Anda di halaman 1dari 33

GAS IDEAL

OLEH :

Kelompok 12

1. Bathitusta Ceasario
2. Restu Rifaldi

JURUSAN D-IV TEKNIK ELEKTROMEDIK


2019

Page | 1
KATA PENGANTAR

Pertama - tama, kami mengucapkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Yang telah memberikan kita nikmat yang tak terhitung jumlahnya, sehingga
kami bisa mengerjakan Makalah ini dengan baik.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada Ibu Wike Kristianti,
ST., M. Si. selaku dosen Fisika Elektromedik yang telah membimbing dan mengajari kami.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Karena itu, kami mengharapkan kritik atau saran yang membangun dari semua
pihak.
Terakhir, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wike Kristianti, ST., M. Si. Kami
berharap, apa yang kami kerjakan ini akan bermanfaat, terutama untuk mahasiswa/mahasiswi
Politeknik Kesehatan Jakarta 2 yang ingin memahami tentang Tekanan gas dan gas ideal.
Aamiin.

Jakarta, 26 Agustus 2019

Penulis

Page | 2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR......................................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................................3

1. BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................................5
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................5
1.3. Tujuan..................................................................................................................................6

2. BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Gas Ideal............................................................................................................7
2.2. Tekanan Gas......................................................................................................................13
2.3. Gas Nyata..........................................................................................................................15
2.4. Energi Pada Gas Ideal dan Gas Nyata...............................................................................18
2.5. Kapasitas Kalor Gas Ideal dan Gas Nyata.........................................................................19
2.6. Dua Proses Penting Gas Ideal............................................................................................21

3. BAB III CONTINUOUS POSITIVE AIRWAY PRESSURE (CPAP)


3.1. Contoh Alat Elektromedik Gas Ideal................................................................................26
3.2. Pengertian CPAP...............................................................................................................26
3.3. Cara Kerja Alat CPAP.......................................................................................................27
3.4. Fungsi CPAP.....................................................................................................................27
3.5. Bagian-Bagian Alat CPAP................................................................................................28
3.6. Efek Samping dari Penggunaan Alat CPAP......................................................................29

4. BAB IV PENERAPAN GAS IDEAL PADA ALAT CPAP


4.1. Penjelasan Gas Ideal pada CPAP......................................................................................30
4.2. Contoh Soal Gas Ideal pada CPAP...................................................................................30

Page | 3
5. BAB V Penutup
5.1. Kesimpulan........................................................................................................................32
5.2. Saran..................................................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................33

Page | 4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan paling umum dari sebuah persamaan keadaan adalah dalam memprediksi
keadaan gas dan cairan. Salah satu persamaan keadaan paling sederhana dalam penggunaan
ini adalah hukum gas ideal, yang cukup akurat dalam memprediksi keadaan gas pada tekanan
rendah dan temperatur tinggi. Tetapi persamaan ini menjadi semakin tidak akurat pada
tekanan yang makin tinggi dan temperatur yang makin rendah, dan gagal dalam memprediksi
kondensasi dari gas menjadi cairan. Namun demikian, sejumlah persamaan keadaan yang
lebih akurat telah dikembangkan untuk berbagai macam gas dan cairan. Saat ini, tidak ada
persamaan keadaan tunggal yang dapat dengan akurat memperkirakan sifat-sifat semua zat
pada semua kondisi.
Selain memprediksi kelakuan gas dan cairan, terdapat juga beberapa persamaan keadaan
dalam memperkirakan volume padatan, termasuk transisi padatan dari satu keadaan kristal ke
keadaan kristal lainnya. Terdapat juga persamaan-persamaan yang memodelkan bagian dalam
bintang, termasuk bintang netron. Konsep yang juga berhubungan adalah mengenai fluida
sempurna di dalam persamaan keadaan yang digunakan di dalam kosmologi.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana persamaan pada gas ideal dan gas nyata?

2. Apa yang dimaksud energi dalam pada gas ideal dan gas nyata?

3. Bagaimana kapasitas kalor pada gas ideal dan gas nyata?

4. Bagaimana proses penting pada gas ideal dan gas nyata?

5. Apa perbedaan gas ideal dan gas nyata ?

Page | 5
1.3 Tujuan

1. Mengetahui persamaan pada gas ideal dan gas nyata

2. Mengetahui energi dalam pada gas ideal dan gas nyata

3. Mengetahui kapasitas kalor pada gas ideal dan gas nyata

4. Mengetahui proses penting pada gas ideal dan gas nyata

Page | 6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gas Ideal


merupakan kumpulan dari partikel-partikel suatu zat yang jaraknya cukup jauh dibandingkan
dengan ukuran partikelnya. Partikel-partikel itu selalu bergerak secara acak ke segala arah. Pada
saat partikel-partikel gas ideal itu bertumbukan antar partikel atau dengan dinding akan terjadi
tumbukan lenting sempurna sehingga tidak terjadi kehilangan energi.

Berdasarkan eksperimen diketahui bahwa semua gas dalam kondisi kimia apapun, pada
temperatur tinggi, dan tekanan rendah cenderung memperlihatkan suatu hubungan sederhana
tertentu di antara sifat-sifat makroskopisnya, yaitu tekanan, volume dan temperatur. Hal ini
menganjurkan adanya konsep tentang gas ideal yang memiliki sifat makroskopis yang sama pada
kondisi yang sama. Berdasarkan sifat makroskopis suatu gas seperti kelajuan, energi kinetik,
momentum, dan massa setiap molekul penyusun gas, kita dapat mendefinisikan gas ideal dengan
suatu asumsi (anggapan) tetapi konsisten (sesuai) dengan definisi makroskopis.

