Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MATA KULIAH

KIMIA INDUSTRI
KESETIMBANGAN KIMIA DALAM INDUSTRI

Oleh :
MUHAMAD SAMUJI
(2301141042)
Dosen Pengampu:

Sri Mukti Wirawati, ST, MT

PROGARAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAK U LTAS TE K N I K
UNIVERSITAS BANTEN JAYA
2015

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala nikmat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah
KESETIMBANGAN KIMIA DALAM INDUSTRI ini. Banyak manfaat yang
kami rasakan dengan adanya makalah ini. Kami dapat memperoleh tambahan
wawasan dan ilmu pengetahuan. Makalah ini mencakup beberapa contoh dari
kesetimbangan kimia dalam industri, diantaranya adalah Pembuatan amoniak
dengan proses Haber-Bosch, Pembuatan asam sulfat menurut proses kontak, serta
kesetimbangan dalam darah.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu kami dalam penulisan makalah ini.
Kami berharap tulisan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
khususnya dan dunia ilmu pengetahuan pada umumnya, diharapkan pula dapat
membantu kelancaran proses belajar pada mata pelajaran kimia khususnya pada
materi KESETIMBANGAN KIMIA.
Akhirnya kami menyadari bahwa tulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, segala bentuk masukan dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca yang budiman sangat kami harapkan demi penyempurnaan tugastugas berikutnya.

PENULIS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tetapan kesetimbangan merupakan angka yang menunjukan perbandingan
antara kuantitatif antara produk dengan reaktan. Secara umum, reaksi
kesetimbangan dapat ditulis sebagai berikut:

aA + bB cC + dD

Sesuai dengan prinsip Le Chatelier, jika dalam reaksi kesetimbangan dilakukan


aksi, maka kesetimbangan akan bergeseran sekaligus mengubah komposisi zat-zat
yang ada untuk kembali mencapai kesetimbangan. Secara umum dapatlah
dikatakan bahwa tetapan kesetimbangan merupakan perbandingan hasil kali
molaritas reaktan dengan hasil kali molaritas produk yang masing-masing
dipangkatkan dengan koefisiennya.
K=[C]c X [D]d
[B]b

[A]a X

Dengan :

K = tetapan kesetimbangan
[A]= molaritas zat A(M)
[B]= molaritas zat B (M)
[C]= molaritas zat C.(M)
[D]= molaritas zat D.(M)
Tetapan kesetimbangan (K), sering juga dituliskan KC.

B. Rumusan masalah
Bagaimana menjelaskan penerapan prinsip kesetimbangan kimia dalam industri
dan dalam kehidupan sehari-hari ?

C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan tugas ini yaitu:

Menjelaskan apa saja manfaat dari sistem kesetimbangan dalam dunia


industri.

Menjelaskan cara pembuatan Amoniak

Menjalaskan cara pembuatan Asam sulfat

Mengetahui reaksi kesetimbangan kimia dalam industri dan dalam


kehidupan sehari-hari.

Mengetahui hubungan reaksi kimia dan kesetimbangan kimia dalam


industri dan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

SISTEM KESETIMBANGAN DALAM INDUSTRI


Agar suatu zat dihasilkan sebanyak mungkin suatu reaksi kimia harus

diusahakan supaya berlangsung ke arah hasil reaksi (ke arah kanan) jika reaksinya
merupakan reaksi kesetimbangan, maka faktor-faktor konsentrasi, suhu, tekanan
gas, serta katalis harus diperhitungkan agar reaksi itu berlangsung cepat dan
ekonomis.
Dalam pasal ini, kita mencoba meninjau dua proses yang sangat penting, dibidang
kimia industri, yaitu pembuatan amoniak proses Haber Bosch serta pembuatan
asam sulfat menurut proses kontak.
1. Pembuatan Amonia (NH3)
Berdasarkan prinsip kesetimbangan, kondisi yang menguntungkan untuk
kentutasan reaksi pembentukan NH3 adalah suhu rendah dan tekanan tinggi. Akan
tetapi, reaksi tersebut berlangsung sangat lambat pada suhu rendah, bahkan pada
suhu 500oC. Pada awalnya proses Haber-Bosch dilangsungkan pada suhu sekitar
5000C dan tekanan sekitar 150-350 atm dengan katalis, yaitu serbuk besi
dicampur dengan Al2O3, MgO, CaO, dan K2O. Dengan kemajuan teknologi,
digunakan tekanan yang jauh lebih besar sekitar 700 atm. Untuk mengurangi
reaksi balik, maka amonianya yang terbentuk segera dipisahkan.
a.

