Vr = RI
dikatakan bahwa arus dan
tegangan berjalan serempak /
sefasa.
Terlihat pada gambar kiri bahwa fase arus dan tegangan berjalan serempak. Sehingga diagam
fasor terlihat seperti gambar kanan.
1
Vc =
C ∫ I c dt
“ Fase tegangan kapasitor akan tertinggal terhadap fase arus sebesar 900 “
Arus yang melewati kapasitor ternyata akan menurun jika frekuensi arus AC yang lewat semakin
rendah. Hal ini karena adanya reaktansi kapasitif dari kapasitor ketika dilewati arus AC.
Besarnya reaktansi kapasitif berbanding terbalik dengan frekuensi arus AC.
Sehingga
Terlihat bahwa semakin kecil frekuensi arus AC akan semakin besar nilai reaktansi kapasitif ini.
Bahkan pada arus DC (arus dengan frekuensi nol) nilai Xc adalah tak terhingga besarnya. Jadi
kapasitor hanya akan bisa melewatkan arus AC tetapi tidak arus DC.
di
Vl = L
dt
Dari grafik di bawah terlihat bahwa, ketika ada
perubahan arus yang melewati induktor maka akan
muncul tegangan induksi pada induktor.
Semakin besar perubahan arus terhadap waktu akan semakin memperbesar tegangan induksinya.
Dari sini pula bisa kita lihat bahwa, tegangan induksi akan segera terjadi ketika ada perubahan
arus selama waktu tertentu. Atau bisa dikatakan bahwa jalannya arus dan tegangan AC yang
lewat induktor tidak berjalan serempak /sefasa.
X L = ω L = 2πf L
dimana
XL = reaktansi induktif (Ohm)
f = frekuensi arus AC (Hertz)
L = induktor (Henry)
Sehingga
VL = X L .I L
Terlihat bahwa semakin kecil frekuensi arus AC, semakin kecil pula resistansi (tepatnya
impedansi) dari induktor. Bahkan pada frekuensi nol, reaktansi (impedansi) menjadi nol atau
seperti konduktor saja. Jadi pada arus DC (frekuensi adalah nol) sebuah induktor hanya akan
berlaku seperti hanya konduktor saja.
Bentuk gelombang dan diagram fasor terlihat seperti gambar di bawah,
VR = R I dan VC = XC I
⎧VC ⎫
V = VR2 + VC2 θ = tan -1 ⎨ ⎬
⎩V R ⎭
Karena I adalah sama, maka diagram fasor bisa juga dinyatakan untuk impedansi sbb:
Z = R 2 + X C2
⎧ XC ⎫
θ = tan −1 ⎨ ⎬
⎩ R ⎭
Vt
I=
Z
Pada frekuensi tertentu, dimana XC = R, maka θ = 450 yang disebut frekuensi resonansi RC
(frekuensi roll-off RC), yaitu pada
1 1
=R atau f =
2πf C 2πRC
VR = R I dan VL = XL I
VR akan sefasa dengan I, sedang fase VL akan mendahului 900 dari fase I.
⎧VL ⎫
V = VR2 + VL2 θ = tan -1 ⎨ ⎬
⎩ R⎭
V
Karena I adalah sama, maka diagram fasor bisa juga dinyatakan untuk impedansi sbb:
Z = R 2 + X L2
⎧XL ⎫
θ = tan −1 ⎨ ⎬
⎩ R ⎭
Vt
I=
Z
Pada frekuensi tertentu, dimana XL = R, maka θ = 450 yang disebut frekuensi resonansi RL
(frekuensi roll-off RL), yaitu pada
2πf L = R R
atau f =
2πL
VL = XL I dan VC = XC I
VL akan mendahului fasa I sebesar 900, sedang fase VC akan ketinggalan 900 dari fase I.
Z = X L − XC
θ = 900 / − 900 / 0
Vt
I=
Z
Pada frekuensi tertentu, dimana XL = XC, maka θ = 00
yang disebut frekuensi resonansi LC (frekuensi roll-off
LC), yaitu pada
1 1
2πf L = f = atau
2πf C 2π LC
VR = R I VL = XL I dan VC = XC I
Fase VR akan dengan I, fase VL akan mendahului fasa I sebesar 900, sedang fase VC akan
ketinggalan 900 dari fase I.
Z = R2 + ( X L − X C )2
⎧( X L − X C ) ⎫
θ = tan -1 ⎨ ⎬
⎩ R ⎭
Vt
I=
Z
Pada frekuensi tertentu, dimana XL = XC, maka θ = 00
yang disebut frekuensi resonansi RLC (frekuensi roll-
off RLC), yaitu pada
1 1
2πf L = f =atau
2πf C 2π LC
Apabila digrafikkan antara frekuensi dan besarnya impedansi serta sudut fasenya tampak sbb:
Pada frekuensi rendah, nilai impedansi besar dan arus kecil. Ketika frekuensi bertambah,
impedansi akan menurun sedang arus akan membesar. Tepat pada frekuensi resonansi,
impedansi akan minimum (sebesar R) dan arus akan maksimum ( sebesar Vt / R). Ketika
frekuensi naik lagi, impedansi akan membesar lagi sedang arus akan menurun lagi.
Fase juga akan berubah dari mendekati -900 pada frekuensi rendah, kemudian akan mengecil
mendekati 00. Tepat pada frekeunsi resonansi, besar fase adalah 00. Fase kemudian akan naik ke
mendekati 900 ketika frekuensi naik lagi.
V V
IR = dan IC =
R XC
I = I R2 + I C2 1
=
1
+
1
2
Z R X C2
⎧ IC ⎫
θ = tan −1 ⎨ ⎬ ⎧ 1 ⎫
⎩IR ⎭ ⎪ XC ⎪
θ = tan −1
⎨ 1 ⎬ I =V
Z
⎪ R ⎪
⎩ ⎭
V V
IR = dan IL =
R XL
I = I R2 + I L2 1
=
1 1
+ 2
2
Z R XL
⎧ IL ⎫
θ = tan −1 ⎨ ⎬ ⎧1 ⎫
⎩IR ⎭ ⎪ XL ⎪
θ = tan ⎨
−1
⎬ dan I = V
Z
1
⎪ R ⎪
⎩ ⎭
V V
IL = dan IC =
XL XC
I = IC − I L 1 1 1
= −
θ = −90 0 ,0 0 atau + 90 0 Z XC XL
θ = −90 0 ,0 0 atau + 90 0 dan I = V
Z
0
Sudut fase akan 0 ketika XL = XC .
Yaitu pada frekuensi:
1
f Re s = dan pada frekuensi resonansi ini, impedansi akan = 0 ohm.
2π LC
V V V
IR = ; IL = ; IC =
R XL XC
Fase IR akan dengan V, fase IC akan mendahului fasa V sebesar 900, sedang fase IL akan
ketinggalan 900 dari fase V.
2
1 1 ⎛ 1 1 ⎞
= 2
+ ⎜⎜ − ⎟⎟
Z R ⎝ C
X X L ⎠
⎧⎛ 1 1 ⎞⎫
⎪⎜⎜ − ⎟⎟ ⎪
⎪ L ⎠⎪
θ = tan -1 ⎨ ⎝ C
X X
1 ⎬
⎪ ⎪
⎪ R ⎪
⎩ ⎭
V
I= t
Z
Pada frekuensi tertentu, dimana XL = XC, maka θ = 00 yang disebut frekuensi resonansi RLC
(frekuensi roll-off RLC), yaitu pada
1 1
2πf L = atau f =
2πf C 2π LC
Apabila digrafikkan antara frekuensi dan besarnya impedansi serta sudut fasenya tampak sbb:
Pada frekuensi rendah, nilai impedansi kecil dan arus besar. Ketika frekuensi bertambah,
impedansi akan bertambah sedang arus akan mengecil. Tepat pada frekuensi resonansi,
impedansi akan maksimum (sebesar R) dan arus akan minimum ( sebesar Vt / R). Ketika
frekuensi naik lagi, impedansi akan menurun lagi sedang arus akan membesar lagi.
Fase juga akan berubah dari mendekati -900 pada frekuensi rendah, kemudian akan mengecil
mendekati 00. Tepat pada frekeunsi resonansi, besar fase adalah 00. Fase kemudian akan naik ke
mendekati 900 ketika frekuensi naik lagi.