Anda di halaman 1dari 19

interferometer dan prinsip babinet

INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET Siti Murtopingah, Aceng Sambas, Hesti Fatimah, Maolana Syahyanto, Nina Yunia Hasanah, Rani Puspita, Yuni Karlina 1209703037, 1209703001, 1209703016, 12097030, 1209703027, 1209703032, 1209703046 Program Studi Fisika, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia E-mail : Sitimurtopingah@yahoo.com Asisten : Nuha (10207020) Tanggal Praktikum : 18-12-2010 Abstrak Interferometri adalah ilmu menginterpretasikan dua atau lebih gelombang melalui pola interferensinya. Interferometer merupakan alat untuk mengukur panjang gelombang sinar koheren. Alat ini merupakan alat yang menghancurkan teori eter. Jenis interferometer yang digunakan pada praktikum ini adalah Interferometer Michelson-Morley dan Intrferometer Mach Zehnder. Selain mengamati pola interferensi, dilakukan juga pengamatan difraksi yang menggunakan rambut, percobaan babinet ini menggunakan sinar laser HE-Ne. Dari percobaan melalui grafik didapat ketebalan rambut sebesar 6.32 x 10-5m atau 6.32 x 10-2mm. sedangkan melalui teori didapat nilai d nya yaitu 5.13 x 10 -5 m atau 5.90 x 10 -2 mm. Sedangkan nilai dari literaturnya yaitu 0.04 mm - 0.25 mm. Ini bisa disebabkan karena kurangnya ketelitian pada saat membaca nilai x dan L.nilai interferensi pada Michelson-Morley berbeda dengan nilai interferensi pada Mach Zender. Kata kunci : Interferometer, laser He-Ne, Prinsip Babinet

I.

Pendahuluan Interferensi menunjukkan efek efek fisis yang timbul karena super posisi dua atau lebih deret gelombang. Super posisi dua buah gelombang atau lebih yang frekuensi dan amplitudonya sama yang keduanya hampir sefasa akan menghasilkan sebuah gelombang yang amplitudonya hampir dua kali aplitudo masing masing

gelombang. Kedua gelombang tersebut dikatakan berinterferensi konstruktif. Super posisi dua gelombang yang frekuensi dan amplitudonya sama dan berbeda fasa hamper 180 menghasilkan sebuah gelombang yang amplitudonya hampir sama dengan nol. Interferensiseperti ini disebut dengan interferensi destruktif. Salah satu alat yang digunakan untuk mengamati gejala interferensi adalah Interferometer. Pada umumnya rangkaian Interferometer terdiri atas beberapa buah cemin datar, beam divider dan lensa sferis serta sebuah laser sebagai sumber cahaya. Jenis-jenis Interferometer dapat dibedakan menjadi dua yaitu : Interferometer Michelson-Morley Dalam Interferometer Michelson, sinar laser dipecah oleh beam divider menjadi dua sinar koheren, yaitu 50% refleksi dan 50% transmisi. Sinar 1 dipantulkan (releksi) oleh beam divider menuju cermin 1 (M1) sedangkan sinar 2 diteruskan (transmisi) melalui beam divider menuju cermin 2 (M2). Sinar refleksi 1 dan 2 akan bertemu lagi di beam divider lalu difokuskan oleh lensa sferis untuk kemudian berinterferensi dan terdeteksi pada layar. Interferensi konstruktif atau destruktif tergantung pada selisih fasa kedua sinar. P diletakkan dalam arah 45 0 terhadap arah laser. Jika M1 dan M2 sangat dekat (cukup dekat), kita akan mendapatkan pola interferensi yang paralel pada layar terhadap jarak antara kedua cermin. Usahakan meja optik (beserta semua peralatan di atasnya) tetap dalam keadaan tegar, karena getaran dalam jangkauan panjang gelombang sumber akan menggangu pola interferensi. Interferensi konstruktif terjadi ketika selisih jarak tempuh kedua sinar refleksi adalah kelipatan bulat dari panjang gelombang () sinar laser, sedangkan interferensi destruktif terjadi ketika selisih jarak adalah /2. Jika posisi salah satu cermn dibiarkan tetap (reference path) untuk terjadinya interferensi konstruktif sedangkan yang satu lagi digeser sejajar mengikuti berkas sinar laser, misal digeser sejauh /2, maka interferensi konstruktif akan timbul lagi. Alasannya adalah sinar merambat menuju cermin dan dipantulkan kembali terhadap normal sehingga total perubahan jarak adalah dua kalinya. Ketika salah satu cermin (misalnya M1) digeser sejauh d, maka pola interferensi konstruktif terjadi jika d memenuhi persamaan 2d = N Interferometer Mach Zender Sama seperti interferometer Michelson, rangkaian alat ini juga mampu secara tepat menentukan panjang gelombang sinar gelombang koheren .

