Anda di halaman 1dari 38

DISUSUN OLEH:

ALBERT.HASUDUNGAN.S
0710070140021
PROGRAM STUDI DIII
TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2010
 Latar Belakang

Untuk mendapatkan radiograf yang berkualitas ,


dibutuhkan faktor eksposi yang optimal ,sesuai dengan
objek yang diperiksa. Faktor eksposi terdiri dari Kilovolt
(KV) dan Mili Ampere Second (mAs).
KV merupakan beda potensial atau tegangan yang
dibutuhkan pada proses pembentukan sinar-X,
sedangkan mAs merupakan kombinasi kuat arus dengan
waktu yang diberikan pada tabung sinar-X. KV dan mAs
dapat diatur sesuai dengan objek yang akan diperiksa.
Untuk mendapatkan gambaran radiograf yang baik,
sangat dipengaruhi oleh faktor eksposi , dan teknik
radiografi yang baik dan benar diantaranya pengatiran
posisi pasien , objek, FFD dan arah sinar ini memiliki
memiliki berbagai variasi diantaranya adalah secara
vertikal dan horizontal. Salah satu pemerikraan
radiografi yang sering dilakukan dengan
menggunakan arah sinar vertikal dan horizontal
adalah pemotretan humerus AP(Antero
Posterior).maka dengan faktor eksposi yang sama,
objek yang sama, FFD yang sama, akan menghasilkan
densitas yang berbeda.
 Seberapa jauh atau seberapa besar
beda densitas pada pemotretan dengan
menggunakan sinar vertikal dan
horizontal?
Bagi Penulis:
Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dibidang
radiodiagnostik terutama tentang pengambilan gambaran
dengan posisi tube atau arah sinar yang berbeda.

Bagi ATRO Baiturrahmah Padang:


Dapat menambah harfiah ilmu pengetahuan yang dapat
dimanfaatkan oleh mahasiswa dan dosen diperpustakaan
program studi DIII teknik radiodiagnostik dan radioterapi
Universitas baiturrahmah padang
Bagi radiografer:
Dapat menambah pengetahuan tentang perbandingan
densitas antara tube/arah sinar vertikal atau tube
/arah sinar horizontal dalam pembuatan radiograf
terutama pada radiograf os humerus

Ruang Lingkup:
 Pembatasan masalah pada penilitian ini adalah:

 Pemotretan dilakukan pada humerus posisi AP.

 Untuk menghasilkan hasil yang akurat, peneliti


melakukan pada 5 orang yang berbeda, dimana setiap
pasien dilakukan dua kali ekspose dengan arah sinar
vertikal dan sinar horizontal.
BAB II
Tinjauan Pustaka

Sinar X:
Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang
sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya dan sinar
ultraviolet, dengan panjang gelombang yang sangat pendek.
Sinar X bersifat heterogen, panjang gelombangnya bervariasi
dan tidak terlihat. Perbedaan sinar X dengan sinar
elektromagnetik lainnya juga terletak pada panjang
gelombang, dimana panjang gelombang sinar X sangat
pendek, yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang cahaya
yang kelihatan. Karna panjang gelombang yang pendek itu,
maka sinar X dapat menembus benda-benda.
 Sifat-Sifat Sinar X:
 Mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek yaitu antara
10-10
 Mempunyai energi yang sangat besar yaitu antara 104 s/d 105 eV
sehingga sinar-X mempunyai daya tembus yang besar pula.
 Mengalami atenuasi (perlemahan) intensitas setelah mengenai
bahan.
 Tidak terlihat, tidak terasa dan tidak berbau.
 Dapat memendarkan beberapa jenis bahan tertentu (biasanya
fosfor).
 Tidak berpengaruh terhadap medan magnet dan maupun medan
listrik.
 Dapat menghitamkan emulsi film.
 Mempunya efek terhadap sel-sel hidup.
 Apabila mengenai suatu bahan/materi akan terjadi 3 hal yaitu;
 Dipantulkan (dengan energi yang lebih lemah)

