Anda di halaman 1dari 28

TRANSISTOR

(Laporan Praktikum Elektronika)

Oleh

Mentari Kirana Nariswari


2017041002

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR DAN INTRUMENTASI


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
Judul Percobaan : Transistor

Tanggal Percobaan : 19 November 2021

Tempat percobaan : Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi

Nama : Mentari Kirana Nariswari

NPM : 2017041002

Jurusan : Fisika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Kelompok : I (Satu)

Bandar Lampung, 19 November 2021


Mengetahui,
Asisten

Septian Priambodo
NPM.1817041028
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman yang seperti sekarang ini dengan berkembangnya teknologi dan globalisasi
telah merambah kesegala bidang kehidupan manusia tak terkecuali di bidang
elektronika yang perannya sangat penting dalam kehidupan manusia. Salah satunya
transistor yang dikenal sebagai komponen semikonduktor yang dapat dipakai
sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung, dan stabilisasi tegangan,
serta dapat digunakan dalam hal lainnya. Adapun rangkaian analog juga
menggunakan komponen transistor sebagai amplifier atau penguat, dalam rangkaian
digital transistor dapat digunakan pada saklar berkecepatan tinggi. Peran transistor
sendiri sangat berguna dalam bidang rangkaian integrasi (IC). Transistor bipolar
disebut juga sebagai device elektronik yang terdiri atas tiga komponen penting yaitu
terminal, emitor, kolektor, dan basis yang pada dasarnya membentuk p-n Junction.
Prinsip kerja dari transistor bipolar arus akan mengalir pada basis kemudian akan
mengendalikan arus pada kolektor dan emitter. Tentunya transistor ini memiliki
keunggulan contohnya switching lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi MOS,
selain itu transistor bipolar juga memiliki keunggulan untuk dapat mengalirkan arus
yang jauh lebih tinggi. Transistor telah banyak sekali dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari hari namun diantar kita masih banyak sekali yang belum memahami cara
kerja atau prinsip dasar penggunaannya, fungsi dan rangkaiannya serta aplikasi dari
transistor itu sendiri. Oleh karena itu sangat penting dilakukan percobaan praktikum
transistor agar dapat memahami cara kerja, fungsi, rangkaian, dan
pengaplikasiannya dalam komponen komponen tersebut.
B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum dari percobaan ini adalah sebagai berikut.


1. Mengerti tentang pengertian transistor, fungsi, karakteristik transistor dan
konfigurasi dasar rangkaian transistor.
2. Mengaplikasikan transistor pada rangkaian uji.
3. Menganalisa transistor pada rangkaian-rangkaian elektronika.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Transistor

Rangkaian penguat daya merupakan suatu rangkaian yang digunakan untuk


menguatkan atau memperbesar sinyal masukan. Penggunaan transistor sebagai
penguat adalah arus pada basis digunakan untuk mengontrol arus yang lebih besar
yang diberikan ke kolektor melewati transistor tersebut. Perubahan arus kecil pada
basis yang mengontrol inilah yang dinamakan dengan perubahan besar pada arus
yang mengalir dari kolektor ke emitter. Kelebihan dari transistor penguat tidak
hanya dapat menguatkan sinyal, tetapi transistor ini juga bisa digunakan sebagai
penguat arus, penguat tegangan dan penguat daya. Transistor adalah komponen
elektronika yang tersusun dari bahan semi konduktor yang memiliki 3 kaki yaitu :
basis (B), kolektor (C) dan emitor (E). Berdasarkan susunan semikonduktor yang
membentuknya, transistor dibedakan menjadi dua tipe, yaitu transistor PNP dan
transistor NPN. Untuk membedakan transistor PNP dan NPN dapat dari arah panah
pada kaki emitornya. Pada transistor PNP anak panah mengarah ke dalam dan pada
transistor NPN arah panahnya mengarah keluar. Untuk dapat bekerja, sebuah
transistor membutuhkan tegangan bias pada basisnya. Kebutuhan tegangan bias ini
berkisar antara 0.5 sampai 0.7 Volt tergantung jenis dan bahan semi konduktor
yang digunakan. Untuk transistor NPN, tegangan bias pada basis harus lebih positif
dari emitor. Dan untuk transistor PNP, tegangan bias pada basis harus lebih negatif
dari emitor. Semakin tinggi arus bias pada basis, maka transistor semakin jenuh
(semakin ON) dan tegangan kolektor-emitor (VCE) semakin rendah (Tasdik dan
Toni, 2017)
B. Mengukur Transistor

Transistor adalah komponen elektronik yang dirancang sebagai penguat arus,


karenanya transistor disebut juga piranti (device) yang menangani arus (current
handling device).