Keadaan Gas Ideal

Gas ideal adalah gas teoritis yang terdiri dari partikel-partikel titik yang bergerak secara acak
dan tidak saling berinteraksi. Konsep gas ideal sangat berguna karena memenuhi hukum gas
ideal, sebuah persamaan keadaan yang disederhanakan, sehingga dapat dianalisis dengan
mekanika statistika.

Persamaan keadaan gas ideal adalah hukum gas ideal.

PV = n R T
Page | 7
Dimana ;
P = tekanan (atm)
V= volume (Liter)
n = jumlah substansi gas (mol)
R = konstanta gas
T = temperatur (Kelvin)

A. Syarat Gas Ideal

> Gas ideal merupakan gas yang memenuhi asumsi-asumsi berikut.


> Suatu gas terdiri atas molekul-molekul yang disebut molekul. Setiap molekul identik (sama)
sehingga tidak dapat dibedakan dengan molekul lainnya.
> Molekul-molekul gas ideal bergerak secara acak ke segala arah.
> Molekul-molekul gas ideal tersebar merata di seluruh bagian.
> Jarak antara molekul gas jauh lebih besar daripada ukuran molekulnya.

> Tidak ada gaya interaksi antarmolekul; kecuali jika antarmolekul saling bertumbukan atau
terjadi tumbukan antara molekul dengan dinding.
> Semua tumbukan yang terjadi baik antarmolekul maupun antara molekul dengan dinding
merupakan tumbukan lenting sempurna dan terjadi pada waktu yang sangat singkat (molekul
dapat dipandang seperti bola keras yang licin).

B. Persamaan umum gas

Pernah melihat atau mendengar alat masak Preswere Cooler (Presto)? Alat tersebut digunakan
untuk memasak dengan memanfaatkan tekanan gas. Tekanan gas dapat diatur dengan mengatur
suhu dan volumenya. Dari penjelasan ini dapat diketahui bahwa gas memiliki besaran-besaran
diantaranya adalah tekanan P, volume V dan suhu T. Hubungan ketiga besaran inilah yang
dipelajari dalam bagian ini.

Dalam gas ideal terdapat berbagai hukum :


A. Hukum Boyle
Hukum Boyle dikemukakan oleh fisikawan Inggris yang bernama Robert Boyle.
Hasil percobaan Boyle menyatakan bahwa apabila suhu gas yang berada dalam bejana
tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas berbanding terbalik dengan
volumenya.

Page | 8
P1V1= P2V2
Dengan ;
p1 :tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)
p2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)
V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)
V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)

B. Hukum Charles
Hukum Charles dikemukakan oleh fisikawan Prancis bernama Jacques Charles.
Charles menyatakan bahwa jika tekanan gas yang berada dalam bejana tertutup
dipertahankan konstan, maka volume gas sebanding dengan suhu mutlaknya.
𝑉1 𝑉2
=
𝑇1 𝑇2
Keterangan:
V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)
V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)
T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)

C. Hukum GayLussac
Hukum Gay Lussac dikemukakan oleh kimiawan Perancis bernama Joseph Gay
Iussac. Gay Lussac menyatakan bahwa jika volume gas yang berada dalam bejana
tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas sebanding dengan suhu mutlaknya.
𝑃1 𝑃2
=
𝑇1 𝑇2

Keterangan:
T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)
p1 : tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)
p2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)

Page | 9
D. Hukum Avogadro
𝑉1 𝑛2
=
𝑉1 𝑛2

Keterangan:
V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)
V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)
n1 : jumlah substansi gas pada keadaan 1 (mol)
n2 : jumlah substansi gas pada keadaan 2 (mol)

E. Hukum Boyle – Guy Lussac


Keadaan tekanan, volume dan suhu gas dimulai penjelasannya oleh Boyle. Boyle mengalami
keadaan gas yang suhunya tetap. Pada saat gas ditekan ternyata volumenya mengecil dan saat
volumenya diperbesar tekanannya kecil. Keadaan di atas menjelaskan bahwa pada suhu yang
tetap tekanan gas berbanding terbalik dengan volumenya.

PV = Tetap

Persamaan di atas yang kemudian dikenal sebagai hukum Boyle.

Keadaan berikutnya dijelaskan oleh Guy Lussac. Menurut Guy Lussac, pada gas yang
tekanannya tetap maka volumenya akan sebanding dengan suhunya. Jika ada gas dalam ruang
tertutup dengan P = tetap dipanaskan maka volumenya akan berubah.

Persamaan yang dapat menggambarkan keadaan perubahan P, V dan T (tidak ada yang tetap).
Persamaan gabungan itulah yang dinamakan hukum Boyle-Guy Lussac. Persamaannya
dapat kalian lihat di bawah.

𝑃𝑉
= 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑇

Kalian tentu sering melihat balon yang ditiup. Meniup balon berarti menambah jumlah
partikel. Pada saat itu volume benda akan bertambah. Berarti jumlah partikel sebanding dengan
volumenya.

Page | 10
Contoh kedua adalah saat memompa ban dalam roda sepeda atau mobil. Saat dipompa berarti
jumlah partikelnya bertambah. Pertambahan itu dapat memperbesar tekanan sedangkan volume

dan suhu tetap. Dari penjelasan itu terlihat bahwa sebanding dengan jumlah partikelnya.
Pembandingnya dinamakan konstanta Stefan-Boltzmann, dan disimbolkan k.

