Anda di halaman 1dari 17

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran Berkas Elektron Menggunakan Slab

Phantom pada Pesawat Linear Accelerator

M.Ariful Khakimi1, Suryani Dyah Astuti2, Bambang Haris3


Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

ABSTRAK
Telah dilakukan pengukuran terhadap Linear Accelerator dengan radiasi berkas elektron
menggunakan slab phantom. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sudut
penyinaran berkas elektron terhadap jumlah cacahan muatan yang terionisasi dan dosis
pada kedalaman z dan zmax. Dosimeter yang digunakan dalam pengukuran adalah detektor
ionisasi chamber yang dihubungkan dengan elektrometer melalui kabel koaksial. Pengukuran
ini dilakukan pada energi 6 MeV dan 9 MeV dengan variasi sudut penyinaran 0 o 10o 20o 30o
40o. Menggunakan SSD 105 cm, sehingga jarak ujung aplikator dengan permukaan fantom
berjarak 10 cm sehingga bisa dilkukan teknik rotasi dengan radiasi berkas elektron.
Penyinaran dilakukan pada kedalaman 1,1 cm untuk energi 6 MeV dan 1,8 cm untuk 9 MeV.
Hasil pengukuran keluaran LINAC berupa cacahan muatan yang dideteksi oleh ionisasi
chamber dan terbaca di elektrometer. Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui jumlah
cacahan muatan semakin menurun dengan pertambahan sudut penyinaran yang diberikan
baik pada energi 6 MeV maupun 9 MeV. Dosis pada kedalaman z dan z max juga semakin kecil
terhadap penurunan jumlah muatan yang tercacah setiap variasi sudutnya. Semakin besar
sudut penyinaran maka semakin jauh jarak penyinaran yang menjadikan dosis diterima
target semakin kecil.

Kata kunci : Sudut penyinaran, LINAC, berkas elektron, dosis kedalaman.

ABSTRACT

Measurement of Linear Accelerator has done with electron dose radiation using phantom
slab. This research’s goal is to analize the effect of electron dose radiation’s angle toward
the number of ionized charge diffraction number and doze in the dept of z and z max. Doismeter
used in the measurement is chamber ionization detector that connected tp electrometer using
coaxial wire. The measurement was done in range energy of 6 MeV and 9 MeV with radiation
angles of 10o 20o 30o 40o. Using SSD 105 cm, so that the gap between applicator’s tip and
phantom surface 10 cm, this gap was chosen so that radiation can be done with rotation
technique. The radiation was done in the depth of 1,1 cm for 6 MeV energy and 1,8 cm untuk
9 MeV energy. Measurement resut of Linear Accelerator was in the form of diffracted ion that
detected by ionization chamber and read by electrometer. Base on this research it’s known
that the number of diffracted ion decreasing along whether in energy of 6 MeV or 9MeV.
Dose in the dept of z and zmax also decreasing along with decrement of the ion diffracted in the
angle variation. The bigger the angle, the farther the radiation gap and the smaller dose of
radiation was received by target.

Keywords : radiation’s angle, LINAC, electron dose, dept doze.

1
2

1. PENDAHULUAN perhitungan pengaruh sudut


penyinaran terhadap dosis radiasi
1.1 Latar Belakang permukaan fantom menggunakan
radiasi sinar gamma. Pengukuran
Linear Accelerator adalah menggunakan teknik SSD 80 cm dan
salah satu alat pemercepat elektron luas lapangan 10 cm x 10 cm.
secara linear berenergi tinggi dalam Penelitian dilakukan dengan variasi
kisaran MeV. Pesawat yang digunakan sudut penyinaran dari 0° hingga 170°.
untuk keperluan terapi penyinaran Nilai dosis radiasi permukaan fantom
dapat menghasilkan 2 jenis radiasi, berkisar antara 70,415 cGy hingga
yaitu berkas elektron dan berkas foton 102,341 cGy. Hasil perhitungan
sinar-x. Berkas elektron digunakan menunjukkan sudut penyinaran
untuk penyinaran tumor yang berada memberikan pengaruh terhadap
di permukaan seperti payudara, kulit, terimaan dosis radiasi pada permukaan
kepala dan leher, sedangkan berkas fantom, namun dosis radiasi pada
foton digunakan untuk penyinaran permukaan yang diterima fantom tidak
jaringan tumor yang jauh dari linear dengan kenaikan sudut
permukaan misalnya otak, hati, rahim penyinaran (Diyona, 2016). Untuk
dan paru-paru (Arismunandar, 2002). pengukuran dosisnya sendiri
Pada energi elektron untuk keperluan menggunakan detector ionisation
radioterapi adalah berkisar 4 - 22 chamber (detektor kamar ionisasi).
MeV dan untuk energi foton adalah 6 - Bilik Ionisasi digunakan dalam
18 MV (Darmawati, 2012). radioterapi dan radiodiagnostik untuk
Pada penelitian Bhintari (2016) telah menentukan dosis radiasi (Podgorsak,
dilakukan analisis densitas film 2005). Ionisasi Chamber merupakan
terhadap Linear Accelerator (LINAC) perangkat yang di dasarkan pada
dengan variasi sudut. Bertujuan untuk pengukuran banyaknya ionisasi yang
mengetahui pengaruh dosis pada di hasilkan dari proses interaksi radiasi
densitas film dengan energi foton 6 dengan materi di dalam sebuah bilik
MV dan 10 MV serta menggunakan ionisasi (Nainggolan, 2010).
variasi sudut penyinaran 00, 50, 150, 300 Dosis yang di terima oleh
dan 450. Tehnik penyinaran dengan pasien harus optimal, berkas elektron
SSD 100 cm dengan luas lapangan sebagai partikel bermuatan yang bebas
radiasi 4 cm x 4 cm. Diperoleh bahwa bergerak tidak tegak lurus terhadap
dosis permukaan sebanding dengan permukaan tubuh pasien, sebab secara
nilai densitas film. Semakin gelap film alami beberapa letak kanker pada
yang dipapari nilai densitas semakin tubuh pasien tidak tegak lurus terhadap
kecil dan sebaliknya film yang sumber radiasi. Kondisi tersebut
dipapari lebih terang maka nilai menyebabkan terjadi perbedaan
densitasnya semakin besar (Bhintari, terimaan dosis permukaan pada pasien,
2016). dimana ketika berkas radiasi yang
Dan pada penelitian Diyona jatuh tidak tepat mengenai kanker
(2016) telah dilakukan pengukuran dan maka akan mengenai jaringan sehat
3