 Diserap

 Diteruskan
Proses terbentuknya sinar X:
Filamen yang berada dikatoda dipanaskan.Saat filamen
panas maka keluarlah elektron-elektron dari filamen
tersebut.Jumlah elektron yang keluar dari filamen
tersebut akan semakin banyak hingga membentuk
awan elektron.
Antara katoda dan anoda di beri beda potensial
(tegangan) yang sangat tinggi sehingga elektron yang
berada di katoda yang bermuatan negative dengan cepat
menuju anoda yang bermuatan positif. Saat menuju anoda
dengan cepat elektron-elektron tersebut menumbuk target
yang ada di anoda.Setelah menumbuk target, terjadilah
interaksi antara elektron dengan materi yang
menghasilkan foton sinar-X.dengan 99% panas dan 1 %
sinar X .
Humerus:
Humerus adalah tulang yang terbesar dan
terpanjang. Hemerus bersendi dengan scapula
dan articulatio humeri serta ujung radius dan
ulna pada articulatio cubiti, ujung atas humerus
mempunyai sebuah cuput yang membentuk
sepertiga kepala sendi dan bersendi dengan
capitas glenoidalis scapula. Tepat dibawah caput
humeri terdapat colum anatomicum. Dibawah
colum terdapat tubesculum majus dan minus
yang dipisahkan satu sama lainnya oleh sulkus
bicipitalis . Sekitar pertengahan permukaan
lateral corpus humeri terdapat peninggian kasar
yang disebut tuberositas deltoidea
Sekitar pertengahan permukaan lateral corpus
humeri terdapat peninggian kasar yang disebut
tuberositas deltoidea
Ujung bawah humerus mempunyai epicondylus
medialis dan epicondylus lateralis untuk tempat
lekat musculi dan ligamenta, capitulum humeri
yang bulat bersendi dengan caput radii, dan
trochlea humeri yang berbentuk katrol.
Untuk bersendi dengan incisura trochlearis ulnae,
diatar capitulum terdapat fossa radialis,yang
menerima caput radii pada siku-siku
difleksiokan.dianterior,diaras trochlea terdapat
fossa coronoidea.
 Teknik Pemeriksaan Os Humerus:

Posisi AP
 Posisi pasien : Atur pasien berbaring diatas meja
pemeriksaan jika posisi supine
: Atur pasien berdiri di bucky stand
jika posisi erect
 Posisi objek : Lengan bawah lurus ,sedikit
fleksikan dan diatur supine ,lengan atas
memanjang pada pertengahan kaset, dengan
elbow dan shoulder joint termasuk kedalam dan
diatur true antero posterior.
 Kaset horizontal diatas meja pemeriksaan jika pasien
supine,
 Kaset vertikal dibelakang lengan atas jika pasien erect
 CR : vertikal tegak lurus terhadap kaset( pasien
supine)
 CR : horizontal tegak lurus terhadap
kaset(pasien erect)
 CP : peda pertengahan dari os humerus
 Kaset: 24 x30cm/ 30 x 40cm
 FFD :100cm
Posisi AP, supine Posisi AP ,crect
Sinar Vertikal Sinar Horizontal
Proyeksi AP:

Kriteria gambaran : Tampak


gambaran antero posterior dari
Os humerus dengan batas
proximal shoulder joint dan
batas dis tal elbow joint.

1.Caput humerus

2. Collum humerus

3. Corpus humerus

4. Elbow joint
 . Posisi lateral:
 Posisi pasien : Atur pasien berbaring diatas
meja pemeriksaa jika posisi supine
: Atur pasien berdiri pada bucky
stand jika posisi erect

 Posisi objek: dari posisi AP kemudian lengan


dideretasi sehingga telapak tangan menghadap ke
medial elbow joint fleksi, telapak tangan diletakan
pada tepi pinggang yang berhadapan
 Kaset horizontal jika pasien supine
 Kaset vertikal jika pasien erect
 CR : vertikal tegak lurus terhadap film (pasien
supine)
 CR : Horizontal tegak lurus terhadap film (pasien
erect)
 CP : pada pertengahan dari os humerus
 Kaset:24 x30cm/30 x40cm
 FFD: 100cm
Posisi Lateral ,Supine Posisi Lateral ,Erect
Sinar Vertikal Sinar Horizontal
Proyeksi Lateral

Kriteria gambaran:
Tampak gambaran lateral
dari Os Humerus dengan
batas atas soulder joint dan
batas distal elbow joint
1. Caput humerus

2. Collum humerus

3. Corpus humerus

4. Elbow joint
Densitas :
Pengertian densitas yang umumnya adalah derajat kehitaman pada film.
Hasil dari eksposi film setelah diproses menghasilkan efek penghitaman karena
dengan sesuai sifat emulsi film yang akan menghitam apabia diekspos, derajat
kehitaman ini tergantung pada pada tingkat eksposi yang diterima baik itu KV
maupun mAs.