Pada zaman pertengahan, pembuatan amonia dengan cara memanaskan

tanduk dan kuku binatang ternak.


b.

Sampai saat perang dunia I, pembuatan amonia dipelopori oleh Amerika

Serikat melalui proses sianamida, sebagai berikut:


i.

Mula-mula batu tohor (CaO) dan batu bara (C) dipanaskan dalam

tanur listrik untuk memperoleh kalsium karbida (CaC2).


CaO(s) + 3 C(s)
ii.

CaC2(s) + CO(g)

Kemudian, kalsium karbida dialirkan gas nitrogen (N2) untuk

membentuk kalsium sianamida (CaCN2).


CaC2(s) + N2(g)

CaCN2(s) + C(s)

iii.

Akhirnya, kalsium sianamida dialiri uap air sehingga menghasilkan

amonia.
CaCN2(s) + 3 H2O(g)
c.

CaCO3(s) + 2NH3(g)

Proses Haber-Bosch

Fritz Haber dari Jerman berhasil mensintesis amonia langsung dari unsurunsurnya, yaitu dari gas nitrogen dan gas hidrogen. Kemudian proses
pembentukan amonia ini disempurnakan oleh rekan senegaranya, Karl Bosch
dengan metode tekanan tinggi sehingga proses pembuatan amonia tersebut
dikenal sebagai proses Haber-Bosch. Proses ini mendesak proses sianamida
karena proses Haber-Bosch adalah proses pembuatan amonia yang lebih murah.
Dalam proses haber-Bosch, bahan baku berupa N2 dan H2.
-

N2 diperoleh dari hasil destilasi bertingkat udara cair

H2 diperoleh dari gas alam (metana) yang dialirkan bersama uap air

dengan

katalisator nikel pada suhu tinggi dan tekanan tinggi.


CH4(g) + H2O(g)
CO(g) + H2O(g)

CO(g) + 3 H2(g)
CO2(g) + H2(g)

Pembuatan amonia menurut proses Haber-Bosch adalah reaksi kesetimbangan


yang berlangsung eksoterm pada suhu sekitar 400-6000C dan tekanan sekitar 200600 atm.
N2(g) + 3H2(g)

2 NH3(g) H = -92 KJ

Diagram alur dari proses Haber-Bosch untuk sintetis amonia di berikan


pada gambar berikut : Mula-mula campuran gas nitrogen dan hidrogen di
komperensi hingga mencapai tekanan yang diinginkan. Campuran gas kemudian
dipanaskan dalam suhu ruangan bersama katalisator sehingga terbentuk amonia.
Campuran gas kemudian didinginkan sehingga amonia mencair. Gas hidrogen dan
gas nitrogen yang belum bereaksi (serta amonia yang tidak bereaksi) diresirkulasi,
sehingga pada akhirnya semua diubah menjadi amonia.
Proses Haber Bosch merupakan proses yang cukup penting dalam dunia industri,
sebab amoniak merupakan bahan utama dalam pembuatan berbagai barang,
misalnya pupuk urea, asam nitrat dan senyawa-senyawa nitrogen lainnya.

Amoniak juga sering dipakai sebagai pelarut, karena kepolaran amonia cair
hampir menyamai kepolaran air.

Peranan Amonia
Kegunaan amonia bagi manusia cukup beragam. Di antaranya adalah sebagai
berikut:
a.