disekitarnya sehingga akan pada kedalaman tersebut ketika variasi


menimbulkan efek lain pada pasien sudut ini diberikan dan agar tidak
(Diyona, 2016). Jadi penelitian berdampak ke organ organ sehat
pengaruh sudut penyinaran terhadap tubuh lainya.
dosis fantom berkas radiasi pada
pesawat radioterapi perlu dilakukan. METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini pasien digantikan
dengan slab phantom yang densitasnya 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
mendekati jaringan tubuh manusia Penelitian ini dilaksanakan
(Bondan, 2012). selama 5 bulan (Mei – September
Pada penelitian ini menggunakan 2017). Tempat penelitian dilakukan di
berkas elektron sebagai partikel Laboratorium Biofisika Universitas
bermuatan lebih banyak berinteraksi Airlangga dan Instalasi Radioterapi
dengan udara dibanding berkas foton. RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Oleh karena itu berkas elektron perlu
di kolimasi sedekat mungkin dengan 3.2 Alat dan Bahan Penelitian
permukaan kulit pasien menggunakan Alat dan bahan yang digunakan dalam
sebuah aplikator elektron. Berkas penelitian ini yaitu :
elektron biasanya digunakan pada
pasien dengan jarak sumber radiasi ke 3.2.1 Pesawat LINAC
permukaan tubuh yaitu 100 cm dengan Pada pesawat LINAC yang kita atur
jarak ujung aplikator ke permukaan adalah gantri, kolimator pada posisi 0°,
tubuh sekitar 5 cm. Sehingga pada slab phantom berukuran 30x30x30
penelitian ini menggunakan jarak cm3, dan atur jarak Linac dengan slab
sumber radiasi ke permukaan tubuh phantom sejauh 100 cm. Pesawat
yang tidak standar yaitu 105 cm, agar LINAC yang digunakan pada
bisa dilakukan variasi sudut penelitian ini mempunyai spesifikasi
o o o o o
penyinaran 0 10 20 30 40 . Dengan sebagai berikut :
hasil yang diharapkan dapat a. Tanggal instal : 2007
memberikan “clearance” antara b. Tipe : 2100 C
pasien dengan ujung aplikator, d. Merk : Varian Medical System
sehingga memungkinkan digunakan USA
teknik rotasi dengan menggunakan
radiasi berkas elektron. Treatment BAB IV
radiasi ini dilakukan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan sudut kemiringan
tertentu, untuk melihat pengaruh Penelitian pengukuran dosis
terhadap dosis pada kedalaman target ini bertujuan untuk melakukan
atau letak kanker (zmax) serta pada pengukuran dan perhitungan bacaan
kedalaman dibawah zmax yaitu pada detektor dengan perubahan sudut
organ sehat lainnya (z). Dengan penyinaran 0o 10o 20o 30o 40o dengan
penelitian ini dapat diketahui berapa keluaran radiasi pesawat LINAC, yang
besar dosis serap yang diterima pasien berupa radiasi elektron dengan
4

menggunakan slab phantom serta


membuat kurva dosis bacaan detektor Elektron Bacaan di Rerata Standart
dengan perubahan sudut penyinaran. 9 MeV Elektometer (nC) (nC) Deviasi
Variasi
Masing-masing keluaran harus dalam Sudut 1 2 3
satuan yang sama yaitu nC untuk
kemudian dibandingkan dan dicari 0o 16,8 16,8 16,8 16,8 0,00
besar penyimpangannya. Penyinaran 10 o
16,4 16,4 16,4 16,4 0,00
dengan variasi sudut menggunakan 20 o
15,1 15,1 15,1 15,1 0,00
slab phantom. 30 o 12,4 12,4 12,4 12,4 0,00
40 o 8,20 8,20 8,20 8,20 0,00

Tabel 4.1 Data hasil penelitian


penyinaran dengan variasi sudut
menggunakan slab phantom energi 6
MeV.

Dengan SSD 100 cm pada energi 9


MeV pada sudut 0o diperoleh cacahan
muatan yang terionisasi sebanyak
18,66 nC.
Gambar 4.1. Penyinaran pada Slab Dari penelitian yang dilakukan dari
Phantom (RSUD.Dr.Soetomo, 2017) setiap variasi sudut mulai 0o sampai
40o dengan interval 10o menghasilkan
4.1 Hasil Penelitian nilai cacahan muatan yang semakin
menurun seperti pada Tabel 4.2.
Berdasarkan hasil penelitian
pengukuran cacahan muatan yang
terionisasi di detektor ionisasi chamber Elektron 6 Bacaan di Rerata Standart
MeV Elektometer (nC) (nC) Deviasi
terbaca oleh elektrometer terhadap Variasi
Sudut
1 2 3
perubahan sudut penyinaran dan o
0 2,92 2,92 2,92 2,92 0,00
variasi energi. Dengan SSD 100 cm
pada energi 6 MeV pada sudut 0o 10 o 2,70 2,70 2,70 2,70 0,00
20 o 2,12 2,12 2,12 2,12 0,00
diperoleh cacahan muatan yang 30 o 1,37 1,37 1,37 1,37 0,00
terionisasi sebanyak 3,29 nC. Dari 40 o 0,71 0,71 0,71 0,71 0,00
penelitian yang dilakukan dari setiap
variasi sudut mulai 0o sampai 40o Tabel 4.2 Data hasil penelitian
penyinaran dengan variasi sudut
dengan interval 10o menghasilkan menggunakan slab phantom energi 9
nilai cacahan muatan yang semakin MeV.
menurun seperti pada Tabel 4.1.
5

