Anda di halaman 1dari 7

INTERFEROMETER MICHELSON

ADITYA WARDANI
170321612506
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang
E-mail: adityawardani50@gmail.com

Abstrak : Telah dilakukan Praktikum Fisika Modern berjudul Interferometer Michelson


di Laboratorium Fisika Modern UM yang bertujuan untuk memahami cara kerja
interferometer Michelson dan mengukur panjang gelombang sinar laser He-Ne.
Praktikum ini menggunakan prinsip dari interferensi gelombang yaitu peristiwa
penggabungan dua gelombang atau lebih. Percobaan ini dilakukan dengan memutar
skala pada vernier agar terbentuk pola gelap terang pada layar, sehingga dapat diketahui
besar perubahan posisi dari M2 dan banyaknya pergeseran pola gelap terang pada pusat
frinji. Pada percobaan ini dipelajari hubungan antara perubahan posisi cermin pantul
dan perubahan lintasan yang ditunjukkan adanya perubahan frinji-frinji atau pola gelap
terang yang terjadi. Metode analisis yang digunakan adalah kuadrat terkecil dan
perolehan panjang gelombangnya adalah sebesar 𝜆 = (2,48 ± 0,077) 𝑥 10−7 𝑚 atau
setara dengan 248 nm dengan ralat relatif sebesar 3,13 %.

Abstract : Modern Physics Practicum entitled Interferometer Michelson at the Modern


Physics Laboratory in UM which aims to understand the workings of the Michelson
interferometer and measure the wavelengths of He-Ne's laser light. This practice uses
the principle of wave interference that is the event of combining two or more waves.
This experiment was carried out by rotating the scale on the vernier to form a bright
dark pattern on the screen, so that it can be seen the large changes in position of M2 and
the number of shifts in the pattern of dark light at the center of the fringes. In this
experiment, the relationship between changes in the reflection position of the mirror and
changes in trajectory was indicated by changes in the fringes or dark patterns of light
that occurred. The analytical method used is the least squares and the acquisition of the
wavelength is equal to 𝜆 = (2,48 ± 0,077) 𝑥 10−7 𝑚 or equivalent to 248 nm with the
relative error of 3.13%.