Gambar 1. Transistor

Dilihat dari tipenya, transistor terbagi dua, yaitu tipe PNP (PositipNegatip- Positip)
dan tipe NPN (Negatip-Positip-Negatip). Saluran masuk (leads) ke transistor
(lazimnya disebut kaki transistor) dinamai dengan : Basis (Base), Kolektor
(Collector), dan Emitor (Emitter). Transistor pada dasarnya adalah dua buah dioda
yang disambung secara berbalikan. Dioda yang pertama dibentuk oleh Emitor-
Basis, dioda yang kedua dibentuk oleh Basis-Kolektor. Pada transistor tipe PNP,
Emitor dan Kolektor berfungsi sebagai Anoda (+) terhadap Basis, sementara Basis
berfungsi sebagai Katoda (-) terhadap Emitor dan Emitor. Pada transistor tipe NPN,
Basis berfungsi sebagai Anoda (+) terhadap Emitor dan Kolektor, sementara Emitor
dan Kolektor berfungsi sebagai Katoda (-) terhadap Basis (Agah dan Farid, 2013)

C. Osiloskop
Osiloskop adalah salah satu alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan listrik,
grafik yang di tampilkan pada osiloskop memperlihatkan bagaimana sinyal berubah
terhadap waktu.Pada tampilan osiloskop menggunakan dua sumbu yakni pada
sumbu vertikal (Y) mempresentasikan tegangan (V) sedangkan pada sumbu
horizontal (X) menunjukan waktu (t). Pengukuran besaran listrik menggunakan
osiloskop hampir sama dengan menggunakan multimeter yakni dengan bantuan
probe yang di hubungkan ke rangkaian, sinyal tegangan pada rangkaian akan
melalui probe ke sistem vertikal sampai sinyal dapat di tamplkan pada layar
osiloskop. Signal masukan pada osiloskop diperoleh dari Audio FRekuwensi
Generator (AFG). Sinyal generator mempunyai kemampuan menghasilkan bentuk
gelombang keluaran berbeda – beda (sinusoidal, segitia-gergasi, dan kotak) serta
frekuwensi dan amplitudo yang dapat di atur seuai dengan kebutuhan. Hl yang
perlu diingat sebelum menggunakan osiloskop dan AFG adalah harus dilakukan
kalibrasi terlebih dahulu seperti halnya pada alat ukur yang lain sebelum digunakan
(JDS, 2019)

D. Impedansi Masukan dan Impedansi Keluaran

Dalam rangkaian input transistor (berarti hubungan basis-emitor dari transistor)


disambungkan dengan resistor-resistor pembagi tegangan R1 dan R2. Untuk sinyal
AC resistivitas-resistivitas diferensial dari semua komponen harus dihitung. Karena
resistivitas diferensial dari sumber voltase V, nol dan impedansi dari kondensator
juga bisa dihitung nol untuk AC, maka terdapat rangkaian ekuivalen untuk sinyal
kecil (rangkaian ekuivalen AC) seperti gambar 3 di bawah ini, di mana R1, R2 dan
resistivitas diferensial basis-emitor FBE dari transistor dirangkai paralel. Sebagai
contoh kita menghitung resistivitas input untuk rangkaian dengan R₁ = 8.45k2 dan
R₂ = 70002 pada arus kolektor sebesar 20mA. Penguatan arus dari transistor
sebesar hje 200, maka terdapat resistivitas basis-emitor
Gambar 2. Rangkaian Ekuivalen AC Untuk Penguat

