Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum

Elektronika Dasar II

OP-AMP II
(PENGUAT SELISIH, PENGUAT PENYANGGA DAN PENGUAT
INSTRUMENTASI)

DISUSUN OLEH
NAMA : MAYSARAH. A. MALLARANGI
NIM : H021 17 1007
KELOMPOK : III (TIGA)
TANGGAL PERCOBAAN : 06 MARET 2019
ASISTEN : ARFINNA

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang


Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai suatu sarana yang sangat
berkembang dan menjadi suatu sumber informasi dapat meningkatkan
pengetahuan ataupun wawasan seseorang dalam bidang pengetahuan. Listrik
sebagai salah satu teknologi yang sangat berkembang pesat sampai detik ini, salah
satu penggunaannya yaitu op-amp. Hal terpenting dari op-amp sebagai penguat.
Penguat sebagai rangkaian yang menerima sinyal pada masukan dan
menghasilkan sinyal pada keluaran yang tidak berubah.
Elektronika merupakan ilmu yang sangat penting bagi manusia sebab
menyangkut tentang kelistrikan yang menjadi salah satu energy terpenting dalam
kehidupan manusia. Sebagai bagian dari Fisika, pada elektronika juga tidak cukup
jika hanya dipelajari secara teori sehingga membutuhakan praktek/praktikum
untuk membantu kita dalam memhami dan mengaplikasikannya. Berdasarkan hal
tersebut maka dilakukanlah praktikum elektronika dasar ini yakni tentang
rangkaian penguat selisih, penguat penyangga dan penguat instrumentasi
sekaligus untuk memenuhi persyaratan dari mata kuliah Elektronika Fisis II.
Penguat operasional pada umumnya tersedia dalam bentuk terpadu dan yang
paling banyak digunakan dalam bentuk rangkaian seri. Op-amp merupakan
komponen analog yang sering digunakan dalam aplikasi rangkaian elektronika.
Dengan adanya penguat ini maka akan membantu dalam merangkai suatu
rangkaian listrik.
Terdapat beberapa jenis dari op-amp, yaitu berdaya tinggi dan berdaya
rendah. Meskipun beberapa op amp daya tinggi tersedia, sebagian besar adalah
perangkat berdaya rendah dengan peringkat daya maksimum. Beberapa op-amp
dioptimalkan untuk bandwidth, set input rendah, lainnya untuk noise rendah, dan
lain sebagainya [1]. Oleh karena itu, praktikum ini dianggap perlu dilakukan
untuk memberikan pengetahuan dan informasi terkait dengan pengertian op-amp,
penguat selisih, buffer dan penguat instrumentasi. Hal tersebut merupakan
sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian akan
mempermudah pekerjaan manusia.
I.2 Ruang Lingkup
Dalam praktikum ini pengukuran yang dilakukan dibatasi pada pengukuran
tegangan pada penguat selisih, pengukuran tegangan input dan output
menggunakan osiloskop pada penguat buffer (penyangga), dan pengukuran
tegangan pada penguat instrumentasi.
I.3 Tujuan Percobaan
1. Mempelajari penggunaan atau aplikasi op-amp current feedback sebagai
penguat selisih.
2. Mempelajari penggunaan atau aplikasi op-amp sebagai penguat buffer
(penyangga).
3. Menganalisis karakteristik rangkaian penguat instrumentasi sebagai aplikasi
dari rangkaian op-amp.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Penguat Differensial


Penguat diferensial merupakan suatu penguat yang dapat digunakan untuk
menguatkan suatu sensor atau tranducer yang memiliki dua keluaran. Keluaran
dari penguat diferensial ini sebanding dengan perbedaan tegangan dari kedua
masukannya. Rangkaian penguat diferensial ditunjukkan pada Gambar II.1 [2].

Gambar II.1 Rangkaian Penguat Differensial [2].


Berdasarkan dari rangkaian pada Gambar II.1, persamaan yang dapat
digunakan untuk menghitung besar nilai penguatan dari rangkaian penguat II.1
[2]:
R2
G= (2.1)
R1
Penguat diferensial juga merupakan suatu penguat dengan tegangan keluaran
atau Vout yang merupakan hasil selisih antara kedua buah tegangan masukan pada
terminal inverting dan non-invertingnya. Rumus umum yang berlaku untuk
penguat differensial adalah sebagai berikut [3]:
Rp
V out = (V −V 1 ) (2.2)
R¿ 2
Gambat II.2 Rngkaian penguat instrumentasi [3].
II.2 Penguat Instrumentasi
Penguat instrumentasi adalah pengembangan dari penguat diferensial
(selisih tegangan) yang mengakomodasi masukan selisih tegangan. Penguat
instrumentasi dibangun oleh tiga buah op-amp. Op-amp 1 dan 2 (A1 dan A2)
dikonfigurasi sebagai penguat non-inverting, sedangkan op-amp ketiga (A3)
dikonfigurasi sebagai penguat selisih tegangan. Penguat instrumentasi didesain
dan harus memenuhi tegangan offset minimum, penguatan stabil, ketaklinieran
rendah, input impedansi sangat tinggi, output impedansi sangat rendah, serta rasio
penolakan modus bersama (common mode rejection ratio, CMRR) sangat tinggi
[3].

Gambar II.3 Rangkaian penguat instrumentasi [3].


Tegangan keluaran yang dihasilkan dari rangkaian Gambar 9 ditunjukkan
pada persamaan berikut [3]:
2 R1
[
V out = 1+
RE ]
( V 2−V 1 ) (2.2)

Sedangkan penguatannya dirumuskan sebagai [3]:


2 R1
A= 1+ (R2 ) (2.3)

Penguat instrumentasi merupakan penguat yang terdiri atas tiga Op-Amp


dan tujuh buah tahanan. Rangkaian ini tersusun atas rangkaian penguat
differensial dan penguat penyangga, dimana pada rangkaian penguat instrumentasi
dapat digunakan untuk melakukan pengkondisian sinyal untuk sensor atau
tranducer yang memiliki dua keluaran. Keluaran dari penguat instrumentasi akan
sebanding dengan hasil selisih dari kedua masukan tersebut. Rangkaian penguat
instrumentasi dapat digunakan untuk melakukan pengkondisian sinyal yang
memiliki level tegangan yang kecil. Rangkaian penguat instrumentasi ditunjukkan
pada Gambar II.2 [2].

Gambar II.4 Rangkaian peguat instrumetasi [2].


II.3 Penguat Penyangga
Penguat adalah sebuah alat yang memperbesar sinyal. Inti dari sebuah
penguat adalah sebuah sumber yang dikontrol oleh sebuah sinyal masukan.
Keuntungan dari sebuah penguat dapat dikendalikan dengan mengumpan balikkan
sebagian dari outputnya ke in putnya [5].
Buffer yang diusulkan mencapai offset rendah dan laju perubahan tegangan
tinggi dalam rangkaian yang diusulkan. Penguat operasi cascode dilipat NMOS
digunakan sebagai pengganti penguat operasi rail to rail, penggunaan hanya
penguat operasi cascode dilipat NMOS mengurangi jumlah MOS yang digunakan
dalam rangkaian dan menggunakan auto zero negative feedback. akan
memberikan ayunan penuh untuk piksel polaritas umpan balik positif dan negatif
dan untuk mengurangi offset, beban yang didistribusikan saat ini digunakan yang
meningkatkan gain DC dari penguat operasional dan saat kenaikan DC
meningkatkannya akan mengurangi tegangan offset dan meningkatkan laju
perubahan tegangan dengan arus bias yang sama dengan yang digunakan saat
dilipat dan menjumlahkan tahap penguat operasional [4].
Penguat transkonduktansi operasional (OTA) banyak digunakan dalam
sirkuit terintegrasi analog dan sinyal campuran seperti integrator switched-
kapasitor (SC), gainstage, dan lain-lain. Untuk mewujudkan konverter analog ke
digital dengan akurasi tinggi [6]. Dalam kebanyakan rangkaian
penguatan praktis, asumsi-asumsi ini akan sangat menyederhanakan
analisisnya dan mengarah pada kesalahan yang dapat diabaikan. Demikian juga,
ketika umpan balik digunakan untuk mencegah terjadinya saturasi, masukan ini
umumnya secara efektif berada pada tegangan yang sama. Kita akan
mengansumsikan bahwa op-amp adalah ideal dan menganalisis rangkaian penguat
yang beroperasi pada daerah linear [5].
DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Malvino dan D. Bates. Electronic Principlies. McGraw-Hill Education :


New York, 2016.
[2] Noviyanto, A.H. “Pengkondisi Sinyal dan Akuisisi Data Sensor Tekanan:
MPXM2053GS, MPX53DP, MPX2100DP, DAN MPX2200DP”. Jurnal
Penelitian, Vol.19, No.2:166-167. 2014.
[3] Yasin, R.M, azis, A.N dan Hartono, “Rancang Bangun Sistem Kontrol
Berbasis Biopotensial Mata (Studi Kasus : Mengontrol Aplikasi Berbasis
Android)”. Jurnal Teras Fisika, Vol.1, No.1:11-12, 2018.
[4] R. K. Mishra dan T. Raikwar. “Low Offset and High Slew Rate Buffer
amplifier for LCD Application”, International Journal of Computer
Applications, Vol.131, No.16:45-51, 2015.
[5] M. Nahvi dan J. Edminister. Rangkaian Listrik. Erlangga, Jakarta, 2005.
[6] M. Yavari dan T. Moosazadeh. “A single-stage operational amplifier with
enhanced transconductance and slew rate for switched-capacitor circuits”,
Analog Integr Circ Sig Process, Vol.10, No.79:589–59, 2014.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 6 Maret 2019 pukul 15.00-18.00
WITA di Laboraturium Elektronika dan Instrumentasi, Departemen Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat beserta Fungsinya
1. Osiloskop

Gambar III.1 Osiloskop


Osiloskop berfungsi untuk menampilkan gelombang keluaran pada suatu
rangkaian.
2. Sinyal Generator

Gambar III.2 Sinyal Generator


Sinyal generator berfungsi sebagai pembangkit sinyal dengan frekuensi
tertentu.
3. Papan Rangkaian

Gambar III.3 Papan Rangkaian


Papan rangkaian berfungsi sebagai tempat merangkaikan komponen
elektronika.
4. Kabel Jumper

Gambar III.4 Kabel Jumper


Kabel jumper berfungsi sebagai penghubung antar komponen.
5. Kabel Penghubung

Gambar III. 5 kabel Penghubung


Kabel penghubung berfungsi sebagai penghubung antar alat elektronika.
6. Catu Daya

Gambar III.6 Catu Daya


Catu daya berfungsi sebagai sumber tegangan ke komponen elektronika.
7. Multimeter

Gambar III.7 Multimeter


Multimeter berfungsi untuk mengukur besar tegangan pada rangkaian.
III.2.2 Bahan beserta Fungsinya
1. Resistor

Gambar III.8 Resistor


Resistor berfungsi sebagai penghambat arus listrik yang mengalir pada
rangkaian elektronika.
2. Potensiometer

Gambar III.9 Potensiometer


Potensiometer berfungsi untuk mengatur besar tegangan pada rangkaian
dengan cara memutar tuas pada potensiometer.
3. IC LM741

Gambar III.10 IC LM741


IC LM741 berfungsi untuk penguatan pada tegangan.
III.3 Prosedur Percobaan
III.3.1 Prosedur Percobaan Penguat Selisih
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Merangkai penguat selisih seperti gambar dibawah ini:

(a) (b)
Gambar III.11 (a) Skema Rangkaian Penguat Selisih, (b) rangkaian penguat
selisih.
3. Menghubungkan potensiometer 1 dengan potensiometer 2, selanjutnya kabel
putih potensiometer (V2) dengan Vin 2, kemudian kabel merah Vcc keVcc IC
dan menghubungkan kabel hitam potensiometer ke ground pada rangkaian.
4. Menghitung tegangan V1 dengan menghubungkan kabel multimeter kabel
merah (+) pada V1 dan kabel hitam multimeter pada ground. Selanjutnya
menghubungkan kabel merah Vcc- ke kaki 4 IC dan kabel Vcc+ ke kaki 7 IC
dan kabel hitam (-) catu daya pada ground. Kemudian menyalakan catu daya
dan memutar tuas potensiometer sesuai nilai tegangan yang diinginkan.
5. Mencatat hasil yang diperoleh.
6. Lakukan langkah ke 4 sebanyak 5 kali dengan nilai (1; 2,50; 3,02 Volt).
7. Menghitung tegangan V2 sama dengan langkah ke 4.
8. Lakukan langkah ke 4 sebanyak 5 kali dengan nilai (1; 2,50; 3,02 Volt).
9. Menghitung Vout sama dengan langkah ke 4.
III.3.2. Prosedur Percobaan Penguat Buffer (penyangga)
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Merangkai penguat buffer seperti gambar dibawah ini:

(a) (b)
Gambar III.12 (a) Skema Rangkaian Penguat Buffer, (b) rangkaian penguat buffer
(penyangga).
3. Mengkalibrasi osiloskop dan mengatur keluaran
4. Menghubungkan Vcc+ catu daya dengan Vcc+ IC (kaki 7) dan Vcc- catu daya
dengan Vcc- IC (kaki 4) serta menghubungkan ground catu daya dengan
ground rangkaian.
5. Menghubungkan kabel merah input osiloskop dengan Vin rangkaian
(noninverting) kemudian kabel merah output osiloskop dengan kaki 6 IC
(output). Serta menghubungkan kabel hitam input dan output osiloskop dengan
ground.
6. Mengamati hasil gelombang input dan output pada layar osiloskop sefase atau
tidak, dengan menggubah frekuensi dari 100 Hz, 200Hz, 500Hz dan1000Hz.
III.3.3 Prosedur Percobaan Penguat Instrumentasi
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Rangkailah rangkaian seperti pada gambar dibawah ini:

(a) (b)
Gambar III.13 (a) skema rangkaian Penguat Instrumentasi, (b) rangkaian penguat
intrumentasi.
3. Menghubungkan potensiometer 1 dengan potensiometer 2, selanjutnya kabel
putih potensiometer (V2) dengan V2, kemudian kabel merah Vcc keVcc IC
dan menghubungkan kabel hitam potensiometer ke ground pada rangkaian.
4. Menghitung tegangan V1 dengan menghubungkan kabel multimeter kabel
merah (+) pada V1 dan kabel hitam multimeter pada ground. Selanjutnya
menghubungkan kabel merah Vcc- ke kaki 4 IC dan kabel Vcc+ ke kaki 7 IC
dan kabel hitam (-) catu daya pada ground. Kemudian menyalakan catu daya.
5. Menghitung tegangan VRG dengan menghubungkan kabel multimeter kabel
merah (+) pada V1 dan kabel hitam multimeter pada kaki resistor. Selanjutnya
menghubungkan kabel merah Vcc- ke kaki 4 IC dan kabel Vcc+ ke kaki 7 IC
dan kabel hitam (-) catu daya pada ground. Kemudian menyalakan catu daya
dan memutar tuas potensiometer sesuai nilai tegangan yang diinginkan.
6. Mencatat hasil yang diperoleh.
7. Lakukan langkah ke 4 sebanyak 5 kali dengan nilai (1,37; 2,33; 3,24 dan
4,01Volt).
8. Menghitung tegangan V2 sama dengan langkah ke 4.
9. Lakukan langkah ke 4 sebanyak 5 kali dengan nilai (2,16; 2,13 dan S1,37
Volt).
10. Menghitung Vout sama dengan langkah ke 4.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.I Hasil
IV.I.1 tabel
1. Penguat Selisih
V1 (V) V2 (V) Vout Praktikum (V) Vout Teori(V)
1,1 1   0
1 2,04 0,82 1,04
1,5 3,02 1,82 1,52
1 3,97 2,45 2,97
5,2 1,02 -3,28 -4,18
3,91 1,02 -2,25 -2,89
-
Vcc = -12,20 V
Vcc+ = 12,14 V
2. Penguat Buffer

Frekuensi (Hz) Vin (V) Vout (V) Fase

100 10,09 10,09 Sefase


200 9,95 9,89 Sefase
500 9,74 9,89 Sefase
1000 7,23 7,29 Sefase
Vcc = 12,13 V
3. Penguat Instrumentasi

V1 (V) V2 (V) RG (𝛀) VRG (V) Vout Praktikum (V) Vout Teori (V)

1,02 1,78 1000 -0,78 4,73 2,28


1,65 0,85 1000 -1,25 4,64 -2,4
1,25 2,75 1000 -1,54 7,37 4,5
3,87 1,05 1000 -1,38 5,35 -8,46
IV.1.2 Pengolahan Data
1. Penguat Selisih
R2
V out =V 2−V 1 ( )
R1
Untuk V1=1 Volt dan V2=2,04 Volt.
R2 1000
V out =V 2−V 1 ( )
R1
=2,04−1 (
1000 )
=1,04 Volt

Untuk V1=1,5 Volt dan V2=3,02 Volt.


R2 1000
V out =V 2−V 1 ( )
R1
=3,02−1,50
1000( )
=1,52 Volt

Untuk V1=1 Volt dan V2=3,97 Volt.


R2 1000
V out =V 2−V 1 ( )
R1
=3,97−1 (
1000 )
=2,97 Volt

Untuk V1=5,20 Volt dan V2=1,02 Volt.


R2 1000
V out =V 2−V 1 ( )
R1
=1,02−5,20
1000( )
=-4,18 Volt

Untuk V1=3,91 Volt dan V2=1,02 Volt.


R2 1000
V out =V 2−V 1 ( )
R1
=1,02−3,91
1000( )
=-2,18 Volt

Untuk V1=3,20 Volt dan V2=1,02 Volt.


R2 1000
V out =V 2−V 1 ( )
R1
=1,02−3,20
1000( )
=-2,18 Volt

2. Penguat Instrumentasi
2 R1
( ( ))
V out =( V 2−V 1 ) 1+
Rg

Untuk V1=1,02 Volt, V2=1,78 Volt dan RG=1 kΩ


2 R1 2 x 1000
( ( ))
V out =( V 2−V 1 ) 1+
Rg
=( 1,78−1,02 ) 1+ ( (
1000 ))=2,28 Volt

Untuk V1=1,65 Volt, V2=0,85 Volt dan RG=1 kΩ


2 R1 2 x 1000
( ( ))
V out =( V 2−V 1 ) 1+
Rg
=( 0,85−1,65 ) 1+ ( (
1000 ))=-2,4 Volt

Untuk V1=1,25 Volt, V2=2,75 Volt dan RG=1 kΩ


2 R1 2 x 1000
( ( ))
V out =( V 2−V 1 ) 1+
Rg ( (
=( 2,75−1,25 ) 1+
1000 ))=4,5 Volt

Untuk V1=3,87 Volt, V2=1,05 Volt dan RG=1 kΩ


2 R1 2 x 1000
( ( ))
V out =( V 2−V 1 ) 1+
Rg ( (
=( 1,05−3,87 ) 1+
1000 ))=-8,46 Volt

IV.I.3 Gambar

Gambar IV.1 fase sinyal keluaran freukensi 100 Hz pada penguat penyangga
positif.

Gambar IV.2 fase sinyal keluaran freukensi 200 Hz pada penguat penyangga
positif.

Gambar IV.3 fase sinyal keluaran freukensi 500 Hz pada penguat penyangga
positif.
k
Gambar IV.4 fase sinyal keluaran freukensi 1 kHz pada penguat penyangga
positif.
IV.1.4 Grafik
IV.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum untuk percobaan op-amp 2(penguat selisih,
penguat buffer dan penguat instrumentasi) dengan bahan IC Op-Amp LM 741.
Dari hasil percobaan penguat selisih yang telah dilakukan data yang diperoleh
V1=1 Volt dan V2=2,04 Volt diperoleh Vout Praktikum =0,82 Volt sedangkan pada
Vout teori = 1,04 Volt karena pada penguat selisih ini memperkuat selisih tegangn
pada kedua input. Adapun ketidaksesuaian data antara praktikum dan teori yang
diperoleh karena ada beberapa faktor antara lain ketelitian praktikan, alat atau
bahan yang sudah tidak berfungsi semaksimal mungkin. Dengan demikian,
beberapa hasil data yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yang ada.
Dari hasil penguatan penyangga (buffer), penguat penyangga yang dilakukan
saat praktikum yang penguat penyangga positif sesuai teori bahwa V out=Vin. pada
signal keluaran yang didapat pada masing-masing freukensi 100 Hz, 200Hz,
500 Hz dan 1 kHz yaitu sefase bisa dilihat pada gambar osiloskop yang ada pada
bagian sub bab IV.1.3.
Penguat instrumentasi adalah suatu penguat untai tertutup dengan masukkan
differensial atau gabungan antara penguat selisih dan penguat penyangga (buffer).
Pada praktikum kali data yang didapatkan tidak sesuai dengan teori karena
selama merangkai rangkaian penguat instrumentasi ini begitu rumit. Untuk
mengatur penguatan ini, diatur dengan mengubah-ubah nilai Rg. penguat ini juga
dihubungkan dengan potensiometer yang di gunakan untuk mengatur penguatan
dan besarnya arus yang melalui R.
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
1. Penggunaan op-amp current feedback sebagai penguat selisih yaitu untuk
memperkuat selisih antar kaki inverting sebagai input dan kaki non-inverting.
2. Penggunaan op-amp sebagai penguat buffer atau penyangga yaitu terbagi dua
sebagai penyangga positif dan negatif. Penyangga positif apabila masukan
non-inverting maka impedansi masukannya tinggi dan impedansi keluaran
sangat rendah. Tetapi, penyangga negatif apabila masukan inverting maka
impedansi masukannya rendah dan impedansi keluaran tinggi.
3. Karakteristik rangkaian penguat instrumentasi yaitu penguat untai tertutup
dengan masukan differensial. Rangkaiannya disusun dari penguat penyangga
dan penguat differensial dasar dengan menghubungkan tahanan R Serta
rangkaian ini terdiri dari tiga op-amp dan tujuh buah tahanan.
V.2 Saran
V.2.1 Saran untuk Laboratorium
Sebaiknya dilakukan pengecekan sebelum melakukan praktikum agar tidak
mengganggu praktikan saat melakukan praktikum karena waktu yang sangat
sedikit.
V.2.2 Saran untuk Asisten
Sebaiknya kakak asisten lebih memperhatikan praktikan agar praktikum
berjalan lancar.

Anda mungkin juga menyukai