PV = nKT

Dengan :

P = tekanan gas (N/m2 atau Pa)

V = volume gas (m3)

T = suhu gas (K)

N = jumlah partikel

k = 1,38 . 10-23 J/K

untuk n, tentukan jumlah mol gas (n) sobat dapat menggunakan 2 alternatif rumus berikut
𝑀 𝑁
𝑛= atau 𝑛 =
𝑀𝑟 𝑁𝑜

No = bilangan avogadro 6,02 x 1023

Mr = massa molekul relatif gas

m = masa partikel gas

C. Azas Ekuipartisi

Setiap gas mengandung partikel-partikel yang selalu bergerak. Mengapa selalu bergerak?
Partikel-partikel itu dapat bergerak karena memiliki energi. Energinya dinamakan energi kinetik.

“Jika pada gas berlaku hukum Newton maka semua derajat kebebasan gerak partikel akan
menyumbang energi kinetik sebesar 1/2 kT.”

Page | 11
1
EK= 𝑓( 𝐾𝑇)
2

Dengan :

EK =energi kinetik rata-rata partikel (joule)

T = suhu gas (K)

f = derajat kebebasan

k = ketetapan Baltzum.

a. Energi gaya monoatomik

Partikel-partikel gas monoatomik memiliki tiga derajat kebebasan. Berarti energi kinetik rata-
rata partikelnya memenuhi persamaan berikut.
3
𝐸𝑘 = 𝐾𝑇
2
Dalam sejumlah gas dapat mengandung banyak partikel (N partikel). Setiap partikel tersebut
memiliki energi, jumlah semua energi kinetik partikel-partikel itu dinamakan energi dalam gas
dan disimbulkan U sesuai persamaan berikut.
3
𝑈 = 𝑛𝑅𝑇
2

b. Kecepatan efektif

adalah nilai rata-rata kecepatan partikel kuadrat. Jika diakarkan akan mendapatkan nilai yang
dinamakan road mean square velsiti (vrms). Nilai akar rata-rata kuadrat dalam bahasa Indonesia
dikenal sebagai nilai efektif. Jadi

3𝐾𝑡
𝑉𝑒𝑓 = √
𝑚

Page | 12
Dengan :

vef = kecepatan efektif partikel

T = suhu gas (K)

m = massa partikel (kg)

k = 1,38 . 10-23 J/K

2.2. Tekanan Gas


Tekanan gas pada dinding bejana sama dengan besarnya momentum yang diberikan oleh
molekul gas pada tiap satuan luas tiap satuan waktu. Perhatikan Gambar berikut!

Misalnya terdapat suatu molekul gas ideal yang berada dalam sebuah bejana berbentuk kubus
dengan panjang sisi L. Molekul gas tersebut memiliki massa, dan kecepatan terhadap sumbu X
sebesar vx.

Sebelum molekul menumbuk dinding momentumnya m × vx. Setelah menumbuk dinding


molekul berubah arahnya sehingga momentumnya menjadi -m × vx. Jadi, setiap kali molekul
menumbuk dinding, molekul tersebut mengalami perubahan momentum sebesar selisih antara
momentum sebelum tumbukan dan momentum setelah tumbukan

∆𝑝 = 𝑝1 − 𝑝2 = (𝑚 𝑥 𝑣𝑥 ) − ( −𝑚 𝑥 𝑣𝑥 ) = 2𝑚𝑣𝑥

Molekul tersebut akan menumbak dinding untuk kedua kalinya setelah selang waktu
2𝐿
∆𝑡 = . Sehingga momentum per satuan waktu yang diberikan oleh molekul kedinding bejana
𝑣𝑥
adalah sebagai berikut.
Page | 13
∆𝑝 2𝑚𝑣𝑥 2𝑚𝑣𝑥 2
𝑝𝑥 = = =
∆𝑡 2𝐿 2𝐿
𝑣𝑥
Sebaliknya, dinding akan mengalami momentum per satuan waktu yang sama besarnya tetapi
berlawanan arahnya. Jika dalam bejana terdapat N molekul gas dengan kecepatan rata-rata vx,
maka besar momentum persatuan waktu yang diterima dinding adalah

𝑁𝑚𝑣𝑥 2
𝑝𝑥 =
𝐿𝑥
Diketahui bahwa molekul gas bergerak dalam tiga dimensi (ke segala arah). Sesuai dengan
anggapan tersebut, maka rata-rata kecepatan kuadrat kelajuan pada arah sumbu X,Y, dan Z
adalah sama besar. Jadi, resultan rata-rata kuadrat kecepatan (𝑉 2 ) adalah

1 2
𝑣 2 = 𝑣𝑥 2 = 𝑣𝑦 2 = 𝑣𝑧 2 = 3𝑣𝑥 2 = 𝑣
3
Oleh karena itu, besar momentum per satuan waktu yang diterima dinding bejana kubus adalah
1
𝑁𝑚( 𝑣 2 ) 1 𝑁𝑚𝑣 2
3
Adalah 𝑝= 3 = karena 𝐿3 merupakan volume kubus (V), maka
𝐿 3𝐿3
1𝑁𝑚𝑣 2 1 𝑁 1
persamaannya 𝑝 = atau 𝑝 = 𝑚𝑈𝑣 2 atau 𝑝𝑉 = 𝑚𝑣 2 𝑁 jika
3𝑉 3 𝑉 3
3𝑁𝑘𝑇 3𝑘𝑇
dihubungkan dengan PV = N k T, maka persamaan berubah menjadi 𝑣 = √ = √
𝑁𝑚 𝑚
atau

3𝑃𝑉 1
𝑣= √ dan jika dihubungkan dengan energi kinetik rata rata (𝐸𝑘 = 𝑚𝑣 2 ) maka
𝑁𝑚 2
persamaan menjadi sebagai berikut :

2 𝑁 2
𝑃= 𝐸𝑘 ( ) 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑃𝑉 = 𝑁𝐸𝑘
3 𝑉 3
Keterangan:

