ALBERT.HASUDUNGAN.S
0710070140021
PROGRAM STUDI DIII
TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2010
Latar Belakang
Ruang Lingkup:
Pembatasan masalah pada penilitian ini adalah:
Sinar X:
Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang
sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya dan sinar
ultraviolet, dengan panjang gelombang yang sangat pendek.
Sinar X bersifat heterogen, panjang gelombangnya bervariasi
dan tidak terlihat. Perbedaan sinar X dengan sinar
elektromagnetik lainnya juga terletak pada panjang
gelombang, dimana panjang gelombang sinar X sangat
pendek, yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang cahaya
yang kelihatan. Karna panjang gelombang yang pendek itu,
maka sinar X dapat menembus benda-benda.
Sifat-Sifat Sinar X:
Mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek yaitu antara
10-10
Mempunyai energi yang sangat besar yaitu antara 104 s/d 105 eV
sehingga sinar-X mempunyai daya tembus yang besar pula.
Mengalami atenuasi (perlemahan) intensitas setelah mengenai
bahan.
Tidak terlihat, tidak terasa dan tidak berbau.
Dapat memendarkan beberapa jenis bahan tertentu (biasanya
fosfor).
Tidak berpengaruh terhadap medan magnet dan maupun medan
listrik.
Dapat menghitamkan emulsi film.
Mempunya efek terhadap sel-sel hidup.
Apabila mengenai suatu bahan/materi akan terjadi 3 hal yaitu;
Dipantulkan (dengan energi yang lebih lemah)
Diserap
Diteruskan
Proses terbentuknya sinar X:
Filamen yang berada dikatoda dipanaskan.Saat filamen
panas maka keluarlah elektron-elektron dari filamen
tersebut.Jumlah elektron yang keluar dari filamen
tersebut akan semakin banyak hingga membentuk
awan elektron.
Antara katoda dan anoda di beri beda potensial
(tegangan) yang sangat tinggi sehingga elektron yang
berada di katoda yang bermuatan negative dengan cepat
menuju anoda yang bermuatan positif. Saat menuju anoda
dengan cepat elektron-elektron tersebut menumbuk target
yang ada di anoda.Setelah menumbuk target, terjadilah
interaksi antara elektron dengan materi yang
menghasilkan foton sinar-X.dengan 99% panas dan 1 %
sinar X .
Humerus:
Humerus adalah tulang yang terbesar dan
terpanjang. Hemerus bersendi dengan scapula
dan articulatio humeri serta ujung radius dan
ulna pada articulatio cubiti, ujung atas humerus
mempunyai sebuah cuput yang membentuk
sepertiga kepala sendi dan bersendi dengan
capitas glenoidalis scapula. Tepat dibawah caput
humeri terdapat colum anatomicum. Dibawah
colum terdapat tubesculum majus dan minus
yang dipisahkan satu sama lainnya oleh sulkus
bicipitalis . Sekitar pertengahan permukaan
lateral corpus humeri terdapat peninggian kasar
yang disebut tuberositas deltoidea
Sekitar pertengahan permukaan lateral corpus
humeri terdapat peninggian kasar yang disebut
tuberositas deltoidea
Ujung bawah humerus mempunyai epicondylus
medialis dan epicondylus lateralis untuk tempat
lekat musculi dan ligamenta, capitulum humeri
yang bulat bersendi dengan caput radii, dan
trochlea humeri yang berbentuk katrol.
Untuk bersendi dengan incisura trochlearis ulnae,
diatar capitulum terdapat fossa radialis,yang
menerima caput radii pada siku-siku
difleksiokan.dianterior,diaras trochlea terdapat
fossa coronoidea.
Teknik Pemeriksaan Os Humerus:
Posisi AP
Posisi pasien : Atur pasien berbaring diatas meja
pemeriksaan jika posisi supine
: Atur pasien berdiri di bucky stand
jika posisi erect
Posisi objek : Lengan bawah lurus ,sedikit
fleksikan dan diatur supine ,lengan atas
memanjang pada pertengahan kaset, dengan
elbow dan shoulder joint termasuk kedalam dan
diatur true antero posterior.
Kaset horizontal diatas meja pemeriksaan jika pasien
supine,
Kaset vertikal dibelakang lengan atas jika pasien erect
CR : vertikal tegak lurus terhadap kaset( pasien
supine)
CR : horizontal tegak lurus terhadap
kaset(pasien erect)
CP : peda pertengahan dari os humerus
Kaset: 24 x30cm/ 30 x 40cm
FFD :100cm
Posisi AP, supine Posisi AP ,crect
Sinar Vertikal Sinar Horizontal
Proyeksi AP:
1.Caput humerus
2. Collum humerus
3. Corpus humerus
4. Elbow joint
. Posisi lateral:
Posisi pasien : Atur pasien berbaring diatas
meja pemeriksaa jika posisi supine
: Atur pasien berdiri pada bucky
stand jika posisi erect
Kriteria gambaran:
Tampak gambaran lateral
dari Os Humerus dengan
batas atas soulder joint dan
batas distal elbow joint
1. Caput humerus
2. Collum humerus
3. Corpus humerus
4. Elbow joint
Densitas :
Pengertian densitas yang umumnya adalah derajat kehitaman pada film.