Densitometer
Untuk menentukan nilai densitas dibutuhkan suatu alat yang bekerja
dengan pendekatan rasio transmisi dan opasitas serta nilainya tidak besar. Alat
yang menggunakan semua pendekatan itu adalah densitometer
Nilai Densitas
Pada gambaran radiografi, nilai densitas bervariasi mulai dari ( 0,2 ) pada
bagian yang paling transparan sampai dengan ( 3,5 ) atau ( 4 ) pada bagian
yang gelap . Daerah abu-abu yang merupan daerah yang sering digunakan
mempunyai densiras mendekati 1.
Nilai – nilai densitas yang bisa membentuk ganbaran pada film dan bisa
dilihat oleh mata bisa disebut dengan usefull density. Nilai usefull density
berkisar antara ( 0,25 ) – ( 2 ).
 Kualitas Radiograf:
 Densitas
Densitas adalah tingkat kehitaman pada film rontgen
 Kontras
Kontras adalah perbedaan densitas pada area yang berdekatan dalam
radiograf
 Ketajaman
Ketajaman adalah perbedaan densitas, maka ketajaman memperlihatkan
bagaimana perubahan densitas pada perbatasan antara daerah yang
berdekatan. Semakin tinggi nilai kontras, maka semakin tajam gambar
yang dihasilkan
 Detail
Detail adalah kemampuan untuk memperlihatkan struktur yang sangat
berdekatan atau mampu memproyeksikan struktur terkecil dari objek.
 Distorsi
Adalah perubahan bentuk dan ukuran dari objek yang akan diperiksa
pada hasil objek foto rontgenyang disebabkan oleh:
 Jarak
 Kedudukan objek dengan film
 Penyudutan sinar
 Jenis Penelitian
 Metode yang digunakan dalam penyusunan proposal
TKI ini terbentuk penilitian atau kuantitatif dengan studi
eksperimen dan studi pustaka
 Lokasi Penelitian
Penilitian dilakukan di IGD RSUP M.Djamil dan
dilaboratorium ATRO Baiturrahmah Padang.
 Waktu Penelitian
Penilitian dilakukan pada bulan juni 2010
 Metode pengumpulan data
 Studi pustaka
 observasi
Alat dan Bahan yang Digunakan :

1. Pesawat Rontgen (Shimadzu)

2. Film dan Kaset AGFA( yang berukuran 30 X 40 cm)

3. Automatic Processing ( Kodak X Omat 2000)

4. Densitometer (X Rite )
Basic fog level
 Nilai yang didapat dari setiap hasil pengukuran
dikurangi dengan nilai BFL
 Setelah itu dicatat kemudian diambil rata-ratanya
 Kemudian dilakukan pengambilan kuisioner
 Kemudian diambil kesimpulan

 Kerangka Konsep:
INPUT: Output:
PASIEN Proses: Perbandinagn
KASET Pengambilan densitas yang
FILM radiograf os dihasilkan dari sinar
DENSITOMETER humerus dgn vertikal dan sinar
DENSITAS sinar vertilkal horizontal
dan horizontal
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
Titik pengukuran densitas pada os humerus
Untuk penentuan penggukuran os humerus dibagi menjadi 4 titik
bagian, yaitu caput,colum,pertengahan corpus dan bagian distal
dari os humerus.
Pengukuran itu sendiri dibagi menjadi 3 bagian yang diukur dari
caput dari os humerus sampai ke distal humerus yang panjangnya
30 cm menjadi 10 cm per bagian

Caput Humerus

Colum Humerus

Pertengahan Corpus

Bagian distal
Pasien I Tn. Aldo
DENSITAS Hasil(setelah dikurangi BFL)
Vertikal Horizontal Vertikal Horizontal
BFL 0,21 0,21 - -
Caput 0,30 0,26 0,09 0,05
Colum 0,38 0,30 0,17 0,09
Pertengahan Corpus 0,65 0,45 0.44 0,24
Bagian Distal 0,87 0,78 0,66 0,57
Rata – rata 0,34 0,23

DENSITAS Hasil(setelah dikurangi BFL)


Pasien II Tn. Ijoel
Vertikal Horizontal Vertikal Horizontal
BFL 0,21 0,21 - -
Caput 0,32 0,28 0,11 0,07
Colum 0,42 0,39 0,21 0,18
Pertengahan Corpus 0,75 0,70 0,54 0,49
Bagian Distal 1,02 0,97 0,81 0,76
Rata – rata 0,41 0,37

DENSITAS Hasil(setelah dikurangi BFL)


Pasien III Tn. Abelt
Vertikal Horizontal Vertikal Horizontal
BFL 0,20 0,20 - -
Caput 0,28 0,26 0,08 0,06
Colum 0,39 0,34 0,19 0,14
Pertengahan Corpus 0,59 0,46 0,39 0,26
Bagian Distal 0,75 0,65 0,55 0,45
Rata – rata 0,30 0,22
DENSITAS Hasil(setelah dikurangi
Pasien IV Tn. Ronny BFL)
Vertikal Horizontal Vertikal Horizontal
BFL 0,20 0,20 - -
Caput 0,30 0,27 0,10 0,07
Colum 0,48 0,44 0,28 0,25
Pertengahan 0,76 0,69 0.56 0,51
Corpus
Bagian Distal 0,95 0,86 0,75 0,68
Rata – rata 0,42 0,37

Pasien V DENSITAS Hasil(setelah dikurangi


Tn. Afdi BFL)
Vertikal Horizontal Vertikal Horizontal
BFL 0,20 0,20 - -
Caput 0,29 0,26 0,09 0,06
Colum 0,48 0,40 0,28 0,20
Pertengahan 0,73 0,67 0.53 0,47
Corpus
Bagian Distal 0,93 0,84 0,73 0,64
Rata – rata 0,40 0,34
Densitas foto Os Humerus dengan arah sinar vertical
adalah:
X = 0,34 + 0,41 + 0,30 + 0,40 + 0,42
5
= 0,37

Densitas foto Os Humerus dengan arah sinar horizontal


adalah:
X = 0,23 + 0,37 + 0,22 + 0,34 + 0,37
5
= 0,30

Maka :

X = ( 0,37 – 0,30 ) x 100% = 18,9 %


0,37
Diagram Perbandingan Densitas Os Humerus
Pada Tube Vertikal & Horizontal

0.45
0.41 0.42
0.4
0.4
0.37 0.37
0.35 0.34 0.34
0.3
0.3
Nilai Densitas

0.25 0.23
0.22 Densitas Tube Vertikal
0.2 (supine)
Densitas Tube Horizontal
0.15 (erect)
0.1

0.05

0
1 2 3 4 5
Pasien

Hasil rata – rata densitas dari pasien I – V dalam diagram


Fx Fx

Pertanyaan Tube Vertikal Pertanyaan Tube Horizontal

 f x   f x 
4 3 2 1 n 4 3 2 1 n

Bagaimanakah Densitas Bagaimanakah Densitas


radiografi yang radiografi yang
dihasilkan? 4 6 - - 2 34 17 dihasilkan? 2 8 - - 2 32 16

Bagaimanakah Kontras Bagaimanakah Kontras


radiografi yang radiografi yang
dihasilkan? 3 7 - - 2 33 16,5 dihasilkan? 2 8 - - 2 32 16

Bagaimanakah Bagaimanakah
ketajaman radiografi ketajaman radiografi
yang dihasilkan? 3 7 - - 2 33 16,5 yang dihasilkan? 2 8 - - 2 32 16

Bagaimanakah kualitas Bagaimanakah kualitas


gambaran humerus secara gambaran humerus secara
keseluruhan ? 3 7 - - 2 33 16,5 keseluruhan ? 2 8 - - 2 32 16

Jumlah rata-rata : 16,625 Jumlah rata-rata : 16

hasil rata – rata kuisioner pada tube vertikal hasil rata – rata kuisioner pada tube horizontal
X = ( 16,625 – 16 ) x 100% = 3,75 %
16,625

Dari hasil kuisoner bahwa tube vertikal dan tube horizontal


dari pasien I hingga pasien V memiliki hasil rata – rata
dengan perbedaa 0.625 yang setelah dipersentasekan
hasilnya adalah 3,75%. Yang berarti perbedaan nya hanya
3,75%.
Dari hasil tersebut bahwa hasil dari vertikal lebih baik dari
horizontal.
BAB V
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1. Dari hasil pengukuran densitas terhadap titik- titik yang telah ditentukan dari pasien I
sampai pasien V didapatkan bahwa,hasil densitas pada tube vertical lebih tinggi
dibandingkan pada tube horizontal dengan hasil persentasekannya adalah 18,9%, tapi
dari hasil tersebut yang mempunyai perbedaan yang tidak terlalu jauh dan masih bisa
ditoleransikan.
2. Dan hasil dari kuisoner menyatakan bahwa pada tube vertical hasilnya lebih baik
dibandingkan dari tube horizontal. Yang perbedaan hasinya dapat dipersentasekan
sebesar 3,75%
3. Dari hasil pengukuran densitas dan hasil kuesioner ,Maka peneliti mengambil
kesimpulan bahwa tube vertical memiliki densitas yang lebih baik dibandingkan dengan
tube horizontal.
Saran
1. Sebaiknya pada teknik radiografi Os humerus dikerjakan dengan posisi pasien dengan
posisi supine dengan tube vertical, karena densitas pada tube vertical dengan posisi AP
pada Os humerus lebih bagus dari pada dari pada tube horizontal,sehingga kontras dan
kualitas radiograf lebih lebih bagus dibandingkan tube horizontal.
2. Pada posisi supine( tidur berbaring) pasien lebih nyaman dibandingkan posisi
erect(berdiri).
3. Juga dengan posisi supine dapat mengurangi pergerakan,sehingga gambaran lebih
optimal

Anda mungkin juga menyukai