P : tekanan gas (Nm-2)

N : jumlah molekul

v : kecepatan (m/s)

m : massa molekul (kg)


Page | 14
V : volume gas (m3)

Ek: energi kinetik (J)

2.3. Gas Nyata


Gas nyata adalah gas yang tidak mematuhi persamaan dan hukum gas lainya di semua
kondisi suhu dan tekanan.
Van der Waal menunjukkan asumsi kesalahan yang dibuat dalam merumuskan model kinetik
molekular gas.
Kekuatan tarik antara molekul gas dianggap diabaikan. Asumsi ini hanya berlaku pada
tekanan rendah dan suhu tinggi karena dalam kondisi molekul berjauhan. Tetapi pada tekanan
tinggi dan suhu rendah volume gas kecil dan sehingga kekuatan menarik meskipun sangat kecil.

a b
Gas
(atm dm6 mol-2) (atm dm6 mol-2)

He 0,0341 0,0237

Ne 0,2107 0,0171

H2 0,244 0,0266

NH3 4,17 0,0371

N2 1,39 0,0391

C2 H 4,47 0,0571

CO2 3,59 0,0427

H2O 5,46 0,0305

CO 1,49 0,0399

Hg 8,09 0,0170

O2 1,36 0,0318

Page | 15
Bila dibandingkan dengan persamaan gas ideal, persamaan Van der Waals ini dapat
digunakan pada gas nyata denga besaran suhu dan tekanan yang lebih besar. Disamping itu juga
persamaan Van der Waals juga dapat menjelaskan penyimpangan gas nyata dari gas ideal.
Namun walaupun demikian, persamaan Van der Waals ini belum dapat secara sempurna
menggambarkan sifat0sifat gas sehingga digunakan persamaan lain yang dikenal persamaan
Virial.

Batas-batas Hukum termodinamika II


Menurut clausius
Sifatnya reversibel (bolak-balik) entropi di alam semesta tidak akan berkurang dan tidak
bertambah.Kalor yang di lepaskan dari suhu rendah ke suhu tinggi akan membutuhkan usaha.

Menurut Calvin Plank


Tidak semua kalor yang di serap dari lingkungan di ubah menjadi energi.

NB: Proses dalam Termodinamika cenderung tidak teratur ukuran ketidakteraturannya disebut
Entropi (S) di pengaruhi oleh kalor yang di terima dan di keluarkan.
Hukum Gay lussac (Hukum perbandingan volume)

Bunyi hukum tersebut adalah : "Bila di ukur pada suhu dan tekanan yang sama, volume
gas gas yang bereaksi dan volume gas gas hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat dan
sederhana".
Hukum gay lussac di dasari oleh hasil penemuan ahli kimia inggris yang bernama Henry
Cavendish (1731-1810)bahwa perbandingan volume gas hidrogen yang bereaksi dengan gas
oksigen membentuk air adalah 2:1 dengan syarat harus di ukur pada suhu dan tekanan yang
sama.pada tahun 1808, Joseph Louis Gay Lussac melakukan percobaan serupa dengan
menggunakan berbagai macam gas. Ia menemukan bahwa perbandingan vo- lume gas-gas dalam
reaksi selalu merupakan bilangan bulat sederhana.
2 volume gas hidrogen + 1 volume gas oksigen → 2 volume uap air
1 volume gas nitrogen + 3 volume gas hidrogen → 2 volume gas amonia

Page | 16
1 volume gas hidrogen + 1 volume gas klorin → 2 volume gas hidrogen klorida
dari hasil percobaan inilah gay lussac mengemukakan hukumnya.

Avogadro pada tahun 1811. Hipotesis Avogadro menyatakan bahwa dua sampel gas ideal
dengan volume, suhu, dan tekanan yang sama, maka akan mengandung molekul yang jumlahnya
sama. Contohnya adalah, ketika hidrogen dan nitrogen dengan volume yang sama mengandung
jumlah molekul yang sama ketika mereka berada pada suhu dan tekanan yang sama. Avogadro
menyebut partikel sebagai molekul.
Untuk suatu massa dari gas ideal, volume dan mol gas secara langsung akan proporsional
jika suhu dan tekanannya konstan. Persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
𝑉 ∝𝑛
Atau
𝑉
=𝑘
𝑛

Dimana:
V = volume gas
n = jumlah zat dari gas (dalam satuan mol)
k = konstanta yang sama dengan RT/P, di mana R adalah konstanta gas universal, T adalah suhu
Kelvin, dan P adalah tekanan. Sebagai suhu dan tekanan yang konstan, RT/P juga konstan dan
disebut sebagai k. Ini berasal dari hukum gas ideal.
Hukum ini menjelaskan bagaimana dalam kondisi suhu, tekanan, dan volume gas yang
sama pasti mengandung jumlah molekul yang sama. Untuk membandingkan substansi yang sama
di bawah dua set yang kondisinya berbeda, hukum ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝑉1 𝑉2
=
𝑛1 𝑛2
Persamaan ini menunjukkan bahwa, jika jumlah mol gas meningkat, volume gas juga
akan meningkat secara proporsional. Dan sebaliknya, jika jumlah mol gas berkurang, maka
volume juga menurun.
Dalam kimia, hukum perbandingan tetap atau hukum Proust (diambil dari
namakimiawan Perancis Joseph Proust) adalah hukum yang menyatakan bahwa suatusenyawa
Page | 17
kimia terdiri dari unsur-unsur dengan perbandingan massa yang selalu tepat sama. Dengan kata
lain, setiap sampel suatu senyawa memiliki komposisi unsur-unsur yang tetap. Misalnya, air
terdiri dari 8/9 massa oksigen dan 1/9 massahidrogen. Bersama dengan hukum perbandingan
berganda (hukum Dalton), hukum perbandingan tetap adalah hukum dasar stoikiometri.
Dari hasil eksperimen yang dilakukan Joseph Louis Proust (1807) ditemukan fakta
sebagai berikut:Perbandingan massa unsur-unsur dalam setiap senyawa adalah selalu
tetap. Inilah yang menjadi salah satu hukum dassar kimia yang kemudian dikenal
sebagai Hukum Perbandingan Tetap atau Hukum Proust.