Hasil dari eksposi film setelah diproses menghasilkan efek penghitaman karena
dengan sesuai sifat emulsi film yang akan menghitam apabia diekspos, derajat
kehitaman ini tergantung pada pada tingkat eksposi yang diterima baik itu KV
maupun mAs.
Densitometer
Untuk menentukan nilai densitas dibutuhkan suatu alat yang bekerja
dengan pendekatan rasio transmisi dan opasitas serta nilainya tidak besar. Alat
yang menggunakan semua pendekatan itu adalah densitometer
Nilai Densitas
Pada gambaran radiografi, nilai densitas bervariasi mulai dari ( 0,2 ) pada
bagian yang paling transparan sampai dengan ( 3,5 ) atau ( 4 ) pada bagian
yang gelap . Daerah abu-abu yang merupan daerah yang sering digunakan
mempunyai densiras mendekati 1.
Nilai – nilai densitas yang bisa membentuk ganbaran pada film dan bisa
dilihat oleh mata bisa disebut dengan usefull density. Nilai usefull density
berkisar antara ( 0,25 ) – ( 2 ).
Kualitas Radiograf:
Densitas
Densitas adalah tingkat kehitaman pada film rontgen
Kontras
Kontras adalah perbedaan densitas pada area yang berdekatan dalam
radiograf
Ketajaman
Ketajaman adalah perbedaan densitas, maka ketajaman memperlihatkan
bagaimana perubahan densitas pada perbatasan antara daerah yang
berdekatan. Semakin tinggi nilai kontras, maka semakin tajam gambar
yang dihasilkan
Detail
Detail adalah kemampuan untuk memperlihatkan struktur yang sangat
berdekatan atau mampu memproyeksikan struktur terkecil dari objek.
Distorsi
Adalah perubahan bentuk dan ukuran dari objek yang akan diperiksa
pada hasil objek foto rontgenyang disebabkan oleh:
Jarak
Kedudukan objek dengan film
Penyudutan sinar
Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penyusunan proposal
TKI ini terbentuk penilitian atau kuantitatif dengan studi
eksperimen dan studi pustaka
Lokasi Penelitian
Penilitian dilakukan di IGD RSUP M.Djamil dan
dilaboratorium ATRO Baiturrahmah Padang.
Waktu Penelitian
Penilitian dilakukan pada bulan juni 2010
Metode pengumpulan data
Studi pustaka
observasi
Alat dan Bahan yang Digunakan :
4. Densitometer (X Rite )
Basic fog level
Nilai yang didapat dari setiap hasil pengukuran
dikurangi dengan nilai BFL
Setelah itu dicatat kemudian diambil rata-ratanya
Kemudian dilakukan pengambilan kuisioner
Kemudian diambil kesimpulan
Kerangka Konsep:
INPUT: Output:
PASIEN Proses: Perbandinagn
KASET Pengambilan densitas yang
FILM radiograf os dihasilkan dari sinar
DENSITOMETER humerus dgn vertikal dan sinar
DENSITAS sinar vertilkal horizontal
dan horizontal
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
Titik pengukuran densitas pada os humerus
Untuk penentuan penggukuran os humerus dibagi menjadi 4 titik
bagian, yaitu caput,colum,pertengahan corpus dan bagian distal
dari os humerus.
Pengukuran itu sendiri dibagi menjadi 3 bagian yang diukur dari
caput dari os humerus sampai ke distal humerus yang panjangnya
30 cm menjadi 10 cm per bagian
Caput Humerus
Colum Humerus
Pertengahan Corpus
Bagian distal
Pasien I Tn. Aldo
DENSITAS Hasil(setelah dikurangi BFL)
Vertikal Horizontal Vertikal Horizontal
BFL 0,21 0,21 - -
Caput 0,30 0,26 0,09 0,05
Colum 0,38 0,30 0,17 0,09
Pertengahan Corpus 0,65 0,45 0.44 0,24
Bagian Distal 0,87 0,78 0,66 0,57
Rata – rata 0,34 0,23
Maka :
0.45
0.41 0.42
0.4
0.4
0.37 0.37
0.35 0.34 0.34
0.3
0.3
Nilai Densitas
0.25 0.23
0.22 Densitas Tube Vertikal
0.2 (supine)
Densitas Tube Horizontal
0.15 (erect)
0.1
0.05
0
1 2 3 4 5
Pasien
f x f x
4 3 2 1 n 4 3 2 1 n
Bagaimanakah Bagaimanakah
ketajaman radiografi ketajaman radiografi
yang dihasilkan? 3 7 - - 2 33 16,5 yang dihasilkan? 2 8 - - 2 32 16
hasil rata – rata kuisioner pada tube vertikal hasil rata – rata kuisioner pada tube horizontal
X = ( 16,625 – 16 ) x 100% = 3,75 %
16,625