Dalam interferometer ini, sinar laser dipecahkan oleh beam divider menjadi dua sinar koheren. Sinar 1 direfleksikan oleh P1 menuju M1 sedangkan sinar 2 ditransmisikan menuju M2. Sinar refleksi 1 dan 2 akan bertemu di P2 dan diteruskan oleh lensa sferis untuk kemudian berinterferensi dan terdeteksi pada layar. Interferensi konstruktif atau destruktif tergantung pada selisih fasa kedua sinar. Prinsip Babinet Menurut prinsip Babinet, pola interferensi yang sama terjadi jika satu atau sekelompok celah diganti dengan komplemennya. Pola difraksi oleh sebuah rambut berktebalan d akan sama dengan pola difraksi oleh suatu celah yang memiliki lebar d. Dan dengan menggunakan prinsip babinet salah satunya yaitu kita dapat menentukan ketebalan rambut. Pola difraksi oleh sebuah rambut berktebalan d akan sama dengan pola difraksi oleh suatu celah yang memiliki lebar d. Selain mengalami interferensi, cahaya juga dapat terdifraksi atau penyebaran cahaya akibat melalui celah sempit. Untuk cahaya monokromatik dengan panjang gelombang , lebar celah d, persamaan difraksi adalah : n = d sin dengan menyatakan sudut difraksi. Jika jarak layar ke celah difraksi adalah L, maka jarak antara terang pusat (untuk sudut difraksi kecil) adalah: n = d sin dengan menyatakan sudut difraksi. Jika jarak layar ke celah difraksi adalah L, maka jarak antara terang pusat (untuk sudut difraksi kecil) adalah :

II Metode Percobaan Interferometer Michelson-Morley Pertama kita rangkai alat seperti gambar 1 pada modul. Kemudian aktifkan sinar laser dan tunggu setelah beberapa detik, kemudian periksa apakah silinder laser horizontal dan sumbunya paralel terhadap lintasan sinar, kemudian atur kembali rangkaiannya sehingga sinar refleksi dari M1 dan M2 tepat bertemu di titik P dan membentuk satu lintasan keluaran, setelah itu letakan lensa sferis diantara titik P dan layar kemudian amati interferensinya dan ambilah fhotonya. Setelah percobaan selesai matikan laser.

Interferometer Mach-Zehnder Rangkailah alatnya seperti gambar 2 pada modul, untuk langkah kerjanya sama seperti percobaan interferometer Michelson-Morley. Difraksi dengan Prinsif Babinet Pertama siapkan sehelai rambut dan tempatkan dibangku optik secara vertical kemudian aktifkan sinar laser dan arahkan pada sehelai raambut yang sudah dipasang tadi,setelah itu letakan layar didepan bangku optik untuk menangkap hasil difraksi, variasikan jarak antara bangku optik dan layarnya, kemudian amati dan photo,kemudian ukur pola terang gelap. III Data dan Pengolahan Data Percobaan Michelson-Morley

Difraksi dan Prinsif Babinet Tabel difraksi cahaya pengukuran ketebalan rambut

Jadi, kita mendapatkan nilai : drata-rata = 5.90 x 10 -5 m , atau d rata-rata =5.90 x 10 -2 mm kita juga dapat mencari nilai d menggunakan grafik, yaitu menggunakan hubungan antara L dengan x. Diketahui : = 633 nm

Grafik difraksi cahaya pengukuran ketebalan rambut Jadi dari grafik didapat nilai d = 6.32 x 10-5m atau 6.32 x 10-2mm. IV.Pembahasan Dapat dilihat pada gambar, untuk pola interferensi pada percobaan MichelsonMorley yaitu polanya seperti lingkaran. Untuk pola interferensi pada percobaan MuchZehnder yaitu seperti lingkaran yang berputar.