2.4 Energi Pada Gas Ideal Dan Gas Nyata

Energi dalam ialah jumlah energi kinetik seluruh partikel gas. Rumus energi dalam pada gas
monoatomik dan gas diatomik memiliki persamaan yang berbeda. Bahkan pada gas diatomik
rumus atau persamaan energi dalam dibedakan berdasarkan tingkatan suhu gas. Tingkatan suhu
dibedakan menjadi suhu rendah, yaitu pada suhu kisaran 300 Kelvin, suhu sedang pada kisaran
500 Kelvin, dan suhu tinggi pada kisaran 1000 Kelvin.
Rumus energi dalam untuk gas monoatomik seperti Helium, Neon, Argon, dan sebagainya:
3 3
𝑈 = 𝐸𝑘 = 𝑁𝑘𝑇 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑈 = 𝑛𝑅𝑇
2 2
Dimana :
U = energi dalam
Ek = energi kinetik gas
N = jumlah partikel gas
k = Konstanta Boltzmann
R = tetapan gas
T = suhu gas
Sedangkan rumus energi dalam untuk gas diatomik seperti Oksigen (O2), Nitrogen (N2),
Hidrogen (H2), dan sebagainya, bisa dihitung dengan persamaan:
a. Pada suhu rendah (+/- 300K)
U = 3/2 N.k.T atau U = 3/2 n.R.T
a. Pada suhu sedang (+/- 500K)
U = 5/2 N.k.T atau U = 5/2 n.R.T
Page | 18
b. Pada suhu tinggi (+/- 1000K)
U = 7/2 N.k.T atau U = 7/2 n.R.T

2.5 Kapasitas Kalor Gas Ideal Dan Gas Nyata

Kapasitas kalor C suatu zat menyatakan banyaknya kalor Q yang diperlukan untuk
menaikkan suhu zat sebesar 1 kelvin. Pernyataan ini dapat dituliskan secara matematis sebagai

𝑄
𝐶= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑄 = 𝐶∆𝑇
∆𝑇

C = Kapasitas Kalor

Q = Qalor

∆T = Kenaikan Suhu

Kapasitas gas kalor adalah kalor yang diberikan kepada gas untuk menaikan suhunya
dapat dilakukan pada tekanan tetap (proses isobarik) atau volum tetap (proses isokhorik). Karena
itu, ada dua jenis kapasitas gas kalor yaitu:

1. Kapasitas kalor gas pada tekanan tetap

2. Kapasitas kalor pada volum tetap.

Kapasitas kalor gas diperoleh dari fungsi empirik temperatur, dan biasanya dalam bentuk
yang sama. Kapasitas kalor gas sangat dipengaruhi oleh tekanan, namun pengaruh tekanan pada
sifat termodinamika tidak digunakan dalam. Karena gas pada tekanan rendah biasanya mendekati
ideal, kapasitas kalor gas ideal bisa digunakan untuk hampir semua perhitungan gas real pada
tekanan atmosfir.

a. kapasitas kalor gas pada tekanan tetap (Cp)

Kapasitas kalor gas adalah kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu suatu zat satu Kelvin
pada tekanan tetap. tekanan system dijaga selalu konstan. Karena yang konstan adalah tekanan,
maka perubahan energi dalam, kalor, dan kerja pada proses ini tidak ada yang bernilai nol.

Page | 19
Maka secara matematis :

5 5
𝑄 (2𝑃∆𝑉) (2𝑛𝑅∆𝑉) 5
𝐶𝑝 = = (∆𝑇)
=( (∆𝑇)
)= 𝑛𝑅
∆𝑇 2

b. Kapasitas kalor gas pada volum tetap (Cv)

Kapasitas kalor pada volum tetap artinya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu suatu zat
satu kelvin pada volum tetap. Artinya kalor yang diberikan dijaga selalu konstan.

Karena volume system selalu konstan, maka system tidak bisa melakukan kerja pada lingkungan.
Demikian juga sebaliknya, lingkungan tidak bisa melakukan kerja pada system. Jadi kalor yang
ditambahkan pada system digunakan untuk menaikan energi dalam sistem.

Maka secara matematis :

3
𝑄 ( 𝑛𝑅∆𝑉) 3
𝐶𝑣 = = 2 = 𝑛𝑅
∆𝑇 (∆𝑇) 2
Berdasarkan persamaan di atas dapat diperoleh bahwa:

5 3
𝐶𝑝 = 𝐶𝑣 = 𝑛𝑅 − 𝑛𝑅
2 2
Kapasitas yang diperoleh pada persamaan tersebut adalah untuk gas monoatomik.
Sedangkan untuk gas diatomik dan poliatomik tergantung pada derajat kebebasan gas. Dapat
digunakan pembagian suhu sebagai berikut:

 Pada suhu rendah (± 250 K): Cv = 3/2nR dan Cp = 5/2nR

 Pada suhu sedang (± 500 K): Cv = 5/2nR dan Cp = 7/2nR

 Pada suhu tinggi (± 1000 K): Cv = 7/2nR dan Cp = 9/2nR

Oleh karena itu, konstanta Laplace γ dapat dihitung secara teoretis sesuai persamaan sebagai
berikut:

5
𝐶𝑝 (2𝑛𝑅) 5
 Gas monoatomik: γ = =( 3 )= = 1,67
𝐶𝑣 (2𝑛𝑅) 3

Page | 20
7
𝐶𝑝 ( 𝑛𝑅)
 Gas diatomik pada suhu kamar: γ = 𝐶𝑣
= ( 25 ) = 75 = 1,4
( 𝑛𝑅)
2

Dengan memasukan nilai Qp danQc sertqa W diperoleh :

𝐶𝑝∆𝑇 = 𝐶𝑣∆𝑉 = 𝑝∆𝑉


(𝐶𝑝 − 𝐶𝑣 ) = 𝑝∆𝑉
𝑝∆𝑉
𝐶𝑝 − 𝐶𝑣 =
∆𝑇

Akhirnya kita mendapatkan rumus lengkap usaha yang dilakukan oleh gas seperti
dibawah ini :

𝑊 = 𝑝∆𝑉 = 𝑝 ( 𝑉2 − 𝑉1 )
𝑊 = 𝑛𝑅∆𝑉 = 𝑛𝑅 (𝑇2 − 𝑇1 )
𝑊 = 𝑄𝑝 − 𝑄𝑣 = (𝐶𝑝 − 𝐶𝑣)∆𝑇

2.6 Dua Proses Penting Gas Ideal

1. Proses temperatur konstan (isotermal)


Pada proses isotermal, temperatur awal proses akan sama dengan temperatur akhir proses atau
T1 = T2 . kondisi ini menyebabkan dT = 0 sehingga perubahan energi dalam sistem (dU) = 0.

Gambar Diagram p – V untuk proses Isotermal

Page | 21
Kerja pada proses isotermal dapat dihitung :

𝑑𝑊 = 𝑝. 𝑑𝑉
2 2
∫ 𝑑𝑊 = ∫ 𝑝. 𝑑𝑉
1 1

Dari hukum gas ideal :

𝑚𝑅𝑇
𝑝. 𝑉 = 𝑚. 𝑅. 𝑇 Karena T = Konstan maka pV = Konstan (C) sehingga 𝑝 = maka
𝑉
2 2 𝑚𝑅𝑇
∫1 𝑑𝑊 = ∫1 𝑉
𝑑𝑉

m, R dan T konstan maka :

2 2
𝑑𝑉
∫ 𝑑𝑊 = 𝑚𝑅𝑇 ∫
1 1 𝑉

Didapat:

𝑉2
∆𝑊12 = 𝑚𝑅𝑇 𝑖𝑛 ( )
𝑉1

Perubahan energi dalam pada proses isotermal adalah 0 sehingga besar perubahan kalor akan
sama dengan kerja pada proses isotermal.

dQ = dW + dU karena dU = 0 maka
dQ = dW

𝑉2
∆𝑄12 = 𝑚𝑅𝑇 𝑖𝑛 ( )
𝑉1

Page | 22
Perubahan entalpi pada proses isotermal :

𝑑𝐻 = 𝑑𝑈 + 𝑑(𝑝. 𝑉)
𝑑𝐻 = 𝑑𝑈 + 𝑝. 𝑑𝑉 + 𝑣. 𝑑𝑝 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑑𝑈 = 0 𝑚𝑎𝑘𝑎
𝑑𝐻 = 𝑝. 𝑑𝑉 + 𝑣. 𝑑𝑝
𝑑𝐻 = 𝑝. 𝑑𝑉 + 𝑣. 𝑑𝑝
𝑑𝑉 𝑑𝑝
𝑑𝐻 = 𝑚. 𝑅. 𝑇 + 𝑚. 𝑅. 𝑇
𝑉 𝑝
𝑉2 𝑃2
∆𝐻12 = 𝑚. 𝑅. 𝑇 𝑖𝑛 ( ) + 𝑚. 𝑅. 𝑇 𝑖𝑛 ( )
𝑉1 𝑃1
𝑉2 𝑃2
∆𝐻12 = 𝑚. 𝑅. 𝑇 (𝑖𝑛 ( ) + 𝑖𝑛 ( ))
𝑉1 𝑃1

2. Proses Isentropis (adiabatis reversibel)

Proses adiabatis reversibel adalah proses termodinamika dimana tidak ada kalor yang masuk
atau keluar dari sistem (adiabatis) dan proses ini mampu balik (reversibel) artinya tidak ada
hambatan atau gesekan. Pada kenyataannya proses ini tidak ada di alam, tetapi penyederhaan
yang demikian dapat mempermudah untuk menganalisa sistem. Pada p-V diagram dapat
digambarkan sebagai berikut.

Gambar proses adiabatis reversibel pada p.V diagram

Karena tidak ada kalor yang dapat masuk dan keluar dari sistem, maka tidak ada
perubahan kalor atau dQ = 0. Sehingga kerja yang diberikan atau dilakukan oleh sistem akan
mengubah energi dalam sistem. Proses ini berlangsung pada kondisi p.Vk = konstan. Dimana k

Page | 23
adalah rasio panas jenis pada tekanan konstan dengan panas jenis pada volume konstan atau
sering disebut juga sebagai index isentropis. Kerja pada proses adiabatis reversibel dapat dihitung
sebagai berikut :
𝑑𝑊 = 𝑝. 𝑑𝑉
2 2
∫ 𝑑𝑊 = ∫ 𝑝. 𝑑𝑉
1 1

Karena proses berlangsung pada kondisi p.Vk = C , maka:


