Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNER PADA PEMBELAJARAN FISIKA POKOK

BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN METODE KERJA


LABORATORIUM TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 13 PURWOREJO
ARIF AFFANDI
Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan
hasil belajar ranah kognitif, psikomotorik, dan
afektif siswa dalam pembelajaran fisika pokok
bahasan getaran dan
gelombang setelah
diterapkannya teori belajar Bruner dalam kerja
laboratorium terbimbing. Dalam hubungan ini akan
ditelaah peran teori belajar Bruner dengan metode
kerja laboratorium terbimbing dalam peningkatan
hasil belajar siswa tentang konsep getaran dan
gelombang.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas dengan subjek penelitian 31 siswa SMP
Negeri 13 Purworejo kelas VIII B dan berlangsung
dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan
melalui suatu proses yang terdiri dari 4 tahap yaitu
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Instrumen penelitian ranah kognitif siswa berupa
tes hasil belajar yang meliputi pretest dan postest.
Soal yang digunakan dalam pretest dan postest
telah dikembangkan melalui proses uji coba pada
kelas III A dan divalidasi oleh guru kemudian
direvisi dan digunakan untuk mengumpulkan data
hasil belajar ranah kognitif siswa. Instrumen
penelitian ranah psikomotorik dan ranah afektif
siswa berupa lembar observasi disusun berdasarkan
lembar kegiatan siswa dan divalidasi oleh guru dan
dosen pembimbing kemudian direvisi dan
digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar
ranah psikomotorik dan ranah afektif siswa.
Adapun teknik yang digunakan untuk menganalisis
data adalah deskriptif secara persentase.
Hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan
bahwa melalui penerapan teori belajar Bruner
dengan metode kerja laboratorium terbimbing
mampu meningkatkan hasil belajar baik ranah
kognitif, psikomotorik, maupun afektif siswa.
Adapun nilai rata-rata hasil belajar siswa pada
siklus I dan II berturut-turut adalah 56,26 dan 69,55
atau mengalami peningkatan sebesar 13,29 untuk
ranah kognitif, 71,07 dan 81,68 atau mengalami
peningkatan sebesar 10,61 pada LKS 1 serta 61,43
dan 79,84 atau mengalami peningkatan sebesar
18,41 pada LKS 2 untuk ranah psikomotorik, dan

72,83 dan 88, 47 atau mengalami peningkatan


sebesar 15,64 pada LKS 1 serta 71,42 dan 86,85
atau mengalami peningkatan sebesar 15,43 pada
LKS 2 untuk ranah afektif. Berdasarkan uraian
tersebut maka dapat dikatakan bahwa penerapan
teori belajar Bruner dengan metode kerja
laboratorium terbimbing berperan meningkatkan
hasil belajar siswa ranah kognitif, psikomotorik,
dan afektif.
Kata kunci: teori belajar Bruner, kerja
laboratorium terbimbing, hasil belajar siswa,
getaran dan gelombang.
Abstract
The purpose of this research is improvement
of studies result in cognitive, psychometric, and
affective aspects on students. Main discussions of
physics learning are vibration and waving after
applying learning of Bruner theory in laboratory
working guidance. This would be studied about
roles of Bruner learning theory used laboratory
working guidance methods on increasing student
study results in vibration and waving concepts.
This research is class action which is
conducted 31 secondary school students at SMP N
13 Purworejo, grade VIII B, and done in 2 cycles.
Every process is done in 4 steps, which are
planning, doing, observation and reflecting.
Cognitive aspects of studied instruments are
marked learning that consists of pre-test and posttest. The questioners have been explored to grade
III A, and then those are validated by teachers.
After that, it is used to collect data from cognitive
aspects. Research devices of psychometric and
affective aspects are evaluation papers which are
maintained based on student tasks (LKS), then it
would be validated by teachers and research
advisors, and this is used for collecting the data.
The methods to analyze the data are descriptive
percentage.
The result shows that application Bruner
theory can increase student studies on cognitive,
psychometric, and affective aspects. However,

there are average results different for cognitive,


psychometric, and affective aspects, which are
conducted in first and second cycles. Cognitive,
psychometric, and affective features are from 56.26
to 69.55 or a rise 13.29, between 71.07 and 81.68
or growth 10.61 for LKS 1 and between 61.43 and
79.84 or an increase 18.41 for LKS 2, and from
72.83 to 88.47 or a rise 15.64 for LKS 1 and from
71.42 to 86.85 or an increase 15.43 for LKS 2
respectively. Overall, it seems that the claim of
Bruner theory can be used to increase student
ability on learning in methods of advising
laboratory.
Key words: Bruner theory, methods of laboratory
advising, vibration and waving, and
results of learning students.