Maka dari rangkaian pararel antara R1, R2 dan 𝑟𝐵𝐸 terdapat resistivitas input
sebesar 180 Ω. Keluaran dari rangkaian ini unruk sinyal AC sama dengan
keluaran untuk rangkaian dalam gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Rangkaian Penguat Sederhana Dengan Satu Transitor


Resistivitas output terhadap dari rangkaian pralel antara 𝑟𝐶𝐸 dan 𝑅𝐶. Pengaturan
dari rangkaian ini juga sama dengan penguat dari rangkaian dalam gambar 4,
hanya harus diperhatikan bahwa resistivitas input pada rangkaian ini berbeda
(Blocher, 2004).
III. PROSEDUR PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan pada percobaan ini adalah sebagai berikut.

Gambar 4. Transistor

Gambar 5. Kapasitor

Gambar 6. Signal Generator


Gambar 7. Multimeter

Gambar 8. Catu Daya

Gambar 9. Osiloskop

Gambar 10. Resistor


Gambar 11. Dioda Zener

Gambar 12. Kabel Penghubung

B. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Karakteristik Transistor
a. Membuat rangkaian seperti gambar 11.

Gambar 11. Karakteristik Transistor


b. Mengukur Vi, Vbe dan Vout pada posisi Rv max menggunakan
multimeter
c. Mengubah Rv kemudian ulangi kegiatan b
d. Melakukan kegiatan dengan mengubah Rv secara linier sebanyak 5
kali
e. Mengamati dan mencatat hasil pengukuran pada tabel pengamatan
2. Rangkaian Common Emitor
a. Membuat rangkaian seperti gambar 12

Gambar 12. Rangkaian CE


b. Memberi sinyal sinusoida pada Vi dengan amplitudo kecil (Q2 Vpp)
pasang pada channel A dan lihat outputnya pada channel B
c. Memperbesar amplitudo hingga outputnya lalu catat Vi dan gambar
Vo pada saat melalui mencatat
3. Penguat Darlington
a. Membuat rangkaian seperti gambar 13

Gambar 13. Penguat Darlington


b. Mengatur potensio (P) sampai V = 0 lalu ukur nilai V 2, V3, V4, dan
V5
c. Menaikan harga V2 dengan mengatur potensioner dengan interval
0,5 V hingga 3 V dan catat tiap percobaan
4. Regulator
a. Membuat rangkaian seperti gambar 14

Gambar 14. Regulator


b. Pada posisi awal catat harga I
c. Memutar Rv sampai I ou mulai jatuh dan pada saat ini harga Rv
sama dengan RI catat harga Rv.
DAFTAR PUSTAKA

Blocher, Richard. 2004. Dasar Elektronika. ANDI Yogyakarta: Yogyakarta.


Darmana, Tasdik. Dan Tony Koerniawan. 2017. Perancangan Penguat Daya Transistor.
Jurnal Sutet Vol. 7 No.2 Juni - Desember 2017. : STT-PLN. Halaman 88-
92.

Rahmawati, Endah. Dkk. 2019 Elektronika Dasar 1. Surabaya : JDS.

Sutiagah, Agah dan FaridMulyana. 2013. Teknik Kelistrikan dan Elektronika


Instrumentasi. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan :
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
LAMPIRAN
TUGAS AKHIR

1. Apa yang dimaksud dengan region cut off, cut in, aktif dan saturasi
2. Membuat catatan tentang karakteristik transistor, transistor sebagai penguat
darlington, common base, common emitor, dan common collector
3. Apa yang dimaksud dengan CMPR