Pola difraksi yang kita lihat pada layar tidak terlihat jelas. Itu dikarenakan sinar laser yang sangat mudah terganggu, yang menyebabkan pola gelap terang kadang tampak dan terkadang tidak terjadi pola interferensi pada layar, dan hanya terjadi pembesaran oleh lensa. Selain dari itu pola difraksi tidak terlihat jelas dapat terjadi karena sinar yang tidak fokus karena gangguan dari sinar matahari atau lampu. Karena mungkin akan lebih baik apabila percobaan dilakukan di tempat yanng gelap. Selain dari faktor tersebut, pola gelap terang juga tidak terlihat jelas karena lensa tidak dalam keadaan steril, sehingga dapat mempengaruhi hasil pola difraksi. Pola gelap terang tercipta karena terjadinya interferensi konstruktif dan interferensi destruktif. Pada interferensi konstruktif terjadi superposisi antara dua atau lebih gelombang yang sefasa, yang akan menghasilkan gelombang dan amplitudo. Amplitudi tersebut merupakan penjumlahan dari masing-masing amplitudo gelombangnya. Sedangkan interferensi destruktif terjadi superposisi antara dua atau lebih gelombang yang berbeda fasa, dimana amplitudo dan gelombangnya akan saling menghilangkan. Dari hasil percobaan terdapat perbedaan antara pola interferensi Michelson - Morley dengan Mach-Zender. Hal ini dapat terjadi karena pembagian sinar pada beam divider yang seharusnya 50% direfleksi dan 50% di transmisi, tidak terjadi secara sempurna. Seharusnya hasil pada interferometer Michelson-Morley dan Mach Zender memiliki hasil yang sama. Dilihat dari foto hasil percobaan pada interferometer Mach Zender memiliki hasil yang lebih baik di bandingkan menggunakan interferometr Michelson-Morley, itu dikarenakan karena pada interferometer Mach Zender memiliki kerapatan pola gelap terang labih baik dibandingkan dengan interferometer Michelson-Morley. Perbedaan fasa yang terjadi di beam divider sangat mempengaruhi hasil interferensi, karena pada perbedaan fasa inilah yang akan menghasilkan pola gelap terang. Selain dari itu, jarak atau posisis antara beam divider dengan layar juga akan mempengaruhi pola interferensi. Karena beda fasa ditentukan oleh waaktu yang ditempuh oleh sinar dan panjang lintasan. Pada saat terjadinya interferensi pada cermin terlihat tidak hanya satu sinar laser. Hal ini dikarenakan berkas sinar laser yang sebelumnya telah melewati beam divider. Dimana pada beam divider sinar dipecah.