PENDAHULUAN
Proses belajar-mengajar fisika khususnya
dan IPA pada umumnya harus dipandang sebagai
suatu proses dan sekaligus produk. Pendidikan
disebut bermutu dari segi proses, jika proses
belajar-mengajar berlangsung secara efektif dan
peserta didik mengalami proses pembelajaran yang
bermakna, Oleh karena itu, dalam pembelajaran
fisika proses dan produk dijadikan pertimbangan
dalam memilih strategi atau metode mengajar
sehingga
proses
belajar-mengajar
dapat
berlangsung efektif dan efisien. Salah satu indikator
keberhasilan sekolah adalah apabila hasil ujian
akhir siswa mencapai target yang telah ditetapkan.
Kondisi di lapangan saat ini menunjukkan bahwa
hasil yang dicapai sekolah belum optimal. Selain
disebabkan karena kurangnya kemampuan siswa
hal ini juga disebabkan karena proses pembelajaran
yang kurang efektif. Melihat realitas pembelajaran
yang ada di sekolah saat ini, banyak ditemukan
bahwa kegiatan pembelajaran masih didominasi
oleh model pembelajaran konvensional berupa
kegiatan ceramah oleh guru saja.
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 13
Purworejo khususnya pada pokok bahasan getaran
dan gelombang yang selama ini pembelajaran
masih menggunakan strategi pembelajaran
konvensional yaitu, siswa hanya menerima materi
dari guru sehingga para siswa lebih cenderung pasif
dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran
yang demikian ini menyebabkan siswa kurang aktif
selama proses pembelajaran berlangsung sehingga
akan menimbulkan kejenuhan, hal tersebut akan
mengakibatkan penurunan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

terhadap guru fisika menunjukkan bahwa nilai ratarata fisika siswa yaitu 54,11 masih dibawah nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) fisika kelas
VIII yaitu 63,2 serta nilai ketuntasan yang telah
ditetapkan guru yaitu 65. Hasil observasi yang telah
dilakukan di kelas VIII B SMP Negeri 13
Purworejo menunjukkan bahwa keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran masih kurang. Hal ini
terlihat dari kurangnya siswa dalam bertanya,
karena selama kegiatan pembelajaran semua
aktivitas siswa tidak diberi penilaian oleh guru.
Menurut penjelasan guru fisika dan siswa melalui
hasil wawancara pada saat observasi menunjukkan
bahwa pembelajaran fisika yang dilakukan
didominasi dengan menggunakan metode ceramah,
sehingga siswa merasa bosan dan cenderung kurang
aktif dalam mengikuti pembelajaran fisika. Selain
itu pemanfaatan laboratorium dan fasilitas yang ada
sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas
dan keterampilan psikomotorik siswa dalam
pembelajaran belum digunakan secara optimal,
sehingga metode kerja laboratorium jarang sekali
digunakan dalam proses pembelajaran fisika.
Proses kegiatan belajar mengajar yang
melibatkan keaktifan siswa serta siswa dituntut
untuk menemukan sebuah konsep diperlukan untuk
memecahkan
permasalahan
dalam
proses
pembelajaran di kelas VIII SMP Negeri 13
Purworejo. Teori belajar Bruner dalam kerja
laboratorium terbimbing diharapkan mampu
menjadikan pembelajaran fisika lebih bermakna
sehingga hasil belajar siswa baik pada aspek
kognitif, psikomotorik, dan afektif dapat
ditingkatkan. Dengan demikian, perlu dilakukan
penelitian tindakan kelas tentang penerapan teori
belajar Bruner pada pembelajaran fisika pokok
bahasan getaran dan gelombang dengan metode
kerja laboratorium terbimbing untuk meningkatkan
hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 13
Purworejo.
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa
dalam pembelajaran fisika pokok bahasan
getaran dan gelombang setelah diterapkannya
teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium
terbimbing.
2. Meningkatkan hasil belajar ranah psikomotorik
siswa dalam pembelajaran fisika pokok bahasan
getaran dan gelombang setelah diterapkannya
teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium
terbimbing.
3. Meningkatkan hasil belajar ranah afektif siswa
dalam pembelajaran fisika pokok bahasan
getaran dan gelombang setelah diterapkannya

teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium


terbimbing.