𝑐
𝑝= 𝑘
𝑣
sehingga :
2 2
𝐶
∫ 𝑑𝑊 = ∫ 𝑥 𝑑𝑉
1 1 𝑉𝑘
2 2
∫ 𝑑𝑊 = 𝐶 ∫ 𝑉 −𝑘 𝑥 𝑑𝑉
1 1

𝑉2−𝑘+1 − 𝑉1−𝑘+1
∆𝑊12 = 𝐶 ( )
−𝑘 + 1
𝑉2−𝑘+1 − 𝑉1−𝑘+1
𝑘
∆𝑊12 = 𝑝. 𝑉 ( )
−𝑘 + 1
𝑝2. 𝑉2𝑘 . 𝑉2−𝑘+1 − 𝑝1 . 𝑉1𝑘 . 𝑉1−𝑘+1
∆𝑊12 = ( )
1−𝑘
𝑝2 . 𝑉2 − 𝑝1 . 𝑉1
∆𝑊12 = ( )
1−𝑘

Perubahan energi dalam sistem adiabatis reversibel :

𝑑𝑈 = 𝑚. 𝑐𝑣 𝑑𝑇
2 2
∫ 𝑑𝑈 = ∫ 𝑚. 𝑐𝑣 . 𝑑𝑇
1 1

2 2
∫ 𝑑𝑈 = 𝑚. 𝑐𝑉 ∫ 𝑑𝑇
1 1

∆𝑈12 = 𝑚. 𝑐𝑣 . (𝑇2 − 𝑇1 )

Page | 24
Tidak ada kalor yang masuk atau keluar sistem sehingga :

Entalpi pada proses adiabatis reversibel :

Entalpi proses adiabatis reversibel adalah massa dikali panas jenis tekanan konstan dan
dikali dengan delta temperatur. Dari mana asalnya coba turunin sendiri. Petunjuk dQ = 0 untuk
proses ini.

Page | 25
BAB III
Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)

3,1 Contoh Alat Elektromedik Gas Ideal

Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)

3.2 Pengertian CPAP

Continuous Positvie Airway Pressure (CPAP) adalah merupakan suatu alat untuk
mempertahankan tekanan positif pada saluran napas neonatus selama pernafasan spontan. CPAP
merupakan suatu alat yang sederhana dan efektif untuk tatalaksana respiratory distress pada
neenatus. Pengunaan CPAP yang benar terbukti dapat menurunkan kesulitan bernafas,
mengurangi ketergantungan terhadap oksigen, membantu memperbaiki dan mempertahankan
kapasitas residual paru, mencegah obstruksi saluran nafas bagian atas, dan mencegah kollpas
paru, mengurangi apneu, bradikardia, dan episode sianotik, serta mengurangi kebutuhan untuk
dirawat di ruangan intensif.

CPAP merupakan alat kesehatan yang biasanya digunakan oleh orang yang memiliki masalah
pernapafasan, seperti sleep apnea. Perlu anda ketahui, bahwa CPAP adalah pengobatan non
bedah yang paling efektif untuk obstructive sleep apnea dan merupakan pengobatan pilihan

Page | 26
pertama serta paling banyak digunakan untuk orang dewasa. Sleep apnea adalah gangguan tidur
dimana terdapat jeda dalam bernapas.

3.3 Cara Kerja Alat CPAP

Pada dasarnya alat ini didesain secara kompleks namun apabila kita perhatikan cara kerjanya
cukup sederhana. Pada gangguan Sleep Apnea, saluran pernapasan tertutup karena
mengendurnya rahang bagian belakang yang akhirnya membuat pertukaran udara tidak lancar.
CPAP bekerja dengan memberikan tekanan udara masuk melalui saluran ini, dengan begitu
dalam kondisi tertidur saluran nafas tetap terbuka. Sehingga gangguan pernapasan dapat diatasi.

3.4 Fungsi CPAP

Mesin CPAP berkerja dengan memberikan aliran udara bertekanan melalui selang ke hidung
dan/atau mulut sehingga saluran pernapasan tetap terbuka. Tekanan udara yang diberikan
biasanya ditentukan oleh dokter setelah meninjau studi semalam (polysomnography) di
laboraturium tidur di bawah pengawasan.

Pada umumnya CPAP adalah


- menjaga jalan napas terbuka saat anda tidur.
- mengurangi bahkan menghilangkan dengkuran
- meningkatkan kualitas tidur
- meredakan gejala sleep apnea, seperti kantuk di siang hari yang berlebihan.
- mengurangi atau mencegah tekanan darah tinggi.

CPAP juga digunakan untuk mengobati bayi prematur yang paru-paru belum sepenuhnya
berkembang. Untuk pengobatan ini, garpu lembut ditempatkan dalam lubang hidung bayi. Mesin
CPAP dengan lembut meniuapkan udara ke dalam hidung bayi, yang membantu membuat paru
paru mengembang, sehingga meningkatkan kelangsungan hidup.

Page | 27
3.5 Bagian-Bagian Alat CPAP
Alat bantu nafas CPAP (Continuous Positive Air Pressure) tentu saja memiliki bagian – bagian
atau komponen penting yang membuatnya dapat bekerja menyelesaikan masalah dengan optimal.
Setidaknya ada beberapa bagian yang ada pada Instrument CPAP :

 Sebuah masker (atau perangkat lain) yang cocok di hidung dan/atau mulut seseorang. Serta
tali yang menjaga masker di tempat saat Anda sedang menggunakannya.
 Sebuah tabung yang menghubungkan masker untuk motor mesin pada alat CPAP.
 Sebuah motor yang meniupkan udara ke dalam bagian tabung alat cpap.
 Beberapa mesin CPAP juga memiliki fitur lain, seperti humidifier.