Pada percobaan prinsip babinet diperoleh ketebalan rambut secara teori yaiitu 5.90 x 10 -5 m, sedangkan dilihat dari grafik didapat 6.32 x 10-5m. Menurut referensi ketebalan rambut berkisar antara 0.04 mm - 0.25 mm. Jadi nilai ketebalan rambut yang dihasilkan dari percobaan jauh dari literatur, itu disebabkan kurangnya ketelitian pada saat pengukuran ketebalan rambut dan pada saat penggambaran pola difraksi. V. Simpulan Percobaan Interferometer lebih mudah menggunakan Michelson-Morley dibandingkan menggunakan Mach Zender, itu dikarenakan rangkaian pada Michelson-Morley lebih sederhana dibandingkan pada rangkaian mach Zender. Interferometer pada Mach Zender memiliki pola gelap terang lebih rapat dibandingkan pada interferometer Michelson-Morley. Jarak antara layar dan beam divider mempengaruhi hasil interferensi. Prinsip babinet dapat digunakan untuk menghitung ketebalan rambut. Daftar Pustaka Modul Praktikum Eksperimen Fisika I. Semester I tahun Akademik 2010-1011. Laboratorium Fisika Lanjut. Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam. Istitut Teknologi Bandung. 2010 http://www.google.co.id/images_interferensi+michelson-morley (tanggal 24 Desember 2010 pukul 18.50 WIB)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Interferensi merupakan perpaduan dua gelombang yang datang bersamaan pada suatu tempat. Interferensi terjadi ketika dua buah gelombang datang bersama pada suatu tempat. Interferensi oleh lapisan tipis merupakan dasar dari interferometer Michelson, Diciptakan oleh seorang Amerika, Albert A. Michelson. Hasil karya Michelson yang sangat penting ini diperolehnya pada tahun 1887 sebagai hasil kerja sama dengan Edward Morley, yaitu eksperimen pengukuran gerak bumi melalui eter. percobaan Michelson Morley mengkonfirmasikan bahwa ini benar, dan bahwa cahaya

memerlukan waktu yang sama untuk perjalanan setiap jalur. Ini adalah prinsip umum, dan merupakan penyebab prinsip Albert Einstein tentang relativitas khusus. Hal ini memungkinkan Albert Einstein untuk mendalilkan bahwa kecepatan cahaya selalu diukur akan sama, karena ini adalah benar. Pada kesempatan ini dilakukan percobaan Interferometer Michelson guna untuk mengetahui cara kerja dari alat Inferometer, sekaligus dapat melihat bentuk princing yang terbentuk. Serta membandingkannya dengan hasil Teori yang ada. Dan yang paling penting adalah membuktikan hasil karya Michelson. 1.2 TUJUAN PERCOBAAN 1. Dapat merangkai komponen interferometer dengan tepat sehingga menghasilkan sebuah perincing. 2 Mengamati princing-princing yang terbentuk. 3 Membandingkan bentuk princing yang terbentuk dengan teori. BAB II DASAR TEORI PERCOBAAN MICHELSON-MORLEY

Gambar 1: Data dari percobaan the Michelson-Morley

Percobaan Michelson-Morley, salah satu percobaan paling penting dan masyhur dalam sejarah fisika, dilakukan pada tahun 1887 oleh Albert Michelson dan Edward Morley di tempat yang sekarang menjadi kampus Case Western Reserve University. Percobaan ini dianggap sebagai petunjuk pertama terkuat untuk menyangkal keberadaan ether sebagai medium gelombang cahaya. Percobaan ini juga telah disebut sebagai "titik tolak untuk aspek teoretis revolusi ilmiah kedua". Albert Michelson dianugerahi hadiah Nobel fisika tahun 1907 terutama untuk melaksanakan percobaan ini. Dalam percobaan ini Michelson dan Morley berusaha mengukur kecepatan planet Bumi terhadap ether, yang pada waktu itu dianggap sebagai medium perambatan gelombang cahaya. Analisis terhadap hasil percobaan menunjukkan kegagalan pengamatan pergerakan bumi terhadap ether. Interferensi oleh film (lapisan) tipis merupakan dasar dari interferometer Michelson (gambar 2). Diciptakan oleh seorang Amerika, Albert A. Michelson. Cahaya monokromatik dari satu titik pada sumber yang dipanjangkan terlihat menimpa cermin yang setengahnya dilapisi perak Ms. Cermin pembagi berkas Ms ini memiliki lapisan perak yang hanya memantulkan setengah dari cahaya yang jatuh padanya, sehingga setengah berkas akan lewat ke cermin tetap M2, dimana berkas tersebut dipantulkan kembali. Pada saat kembalinya, sebagian berkas 1 melewati Ms dan mencapai mata; dan sebagian berkas 2, pada saat kembalinya, dipantulkan oleh Ms ke mata. Jika panjang kedua lintasan sama, kedua berkas koheren yang memasuki mata akan berinterferensi konstruktif dan akan terlihat terang.