Untuk pembuatan pupuk, terutama urea dan ZA (Zwavelzur amonium =

amonium sulfat)
2 NH3(g) + CO2(g) CO(NH2)2(aq) + panas
2 NH3(g) + H2SO4 (NH4)2SO4(aq)
b.

Untuk membuat senyawa nitrogen yang lain, seperti asam nitrat, amonium

klorida, amonium nitrat.


4 NH3(g) + 5 O2(g) 4 NO(g) + 6 H2O(g)
NH3(g) + HCl(aq)

NH4Cl(aq)

NH3(g) + HNO3(aq) NH4NO3(aq)


c.

Untuk membuat hidrazin.

2 NH3(g) +

NaOCl(aq) N2H4(l) + NaCl(s) + H2O(l)

Hidrazin merupakan salah satu senyawa nitrogen yang digunakan sebagai bahan
bakar roket.
d.

Dalam pabrik es, amonia cair digunakan sebagai pendingin (refrigerant)

karena amonia cair mudah menguap dan akan menyerap panas sehingga
menimbulkan efek pembekuan (J. Goenawan 153-154).
2. Pembuatan Asam Sulfat
Dasar teori menurut proses kontak. Disebut proses kontak karena reaksi antara
SO2 dan O2 pada tahap 2 terjadi di permukaan katalis V2O5. Proses ini
melibatkan reaksi-reaksi eksoterm yang melepas panas. Panas yang dihasilkan
digunakan sebagai energi input untuk tahapan proses lainnya. Sebagai contoh,
panas dari tahap 1 dan 2 digunakan untuk memproduksi uap air. Uap air
digunakan untuk melelehkan bahan baku belerang. Hal ini merupakan efisiensi
karena dapat menekan konsumsi energi dari luar. Mengapa SO3 tidak langsung
direaksikan dengan H2O (air) untuk membentuk H2SO4?.

Hal ini disebabkan karena reaksi langsung SO3 dengan H2O akan menyebabkan
terbentuknya kabut H2SO4. Kabut ini sulit dikumpulkan, tidak dapat
terkodensasi, dan dapat menyebabkan pencemaran udara.
Pembahasan asam sulfat (H2SO4) melalui proses kontak dibagi menjadi 3 tahap:
Tahap 1 : Pembentukan SO2
Belerang yang sudah dilelehkan direaksikan dengan O2 membentuk gas SO2 :
S (s) + O2(g) SO2(g) H = -296,9 kJ
Tahap 2 : Pembentukan SO3
Gas SO2 direaksikan dengan O2 pada suhu -4500C dan tekanan 2-3 atm
membentuk gas SO3 dengan bantuan katalis V2O5 melalui reaksi kesetimbangan
berikut :
2SO2(g) + O2(g) <====> 2SO3(g) H = -191 k
Pemilihaan kondisi optimum untuk pembentukan SO3 adalah sebagai berikut :
Faktor :
Reaksi :
2SO3(g) + O2(g) <====> 2SO3 (g) H = 191kJ
Kondisi Optimum
Suhu
Reaksi bersifat eksotermik. Suhu rendah akan menggeser kesetimbangan ke
kanan. Akan tetapi, laju reaksi menjadi lambat. Pemilihan suhu juga harus juga
harus memperhitungan faktor antara lain korosi pada suhu tinggi.
4500C
Tekanan
Total mol pereaksi lebih besar dibandingkan total mol produk reaksi. Penambahan
tekanan akan menggeser kesetimbangan ke kanan. Pada tekanan sedikit di atas 1
atm, reaksi sudah menghasilkan 97% SO3.
2-3 atm
Katalis
Katalis tidak menggeser kesetimbangan ke kanan, tetapi mempercepat laju reaksi
secara keseluruhan