Jawab
1. Cut Off
Komponen, Teori Elektronika Mesothelioma Law Firm, Sell Annuity Payment
Titik cut-off transistor adalah titik dimana transistor tidak menghantarkan arus dari
kolektro ke emitor, atau titik dimana transistor dalam keadaan menyumbat. Pada
titik ini tidak ada arus yang mengalir dari kolektor ke emitor. Titik Cutoff
didefinisikan juga sebagai keadaan dimana IE = 0 dan IC = ICO, dan diketahui
bahwa bias mundur VBE.sat = 0,1 V (0 V) akan membuat transistor germanium
(silikon) memasuki daerah cutoff.
Cut In
Daerah saturasi
adalah kondisi dimana transistor mengalirkan arus secara maksimum dari kolektor
ke emitor sehingga transistor tersebut seolah-olah short pada hubungan kolektor–
emitor. Pada daerah ini transistor dikatakan menghantar maksimum (sambungan
CE terhubung maksimum), maka IC = VCC/RC. Pada daerah saturasi transistor
dapat di analogikan sebagai saklar tertutup.
Daerah aktif,
suatu transistor yang biasanya digunakan sebagai penguat sinyal. Transistor
dikatakan bekerja pada daerah aktif karena transistor selalu mengalirkan arus dari
kolektor ke emitor walaupun tidak dalam proses penguatan sinyal, hal ini ditujukan
untuk menghasilkan sinyal keluaran yang tidak cacat. Daerah aktif terletak antara
daerah jenuh (saturasi) dan daerah mati (cut off).
2. Karakteristik dari masing-masing daerah operasi transistor tersebut dapat diringkas
sebagai berikut:
 Daerah Potong (cut off):
Dioda Emiter diberi prategangan mundur. Akibatnya, tidak terjadi pergerakan
elektron, sehingga arus Basis, IB = 0. Demikian juga, arus Kolektor, IC = 0, atau
disebut ICEO (Arus Kolektor ke Emiter dengan harga arus Basis adalah 0).
 Daerah Saturasi
Dioda Emiter diberi prategangan maju. Dioda  Kolektor juga diberi prategangan
maju. Akibatnya, arus Kolektor, IC, akan mencapai harga maksimum, tanpa
bergantung kepada arus Basis, IB, dan βdc. Hal ini, menyebabkan Transistor
menjadi komponen yang tidak dapat dikendalikan. Untuk menghindari daerah
ini, Dioda Kolektor harus diberi prateganan mundur, dengan tegangan melebihi
VCE(sat), yaitu tegangan yang menyebabkan Dioda Kolektor saturasi.
 Daerah Aktif
Dioda Emiter diberi prategangan maju. Dioda Kolektor diberi prategangan
mundur
Ttransistor Darlington atau pasangan transistor Darlington adalah komponen
penting. Terdiri dari dua transistor bipolar, yang terhubung sedemikian rupa
sehingga arus diperkuat oleh transistor pertama kemudian oleh transistor kedua.

Common Base (CB) adalah konfigurasi yang kaki Basis-nya di-ground-kan dan
digunakan bersama untuk input maupun output. Pada Common Base, sinyal input
dimasukan ke emitor dan sinyal output-nya diambil dari kolektor, sedangkan kaki
basis-nya di-ground-kan. Oleh karena itu, Common Base juga sering disebut
dengan istilah “Grounded Base”. Common Emitter (CE) merupakan konfigurasi
transistor yang paling sering digunakan, terutama pada penguat yang membutuhkan
penguatan tegangan dan arus secara bersamaan. Pada Konfigurasi common emitter
ini, sinyal input dimasukan ke basis dan sinyal output-nya diperoleh dari kaki
kolektor. Common Collector (CC) memiliki fungsi yang dapat menghasilkan
penguatan arus namun tidak menghasilkan penguatan tegangan. Pada common
collector, input diumpankan ke basis transistor sedangkan outputnya diperoleh dari
emitor transistor sedangkan kolektor-nya di-ground-kan dan digunakan bersama
untuk input maupun output.
3. CMPR atau Komparator merupakan rangkaian elektronik yang akan
membandingkan suatu input dengan referensi tertentu untuk menghasilkan output
berupa dua nilai (high dan low).
Link Jurnal :
https://drive.google.com/file/d/1uidUM_2o_0QIfS4Y7EnsrbcH1pIu79jD/view?
usp=sharing
Link Buku:
https://drive.google.com/file/d/1-Kwa8GyozEGSqpmBbtYt8fVoFkTkHOKx/view?
usp=sharing
Link Buku :

https://drive.google.com/file/d/1o5rTPXfAQb5MFbZhcgTOzBOsT8cEKrXs/view?
usp=sharing

4.
5.
6.

Anda mungkin juga menyukai