KAJIAN PUSTAKA
1. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan banyak digunakan
untuk meneliti upaya perbaikan pembelajaran di
kelas. Oleh karena itu kemudian dikenal istilah
penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Penelitian Tindakan Kelas adalah
penelitian yang dilakukan baik oleh guru
maupun calon guru sebagai peneliti untuk
memecahkan suatu permasalahan yang timbul di
kelas dengan memberikan perlakuan agar
diperoleh kualitas pembelajaran yang lebih baik.
Menurut Kunandar (2008: 44), tujuan utama
penelitian tindakan kelas adalah untuk
memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di
kelas dan meningkatkan kegiatan guru dalam
mengembangkan profesinya.
2. Metode kerja laboratorium terbimbing dalam
pembelajaran fisika
Pada dasarnya untuk mengajarkan fisika
diperlukan
teori-teori
belajar
yang
menggunakan eksperimen di laboratorium
sebagai metode pembelajarannya. Menurut
Zuhdan Kun Prasetyo (2001: 2.4), metode untuk
mempelajari fisika yang dilakukan di
laboratorium disebut dengan metode kerja
laboratorium. Kerja laboratorium melibatkan
siswa dalam investigasi sesungguhnya sehingga
mereka dapat mengamati, mengidentifikasi
masalah, mendesain cara kerja, mengukur, dan
mengambil
kesimpulan
sendiri.
Kerja
laboratorium akan dapat mempengaruhi sikap
mereka untuk memulai melakukan kerja ilmiah.
Kerja laboratorium juga dapat membantu siswa
dalam memahami konsep dan prinsip dengan
lebih baik dalam proses pembelajaran fisika.
3. Teori belajar Bruner dalam kerja laboratorium
terbimbing
Belajar penemuan (discovery learning)
merupakan salah satu model pembelajaran yang
dikembangkan oleh Jerome Bruner (1966).
Teori belajar yang pernah dikemukakan Jerome
Bruner yakni free discovery learning. Menurut
teori itu proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu aturan
termasuk (konsep, teori, definisi) melalui
contoh-contoh yang menggambarkan aturan
yang ia jumpai dalam kehidupannya. Bruner
yakin bahwa belajar penemuan adalah proses

belajar dimana guru harus menciptakan situasi


belajar yang problematis, menstimulus siswa
dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong
siswa mencari jawaban sendiri, dan melakukan
eksperimen.
Tahap-tahap penerapan belajar penemuan
yaitu
stimulus,
identifikasi
masalah,
pengumpulan data, pengolahan data, verifikasi,
dan generalisasi. Adapaun manfaat dari teori
belajar penemuan yang dikemukan oleh Bruner
adalah pengetahuan yang diperoleh siswa akan
bertahan lama atau lama dapat diingat, belajar
penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan
masalah, hasil belajar penemuan mempunyai
efek transfer yang lebih baik, dan secara
menyeluruh belajar penemuan meningkatkan
penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir
secara bebas.
4. Hasil belajar fisika
Hasil belajar secara garis besar dibagi
dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah
psikomotor, dan ranah afektif. Adapun bagianbagian ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif
disajikan pada gambar dibawah ini:

METODE PENELITIAN
Penelitian yang digunakan adalah penelitian
tindakan kelas. Penelitian ini melibatkan 1 orang
guru mata pelajaran fisika dan 6 observer pada
siklus I dan 8 observer pada siklus II serta siswa
kelas VIII SMP N 13 Purworejo dengan pokok
bahasan getaran dan gelombang. Sesuai dengan
rekomendasi dari guru dan observasi awal yang
dilakukan maka kelas VIII B yang dipilih menjadi
kelas sampelnya dari jumlah populasi kelas VIII
yaitu 155 siswa yang dibagi menjadi 5 kelas dengan
jumlah siswa 31 tiap kelasnya.
Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus.
Desain penelitian yang peneliti gunakan adalah
model PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan
Taggart. Secara garis besar terdapat tiga tahapan
tiap siklusnya yaitu pertama perencanaan, kedua
tindakan dan observasi, dan yang ketiga refleksi.