Kata kunci : Interferometer Michelson, Interferensi, Panjang Gelombang Cahaya

Laser yang merupakan singkatan dari merupakan peristiwa penting yang


Light Amplification by Stimulated Emission membedakan gelombang dan partikel.
of Radiation, berarti penguatan cahaya Interferensi merupakan
dengan ransangan dari pancaran radiasi. penggabungan secara superposisi dua
Sifat cahaya yang terjadi akibat kesamaan gelombang atau lebih yang bertmu dalam
frekuensi adalah monokromatis dan sifat satu titik ruang. Sedangkan difraksi
yang terjadi akibat kesamaan fase adalah merupakan perubahan muka gelombang
koherensi. Dengan demikian, sifat akibat adanya celah sempit. Apabila dua
terbentuknya laser adalah sumber cahaya gelombang yang berfrekuensi dan
yang monokromatis dan koheren. Laser berpanjang gelombang sama tapi berbeda
memiliki sifat-sifat khusus, antara lain fase ketika bergabung, maka gelombang
kesearahan, intensitas, monokromatis, dan yang dihasilkan merupakan gelombang yang
koherensi. Interferensi dan difraksi cahaya amplitudonya tergantung pada perbedaan
fasenya. Jika perbedaan fasenya adalah nol Set alat interferometer yang
atau bilangan bulat kelipatan 360°, maka diciptakan oleh fisikawan dari Amerika
gelombang akan berada dalam satu fase dan yang bernama Albert. A. Michelson (1852-
berinterferensi saling menguatkan atau 1931) yang sangat fenomental pada
instruktif. Sedangkan amplitudinya sama jamannya kala itu, dapat digunakan untuk
dengan penjumlahan amplitudo masing- menghitung berbagai panjang gelombang
masing gelombang. Namun, jika perbedaan dengan ketepatan yang sangat tinggi
fase antara dua gelombang adalah 180° atau berdasarkan pola interferensi yang
bilangan ganjil kelipatan 180°, maka dihasilkan. Eksperiman paling terkenal ini,
gelombang yang dihasilkan akan berbeda pertama kali dirancang di tahun 1881 untuk
fase dan berinterferensi saling melemahkan mengetahui perubahan kecil dalam kelajuan
atau dekstruktif. Amplitudo yang dihasilkan cahaya dan diulang kembali dengan
merupakan selisih masing-masing berbagai kondisi bersama rekannya Edward
gelombang. W. Morley (1838-1923). Interferometernya
Perangkat interferometer rancangan dirancang untuk menentukan kelajuan bumi
Michelson di tahun 1881, digunakan untuk relatif terdadap eter yang diduga ada. Akan
menhitung berbagai panjang gelombang atau tetapi, hasil pengukuran yang dilakukannya
panjang-panjang lainnya dengan ketepatan gagal untuk menujukkan perubahan dalam
yang sangat tinggi. Hal itu dikarenakan pola interferensinya.
pergeserran dari cerminnya, yang nilainya Eksperimen Michelson-Morley
besar dan dapat dihitung secara tepat dan diulang di waktu-waktu berbeda saat besar
akurat dengan jumlah panjang gelombang dan arah angin eter diperkirakan berubah,
cahaya yang dapat dihitung secara pasti. namun hasil yang diperolehnya selalu sama.,
Sebuah diagram skematis dari perangkat yakni tidak pernah teramati adanya
percobaan interferometer Michelson pergeseran rumbai dengan besar yang
ditunjukkan pada gambar 1. cukup, hanya sebesar 0,01 rumbai saja.
Percobaan ini juga dilakukan berulang kali
oleh ilmuwan yang berbeda-beda dengan
kondisi yang berbeda pula namun hasilnya
pun nihil. Jadi, disimpulkan dari berbagai
kejadian ini bahwa gerakan bumi relatif
terhadap eter yang sudah dipostulatkan tidak
bisa dibuktikan. Einstein lah yang pertama
kali mengajukan postulat relativitas
khususnya yang kontra dengan hasil-hasil
negatif ini. Sehingga, kini cahaya dipahami
sebagai gelombang elektromagnetik yang
tidak membutuhkan medium untuk
merambat, dan anggapan bahwa gelombang
Gambar (1.1) Skema Percobaan merambat di dalam eter menjadi tidak lagi
Interferometer Michelson
penting. Oleh karena itu, kita sebagai laser dengan posisi dimiringkan agar
mahasiswa fisika, penting untuk melakukan sinarnya bisa dipantulkan menuju M1 dan
praktikum Interferometer Michelson ini, diteruskan menuju layar. Setelah dilayar
dengan peralalatan miniatur yang didesain terbentuk bayangan yang dibentuk oleh
sedemikian rupa menyerupai aslinya untuk ketiga cermin tersebut, mengatur sekrup
lebih mengetahui tentang cara kerja dan yang terdapat pada M1 agar dilayar terbentuk
kegunaannya. pola interferensi dengan pola gelap terang
Tujuan dari percobaan yang diinginkan. Daerah gelap terang yang
Interferometer Michelson yaitu (1) untuk terbentuk pada layar ditandai sebagai
memahami cara kerja interferometer patokannya. Percobaan dilanjutkan dengan
Michelson dan (2) untuk mengukur panjang memutar posisi perubahan skala pada
gelombang sinar laser He-Ne vernier agar terbentuk pergeseran pola gelap
terang pada layar dan menghitung
METODE HASIL banyaknya perubahan pergeseran tersebut.
Dalam percobaan interferometer Pengamatan pada perubahan skala vernier
Michelson ini untuk memahami bagaimana dicatat dalam data pengamatan. Data yang
cara kerja interferometer serta mengukur dicatat pada praktikum ini posisi awal dan
panjang gelombang sinar laser He-Ne, maka akhir dari M2 yang bisa diketahui dari skala
diperlukan set-up interferometer Michelson vernier, dan banyaknya pergerseran
yang terdiri dari laser He-Ne, half mirror perubahan pola gelap terang yang terjadi (n)
(beam splitter), movable mirror, stationari setiap satu skala sampai data yang diambil
mirror, stationary mirror adjusting Screw, berjumlah 10 data.
serta vernier. Selain itu dibutuhkan juga
layar putih/kertas yang berfungsi untuk Panjang gelombang dari sinar laser He-
menangkap pola interferensi. Ne yang digunakan pada percobaan
Percobaan ini dilakukan interferometer Michelson ini mengunakan
menggunakan inteferometer Michelson analisis perhitungan dengan metode kuadrat
dengan mengamati perubahan pola dan terkecil, karena data percobaan yang
jumlah frinji yang dihasilkan. Pertama-tama dihasilkan pada percobaan ini berjumlah
laser diletakkan pada posisi yang aman dan lebih dari 5 data, sifatnya kontinue dan tidak
tidak mudah goyang, kemudian sinarnya berulang, serta digunakan untuk mencari
diarahkan pada set alat percobaan linierisasi hubungan dari dua besaran.
Interferometer. Laser dinyalakan dan diatur Hubungan yang dipelajari adalah perubahan
menuju ke movable mirror. Posisi movable posisi cermin pantul atau M2 dengan
mirror diatur agar sinar laser yang perubahan lintasan yang ditunjukkan adanya
mengenainya tepat dipantulkan kembali ke frinji-frinji atau pola gelap terang yang
laser dan tidak diteruskan ke belakangnya. terjadi. Sesuai dengan persamaannya, yaitu
2
Setelah posisinya sudah cukup tepat, 𝑛= |𝑀2′ − 𝑀2 |dengan menggunakan
𝜆
dilanjutkan dengan mengarahkan cermin pemodelan perumusan linier atau persamaan
setengah mengkilat ke arah datangnya sinar garis y = a + bx sehingga didapatkan data
bahwa n sebagai sumbu Y dan |𝑀2′ − 𝑀2 | untuk menghitung panjang maupun
2 perubahan panjang gelombang sinar laser
sebagai sumbu X, dan sebagai gradiennya
𝜆
He-Ne dengan ketelitian yang sangat tinggi
(b) dengan a = 0 adalah intercept. Nilai
berdasarkan penentuan garis-garis
Movable Mirror (M2) disini berada dalam
2 ineterferensi.
orde mikrometer. Oleh karena b = 𝜆, maka Dalam percobaaan ini variabel-
2
nilai lambda λ adalah λ = 𝑏. variabel yang diamati adalah jumlah frinji
 Menghitung nilai gradien garis (b) (pola gelap-terang) posisi cermin M2 dam
𝑛𝛴𝑥𝑦 − 𝛴𝑥𝛴𝑦 posisi M2’. Untuk mengetahui perubahan
𝑏= posisi M2’, maka vernier diputar secara
𝑛𝛴𝑥 2 − (𝛴𝑥)2
 Menentukan Panjang Gelombang Sumber perlahan sehingga jumlah frinji dapat
Cahaya (λ) teramati dengan baik. Untuk memperoleh
Dari hasil kemiringan garis (gradien) data yag lebih presisi, maka vernier harus
2 diputar /digerakkan dengan hati-hati.
(λ = 𝑏
Pengkalibrasian titik awal juga harus
 Menghitung Besar Simpanngan diperhatikan.
Baku Gradien (Sb) Berdasarkan pengamatan, diperoleh
𝑆𝑦
hasil yang menunjukkan bahwa jumlah
1 𝛴𝑥 2 (𝛴𝑦)2 − 2𝛴𝑥𝛴𝑦𝛴𝑥𝑦 + 𝑛(𝛴𝑥𝑦)2 frinji-frinji berbanding lurus dengan
=√ [𝛴𝑦 2 − ]
𝑛−2 𝑛𝛴𝑥 2 − (𝛴𝑥)2
pergeseran posisi M2’. Artinya, semakin
 Menghitung Simpangan Baku Panjang banyak frinji-frinji, maka perubahan posisi
Gelombang (𝑆𝜆 ) M2’ terhadap titik nol (titik acuan) akan
−2 2 menunjukkan angka yang semakin besar.
𝑆𝜆 = √| . 𝑆𝑏 |
𝑏2
 Menentukan Ralat Relatif Panjang
Gelombang Cahaya (𝑅𝜆 )
𝑆𝜆
𝑅𝜆 = 𝑥 100 %
𝜆