Tahap 3 : Pembentukan H2SO4


Pada tahap ini, SO3 tidak langsung direaksikan dengan H2O untuk membentuk
H2SO4, Tetapi dilarutkan ke dalam campuran 98% H2SO4 dan 2% H2O
membentuk larutan yang disebut oleum.
SO3(g) + H2SO4(aq) H2S2O7 (l)
Oleum kemudian diencerkan dengan air untuk membentuk lelehan H2SO4 pekat :
H2S2O7 (l) + H2O (l) 2H2SO4(aq)

Peranan Asan Sulfat


Asam sulfat (H2SO4) adalah senyawa dasar yang penting dan dihasilkan
dalam jumlah terbesar (ranking pertama dari segi jumlah) dari semua senyawa
anorganik yang dihasilkan industri. Asam sulfat murni adalah cairan kental (mp
10.370C), dan melarut dalam air dengan menghasilkan sejumlah besar panas
menghasilkan larutan asam kuat. Asam sulfat mempunyai rumus kimia H2SO4,
merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada
semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan, termasuk dalam
kebanyakan reaksi kimia. Kegunaan utama termasuk pemrosesan bijih mineral,
sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak. Reaksi hidrasi
(pelarutan dalam air) dari asam sulfat adalah reaksi eksoterm yang kuat. Jika air
ditambah kepada asam sulfat pekat, terjadi pendidihan. Senantiasa tambah asam
kepada air dan bukan sebaliknya. Sebagian dari masalah ini disebabkan perbedaan
isipada kedua cairan. Air kurang padu dibanding asam sulfat dan cenderung untuk
terapung di atas asam. Reaksi tersebut membentuk ion hidronium : H2SO4 + H2O
H3O+ + HSO4-.
Disebabkan asam sulfat bersifat mengeringkan, asam sulfat merupakan agen
pengering yang baik, dan digunakan dalam pengolahan kebanyakan buah-buahan
kering. Apabila gas SO3 pekat ditambah kepada asam sulfat, ia membentuk
H2S2O7. Ini dikenali sebagai asam sulfat fumingoleum.

2.2 KESEIMBANGAN ASAM BASA DALAM DARAH


A. Cara Pengendalian Asam Basa dalam Tubuh
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asambasa darah:
1.

Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam

bentuk amonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau
basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2.

Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai

pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu
penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu
larutan. Penyangga pH yang paling penting dalam darah menggunakan
bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan
dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang
masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan
lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran
darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit
bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan
penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel.
Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida
tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah
karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan
kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah
menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar
karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur
kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru
mampu mengatur pH darah menit demi menit.

B. Larutan Penyangga (buffer)


Laju reaksi penambahan asam atau basa dalam darah akan sama dengan laju
penetralannya oleh larutan penyangga sehingga terjadi keadaan kesetimbangan
dinamis.
H2CO3(ag) + OH-(ag)

HCO3- + H2O(l)

HCO3-(ag) + H+(ag)

H2CO3(ag)

Berikut ini adalah proses buffering dalam darah :


a. Hemoglobin membawa O2 dari paru-paru ke otot-otot melalui darah.
b.

Otot-otot membutuhkan O2 lebih dari normal, karena aktivitas metabolisme

meningkat selama beraktivitas. Jumlah oksigen dalam otot habis digunakan otot.
Terjadi pengaturan gradien konsentrasi antara sel-sel otot dan darah dalam kapiler.
Oksigen berdifusi dari darah ke otot-otot, melalui gradien konsentrasi.
c.

Otot-otot menghasilkan CO2 dan H + sebagai akibat dari peningkatan

metabolisme, mengatur gradien konsentrasi dalam arah yang berlawanan dari


gradien O 2.
d. CO2 dan H+ mengalir dari otot ke dalam darah, melalui gradien konsentrasi.
e. Tindakan buffering hemoglobin mengambil ekstra H + dan CO2.
f.

Jika jumlah H+ dan CO2 melebihi kapasitas hemoglobin, mereka

mempengaruhi keseimbangan asam karbonat, seperti yang diramalkan oleh Le


Chatelier's atau perlakuan kuantitatif dalam hal konstanta kesetimbangan.
Akibatnya, pH darah diturunkan, menyebabkan asidosis.
g.