Adapun alur penelitian tindakan kelas menurut


Kemmis dan Taggart adalah sebagai berikut:

Keterangan :
0 = Perenungan
1 = Perencanaan
2 = Tindakan dan Observasi
3 = Refleksi
4 = Perencanaan II
5= Tindakan dan Observasi II
6 = Refleksi II

Pada siklus I terdiri dari empat pertemuan.


Pertemuan pertama siswa melakukan pretest,
pertemuan kedua dan ketiga siswa melakukan kerja
laboratorium terbimbing dengan acuan LKS yang
sesuai dengan tahapan pada teori belajar Bruner
dan pertemuan keempat siswa melakukan posttest I.
Pada siklus II tidak ada pretest sehingga hanya
terdiri dari tiga pertemuan. Pertemuan pertama dan
kedua siswa melakukan kerja laboratorium
terbimbing dengan acuan LKS yang sesuai dengan
tahapan pada teori belajar Bruner dan pertemuan
ketiga siswa melakukan posttest II. LKS pada
siklus II telah direfleksi dari siklus I.
Penilaian hasil belajar ranah psikomotorik
dan afektif siswa dilakukan dengan observasi
kinerja siswa selama kegiatan pembelajaran kerja
laboratorium terbimbing. Setelah dilakukan
observasi dilanjutkan refleksi untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan
pada siswa. Dari refleksi ini dilakukan diskusi
dengan guru, dosen pembimbing dan peneliti untuk
menentukan rencana yang akan dipakai dalam
siklus berikutnya. Kemudian rencana yang telah
disusun berdasarkan hasil refleksi dari siklus I ini
dilaksanakan pada siklus II dengan tetap melakukan
observasi dan refleksi sebagaimana pada siklus I.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain:
a. Tes Prestasi
Teknik
pengambilan
data
untuk
mengetahui peningkatan prestasi dilakukan
melalui tes prestasi. Tes prestasi meliputi pretest
dan posttest. Tes kemampuan awal (pretest)
dilakukan sebelum siswa mendapat materi yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa, kemudian tes dilakukan diakhir
pembelajaran atau posttest untuk mengetahui
kemampuan mereka setelah mendapatkan
materi. Selisih nilai pretest dan posttest
merupakan peningkatan hasil belajar. Soal-soal

yang digunakan untuk pretest telah divalidasi,


baik validitas konstruk maupun validitas isi.
Validitas konstruk dianalisis menggunakan
program iteman 3.00. Hasil validitas konstruk
kemudian divalidasi oleh ahli atau validitas isi.
Validator isi pada penelitian ini adalah guru
pembimbing. Soal yang digunakan untuk
posttest identik dengan soal pada pretest.
b. Lembar Observasi
Instrumen ini digunakan untuk menjaring
kemampuan siswa yang berupa hasil belajar
ranah psikomotorik dan afektif siswa. Hasil
belajar ranah psikomotorik dan afektif diamati
dan dinilai selama kegiatan kerja laboratorium
berlangsung dengan menggunakan lembar
observasi hasil belajar ranah psikomotorik dan
afektif siswa. Lembar observasi disusun
berdasarkan lembar kegiatan siswa (LKS) dan
berjumlah sesuai dengan jumlah LKS.
Instrumen ini menggunakan skala Likert dengan
empat pilihan (1-4) untuk mengukur psikomotor
dan afektif. Lembar observasi yang digunakan
baik ranah psikomotorik maupun afektif telah
divalidasi oleh dosen ahli.
Teknik pengumpulan data diawali dengan
melakukan observasi atau pengamatan terlebih
dahulu sebelum memberikan perlakuan atau
tindakan. Setelah itu, diberikan perlakuan atau
tindakan berupa kegiatan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran
menggunakan
metode
kerja
laboratorium terbimbing dengan LKS sebagai
pedoman. LKS dibuat dengan menggunakan
tahapan yang ada pada teori belajar Bruner. Dalam
kegiatan kerja laboratorium, guru membimbing
siswa untuk menemukan konsep getaran dan
gelombang.
Pada saat kegiatan kerja laboratorium
berlangsung, dilakukan pengamatan dan penilaian
ranah psikomotorik dan ranah afektif siswa.
Pengamatan dan penilaian dilakukan oleh observer.
Hasil analisis lembar observasi ranah psikomotik
dan ranah afektif siswa digunakan untuk mengukur
keberhasilan proses pembelajaran fisika setelah
diterapkannya teori belajar Bruner dengan metode
kerja laboratorium. Hasil pengamatan pada saat
siswa melakukan kegiatan kerja laboratorium
terbimbing
kemudian
direfleksi
untuk
merencanakan tindakan pada siklus selanjutnya.
Tes prestasi digunakan untuk mengetahui
kemampuan kognitif siswa yang meliputi pretest
dan posttest. Pretest hanya dilakukan satu kali
untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Posttest
dilakukan pada setiap akhir siklus untuk
mengetahui
kemampuan
siswa
setelah
mendapatkan tindakan. Hasil tes prestasi kemudian