PEMBAHASAN
Percobaan interferometer Michelson
menggunakan gejala interferensi.
Interferensi dapat terjadi jika pada
gelombang cahaya terjadi kapanpun dua
gelombang atau lebih bertumpang tindih Gambar (1.2) Pola gelap-terang
pada suatu titik. suatu pola interferensi Interferometer Michelson dengan sumber
teramati jika sumber-sumbernya koheren Laser He-Ne yang ditangkap oleh layar.
dan sumber-sumbernya menghasilkan
panjang gelombang yang sama. Dengan Berikut ini adalah hasil data pengamatan
menggunkan prinsip interferensi ini, percobaan interferometer Michelson:
interferometer Michelson dapat digunakan
No. Posisi M2 Posisi M2’ N menggunakan ralat kuadrat terkecil. Hasil
1. 0 1 10 analisis yang diperoleh adalah gradien b
2. 0 2 13 yang diperoleh sebesar 8,048 𝑥 106 m.
3. 0 3 20 Gradien b ini menggambarkan nilai panjang
4. 0 4 31 gelombang sinar laser He-Ne yang
5. 0 5 38 digunakan. Panjang gelombang laser yang
6. 0 6 50 diperoleh adalah (2,48 ± 0,077) 𝑥 10−7 𝑚
7. 0 7 56 dengan ralat relatif sebesar 3,13 % (3 AP).
8. 0 8 62 Berdasarkan teori, jangkauan
9. 0 9 69 panjang gelombang sinar laser warna merah
10. 0 10 81 adalah antara 620-750 nm (Sear dan
Tabel 1.1 data pengamatan percobaan Zemansky : 2016). Sehingga dari hasil
Interferometer Michelson pengukuran dan setelah dilakukan analisis
didapatkan bahwa besar panjang gelombang
Data yang diperoleh ini kemudian dianalisis cahaya yang digunakan masih belum bisa
dengan menggunakan ralat kuadrat terkecil, memenuhi jangkauan panjang gelombang
dan hasil analisis ditunjukkan pada tabel secara teoritis.
berikut ini: Dalam Abbasian dan Abdollahi
λ 248,49 𝑥 10−9 𝑚 International Nano Letters tahun 2013,
𝑆𝜆 7,7705 𝑥 10−9 dijelaskan penggunaan Interferometer
(λ ± 𝑆𝜆 ) (2,48 ± 0,077) 𝑥 10−7 𝑚 Michelson sebagai basis detektor gas
𝑅𝜆 3,13 % (3 AP) menggunakan transparansi yang diinduksi
Tabel 1.2 hasil analisis data secara elektromagnetik. Disini hanya
digunakan satu lengan cermin mekanik yang
Grafik Hubungan antara Jumlah pola bergerak, dimana terdapat kelemahan pada
terang (n) terhadap Pergeseran Lintasan
panjang waktu respon dapat mencapai
|𝑀2 ′ − 𝑀2 | sebagai berikut:
transien antara tingkat energi atom dan
Grafik Hubungan Antara Perubahahan Skala Dengan kecepatan gerakan yang tidak tetap. Namun
Pergeseran Pola Gelap Terang
telah mencapai banyak modifikasi antara
100 lain respon waktu dalam sub nanosekon,
Perubahan Skala

