maka jarak yang harus ditempuh pada bahan di atas
semakin panjang dibandingkan radiasi di titik b yang berjalan tegak lurus terhadap permukaan bahan di
atas.

c. Kemiringan anoda menyebabkan intensitas di sisi katoda lebih besar. Pada gambar ditunjukkan bahwa
intensitas di titik c lebih besar dari pada titik a.

d. Sinar-X yang dipancarkan ke arah tititk antara a dan b banyak diserap bahan anoda jika dibandingkan
dengan sinar-X yang dipancarkan ke arah titik b dan c. Jumlah intensitas di titik a lebih berkurang
dibandingkan di titik b dan c

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Heel Effect

a. Ukuran Focal Spot.

Pemilihan satu atau Focal Spot yang lain umumnya dibuat dengan mA station selector pada
operating console. focal spot kecil digunakan pada kondisi mA kira-kira 300 mA ke bawah, sedangkan
Focal Spot besar digunakan pada kondisi mA kira-kira 400 mA ke atas (Bushong, 2001).

Semakin luas ukuran focal Spot menyebabkan heel effect semakin besar, karena perbedaan
ketebalan dari permukaan material anoda dimana sinar-X hilang lebih besar pada titik yang satu
terhadap titik lainya (Carroll, 1987).

b. Sudut Target

Sudut target adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan target dengan garis vertikal, sudut
yang biasa digunakan dalam tabung sinar-X adalah antara 7-20 derajat. Rata-rata dalam diagnostik
adalah 17 derajat dari garis vertikal. Kemiringan target berpengaruh terhadap heel effect, semakin
curam kemiringan target menyebabkan heel effect semakin besar (Carroll, 1985).
a b

Gambar 4. Pengaruh Kemiringan Target Terhadap Heel Effect (Carroll, 1985).

Gambar a dan gambar b mempunyai sudut kemiringan target yang berbeda, sudut kemiringan
target gambar a lebih besar dibandingkan sudut kemiringan target b.

Pada gambar a mempunyai lintasan oz sedangkan gambar b mempunyai lintasan o’z’. lintasan oz
lebih pendek dibandingkan lintasan o’z’ yang berarti foton pada c’ akan lebih banyak mengalami
penyerapan oleh bahan target dibandingkan titik c. Heel effect pada gambar a lebih kecil dibandingkan
heel effect pada gambar b, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semakin besar sudut kemiringan
target maka semakin kecil heel effect yang timbul.

c. Keausan Permukaan Target

Ditandai dengan berlubangnya permukaan target, terjadi karena umur target dan beban terlalu
besar. Hubungan keausan target dengan heel effect adalah seperti pada gambar berikut:
a b

Gambar 5. Pengaruh Kemiringan Target Terhadap Heel Effect (Meredith, 1977).

Gambar tersebut menunjukan interaksi antara elektron dengan bahan target di kedalaman
tertentu tetapi pada gambar b mempunyai titik interaksi lebih dalam dibandingkan gambar a karena
adanya lubang pada permukaan anoda gambar b.

Pada gambar a lintasan oz lebih pendek dibandingkan lintasan o’z’ pada gambar b yang berarti
foton pada c’ akan lebih banyak mengalami penyerapan oleh bahan target dibandingkan titik c. Heel
effect pada gambar a lebih kecil dibandingkan heel effect pada gambar b, oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa semakin besar keausan target maka semakin besar heel effect yang timbul.

Distribusi sinar-X yang baik adalah saat tabung masih baru dan bahan target belum aus. Distribusi
yang tidak merata akan semakin besar seiring dengan penggunaan tabung, bila pada target terjadi
pengkasaran permukaan karena aus. Anoda yang telah aus menyebabkan distribusi sinar-X yang tidak
baik karena adanya atenuasi yang tidak sesuai dengan yang diinginkan (Meredith, 1977).

d. Variasi FFD dan Luas Lapangan Penyinaran.

Semakin ditampakkan ketika menggunakan FFD yang relatif kecil, menggunakan film besar dan
bagian tubuh yang memiliki ketebalan seragam atau soft tissue (Carroll, 1987).

Sinar-X dipancarkan divergen, jumlah intensitas sinar-X yang dipancarkan dengan kemiringan
tertentu diperoleh dengan kemiringan tertentu diperoleh dengan menggunakan pengukuran densitas
film, sedangkan pengukuran intensitas adalah seperti digambarkan pada diagram berikut:
Gambar 6. Kurva Pengaruh Kemiringan Target terhadap Heel Effect (Carroll, 1987).

Pada variasi FFD dan kemiringan sinar-X diagram diatas menunjukan arah sinar-X dari target
anoda diam dengan sudut 20 derajat. Garis horisontal merupakan panjang film dan garis vertikal
menyatakan jarak fokus ke film (FFD). Intensitas pada masing-masing variasi emisi kemiringan sinar-X
dinyatakan dalam prosentase. Titik sumbu sinar dianggap mempunyai intensitas 100% dan kearah sisi
anoda sinar-X intensitasnya turun, sedangkan kearah katoda intensitasnya naik kemudian turun, hal ini
sesuai dengan gambar dari distribusi sinar-X yang tidak merata sepanjang garis longitudinal tabung
(Carroll, 1987).

4. Pengukuran Heel Effect

Pengukuran adalah kegiatan pengumpulan data, pengumpulan data ini harus diolah dulu supaya
dapat tampil secara terintegrasi dan ilmiah. Tampilan hasil pengolahan inilah yang kemudian perlu
diinterpretasikan melalui suatu analisa. Pengukuran dibagi menjadi dua yaitu pengukuran secara
langsung dan pengukuran secara tidak langsung.

a. Pengukuran Heel Effect Secara Langsung.

Pengukuran langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan cara membandingkan langsung
sesuatu yang akan diukur dengan sebuah standar yang dipakai sebagai alat ukurnya. Misalnya seseorang
mengukur panjang seutas tali, ia akan membandingkan panjang tali itu dengan mistar yang dimilikinya
(Sugata, 1992), samahalnya yang di kemukakan Mutiara (2004), pengukuran langsung adalah
pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan nilai hasil pengukuran secara langsung.
Pengukuran heel effect secara langsung bisa dilakukan menggunakan ionization chamber dan
TLD (Thermoluminescent dosemeters). pengukuran menggunakan TLD, mengukur dengan cara
menyerab radiasi (Fung, 2000)

Pengukuran radiasi sebaiknya dibuat dengan ionization chamber dibawah sinar secara langsung.
Jika pengukuran tidak dapat dibuat dengan cara ini, biasanya dibuat dengan masing-masing pengukuran
dengan ionization chamber diposisikan pada sisi yang sama misalnya pada sisi khatoda dan sisi yang lain
juga menggunakan ionization chamber yang sama dan jarak yang sama dari central ray (Grey, 1983).

b. Pengukuran Heel Effect Secara Tidak Langsung.

Pengukuran tidak langsung adalah pengukuran yang dilakukan apabila nilai hasil ukuran tidak
mungkin didapatkan langsung. Nilai hasil ukuran yang dicari didapatkan berdasarkan hubungan
fungsional tertentu dari beberapa hasil pengukuran langsung. Contohnya adalah mengukur tinggi
berdasarkan hasil pengukuran sudut dan jarak (Mutiara, 2004).

Pengukuran heel effect secara tidak langsung dapat dilakukan menggunakan film radiograf
dengan cara diekspos dan kemudian diukur densitasnya menggunakan densitometer. Menurut Carroll
(1987), pengukuran heel effect dapat dilakukan dengan menggunakan film radiograf dengan cara
diekspos. Satu sisi film berada pada sisi anoda dan sisi lainya berada pada sisi katoda.

Kerika pengukuran dilakukan menggunakan film, maka film harus diletakan tegak lurus terhadap
sumbu anoda-katoda. Step wedge sebaiknya diletakkan sepanjang sumbu anoda-katoda karena
perubahan intensitas yang terlalu kecil dapat terorientasikan (Grey, 1983).

Anda mungkin juga menyukai