dianalisis untuk mengetahui hasil belajar ranah


kognitif siswa. Hasil analisis pretest dan posttest
kemudian dibandingkan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa.
Peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa
merupakan keberhasilan produk dari penerapan
teori belajar Bruner pada pembelajaran fisika
dengan metode kerja laboratorium terbimbing.
Indikator keberhasilan penerapan teori
belajar Bruner pada pembelajaran fisika dengan
metode kerja laboratorium terbimbing ditandai
dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa
ranah kognitif siswa telah melebihi nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPA
kelas VIII SMP N 13 Purworejo serta adanya
peningkatan hasil belajar siswa ranah psikomotorik
dan ranah afektif siswa minimal telah mencapai
kriteria baik. Dengan indikator keberhasilan
tersebut apabila telah terdapat peningkatan
persentase hasil belajar siswa ranah kognitif yang
telah melebihi nilai KKM mata pelajaran IPA kelas
VIII SMP N 13 Purworejo yang telah ditetapkan
oleh guru yaitu 65 dan kualifikasi aspek ranah
psikomotorik dan afektif siswa yang diamati
minimal tergolong dalam kriteria baik maka siklus
bisa dihentikan.
Analisis dilakukan dengan deskriptif secara
persentase, yaitu dengan memadukan seluruh
informasi yang diperoleh dari setiap siklus.
Kemudian, untuk mengetahui tingkat keberhasilan
produk yang dicapai, baik pada saat proses
pembelajaran berlangsung maupun setelah proses
pembelajaran selesai, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Keberhasilan produk yang berupa kemampuan
kognitif dapat diketahui dengan melihat dan
menganalisis hasil pekerjaan pretest dan
posttest.
2. Persentase keberhasilan produk dari hasil
posttest dapat diketahui dengan membandingkan
jumlah siswa yang menjawab benar dengan
jumlah keseluruhan siswa dikalikan 100%.
Secara matematis dapat dinyatakan sebagai
berikut :
P%=

B
X 100 %
N

Keterangan:
P = persentase keberhasilan produk
B = jumlah siswa yang menjawab benar
N = jumlah keseluruhan siswa
3. Tingkat
keberhasilan
proses
kegiatan
pembelajaran
tercermin
pada
ranah
psikomotorik dan afektif, yaitu dengan

menganalisis lembar observasi psikomotorik


dan afektif siswa pada saat praktikum. Menurut
Ngalim Purwanto (2012: 103), kategori
penskoran lembar observasi dikualifikasi
dengan kriteria sebagai berikut:
Persentase
80% - 100%
60% - 79 %
40% - 59%
20% - 39%
0% - 19%

Kriteria
Sangat baik
Baik
Sedang
Kurang
Sanagat baik

Rumus yang digunakan untuk menghitung


besarnya prosentase psikomotorik dan afektif
siswa adalah :
% = Skor yang diperoleh dari hasil observasi x 100 %
Skor maksimal

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum tindakan penerapan teori belajar


Bruner dengan metode kerja laboratorium
terbimbing dilaksanakan, peneliti melakukan
pre-test. Pre-test digunakan untuk mengetahui
skor dasar siswa. Dari pelaksanaan tes
kemampuan awal (pre-test) diperoleh rata-rata
skor tes 44,90 dengan nilai tertinggi 68 dan
nilai terendah 32.
Hasil analisis data pada siklus I setelah
dilaksanakan
pembelajaran
menggunakan
penerapan teori belajar Bruner dengan metode kerja
laboratorium terbimbing adalah sebagai berikut:
1) Hasil belajar ranah psikomotorik siswa
Penilaian hasil belajar ranah psikomotorik
selama kegiatan kerja laboratorium berlangsung
dapat dinilai dengan menggunakan lembar
observasi psikomorik siswa. Lembar observasi
psikomotorik siswa terdiri dari 2 lembar
observasi yaitu lembar observasi psikomotorik
LKS 1 dan lembar observasi psikomotorik LKS
2. Dari hasil observasi yang telah dianalisis
selama kegiatan pembelajaran berlangsung
diperoleh nilai rata-rata hasil pengolahan data
dari lembar observasi psikomotorik yaitu 71,07
pada Lembar observasi psikomotorik LKS 1 dan
61,43 pada lembar observasi LKS 2.
2) Hasil belajar ranah afektif siswa
Hasil analisis data lembar observasi
selama kegiatan pembelajaran berlangsung
diperoleh hasil rata-rata penilaian hasil belajar
ranah afektif siswa LKS 1 yaitu 72,83 dan hasil
belajar ranah afektif siswa LKS 2 yaitu 71,42.

3) Hasil belajar ranah kognitif siswa


Setelah kegiatan pembelajaran pada siklus
I selesai, siswa diberi soal postest I untuk
mengetahui hasil belajar ranah kognitif siswa.
Hasil postest I kemudian dianalisis dan
didapatkan data hasil postest I. Berdasarkan
hasil analisis postest I, dapat diketahui bahwa
nilai rata-rata hasil postest I siswa sebesar 56,26
dengan nilai tertinggi 84 dan nilai terendah 32.
Dari hasil analisis postest I diketahui bahwa
25,81% siswa memenuhi nilai KKM dan
74,19% siswa tidak memenuhi nilai KKM kelas
VIII SMP N 13 Purworejo. Hasil postest I
mengalami peningkatan nilai rata-rata sebesar
11,36 dari nilai pretest yaitu 44,90.
Dari analisis pada siklus I diperoleh beberapa
permasalahan yang perlu direfleksi pada siklus II.
Permasalahan tersebut antara lain siswa cenderung
kurang aktif pada saat kegiatan praktikum di
laboratorium, masih banyak siswa yang belum jelas
saat melakukan praktikum meskipun sebelum siswa
melakukan praktikum guru telah menjelaskan LKS
tersebut, serta banyaknya variabel yang harus
diteliti siswa pada kegiatan ketiga LKS 1.
Akibatnya pelaksanaan praktikum lebih lama dari
jadwal yang seharusnya. Kurang aktifnya siswa
juga terlihat dari masih banyaknya siswa yang
belum berani bertanya.
Dari hasil refleksi pada siklus I, peneliti
bersama guru merencanakan langkah-langkah
perbaikan yang akan diterapkan dalam siklus II,
diantaranya yaitu:
1. Diawal praktikum guru terlebih dahulu
menjelaskan LKS sampai semua siswa jelas,
2. Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa sehingga
siswa dapat lebih aktif dalam melakukan
kegiatan praktikum,
3. Guru selalu memotivasi siswa untuk aktif
selama kegiatan praktikum,
4. Guru memotivasi siswa untuk berani menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru,
5. Guru memperkecil jumlah variabel penelitian
dalam kegiatan ketiga LKS 1 sehingga
praktikum dapat selesai sesuai dengan jadwal
yang telah direncanakan.
Data yang diperoleh dari siklus II kemudian
dianalisis dan diperoleh hasil analisis sebagai
berikut:
1) Hasil belajar ranah psikomorik siswa
Keaktifan
siswa
dalam
kegiatan
praktikum pada pertemuan pertama dan kedua
dinilai dengan menggunakan lembar observasi
psikomotorik siswa LKS 1 dan lembar
psikomotorik siswa LKS 2. Hasil pengolahan

data pada lembar psikomotrik LKS 1 maupun


lembar psikomotorik LKS 2, diperoleh rata-rata
hasil belajar ranah psikomotorik siswa 81,68
pada lembar psikomotorik LKS 1 dan 79,84
pada lembar psikomotorik LKS 2.
2) Hasil belajar ranah afektif siswa
Dari hasil analisis lembar observasi
afektif siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung diperoleh rata-rata siswa pada LKS
1 yaitu 88,47 dan pada LKS 2 yaitu 86,85.
3) Hasil belajar ranah kognitif siswa
Setelah kegiatan pembelajaran pada siklus
II selesai, siswa diberi soal postest II untuk
mengetahui hasil belajar ranah kognitif siswa.
Berdasarkan hasil analisis postest II, dapat
diketahui bahwa nilai rata-rata hasil postest II
siswa sebesar 69,55 dengan nilai tertinggi 92
dan nilai terendah 52. Dari hasil analisis postest
II diketahui bahwa 80,65% siswa memenuhi
nilai KKM dan 19,35% siswa tidak memenuhi
nilai KKM IPA kelas VIII SMP N 13 Purworejo
yaitu 6,32.
Berdasarkan hasil pengamatan selama
kegiatan pembelajaran pada siklus II, tampak
bahwa proses proses kegiatan pembelajaran
berjalan dengan lancar dan lebih baik dibandingkan
pada siklus I. Alokasi waktu untuk melakukan
praktikum sudah cukup efektif. Perhatian siswa
pada guru juga sudah baik, siswa mendengarkan
saat guru menjelaskan kegiatan-kegiatan yang ada
pada LKS. Keaktifan siswa sudah mulai tampak
terlihat dari munculnya keberanian siswa untuk
menjawab pertanyaan dan bertanya pada guru.
Selain itu keaktifan siswa saat melakukan
praktikum pada siklus II juga meningkat
dibandingkan pada siklus I.
Analisis hasil tindakan pada siklus I dan II,
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dari tiap
siklus mengalami peningkatan. Rata-rata nilai hasil
belajar ranah kognitif siswa pada siklus II
meningkat apabila dibandingkan dengan dengan
siklus I. Perbandingan peningkatan hasil belajar
pada siklus II dengan siklus I pada tiap hasil belajar
disajikan pada tabel berikut:

Hasil belajar

Siklus I

Siklus
II

Ranah kognitif
Ranah psikomotorik
LKS 1
Ranah psikomotorik
LKS 2
Ranah afektif LKS 1

56,26

69,55

Kenaikkan
nilai ratarata siswa
13,29

71,07

81,68

10,61

61,43

79,84

18,41

72,83

88,47

15,64

Ranah afektif LKS 2

71,42

86,85

15,43

Dari hasil belajar yang terdapat pada tabel


tersebut, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran
atau tindakan yang telah dilakukan dapat
meningkatkan hasil belajar fisika siswa khususnya
pokok bahasan getaran dan gelombang. Selain itu,
nilai rata-rata hasil belajar ranah kognitif siswa
yaitu 6,96 telah melebihi nilai ketuntasan IPA kelas
VIII SMP N 13 Purworejo yang telah ditetapkan
guru yaitu 65 dan hasil belajar ranah psikomotorik
serta afektif siswa telah mengalami peningkatan
dan termasuk dalam kriteria baik. Dengan
tercapainya indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan, maka tindakan penelitian dipandang
sudah dapat diberhentikan.

Berdasarkan uraian di atas,


maka
disampaikan saran-saran yang bermanfaat sebagai
berikut:
1. Penerapan teori belajar Bruner dengan metode
kerja laboratorium terbimbing hendaknya dapat
dikembangkan oleh guru secara berkelanjutan
sehingga siswa dapat terlibat penuh dalam
pembelajaran dan mengasah kemampuan
berpikir siswa untuk menemukan sendiri
konsep-konsep fisika.
2. Dalam mengangkat permasalahan fisika
hendaknya guru lebih menekankan pada faktafakta yang sering dialami dan dijumpai dalam
keseharian siswa.
3. Hendaknya guru juga melakukan penguatan
(diskusi kelas) untuk meluruskan atau
menyamakan konsep fisika siswa yang telah
ditemukan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
di kelas VIII B SMP N 13 Purworejo serta dari
analisis data dan pembahasan, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan teori belajar Bruner dalam kerja
laboratorium terbimbing dalam pembelajaran
fisika pokok bahasan getaran dan gelombang
mampu meningkatkan hasil belajar ranah
kognitif siswa. Adapun nilai rata-rata hasil
belajar ranah kognitif siswa pada siklus I dan II
berturut-turut adalah 56,26 dan 69,55 atau
mengalami peningkatan 13,29.
2. Penerapan teori belajar Bruner dalam kerja
laboratorium terbimbing dalam pembelajaran
fisika pokok bahasan getaran dan gelombang
mampu meningkatkan hasil belajar ranah
psikomotorik siswa. Adapun nilai rata-rata hasil
belajar ranah psikomotorik siswa pada siklus I
dan II berturut-turut adalah 71,07 dan 81,68 atau
mengalami peningkatan 10,61 pada LKS 1 serta
61,43 dan 79,84 atau mengalami peningkatan
18,41 pada LKS 2.
3. Penerapan teori belajar Bruner dalam kerja
laboratorium terbimbing dalam pembelajaran
fisika pokok bahasan getaran dan gelombang
mampu meningkatkan hasil belajar ranah afektif
siswa. Adapun nilai rata-rata hasil belajar ranah
afektif siswa pada siklus I dan II berturut-turut
adalah 72,83 dan 88, 47 atau mengalami
peningkatan sebesar 15,64 pada LKS 1 serta
71,42 dan 86,85 atau mengalami peningkatan
sebesar 15,43 pada LKS 2.
Saran

DAFTAR PUSTAKA
Abun. (2011). Upaya Peningkatan Aktivitas Siswa
dalam Pembelajaran Sains melalui Kerja
Laboratorium di Kelas VII E SMP Negeri 1 Depok,
Sleman, Yogyakarta, Laporan Penelitian Tindakan
Kelas. Yogyakarta: FMIPA UNY
Ahmad Abu Hamid. (2004). Kajian Fisika Sekolah.
Yogyakarta: FMIPA UNY.
Dwi Purwanti. (2006). Meningkatkan Kemampuan Siswa
tentang Pembagian Menurut Teori Jerome S.
Brunner. Semarang: FIP UNNES
Ella Yulaelawati. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran
Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung : Pakar Raya.
Francis W. Sears. (1993). Fisika Universitas Edisi
Keenam Jilid 1, terjemahan Sri Jatno Wirjosoedibjo
dan Soegeng. Jakarta: Erlangga.
Harjanto. (2003). Perencanaan Pengajaran: Komponen
MKDK Materi Disesuaikan dengan Silabi Kurikulum
Nasional IAIN Cetakan Ke-3. Jakarta: Renika Cipta.
Hendyat
Soetopo.
(2005).
Pendidikan
dan
Pembelajaran, Teori, Permasalahan dan Praktek.
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Lyman, Howard B. (1978). Test Scores and What They
Mean Third Edition. Engelwood Cliffs, NJ: Prentice
Hall, Inc.
Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan
Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Martin Kanginan. (2002). Sains Fisika SMP 1A. Jakarta:
Erlangga.
Mimin Haryati. (2007). Model dan Teknik Penilaian
pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati. (1993). Upaya
Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Nana Sudjana. (2002). Penilaian Hasil Proses Belajar


Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto.2002. Prinsip-prinsip dan Teknik
Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Oemar Hamalik. (2003). Psikologi Belajar dan
Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Rini Pratiwi, dkk. (2008). Contextual Teaching and
Learning Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Sardiman. (2003). Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suharsimi Arikunto.2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : Bumi Aksara.
Suharsimi Arikunto, dkk.2010. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Sumaji, dkk. (1998). Pendidikan Sains yang Humanitis.
Yogyakarta: Kanisius.
Supriyadi. (2007). Kurikulum Sains dalam Proses
Belajar Sains. Yogyakarta: Pustaka Tempel Sari.
Throwbridge, Leslie W., & Bybee, Rodger W. (1990).
Becoming a Secondary Science Teacher. Ohio :
Merril Publishing Company.
Udin S. Winaputra. (2008). Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Zuhdan Kun Prasetyo. (2001). Kapita Selekta
Pembelajaran Fisika. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sumber dari web:
Ari
Widodo.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._
BIOLOGI/196705271992031-ARI_WIDODO/2006Taksonomi_Bloom_dan_alat_evaluasi.pdf. diakses
tanggal 18 November 2011
Herman.
http://hermanphysics.blogspot.com/2010/12/jeromes-bruner.html. diakses tanggal 18 November 2011.
Zaif.
http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranahpenilaian-kognitif-afektif-dan-psikomotorik/. diakses
tanggal 15 November 2011.

Anda mungkin juga menyukai