resolusi dan tingkat akurasi yang tinggi.


50
Selain itu, sebuah sensor berbasis
0 Interferometer Michelson digunakan untuk
0 0.00001 0.00002 memantau perpindahan dan getaran pada
Pergeseran Pola Gelap Terang
suatu permukaan (Hussain, dkk : 2013).
Dari hasil percobaan, panjang Gangguan sinyal yang terdeteksi dalam
gelombang sinar laser yang digunakan pada quadrate diproses menggunakan analog
interferometer Michelson ini dapat dihitung, elektronik untuk menemukan arah
yaitu dengan menggunakan data-data yang permukaan yang bergetar. Instrumentasi dan
diperoleh sebelumnya (n, M2, M2’) pemrosesan sinyal diterapkan untuk
kemudian data tersebut diananlisis dengan
interpretasi amplitudo sebagai perjalanan Setelah dilakukan analisis
positif-negatif dalam siklus getaran. perhitungan menggunakan metode kuadrat
Interferometer Michelson juga dioptimalkan terkecil, dihasilkan panjang gelombang sinar
implementasinya dalam nanomekanis laser sebesar 𝜆 = (2,48 ±
−7
perpindahan permukaan film tipis berbahan 0,077) 𝑥 10 𝑚 atau setara dengan 248 nm
emas 40 nm yang menyala pada substrat dengan ralat reatif sebesar 3,13 % (3 AP).
silikon selama iradiasi laser dengan skala Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
waktu nanosekon ( Kneiner, dkk : 2012). besar panjang gelombang yang diperoleh
Pengaturannya dilakukan terhadap dua masih belum memenuhi jangkauan panjang
detektor menggunakan sinyal interferensi gelombang warna merah dalam rentangan
terbalik dan menjelaskan perubahan 620-750 nm.
reflektivitas sementara selama iradiasi.
DAFTAR RUJUKAN
PENUTUP Abbasian dan Abdollahi. 2013.
Interferometer merupakan alat yang Electromagnetically InducedTransparency
dapat digunakan untuk mengukur panjang Based Gas Detector Design Using
gelombang berdasarkan garis-garis Michelson Interferometer
(International Nano Letters 3:34).
interferensi yang dihasilkannya. Percobaan
Tabriz : School of Engineering
ini menggunakan laser He-Ne sebagai Emerging-Technologies University
sumber cahayanya karena memilki sifat of Tabriz, Iran. (diakses online pada
monokromatis dan koheren. Terjadinya tanggal 1 Maret 2019)
perubahan pola gelap terang pada gejala
interfernsi yang dihasilkan, disebabkan oleh Dharma, Mahardi Widhi. 2018. Pengolahan
Citra Digital Frinji Pola Interferensi
perbedaan lintasan perjalanan dua berkas
Untuk Penentuan Bahan Mica
cahaya. Cahaya dari sebuah laser diarahkan Transparan Pada Orde Mikro
menuju cermin setengah mengkilat M. (Skripsi). Yogyakarta : Universitas
Cermin tersebut dapat memantulkan Negeri Yogyakarta. (diakses online
sebagian cahaya yang datang ke M2 dan pada tanggal 4 Maret 2019)
sebagian lagi ditransmisikan menuju M1.
Oleh M2 dan M1, cahaya tersebut Falah, Masroatul. 2016. Analisis Pola
Interfernsi Pada Interferometer
dipantulkan kembali ke arah M kemudian
Michelson untuk Menentukan
diteruskan dan dipantulkan menuju layar. Panjang Gelombang Sumber
Apabila M2 menuju M2’, pola terang yang Cahaya. Semarang : Universitas
mula-mula terbentuk pada layar akan Diponegoro. (diakses online pada
berubah ke terang berikutnya, sehingga tanggal 1 Maret 2019)
lintasan cahayanya juga telah bergeser
sejauh satu panjang gelombang (S). Dengan Hussain Babar, dkk. 2013. Analog
ProcessingBased Vibration
demikian besarnya S adalah S = nλ, dengan Measurement Technique Using
n adalah jumah perubahan cincin gelap Michelson Interferometer (Photonic
terang. Sensors Vol 3, No 2:137-143).
Islamabad : National Institute of edition. Santa Barbara : University of
Lasers and Optronics, 45650, California.
Islamabad, Pakistan. (diakses online
pada tanggal 1 Maret 2019) Setyaningsih, Agustina. 2016. Penentuan
Nilai Panjang Koherensi Laser
Jewett, Serway. 2007. Fisika untuk Sains Menggunakan Interferometer
dan Teknik. Jakarta : Salemba Michelson. Semarang : Universitas
Teknika. Diponegoro. (diakses online pada
tanggal 1 Maret 2019)
Kneiner. F, dkk. 2012. Nanosecond Laser
Pulse Induced Vertical Movement of
Thin Gold Films on Silicon
Determined by a Modified Michelson
Interferometer. Konstanz :
University of Konstanz,
Universitätsstrasse 10, 78457
Konstanz, Germany. (diakses online
pada tanggal 1 Maret 2019)

Sears & Zemansky. 2016. Physics


University with Modern Physics 14th

Anda mungkin juga menyukai