Jika cermin yang dapat digerakkan dipindahkan sejauh /4 , satu berkas akan menempuh jarak ekstra yang sama dengan /2 (karena bergerak mundur maju sepanjang jarak /4). Dalam hal ini kedua berkas akan berinterferensi destruktif dan akan terlihat gelap. Sementara M1 bergerak menjauhi, akan terlihat terang (ketika perbedaan lintasan sebesar ), kemudian gelap, dan seterusnya.

Gambar 2: Interferometer Michelson

Pengukuran panjang yang sangat tepat dapat dilakukan dengan inferometer. Gerakan cermin M1 menjauh /4 saja menghasilkan perbedaan yang jelas antara terang dan gelap. Untuk = 400 nm, ini berarti ketepatan 100 nm atau 10-4 mm. Jika cermin M1 dimiringkan sedikit, rangkaian titik terang dan gelap akan terlihat menggantikan serangkaian pinggiran. Dengan

menghitung jumlah pinggiran, atau sebagiannya, pengukuran panjang yang sangat tepat dapat dilakukan. Michelson melihat bahwa interferometer dapat digunakan untuk menentukan panjang meter standar untuk panjang gelombang cahaya tertentu. Pada tahun 1960, standar itu dipilih sebagai garis jingga tertentu pada spektrum kripton-86 (atom kripton dengan massa atom 86). Pengukuran berulang yang teliti dari meter standar yang lama (jarak antara dua tanda pada batang platinum-iridium yang disimpan di Paris) dilakukan untuk menetukan 1 meter sebesar 1.650.763,73 panjang gelombang cahaya ini, yang didefinisikan sebagai meter. Pada tahun 1963, meter didefenisikan kembali dalam laju cahaya.

Sensor CCD dan Interferometer Michelson


Salah satu eksperimen yang penting untuk menentukan difusitas adalah teknik interferensi optis. Jenis interferometer yang cukup dikenal adalah interferometer Michelson. Interferometer Michelson merupakan contoh perangkat optic eksperimen interferensi yang bisa diaplikasikan untuk menentukan nilai koefisien fase yang difusi suatu larutan berdasarkan dengan pengamatan pergeseran terekam pada rumbai,

menggunakan laser He Ne sebagai sumber cabaya. KeungguIan dari metode Interferometer Michelson ini adalah adanya basil pergeseran dua rumbai yang mengindikasikan pergeseran titik-titik ekstrim, yang dapat menunjukkan perbedaan beda lintasan optis. Dengan memperhatikan pergeseran rumbai terhadap fungsi waktu, maka nilai koefisien difusi larutan transparan dapat ditentukan. Pengukuran jarak pergeseran rumbai saat berlangsungnya sebelumnya. Salah menentukan satu nilai aplikasi koefisien interferometer difusi larutan Michelson transparan adalah untuk berdasarkan proses difusi belum dapat diamati pada penelitian

pengamatan pergeseran fase secara digital, yang dalam hal ini peneliti menggunakan sistem difusi ammonium dihidrogen phosphate (NH4)H2P04,