4.1.1 Jumlah Muatan yang 4.1.2 Pengukuran Dosis untuk


Tercacah Setiap Variasi Dosis Kedalaman z dan
Sudut Penyinaran. Dosis Kedalaman Maksimum
terhadap Sudut Penyinaran.
Dengan perubahan sudut penyinaran
yang diberikan dari 0o sampai 40o ,
sehingga diperoleh hasil data jumlah Perhitungan dosis serap yang
cacahan muatan yang terionisasi dalam dilakukan pada kedalaman z,
slab phantom yang semakin menurun pengukuran yang dapat dihitung
berdasarkan pertambahan sudut menggunakan Persamaan 2.5 Dari
penyinaran . Dari hasil penelitian pada hasil data yang di peroleh ,
Tabel 4.1 dan 4.2 diperoleh grafik menunjukkan bahwa nilai dosis serap
hubungan antara sudut penyinaran dan PDD terus menurun atau semakin
dengan jumlah muatan yang tercacah, kecil seiring dengan variasi sudut
seperti yang ditunjukkan pada penyinaran yang semakin besar.
Gambar 4.2. Begitulah dengan deviasi keluaran
dosis terhadap dosis awal 100 MU
yang seiring semakin besarnya sudut
Jumlah Muatan yang Tercacah Setiap Variasi penyinaran maka diperoleh nilai
Sudut Penyinaran
20 deviasi yang semakin kecil.
f(x) = − 0.21 x + 18 Data pengukuran keluaran pesawat
Cacahan Muatan

15
R² = 0.89 terapi Linear Accelerator dengan bilik
10 ionisasi farmer (NDW = 48,49 MU/nC)
y1=6 MeV dengan kondisi SSD 100 cm , lapangan
5 10 x 10 cm2, kedalaman 1,8 cm dan
Linear
f(x) = −
0 R² = 0.970.06 x + 3.11 (y1=6 energi 6 MeV pada sudut 0o diperoleh
MeV)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 3,29 nC dengan perhitungan
Sudut Penyinaran y2=9 MeV menggunakan Persamaan 2.3 diperoleh
nilai dosis pada kedalaman z sebesar
1,59 x 102 cGray . Dari perhitungan
yang sama, diperoleh nilai dosis pada
kedalaman z pada energi berkas
elektron 6 MeV pada SSD 105 cm
ditunjukkan seperti pada Tabel 4.3.

Gambar 4.2 Grafik Sudut


Penyinarandengan jumlah cacahan
muatan.
6

Tabel 4.3 Data hubungan sudut Dosis kedalaman z


Variasi (cGray ) Rerata Standard
penyinaran 0o sampai 40o pada SSD Sudut (cGray) Deviasi
1 2 3
105 cm dengan dosis kedalaman z
o
pada energi berkas elektron 6 MeV. 0 129 129 129 129 0.03
10o 118 118 118 118 0.05
Berdasarkan data pengukuran keluaran 20 o
88,4 88,4 88,4 88,4 0.03
pesawat pada SSD = 100 cm dengan o
30 52,6 52,5 52,5 52,5 0.06
energi 9 MeV pada sudut 0o diperoleh o
40 24,0 24,0 24,0 24,0
18,66 nC dengan perhitungan 0.00
menggunakan Persamaan 2.3 diperoleh
nilai dosis pada kedalaman (z Dw (z)) D(SSDeff + g,z) = D0 (SSDeff, z)
sebesar 9,05 x 102 cGray. Dari
perhitungan tersebut, diperoleh nilai
dosis pada kedalaman z dengan energi SSD eff + z
2

berkas elektron 9 MeV dan SSD = 105


cm ditunjukkan seperti pada Tabel 4.5.
[ SSD eff + g+ z
xOF(θ,z) (2.1) ]
Tabel 4.4 Data hubungan sudut D(SSDeff + g,zmax) = D0 (SSDeff, zmax)
penyinaran 0o sampai 40o pada SSD
105 cm dengan dosis kedalaman z
2
pada energi berkas elektron 9 MeV. SSD eff + zmax + g
Varias Dosis Kedalaman
[ SSD eff + zmax ] x OF(θ, zmax)
Rataan
i z (cGray) Standard
(cGray
Sudut
1 2 3 )
Deviasi (2.2)
74
0o
5
745 744 744 0.28 Diperoleh grafik hubungan seperti
71 pada Gambar 4.3.
10 o 716 715 715 0.28
6
62
20 o 629 629 629 0.00
9 Hubungan Sudut Penyinaran terhadap Dosis
o 47 Kedalaman z
30 476 476 476 0.28
6
27 800
40 o 278 278 278 0.00
Dosis Kedalaman z

8 f(x) = − 11.73 x + 803.07


600 R² = 0.92
Dari data Tabel 4.3 dan 4.4 dosis pada 400
kedalaman z pada energi
200
berkaselektron 6 MeV dan 9 MeV
f(x) = − 2.76 x + 137.63 y1=6
diatas dengan menggunakan 0 R² = 0.98 MeV
Persamaan 2.1 dan 2.2 : 0 10 20 30 40 50
Sudut Penyinaran
7

Gambar 4.3 Grafik Sudut Penyinaran maksimum energi berkas elektron 6


dengan Dosis Kedalaman z. MeV.

Nilai PDD pada energi 6 MeV dengan Nilai PDD pada energi 9 Mev dengan
kedalaman 1,1 cm dengan kondisi kedalaman 1,8 cm dengan kondisi
penyinaran sebesar 99,5 % . Dosis penyinaran sebesar 99,8 % . Dosis
pada kedalaman maksimum (Dw pada kedalaman maksimum (Dw
(zmax)) dapat di tentukan dengan (zmax)) dapat di tentukan dengan
Persamaan 2.2 pada SSD = 100 cm Persamaan 2.2 pada SSD 100 cm
diperoleh sebesar 1,60 x 102 cGray. diperoleh sebesar 9,07 x 102 cGray.
Dw (zmax)
Dari perhitungan tersebut, diperoleh
Rerata
Variasi (cGray) (cGray
Standar nilai dosis pada kedalaman maksimum
Sudut d Deviasi (zmax) pada energi berkas elektron 9
1 2 3 )
75 75 MeV dengan SSD = 105 cm terhadap
0o 750 751 0.28
1 1 setiap variasi sudut penyinaran. Seperti
72 72
10 o
2 2
721 722 0.28 ditunjukkan pada Tabel 4.6.
63 63
20 o 634 634 0.00
4 4 Tabel 4.6 Data hubungan sudut
o 48 48 penyinaran 0 sampai 40o pada SSD
o
30 480 480 0.28
0 0
28 28 105 cm dengan dosis kedalaman
40 o 280 280 0.00
0 0 maksimum pada Energi berkas
elektron 9 MeV.
Varias Dw (zmax) (cGray) Rerata
Standard
i (cGray
Deviasi
Sudut 1 2 3 ) Dengan menggunakan Persamaan 2.2
0o 129 129 129 129 0.03 diperoleh grafik hubungan pada
10 o 118 118 117 117 0.05 Gambar 4.4.
88, 88, 88,
20 o 88,1 0.03
1 1 1
52, 52, 52,
30 o 52,4 0.06
4 3 3
Dosis Kedalaman Mkasimum (zmax)

Hubungan Dosis pada Kedalaman Maksimum (zmax)


o 24, 24, 24, terhadap Sudut Penyinaran
40 24,0 0.00
0 0 0
800
Dari perhitungan tersebut, diperoleh f(x) = − 118.31 x + 928.16
nilai dosis pada kedalaman maksimum 600 R² = 0.92
(zmax) pada energi berkas elektron 6 400
MeV dengan SSD = 105 cm terhadap
setiap variasi sudut penyinaran. Seperti 200
yang ditunjukkan seperti pada Tabel 0 f(x) = − 27.52 x + 164.73
R² = 0.98 y1=6 MeV
4.5. 0 1 2 3 4 5 Linear
6 7
Sudut Penyinaran ( y1=6
MeV)
Tabel 4.5 Data hubungan sudut y2=9 MeV
penyinaran 0o sampai 40o pada SSD
105 cm dengan dosis kedalaman
8

Variasi
Sudut Jarak (cm ) Standart
Deviasi
AC AB BC
o
0 106 0,0 106 613
10 o 108 0,2 108 624
20 o 113 0,4 113 649
30 o 122 0,6 123 699
Gambar 4.4 Grafik Sudut Penyinaran 40 o 137 0,9 138 789
dengan Dosis Kedalaman Maksimum
(zmax). Dari hasil penghitungan pada Tabel
4.7, nilai jarak linear terhadap
4.1.3 Hubungan jarak terhadap pertambahan variasi sudut. Semakin
variasi sudut penyinaran besar pertambahan variasi sudut
penyinaran, maka jaraknya juga
Pada penyinaran arah tangensial semakin jauh.
dengan SSD 100 cm dapat di jadikan
perbandingan dengan penyinaran 1.1.4 Hubungan Dosis terhadap
menggunakan SSD 105 cm. Yang
mana pada SSD 100 cm dengan sudut Source Surface Distance
0o di peroleh jarak b = 100,009 dan (SSD)
jarak c = 100,009. Tabel 4.5
menunjukkan nilai jarak b dan c pada Untuk mendapatkan hubungan dari
penyinaran dengan SSD 105 cm dosis kedalaman terhadap SSD
menggunakan variasi sudut 0o – 40o menggunakan Persamaan 2.7 dan 2.8
dengan interval sudut 10o. Luasan dengan F faktor merupakan metode
penyinaran berbentuk segitiga akurasi kelayakan untuk menghitung
sembarang yang antar sisi nya berupa perubahan di % DD untuk medan
AB, AC dan BC. Nilai ketiga sisi di kecil, dimana komponen hamburannya
peroleh dengan persamaan kecil. F faktor di peroleh dari
trigonometri untuk mencari sisi perbandingan jarak penyinaran SSD
segitiga sembarang pada setiap variasi 100 cm dan SSD 105 cm dengan
sudut penyinaran yang diberikan . kedalaman Dmax dan d (Bentel Gunilla,
Perhitungan seperti yang terlampir 1991). Dan dari hasil penghitungan
pada Lampiran 3. Dari perhitungan dengan persamaan tersebut di peroleh
tersebut, diperoleh nilai jarak pada nilai PDDSSD100 = 1,594 % dan
setiap variasi sudut penyinaran seperti PDDSSD105 = 1,607 % untuk energi 6
pada Tabel 4.7. MeV . Untuk energi 9 MeV diperoleh
nilai PDDSSD100 = 9,048 % dan
Tabel 4.7 Data Hubungan Jarak PDDSSD105 = 9,120 % . Dari hasil
Penyinaran dengan variasi sudut SSD penghitungan diatas menunjukkan
105 cm
9

semakin dekat jarak penyinarannya terletak pada sudut penyinaran 0o agar


maka semakin besar dan optimum distribusi dosis radiasi yang diterima
dosis yang di terima oleh target dan seragam. Luas lapangan yang
sebaliknya semakin jauh jarak digunakan dalam penelitian ini yaitu
penyinarannya maka semakin kecil 10x10 cm2. Pemilihan luas lapangan
dosis yang diterima. berdasarkan ukuran luas lapangan pada
kasus yang sering terjadi pada pasien.
4.2 Pembahasan Untuk ukuran luas lapangan standar
yang biasanya digunakan adalah 8x8
Penelitian ini dilakukan pada slab cm2 dan 10x10 cm2. Kolimator pada
phantom berukuran 30x30x30 cm3 pesawat LINAC diatur sesuai dengan
dengan menggunakan pesawat LINAC besar luas lapangan yang
dengan energi elektron. Pengukuran menghasilkan bentuk persegi dengan
keluaran dilakukan dengan luas 5x5 cm2, 8x8 cm2, 10x10 cm2,
menggunakan detektor ionisasi dan 15x15 cm2. Dalam penelitian ini,
chamber yang dirangkai dengan kolimator yang digunakan berbentuk
elektrometer sebagai alat pembaca jaw yang memiliki bentuk tetap yaitu
keluaran. Pengukuran dilakukan pada persegi dan ukurannya dapat
kedalaman dan luas lapangan yang disesuaikan dengan kebutuhan.
telah ditentukan. Penyinaran terhadap Pembacaan keluaran dosis LINAC
slab phantom dilakukan dengan energi pada penelitian ini menggunakan
elektron 6 MeV dan 9 MeV yang elektrometer yang dihubungkan
didasarkan pada standar umum energi dengan detektor ionisasi chamber
yang digunakan pada terapi radiasi. melalui kabel koaksial. Elektrometer
Pada penelitian ini menggunakan ini berfungsi untuk mengetahui bacaan
teknik SSD sebesar 105 cm yaitu jarak jumlah berkas elektron yang telah
antara permukaan slab phantom dideteksi oleh detektor ionisasi
terhadap gantri pesawat LINAC yang chamber. Hasil bacaan keluaran dosis
merupakan sumber radiasi. Pada jarak LINAC dengan menggunakan
105 merupakan jarak yang elektrometer memiliki satuan nano
memungkinkan untuk aplikator Coulomb (nC).
berputar beberapa sudut tertentu. Pada
jarak 100 cm ini memiliki efisiensi 4.2.1 Jumlah Muatan yang
penyinaran yang baik atau jarak Tercacah pada Setiap Variasi
tersebut merupakan nilai terbaik untuk Sudut Penyinaran
memberikan radiasi. Tapi pada SSD
100 cm ini tidak memungkinkan Mengetahui hasil hubungan antara
dilakukan adanya perubahan sudut sudut penyinaran dengan banyaknya
penyinaran, karena jarak aplicator cacahan muatan yang terionisasi bisa
dengan permukaan tubuh manusia dilihat di grafik hubungan pada
pada SSD 100 cm2 hanya berjarak 5 Gambar 4.2.
cm. Posisi gantri tegak lurus terhadap
slab phantom yang akan diradiasi yaitu
10

Pada data hasil penelitian, bacaan


Jumlah Cacahan Muatan Setiap Variasi
Sudut Penyinaran keluaran dosis LINAC di elektrometer
20 menurun dengan meningkatnya sudut
penyinaran. Baik pada energi 6 MeV
Cacahan Muatan

15 f(x) = − 0.21 x + 18
R² = 0.89 maupun 9 MeV jumlah muatan (nC)
10 yang terionisasi dalam elektrometer
5 y1=6 MeV semakin menurun. Dosis pada titik
Linear acuan penyinaran yang semakin
f(x) = − 0.06 x + 3.11 (y1=6
0 R² = 0.97 MeV) menurun dengan meningkatnya sudut
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Sudut Penyinaran
y2=9 MeV penyinaran. Hasil Pengukuran dosis
serap dengan Persamaan 2.1 di
tunjukkan dengan grafik pada Gambar
4.3.

Hubungan Sudut Penyinaran terhadap Dosis


Kedalaman z

800
Dosis Kedalaman z
f(x) = − 11.73 x + 803.07
600 R² = 0.92

400
200
0 f(x) = − 2.76 x + 137.63
Gambar 4.2 Grafik Sudut Penyinaran R² = 0.98
0 10 20 30 40 50 y1=6
dengan jumlah cacahan muatan MeV
Sudut Penyinaran

Grafik 4.2 menunjukkan


hubungan antara sudut penyinaran dan
cacahan muatan yang terbaca di
elektrometer. Dimana semakin besar
sudut penyinarannya, maka semakin
sedikit muatan yang terionisasi
didalam slab phantom, karena sifat
elektron yang cenderung berinterkasi
dengan udara.

4.2.2 Pengukuran Dosis


Kedalaman z dan Dosis
Kedalaman Maksimum
terhadap Sudut Penyinaran.
11

Gambar 4.3 Grafik Hubungan antara baik pada energi 6 MeV dan 9 MeV
sudut penyinaran dan dosis pada menunjukkan semakin besar sudut
kedalaman z pada energi 6 MeV. penyinaran yang di berikan maka
semakin banyak pula berkas elektron
Grafik 4.3 menunjukkan yang terhampur dengan besar susut
hubungan antara sudut penyinaran yang diberikan. Hal ini mengakibatkan
dengan dosis pada kedalaman z yang berkas elektron yang sampai pada
semakin menurun dengan target semakin sedikit pula, dan
meningkatnya sudut penyinaran yang sedikitnya muatan yang terionisasi
di berikan. Hal ini menjelaskan bahwa mengakibatkan menurunnya dosis
semakin besar sudut penyinaran maka yang diterima di titik acuan tersebut.
semakin sedikit muatan yang Sesuai dengan pernyataan
terionisasi di dalam slab phantom yang (Budiantari,2010) yaitu elektron
di deteksi oleh detektor ionisasi sebagai partikel lebih banyak
chamber. Cacahan muatan itu dibaca berinteraksi dengan udara dibanding
oleh elektrometer, dengan sedikitnya dengan berkas foton. Sehingga dari
muatan yang terionisasi maka data yang di peroleh menunjukkan
menimbulkan berkurangnya dosis semakin besar sudut penyinaran maka
yang di terima di titik acuan dosis yang di terima di titik acuan
penyinaran. semakin kecil dikarenakan berkas
Dari hasil pengukuran didapatkan elektron semakin banyak yang
nilai dosis radiasi di kedalaman z pada dihamburkan ke udara dengan
energi 6 MeV berkisar 141,381 cGray meningkatnya sudut penyinaran.
hingga 34,282 cGray. Dosis radiasi Begitu pula Dosis pada kedalaman
tertinggi pada kedalaman z berada Zmax yang semakin menurun dengan
pada posisi sudut 0° dengan nilai dosis meningkatnya sudut penyinaran. Hasil
radiasi sebesar 141,381 cGray. Hal ini Pengukuran Zmax dengan menggunakan
terjadi karena pada saat penyinaran Persamaan 2.2 di tunjukkan pada
dengan sudut 0°, radiasi dari sumber grafik di Gambar 4.4.
pada pesawat terapi linier dan
maksimum mengenai target atau titik
acuan. Dan dosis radiasi terendah
berada pada variasi sudut terbesar
yaitu sudut 40o dengan nilai dosis
sebesar 34,282 cGy. Begitu pula pada
energi 9 MeV nilai dosis di kedalaman
z dari sudut 0° sampai 40o semakin
menurun. Pada sudut 0° di peroleh
sebesar 813,501 cGy dan pada sudut
10o,20o,30o terus mengalami
penurunan sampai pada sudut 40o
sebesar 396,115 cGy. Dari hasil
pengukuran dosis pada kedalaman z
12

penyinaran yang di berikan. Nilai Dmax


Hubungan Dosis pada Kedalaman Maksimum atau dosis maksimum di kedalaman
(zmax) terhadap Sudut Penyinaran
maksimum biasa dinormalkan ke 100,
Dosis Kedalaman Mkasimum (zmax)

800 Percentage Depth Dose (PDD)


f(x) = − 118.31 x + 928.16
700 R² = 0.92 merupakan distribusi dosis pada pusat
600 sumbu di dalam pasien atau fantom,
500 dimana pada kedalaman dosis
400 maksimal zmax dilakukan normalisasi
300 untuk = 100%. Nilai PDD bisa di
peroleh berdasarkan energi penyinaran
200 y1=6
MeV
dan kedalaman yang di gunakan. Pada
100 f(x) = − 27.52 x + 164.73 energi 6 MeV dengan kedalaman 1,1
0 R² = 0.98 Linear
( y1=6 cm di peroleh nilai PDD sebesar 99,5
0 1 2 3 4 5 MeV)
6 7
%. Pada energi 9 Mev dengan
Sudut Penyinaran y2=9 kedalaman 1,8 cm diperoleh nilai PDD
MeV
sebesar 99,8 %. Nilai dosis kedalaman
pada energi 6 MeV. Pada energi 6
MeV nilai dosis pada titik acuan di
sudut 0o sebesar 142,108 cGy pada
sudut 10o,20o,30o semakin menurun
sampai di sudut 40o di peroleh sebesar
34,454 cGy. Dan pada energi 9 MeV
nilai dosis pada titik acuan di sudut 0o
sebesar 815,293 cGy pada sudut
10o,20o,30o semakin menurun sampai
di sudut 40o di peroleh sebesar 396,909
cGy. Grafik hubungan sudut
penyinaran terhadap dosis serap pada
energi 9 MeV tidak linear diakibatkan
besarnya nilai dosis dengan selisih
yang berbeda jauh pada setiap
perubahan sudut penyinaran
yang diberikan. Nilai korelasi R² =
0.885 yang menunjukkan linearitasnya
Gambar 4.4 Grafik Hubungan antara sebesar 88%, yang menunjukkan
sudut penyinaran dan dosis di bahwa ada faktor lain yang
kedalaman maksimum pada energi 9 mempengarui nilai dosis serap selain
MeV. perubahan sudut penyinaran pada
energi 9 MeV seperti nilai SSD dan
Gambar 4.4 menunjukkan PDD yang berbeda pada energi
hubungan antara sudut penyinaran tersebut.
dengan dosis kedalaman yang semakin
menurun dengan meningkatkan sudut
13

4.2.3 Hubungan jarak terhadap sebesar 106,1 cm pada energi 6 MeV


setiap variasi sudut dengan SSD 105 di kedalaman z max 1,1
penyinaran cm sampai pada sudut 40o diperoleh
sebesar 137,8 cm. Dari data diatas
Menentukan Jarak Penyinaran tiap menunjukkan bahwa semakin besarnya
variasi sudut menggunakan persamaan sudut penyinaran dari 0o sampai 40o
Trigonometri untuk segitiga dengan interval 10o jarak antara source
sembarang yang dapat dilihat di bagian ke surface semakin jauh.
lampiran. Luas penyinaran disini
berbentuk segitiga sembarang, yang 4.2.4 Hubungan Dosis terhadap
untuk menentukan jarak Source Surface Distance
penyinarannya sama dengan (SSD)
menentukan setiap panjang sisi pada
segitiga Sembarang.
Seperti yang di tunjukkan pada Hasil cacahan muatan terionisasi yang
Gambar 4.5. terbaca di elektrometer dan di deteksi
oleh detektor ionisasi chamber pada
SSD 100 cm di sudut 0o dengan energi
6 MeV diperoleh sebesar 3,288 nC.
Sedangkan pada SSD 105 cm dengan
energi dan sudut yang sama diperoleh
cacahan muatan sebanyak 2,916 nC,
selisih 0,372 nC. Dari nilai cacahan
muatan tersebut dimasukkan kedalam
persamaan 4.1 di dapatkan nilai dosis
DW (z) sebesar 159,440 cGray pada
SSD 100 cm dan pada SSD 105 cm
didapatkan sebesar 141.381cGray,
turun sebanyak 18,059 cGray. Dari
nilai DW (z) juga diperoleh DW (zmax)
dengan persamaan 4.2 di peroleh nilai
Gambar 4.5 Luas daerah penyinaran dosis kedalaman maksimum sebesar
pada sudut penyinaran 10 160,240 cGray pada SSD 100 cm dan
Pada hasil perhitungan nilai sisi AB, pada SSD 105 cm didapatkan sebesar
AC dan BC yang ditunjukkan pada 141.664, turun 18,576 cGray.
tabel 4.5 yang menunjukkan sisi atau Sehingga pada energi 6 MeV pada
jarak AB pada sudut 0o sampai 40o sudut 0o dengan SSD 100 cm dan 105
mengalami kenaikan. Dimana semakin cm menunjukkan penurunan jumlah
besar sudut penyinarannya maka muatan yang terionisasi, begitu pula
semakin jauh pula jarak dengan dosis kedalaman z dan zmax
penyinarannya. Pada tabel 4.5 yang semakin menurun terhadap
menunjukkan ketika penyinaran di variasi sudut penyinaran mulai dari 0o
sudut 0o jarak source ke surface sampai 40o .
14

memberikan pengaruh terhadap


Begitupula pada energi terimaan dosis radiasi pada permukaan
penyinaran 9 MeV pada SSD 100 cm fantom, namun dosis radiasi pada
di sudut 0o dengan cacahan muatan permukaan yang diterima fantom tidak
yang diperoleh sebesar 18,66 nC. linear dengan kenaikan sudut
Sedangkan pada SSD 105 cm dengan penyinaran.
energi dan sudut yang sama diperoleh Hasil sama dengan pendapat
cacahan muatan sebanyak 16,78 nC, Ramadhani (2008) bahwa semakin
mengalami penurunan sebanyak 1,88 miring sudut daerah luasan radiasi
nC. Dengan variasi sudut penyinaran yang mengenai detektor maka respon
mulai dari 0o sampai 40o semua data detektor akan berkurang. Hasil
menunjukkan penurunan jumlah pengukuran dan perhitungan pada
muatan yang terionisasi, begitu pula sudut tegak lurus sumbu utama 90°
dengan dosis kedalaman z dan zmax didapatkan nilai sebesar 79,237 cGy.
yang semakin menurun terhadap Hasil tersebut mendekati 65% dari
pertambahan sudut penyinaran. dosis radiasi pada kedalaman
Dan dari hasil penghitungan maksimum. Menurut teori radiasi
dengan persamaan 2.7 dan 2.8 tersebut datang pada sudut 90° dosis radiasi
di peroleh nilai PDDSSD100 = 1,594 % permukaan diambil 65% dari dosis
dan PDDSSD105 = 1,607 % untuk energi pada kedalaman maksimum (zmax).
6 MeV . Untuk energi 9 MeV
diperoleh nilai PDDSSD100 = 9,048 % Pada penelitian (Bhintari, 2016)
dan PDDSSD105 = 9,120 % . Dari hasil telah di lakukan analisis densitas suatu
penghitungan diatas menunjukkan film terhadap Linear Accelerator
semakin dekat jarak penyinarannya (LINAC) dengan variasi sudut.
maka semakin besar dan optimum Dengan tujuan untuk mengetahui
dosis yang di terima oleh target dan pengaruh dosis pada densitas film
sebaliknya semakin jauh jarak dengan energi foton 6 MV dan 10 MV
penyinarannya maka semakin kecil dengan variasi sudut penyinaran 00, 50,
dosis yang diterima. 150, 300 dan 450 . Tehnik penyinaran
dengan SSD 100 cm dan luas lapangan
Hubungan antara dosis radiasi pada radiasi 4 cm x 4 cm. Penelitian dengan
fantom terhadap kenaikan sudut variasi sudut 00 sampai 450 diperoleh
penyinaran mendapatkan hasil yang bahwa dosis permukaan sebanding
berbeda pada pada penelitian yang dengan nilai densitas film. Semakin
dilakukan oleh Diyona dkk (2016). gelap film yang dipapari nilai densitas
Dalam penelitian tersebut, Diyona dkk semakin kecil dan sebaliknya film
(2012) mengatakan dosis radiasi pada yang dipapari lebih terang maka nilai
permukaan fantom meningkat pada densitasnya semakin besar (Bhintari,
kondisi sudut penyinaran tertentu dan 2016).
menurun pada beberapa sudut Penelitian ini memperoleh hasil
penyinaran. Hubungan ini yang berbeda pada penelitian Diyona
menunjukkan bahwa sudut penyinaran dkk (2012) dan Bhintari (2016), nilai
15

dosis serap menurun pada setiap dalam elektrometer. Pada sudut


perubahan sudut penyinaran. Berkas 0o,10o dan 20o jumlah muatan
elektron sebagai partikel lebih banyak yang tercacah optimal
berinteraksi dengan udara, semakin digunakan sebagai teknik rotasi
besar sudut penyinaran maka jarak penyinaran untuk pasien
sumber ke permukaan semakin jauh. dengan energi sumber radiasi
Jarak penyinaran yang semakin jauh berkas elektron.
mengakibatkan dosis yang diserap 2. Dosis pada kedalaman z dan
semakin kecil. Pada sudut penyinaran zmax nilainya semakin menurun
0o, 10o dan 20o dosis yang terserap dengan perubahan sudut
antara 95% sampai 100%. Jadi pada penyinaran. Semakin kecil
sudut tersebut bisa digunakan untuk jumlah muatan yang
penyinaran radiasi dengan berkas terionisasi, semakin kecil pula
elektron yang bisa diterapkan di rumah dosis yang terserap pada
sakit sebagai implementasi teknik kedalaman z dan zmax. Pada
rotasi pesawat LINAC. Pada sudut 30o sudut 0o,10o dan 20o jumlah
dan 40o dosis yang terserap sangat dosis yang terserap pada
kecil, kurang dari 95% sampai 100% kedalaman tersebut, optimal
sehingga pada sudut ini tidak optimal digunakan sebagai teknik rotasi
digunakan untuk pasien ketika penyinaran untuk pasien
menggunakan sumber radiasi berkas dengan energi sumber radiasi
elektron. berkas elektron.