Ada banyak jenis masker CPAP yang beragam. Dan jenis mesin PAP pun bermacam-macam
seperti: BiPAP (Bilevel Positive Airway Pressure) dan VPAP (Variabel Positive Airway
Pressure) dengan fungsi yang berbeda. Oleh sebab itu, biarkan dokter Anda tahu jika Anda tidak
puas dengan jenis yang Anda gunakan dan menjelaskannya dengan dokter.

Instrument kesehatan atau alat kesehatan CPAP ini terdiri dari beberapa bagian penyusunnya
yang berbeda-beda. Alat CPAP ini didesain dengan sedemikian rupa menyesuaikan dengan
kenyamanan pasien karena akan digunakan saat tidur, terutama masker yang digunakan. Ada
beberapa jenis masker yang digunakan diantaranya yaitu:

 Masker hidung (Hampir mirip seperti masker oksigen)


 Masker mulut ( Masker yang biasa dipakai di mulut)
 Masker kombinasi ( Masker yang bisa dipakai baik di hidung atau di mulut)

Page | 28
3.6 Efek Samping dari Penggunaan Alat CPAP

Alat CPAP tidak menimbulkan efek yang berbahaya bagi pengguna atau penderita sleep apnea.
Mungkin Anda mengira pemberian tekanan dapat mengganggu paru – paru, bahkan lama
kelamaan akan membuat paru – paru pecah dan berakibat fatal. Anda tidak perlu khawatir, alat
CPAP ini dilengkapi dengan pengatur tekanan yang memiliki batas tertentu hanya untuk menjaga
agar saluran pernafasan tetap terbuka dan bekerja dengan normal. Maka tidak akan berbahaya
untuk paru – paru Anda.

Page | 29
BAB IV
Penerapan Gas Ideal pada Alat CPAP

4.1 Penjelasan Gas Ideal Pada Alat CPAP

CPAP bekerja dengan memberikan aliran udara bertekanan gas ideal melalui selang ke hidung
dan/atau mulut sehingga saluran pernapasan tetap terbuka dan masuk ke aliran udara. Tekanan
udara yang diberikan tergantung pada tingkat keparahan sleep apnea yang Anda miliki atau di
derita. Tekanan yang diperlukan biasanya ditentukan oleh dokter setelah meninjau studi semalam
atau disebut (polysomnography) di laboratorium tidur di bawah pengawasan dokter.

4.2 Contoh Soal Gas Ideal Pada Alat CPAP

Pada sebuah tabung CPAP yang volumenya 40lt dan suhu 20℃ mengadakan tekanan 3 atm yang
terdapat 5 mol gas. Berapa tekanan 20 mol gas tersebut jika berada dalam tabung yang
volumenya 100lt dan suhu 87℃

Dik :
> 𝑛1 = 5 𝑚𝑜𝑙
> 𝑉1 = 40 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟
> 𝑇1 = 293°𝐾
> 𝑃1 = 3 𝑎𝑡𝑚
> 𝑛2 = 20 𝑚𝑜𝑙
> 𝑉2 = 100 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟
> 𝑇2 = 360°𝐾
Dit : 𝑃2 ? ….
Jawab :
𝑃1 . 𝑉1 𝑃2 . 𝑉2
=
𝑛1 . 𝑇1 𝑛2 . 𝑇2

3 𝑎𝑡𝑚. 40𝑙𝑡 𝑃2 . 40𝑙𝑡


=
5𝑚𝑜𝑙. 293 20 𝑚𝑜𝑙. 360

Page | 30
3 𝑎𝑡𝑚. 40𝑙𝑡. 20 𝑚𝑜𝑙. 360
𝑃2 =
5𝑚𝑜𝑙. 293. 40𝑙𝑡

𝑃2 = 14,75 𝑎𝑡𝑚

Page | 31
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Gas ideal adalah gas teoritis yang terdiri dari partikel-partikel titik yang bergerak secara
acak dan tidak saling berinteraksi, PV = n R T. Gas nyata adalah gas yang tidak mematuhi
persamaan dan hukum gas lainya di semua kondisi suhu dan tekanan, v1/n1=v2/n2. Energi dalam
ialah jumlah energi kinetik seluruh partikel gas, U = Ek = 3/2 N.k.T atau U = 3/2 n.R.T.
Kapasitas kalor C suatu zat menyatakan banyaknya kalor Q yang diperlukan untuk menaikkan
suhu zat sebesar 1 kelvin. Pernyataan ini dapat dituliskan secara matematis sebagai, C = Q/ΔT
atau Q = CΔT. Pada proses isotermal, temperatur awal proses akan sama dengan temperatur
akhir proses atau T1 = T2 . kondisi ini menyebabkan dT = 0 sehingga perubahan energi dalam
sistem (dU) = 0. Proses adiabatis reversibel adalah proses termodinamika dimana tidak ada kalor
yang masuk atau keluar dari sistem (adiabatis) dan proses ini mampu balik (reversibel) artinya
tidak ada hambatan atau gesekan.

5.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi dalam memahami dunia teknik elektromedik khususnya mengenai termodinamika.
Makalah ini juga dapat dijadikan sebagai bahan ajar. Dan mudah-mudahan dapat bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari.

Page | 32
Daftar Pustaka

http://www.scribd.com/doc/36787993/Persamaan-Keadaan

http://www.gudangmateri.com/2010/01/termodinamika.html

www.chem-is-try.org/materi.../gas-ideal-dan-gas-nyata/

www.scribd.com/doc/36787993/Persamaan-Keadaan

www.tekim.undip.ac.id/staf/ratnawati/files/2010/.../bab-4-persamaan-keadaan.pptx

Page | 33

Anda mungkin juga menyukai