Paru-paru dan ginjal merespon perubahan pH dengan membuang CO2,

HCO3-, dan H + dari darah. Sehingga pH kembali normal.


C Kelainan Akibat pH
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa,
yaitu asidosis atau alkalosis. Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu
banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering
menyebabkan menurunnya pH darah.

Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa
(atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya
pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan
suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan
petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang serius.
Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik,
tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis
metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan
pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkalosis
respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan
pernafasan.

2.3 MANFAAT KESETIMBANGAN KIMIA DALAM DUNIA INDUSTRI


Karena struktur senyawa anorganik biasanya lebih sederhana daripada
senyawa organik, sintesis senyawa anorganik telah berkembang dengan cukup
pesat dari awal kimia modern. Banyak pengusaha dan inventor secara ekstensif
mengeksplorasi sintesis berbagai senyawa yang berguna. Dengan kata lain sintesis
senyawa anorganik bermanfaat besar secara aktif dilakukan sebelum strukturnya
atau mekanisme reaksinya diklarifikasi. Beberapa contoh khas diberikan di bawah
ini.
a. Natrium karbonat Na2CO3
Sepanjang sejarah industri kimia, persediaan natrium karbonat Na2CO3, soda,
merupakan isu penting. Soda adalah bahan dasar penting bukan hanya untuk
keperluan sehari-hari (seperti sabun) tetapi juga untuk produk industri yang lebih
canggih (seperti gelas).
Di waktu lampau soda didapatkan dari sumber alami, dan kalium karbonat
K2CO3, yang juga digunakan dalam sabun, didapatkan dalam bentuk abu kayu.
Setelah revolusi industri, kebutuhan sabun meningkat dan akibatnya metoda
sintesis baru dengan bersemangat dicari. Waktu itu telah dikenali bahwa soda dan

garam (NaCl) mengandung unsur yang sama, natrium, dan penemuan ini
mengakibatkan banyak orang berusaha membuat soda dari garam. Di awal abad
19, suatu proses baru dikembangkan: natrium sulfat yang merupakan produk
samping produksi asam khlorida (yang digunakan untuk serbuk pengelantang,
bleaching), batu bara dan besi dinyalakan. Namun, hasilnya, rendah dan tidak
cocok untuk produksi skala besar .
Inventor Perancis Nicolas Leblanc (1742-1806) mendaftar suatu kontes yang
diselenggarakan oleh Acadmie des Sciences, untuk menghasilkan secara efektif
soda dari garam. Esensi dari prosesmua adalah penggunaan marmer (kalsium
karbonat) sebagai ganti besi.
Na2SO4 + 2C > Na2S + 2CO2 (11.1)
Na2S + CaCO3 > Na2CO3 + CaS (11.2)
2NaCl + H2SO4 > Na2SO4 + 2HCl (11.3)
Proses Leblanc dapat menghasilkan soda dengan kualitas lebih baik daripada
metoda sebelumnya. Namun, proses ini menghasilkan sejumlah produk samping
seperti asam sulfat, asam khlorida, kalsium khlorida, kalsium sulfida dan hidrogen
sulfida. Bahkan waktu itu pun, pabrik menjadi target kritik masyarakat.
Peningkatan kualitas proses Leblanc sangat diperlukan khususnya dari sudut
pandang penggunaan ulang produk sampingnya, yang jelas akan menurunkan
ongkos produksi.
Satu abad setelah usulan proses Leblanc, inventor Belgia Ernest Solvay
(1838-1922) mengusulkan proses Solvay (proses soda-amonia), yang lebih maju
dari aspek kimia dan teknologi. Telah diketahui sejak awal abad 19 bahwa soda
dapat dihasilkan dari garam denagn amonium karbonat (NH4)2CO3. Solvay yang
berpengalaman dengan mesin dan dapat mendesain proses produksi tidak hanya
dari sudut pandang kimia tetapi juga dari sudut pandang teknologi kimia. Dia
berhasil mengindustrialisasikan prosesnya di tahun 1863.

Keuntungan terbesar proses Solvay adalah penggunaan reaktor tanur


bukannya reaktor tangki. Air garam yang melarutkan amonia dituangkan dari
puncak tanur dan karbondioksida ditiupkan keda lam tanur dari dasar sehingga
produknya akan secara kontinyu diambil tanpa harus menghentikan reaksi. Sistem
Solvay menurunkan ongkos secara signifikan, dan akibatnya menggantikan proses
Leblanc.
Reaksi utama
NaCl + NH3 + CO2 + H2O > NaHCO3 + NH4Cl (11.4)
2NaHCO3 > Na2CO3 + CO2 + H2O

(11.5)

Sirkulasi amonia
2NH4Cl + CaO > 2NH3 + CaCl2 + H2O (11.6)
Pembentukan karbon dioksida CO2 dan kalsium oksida CaO
CaCO3 > CaO+CO2

(11.7)

Satu-satunya produk samping proses Solvay adalah kalsium khlorida, dan amonia
dan karbondioksida disirkulasi dan digunakan ulang. Dalam produksi soda dari
garam, poin penting adalah pembuangan khlorin. Dalam proses Leblanc, khlorin
dibuang sebagai gas asam khlorida, namun di proses Solvay, khlorin dibuang
sebagai padatan tak berbahaya, kalsium khlorida. Karena keefektifan dan
keefisienan prosesnya, proses Solvay dianggap sebagai contoh proses industri
kimia.
b. Asam sulfat
Sejak akhir pertengahan abad 16, kimiawan Jerman Andreas Libavius
(1540?-1616) memaparkan proses untuk mendapatkan asam sulfat H2SO4 dengan
membakar belerang dalam udara basah.
Glauber, insinyur kimia pertama, menemukan di pertengahan abad 17
proses untuk mendapatkan asam khlorida dengan memanaskan garam dan asam
sulfat. Asam khlorida yang didapatkannya memiliki konsentrasi yang lebih tinggo
daripada yang didapatkan dalam proses sebelumnya.
2NaCl+H2SO4 > Na2SO4+2HCl
Reaksi yang dibahas di buku teks sekolah menengah itu digunakan di sini.
Glauber mengiklankan natrium sulfat sebagai obat dengan efek yang
menakjubkan dan mendapatkan banyak keuntungan dari penjualan garam

ini.Proses yang lebi praktis untuk menghasilkan asam sulfat dikenalkan yakni
dengan cara memanaskan belerang dengan kalium nitrat KNO3. Awalnya
pembakaran dilakukan di wadah gelas besar yang mengandung air.Asam sulfat
yang terbentuk terlarut dalam air. Walaupun proses kedua (SO2 >SO3) lambat
dan endotermik, dalam proses ini oksida nitrogen nampaknya berfungsi sebagai
katalis yang mempromosikan reaksi ini.
Dengan meningkatnya kebutuhan asam sulfat khususnya dengan
berkembangnya proses Leblanc yang membutuhkan asam sulfat dalam kuantitas
besar, alat baru, proses kamar timbal yang menggunakan ruangan yang dilapisi
timbal sebagai ganti wadah gelas dikenalkan yang membuat produksi skala besar
dimungkinkan. Produksi asam sulfat skala besar otomatis berarti pembuangan
nitrogen oksida yang besar juga. Sedemikian besar sehingga pada waktu itupun
bahaya ke lingkungannya tidak dapat diabaikan.
Berbagai perbaikan proses dilakukan dengan menggunakan tanur GayLussac dan Glover. Yang terakhir ini digunakan dengan luas karena nitrogen
oksida dapat digunakan ulang dan rendemen n itratnya lebih besar.
Ide penggunaan katalis dalam produksi asam sulfat, atau secara khusus
dalam oksidasi belearng dioksida telah dikenali sejak kira-kira tahun 1830. Katalis
platina terbuki efektif tetapi sangat mahal sehingga tidak digunakan secara
meluas. Seteleah setengah abad kemudian, ketika kebutuhan asam sulfat
meningkat banyak, ide penggunaan katalis muncul kembali. Setelah masalah
keracunan katalis diselesaikan, proses penggunaan katalis platina, yakni proses
kontak, menjadi proses utama dalam produksi asam sulfat. Proses kontak masih
digunakan sampai sekarang walaupun katalisnya bukan platina, tetapi campuran
termasuk vanadium oksida V2O5.
c. Amonia dan asam nitrat
Nitrat (garam dari asam nitrat) sejak zaman dulu dibutuhkan banyak
sebagai bahan baku serbuk mesiu. Namun, persediaannya terbatas, dan kalium
nitrat yang ada secara alami adalah bahan baku utama yang tersedia. Di abad 19
ketika skala perang menjadi besar, kebutuhan nitrat menjadi membesar, dan
kalium nitrat yang ada secara alami tidak dapat memenuhi permintaan.

Selain itu, nitrat diperlukan sebagai bahan baku pupuk buatan. Di akhir
pertengahan abad 19 kimiawan Jerman Justus von Liebig (1803-1873)
membuktikan kefektifan dan pentingnya pupuk buatan. Masalah yang
menghalangi pemakaian bear-besaran pupuk buatan adalah harganya yang tinggi,
khususnya pupuk nitrogen.
Di akhir abad 19, fisikawan Inggris William Crookes (1832-1919)
meramalkan peningkatan jumlah makanan yang diproduksi tidak dapat mengejar
peningkatan populasi dunia dan dunia akan berakhir menjadi katastropi.
Situasi semacam memicu ilmuwan untuk menyelidiki fiksasi nitrogen
artifisial atau menemukan proses untuk mengubah nitrogen yang tidak terbatas
persediaanya di udara menjadi senyawa yang dapat digunakan. Jelas diperlukan
cara untuk melakukan fiksasi dalam skala besar. Jadi, percobaannya harus dimulai
di skala laboratorium untuk dapat diperbesar ke skala pabrik.
Fiksasi nitrogen berhasil dilakukan oleh kimiawan Jerman Fritz Haber
(1868-1934) dan insinyur kimia Jerman, yang bekerja untuk BASF, Carl Bosch
(1874-1940)??ersamaan reaksi untuk proses Haber-Bosch sangat sederhana, tetapi
secara teknis terdapat berbagai kesukaran. Prosesnya dielaborasi sehingga reaksi
eksoterm ini akan berlangsung ke sisi kanan dengan mulus.
N2 + 3H2 > 2NH3 + 22,1 kkal (11.11)
Dalam praktek, beberapa modifikasi dibuat. Misalnya, rasio molar
nitrogen : hidrogen bukan 1:3, tetapi 1:3.3. Kondisi reaksi yang dipilih adalah
300C pada 500 atm. Hidrogen digunakan berlebih pada tekanan tinggi sehingga
kesetimbangannya bergeser ke kanan. Karena reaksinya eksoterm, reaksi ini lebih
baik dilakukan pada temperatur yang lebih rendah sesuai dengan azas Le
Chatelier. Di pihak lain, laju reaksi akan terlalu rendah pada temperatur rendah.
Jadi suhunya dibuat agak tinggi ( yakni, dengan tetap mempertimbangkan agar
dekomposisi NH3 tidak terjadi). Katalis yang dibuat dari besi digunakan dengan
ekstensif.
Proses Haber-Bosch menjadi terkenal sebagai contoh pertama teori
kesetimbangan diaplikasikan dalam produksi. Di satu sisi fiksasi nitrogen dengan
proses Haber-Bosch membawa banyak manfaat karena kemudahan mendapat

pupuk. Di sisi lain amonia berarti bahan baku mesiu dapayt diperoleh dengan
mudah pula.
Proses modern untuk menghasilkan asam nitrat HNO3 adalah okidasi
amonia di udara. Dalam proses ini, amonia dicampur dengan udara berlebih, dan
campurannya dipanaskan sampai temperatur tinggi dengan katalis platina. Amonia
akan diubah menjadi nitrogen oksida NO, yang kemudian dioksidasi lebih lanjut
di udara menjadi nitrogen dioksida NO2. Nitrogen dioksida direaksikan dengan
air menghasilkan asam nitrat. Metoda ini dikembangkan oleh Ostwald, kimiawan
yang banyak memberikan kimia katalis, dan disebut proses Ostwald.

BAB III
KESIMPULAN

1.

Pembuatan Amonia

Amonia adalah gas yang tidak berwarna dan baunya sangat merangsang

sehingga gas ini mudah dikenal melalui baunya.Sangat mudah larut dalam air,
yaitu pada keadaan standar, 1 liter air terlarut 1180 liter amonia.

Merupakan gas yang mudah mencair, amonia cair membeku pada suhu

-780C dan mendidih pada suhu -330 C.

Pembuatan amonia dengan cara memanaskan tanduk dan kuku binatang

ternak.

Kegunaan amonia untuk pembuatan pupuk, terutama urea dan ZA

(Zwavelzur amonium = amonium sulfat).

Untuk membuat senyawa nitrogen yang lain seperti asam nitrat, amonium

klorida dan amonium nitrat.

Untuk pembuatan hidrazin.

Untuk membuat ikatan pada senyawa amonia harus ditentukan dahulu

elektron valensi pada atom penyusun senyawa amonia yaitu hidrogen (H)
mempunyai elektron valensi 1 dan nitrogen (N) mempunyai elektron valensi 5.
2.

Pembuatan Asam Sulfat

Pembuatan asam sulfat (H2SO4) melalui proses kontak dibagi menjadi 3

tahap:
Tahap 1 : Pembentukan SO2
Belerang yang sudah dilelehkan direaksikan dengan O2 membentuk gas SO2 :
S (s) + O2(g) SO2(g) H = -296,9 Kj
Tahap 2 : Pembentukan SO3
Gas SO2 direaksikan dengan O2 pada suhu -4500C dan tekanan 2-3 atm
membentuk gas SO3 dengan bantuan katalis V2O5 melalui reaksi kesetimbangan
berikut :
2SO2(g) + O2(g) <====> 2SO3(g) H = -191 kJ
Tahap 3 : Pembentukan H2SO4

Pada tahap ini, SO3 tidak langsung direaksikan dengan H2O untuk membentuk
H2SO4, tetapi dilarutkan ke dalam campuran 98% H2SO4 dan 2% H2O
membentuk larutan yang disebut oleum.
SO3(g) + H2SO4(aq) H2S2O7 (l)
Oleum kemudian diencerkan dengan air untuk membentuk lelehan H2SO4 pekat :
H2S2O7 (l) + H2O (l) 2H2SO4(aq)

Kegunaan utama Asam sulfat termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis

kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak. Asam sulfat juga
merupakan agen pengering yang baik, dan digunakan dalam pengolahan
kebanyakan buah-buahan kering.
3.

Keseimbangan asam basa dalam darah

Di dalam tubuh, darah juga memiliki kesetimbangan asam dan basa agar tidak
terjadi kelainan dalam darah, seperti yang telah diuraikan pada bagian isi.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia_org/wiki/kesetimbangan_kimia
www.google/kimia teknik/kesetimbangan_kimia
http://s2kimia.blogspot.com/2009/02/aplikasi-industri-kesetimbangan-kimia.html
ligutfer27octo1991.blogspot.com/2011/04/makalah-senyawa-amonia-nh3octo.html
http://deayunotes.blogspot.com/2011/03/keseimbangan-asam-basa-dalamdarah.html
(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/sintesis_material/sintesisbahan-anorganik-industri/)

Anda mungkin juga menyukai