BAB V 5.2 Saran


KESIMPULAN DAN SARAN
Berikut ini merupakan saran-saran
5.1 Kesimpulan yang dapat peneliti ajukan agar dapat
member manfaat pada penelitian
Dari hasil penelitian dan perhitungan selanjutnya :
dengan menggunakan variasi sudut
penyinaran 0o sampai 40o pada energi 1. Dalam pengukuran ini hanya
berkas elektron 6 MeV dan 9 MeV menggunakan beberapa sudut
pesawat LINAC dengan SSD 105 cm saja, agar memperoleh hasil
maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang lebih baik pada penelitian
: selanjutnya variasi sudut di
1. Penelitian dengan variasi sudut tambah.
gantri pada LINAC, diperoleh 2. Metode pengukuran dan
jumlah cacahan muatan perhitungan dosis radioterapi
semakin menurun dengan dalam penelitian ini adalah
perubahan sudut penyinaran. dengan menggunakan detektor
Semakin besar sudut ionisasi chamber. Pada
penyinaran maka semakin kecil penelitian selanjutnya bisa
jumlah muatan yang tercacah menggunakan detektor lain
16

yang juga bisa digunakan Nominal 6 dan 8 MeV dari Pesawat


dalam penelitian ini seperti Pemercepat Linier Medik Synergy
plan paraller. Platform Model s151731. Pusat
Teknologi Keselamatan dan Metrologi
Radiasi –BATAN : Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Fiqi Diyona, Dian Milvita, Sri
Amsori. 2009. Pengaruh Kemiringan Herlinda, Kri Yudi Pati Sandy.
Sudut Gantri pada Dosis Permukaan Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran
Fantom Berkas Radiasi Gamma terhadap Dosis Permukaan Fantom
Cobalt-60. Skripsi S1 Fisika Medis Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada
dan Biofisika. Universitas Indonesia: Pesawat Radioterapi. Jurnal Fisika
Depok. Universitas Andalas. 2016. Vol. 5,
Arismunandar. Silakhuddin. 2002. No.2.
Struktur dan Segi-Segi Keselamatan
LINAC Medik. Pusat Pengembangan Handbook. IAEA TRS-398. 2000.
Sistem Reaktor Maju . BATAN: Absorbed Dose Determination in
Yogyakarta. External Beam Radiotherapy: an
International Code of Practice for
Asrisal. Syamsir Dewang. Dahlang Dosimetry Based on Standards of
Tahir. 2015. Verifikasi Berkas Absorbed Dose to Water. International
Elektron Pesawat Linear Accelerator Atomic Energi Agency. Vienna.
(LINAC) dengan Variasi Energi pada Austria
Water Phantom. Universitas
Hasanuddin. Jumedi Marten P. Syamsir Dewang.
Bidayatul Armynah. 2015. Verifikasi
Bentel, Gunilla C. 1994. Radiation Percentage Depth Dose (PDD) dan
Therapy Planning, Second Edition. Profile Dose Pesawat Linear
Accelerator (LINAC) Berkas Elektron
Cember, Herman. 1987. Introduction 6 MeV, 9 MeV, 12 MeV dan 15 MeV
to Health Physics. Pergamon Press. Menggunakan Water Phantom.
NewYork10523,USA.
Krieger, Thomas. 2004. Monte Carlo
Darmawati, Suharni. 2012. versus pencil beam collapsed
Implementasi Linear Accelerator conedose calculation in a
dalam Penanganan Kasus Kanker. heterogeneous multilayer phantom.
Volume 14. Instalasi Radiologi, Sub Department of Radiotherapy, Julius
Unit Radioterapi RSUP. Dr. Sardjito: Maximilians University of Wurzburg.
Yogyakarta. Germany.
Assef Firnando Firmansyah, Nurman Kry, S. F. Smith, S. A. Eathers, R. dan
Rajagukuguk. 2011. Penentuan Stovall, M., Journal of Applied
Keluaran Berkas Elektron Energi
17

Clinical. Medical Physics, 13, 20-34, Radiation Inducced Cylogenetical of


(2012). Cells. Polish of Environ.

Nainggolan, Andreas. 2010. Studi Sugianty Syam, Syamsir Dewang,


Metode Kalibrasi Detektor Bilik Bualkar Abdullah. 2012. Analisis
Ionisasi Tipe Pensil Dengan dan Dosis Radiasi Pada Paru-paru Untuk
Tanpa Kolimator. FMIPA Universitas Pasien Kanker Payudara Dengan
Indonesia : Depok. Treatment Sinar-X 6 MV. Jurusan
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Bondan, Panular D. 2012. Pengetahuan Alam, Universitas
Perbandingan Hasil Pengukuran Hasanuddin
Parameter Berkas Sinar-X dan
elektron Keluaran Pesawat Linac Suharni, Frida Iswinning Diah,
Menggunakan Detektor Matrixs dan Pramudita Anggraita. Tinjauan
Fantom Air. Penerbit Universitas Teknologi Akselerator Linear (LINAC)
Indonesia: Depok. Elekta Precise di RSUP DR.
SARDJITO. 166. PTAPB-BATAN:
Podgorsak. 2005. Radiation Oncology Jogjakarta. 2010.
Physics: A Handbook for Teachers
and Students.International Atomic Suharsono. 2012. Verifikasi Dosis
Energy Agency. Vienna. Austria Radioterapi Eksterna Metode In Vivo
Pada Phantom. Skripsi Fakultas
Ramadhani. Pengukuran Respon TLD- Matematika dan Ilmu Pengetahuan
100 Terhadap Variasi Jarak dan Alam, Universitas Indonesia.
Variasi Arah Sudut Datang Radiasi
berkas Pesawat Terapi Co-60, Skripsi Susworo, R. 2007. Radioterapi:
S1, Universitas Andalas. 2008. Dasar-Dasar Radioterapi, Tata
Laksana Radioterapi Penyakit Kanker.
Retna, Oktaviana. 2016. Verifikasi Jakarta: UI Press.
Sistem Perencanaan Terapi
(Treatment Planning System / TPS) Tuti Budiantari. Nurman R. 2010.
dengan Menggunakan Slab Phantom. Hubungan Antara Laju Dosis Serap
Skripsi Universitas Airlangga: Air dengan Lapangan Radiasi Beras
Surabaya. Elektron Pesawat Pemercepat Linier
Medik Elekta. Pusat Teknologi
Sakti P.N.N, Bhintari. 2016. Analisis Keselamatan dan Metrologi Radiasi.
Film Gafchromic Terhadap Linear BATAN:Yogyakart
Accelerator (LINAC) dengan Variasi
Sudut. Skripsi Universitas Airlangga :
Surabaya.

Slosarek K, Konopacka Jacek. 2006.


Effect of Water Phantom Depth Upon

Anda mungkin juga menyukai