dikarenakan sistem difusi tersebut lebih peka terhadap cahaya dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, harga terjangkau serta sampel tidak rusak oleh laser He-Ne. Dalam penelitian ini, pengamatan pergeseran rumbai memanfaatkan sensor CCD yang terdapat pada kamera digital merk PIXELS (6.6 Mpixels image files), dengan resolusi sebesar 2976 x 2232 pixels. Sensor CCD tersebut dapat menangkap fenomena yang terbentuk. Dari basil rumbai dapat diamati pergeseran rumbai, yang disebabkan karena perbedaan konsentrasi pada waktu-waktu tertentu. Perbedaan beda lintasan optis dapat dilihat dari selisih jarak pergeseran rumbai antara pusat dua rumbai pada waktu-waktu tertentu. Pergeseran rumbai tersebut eqivalen dengan pergeseran titik-titik ekstrim dari waktu ke waktu selama terjadinya proses difusi. Keunggulan dari sensor CCD pada kamera digital ini adalah dapat memberikan pengamatan dengan resolusi yang tinggi. Penelitian tentang penentuan nilai koefisien difusi Iarutan sudah beberapa kali dilakukan, dengan metode lain dan jenis sampel yang lain, yaitu dengan metode interferometri holografi dengan sampel sistem terner. DaIam penelitian tersebut sistem difusi yang dipakai adalah system difusi telner yang kurang peka terhadap cahaya. Metode tersebut masih membutuhkan kerja maksimal di Iaboratorium untuk mendapatkan nilai koefisien difusi larutan transparan, kemudian muncul penyempurnaan untuk metode interferometri holografi tersebut dengan analisis rumbai secara digital dati rekonstruksi digital dengan bantuan teknik pemfilteran Sistem difusi yang digunakan adalah larutan encer, namun dipakai dalam pada perkembangannya dibutuhkan suatu larutan encer yang lebih peka terhadap cahaya seperti ammonium dihidrogen phosphate yang penelitian ini Dengan alasan yang telah disebutkan di atas, dibutuhkan suatu metode penentuan koefisien difusi larutan transparan yang Iebih sederhana, lebih mudah dilakukan, dengan menggunakan sensor kamera CCD yang terjangkau, dan bisa menentukan perbedaan lintasan optis yang disebabkan karena perbedaan konsentrasi pada waktu-waktu (t) tertentu. Selisih

pergeseran rumbai yang eqivalen dengan pergeseran titik-titik ekstrim inilah yang sebenarnya diamati dalam penelitian ini, dan selanjutnya digunakan untuk menentukan nilai koefisien difusi larutan transparan.

BAB III METODE EKSPERIMEN 3.1. Waktu dan Tempat Hari/Tanggal Waktu : Rabu/14 Desember 2011 : 14:00 WITA - selesai UNTAD

: Laboratorium Eksperimen Fisika Dasar FMIPA

3.2. 2.

Alat dan Bahan Laser Pointer.

1. Papan Optis. 3. Permukaan bidang kaca permata. 4. Permukaan bidang kaca kedua. 5. Kaca pembagi sinar. 6. Lensa divergen. 7. Layar.

3.3.

Prosedur kerja

1. Merangkai komponen interferometer seperti gambar dibawah ini :

Keterangan gambar : A. papan optik

B. Laser poniler C. Permukaan bidang kaca pertama D. Permukaan bidang kaca kedua E. Kaca pembagi sinar D. Lensa divergen F. Layar a. Tabung laser pointer

b. Kaca pembagi sinar seperti gambar dibawah ini :

c.

Permukaan bidang kaca

2. Pengaturan interferometer a. Memasukkan laser pointer metrologik ke dalam tabung laser pointer, mengatur pisisi dan mengusahakan agar sinar yang keluar sudah sejajar. b. Mengatur ketinggian cermin pertama sehingga sinar pantulan laser dari cermin pertama tepat mengenai laser pointer. c. Memasang kaca pembagi sinar ke U-shapped carrier dan menggeser 45o terhadap sinar datang. Mengatur ketinggian kaca sehingga bagian sinar yang akan ditransmisikan menembus pusat splitter dan bagian lain direfleksikan sebesar 40o.

d. Mengatur ketinggian cermin kedua sehingga bagian lain dari kaca pembagi sinar menembus cermin dan di pantulkan kembali oleh kaca pembagi sinar. Sinar akan diteruskan menembus pusat lensa divergenyang membentuk dua titik terang merah pada layar. e. Mengatur posisi sinar dari cermin pertama agar sinar yang menembus kaca pembagi sinar menghasilkan dua titik terang merah tepat pada pusat lensa divergen. f. Mengusahakan agar kedua titik terang merah dari kaca pertama dan kaca kedua tergabung menjadi satu pada layar sehingga akan terbentuk perincing-perincing pada layar.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil pengamatan

4.2.

PEMBAHASAN Interferensi merupakan perpaduan dua gelombang yang datang bersamaan pada suatu tempat. Interferensi terjadi ketika dua buah gelombang datang bersama pada suatu tempat.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai