Anda di halaman 1dari 7

HUKUM KIRCHOFF

Hukum Kirchhoff adalah dua persamaan yang berhubungan dengan arus dan beda potensial
(umumnya dikenal dengan tegangan) dalam rangkaian listrik. Hukum ini pertama kali
diperkenalkan oleh seorang ahli fisika Jerman yang bernama Gustav Robert Kirchhoff (1824-
1887) pada tahun 1845.

Banyak dari rangkaian listrik sederhana (Gambar 1.1) yang tidak dapat dianalisis dengan hanya
mengganti kombinasi rangkaian seri dan paralel resistor dalam menyederhanakan rangkaian yang
memiliki banyak resistor.

Tegangan jatuh pada dan tidaklah sama karena adanya ggl . Sehingga, rangkaian kedua
resistor ini tidaklah paralel juga bukanlah rangkaian seri, karena arus yang mengalir pada kedua
resistor tidaklah sama. Namun, ada hukum yang berlaku pada rangkaian yang memliki arus tetap
(tunak). Hukum ini adalah hukum Kirchhoff 1 dan 2.

Hukum Kirchhoff 1

Hukum Kirchhoff 1 dikenal sebagai hukum percabangan (junction rule), karena hukum ini
memenuhi kekekalan muatan. Hukum ini diperlukan untuk rangkaian yang multisimpal yang
mengandung titik-titik percabangan ketika arus mulai terbagi. Pada keadaan tunak, tidak ada
akumulasi muatan listrik pada setiap titik dalam rangkaian. Dengan demikian, jumlah muatan
yang masuk di dalam setiap titik akan meninggalkan titik tersebut dengan jumlah yang sama.

Hukum Kirchhoff 1 menyatakan bahwa:

“Jumlah arus listrik yang masuk melalui titik percabangan dalam suatu rangkaian listrik sama
dengan jumlah arus yang keluar melalui titik percabangan tersebut”
Secara umum rumus hukum Kirchhoff 1 dapat dituliskan sebagai berikut:

Dalam rentang waktu , muatan mengalir melalui titik percabangan dari arah kiri.
Dalam rentang waktu juga, muatan dan bergerak ke arah kanan
meninggalkan titik percabangan. Karena muatan tersebut bukan berasal dari titik percabangan
dan tidak juga menumpuk pada titik tersebut dalam keadaan tunak, maka muatan akan
terkonservasi di titik percabangan tersebut, yaitu:

Hukum Kirchhoff 2

Bunyi hukum Kirchhoff 2 adalah sebagai berikut:

“Pada setiap rangkaian tertutup, jumlah beda potensialnya harus sama dengan nol”

Hukum Kirchhoff 2 juga sering disebut sebagai hukum simpal (loop rule), karena pada
kenyataannya beda potensial diantara dua titik percabangan dalam satu rangkaian pada keadaan
tunak adalah konstan. Hukum ini merupakan bukti dari adanya hukum konservasi energi. Jika
kita memiliki suatu muatan Q pada sembarang titik dengan potensial V, dengan demikian energi
yang dimiliki oleh muatan tersebut adalah QV. Selanjutnya, jika muatan mulai bergerak
melintasi simpal tersebut, maka muatan yang kita miliki akan mendapatkan tambahan energi atau
kehilangan sebagian energinya saat melalu resistor baterai atau elemen lainnya. Namun saat
kebali ke titik awalnya, energinya akan kembali menjadi QV.

Sebagai contoh penggunaan hukum ini (Gambar 1.3), dua baterai yang berisi hambatan dalam
dan serta ada 3 hambatan luar. Kita akan bisa menenutukan arus dalam rangkaian tersebut
sebagai fungsi GGL dan hambatan.

Secara umum rumus hukum Kirchhoff 2 dapat dinyatakan sebagai berikut:


CONTOH SOAL

1. Perhatikan gambar rangkaian tertutup dibawah ini!

Apabila dan , maka kuat arus yang mangalir pada rangkaian adalah

Jawaban:

Kita terlebih dahulu tentukan arah arus dan arah loop, dalam hal ini kita akan menentukan arah
loop searah dengan arah jarum jam.

2. Pada rangkaian listrik di bawah ini diberikan diberikan dan . Jika


saklar S ditutup, tentukan besarnya daya pada !
Jawaban:

Kita tentukan arah loop sebagai berikut:

Kita akan menerapkan hukum Kirchhof 1, dimana:

Dan berdasarkan hukum yang kedua:


3. Perhatikan rangkaian listrik seperti pada gambar!

Kuat arus terukur amperemeter adalah...

Pembahasan:
Diketahui:
R1 = 1,4 Ohm
V = 1,5 V
rd = 0,1 Ohm
Ditanya: i = ...
Jawab: Gunakan hukum II Kirchoff
Terlebih dahulu tentukan arah arus dan arah loop.

Menerapkan hukum II Kirchoff.


i . R1 + i . rd + 1,5 V = 0
i . 1,4 Ω + i . 0,1 Ω + 1,5 V = 0
i . 1,5 Ω = – 1,5 V
i = – 1 A (negatif berarti arah arus terbalik)

4. Perhatikan gambar rangkaian tertutup dibawah ini.

Apabila R1 = 2 Ω, R2 = 4 Ω, dan R3 = 6 Ω, maka kuat arus yang mangalir pada rangkaian


adalah...

Pembahasan:
Diketahui:
R1 = 2 Ω
R2 = 4 Ω
R3 = 6 Ω
E1 = 1,5 V
E2 = 3 V
Ditanya: i = ...
Jawab:
Terlebih dahulu tentukan arah arus dan arah loop.

Menerapkan hukum II Kirchoff.


i . R1 – E1 + i . R2 + i . R3 + E2 = 0
i.2Ω–9V+i.4Ω+i.6Ω+3V=0
i . 12 Ω – 6 V = 0
i . 12 Ω = 6 V
i = 0,5 A

5. Dari gambar rangkaian dibawah, besar kuat arus yang mengalir pada rangkaian adalah...

Pembahasan:
Diketahui:
R1 = 2 Ω
R2 = 3 Ω
R3 = 3 Ω
V1 = 12 V
V2 = 12 V
Ditanya: i = ...
Jawab:
Terlebih dahulu tentukan arah arus dan arah loop.

Menerapkan hukum II Kirchoff.


– 12 V + i . 2Ω – 12 V + i . 3Ω + 3 Ω = 0
– 24 V + i . 8 Ω = 0
i . 8Ω = 24 V
i = 24 V / 8 Ω = 3 A

Anda mungkin juga menyukai