Elektronika Fisis I
DISUSUN OLEH
II.1 Transistor
Apabila pada terminal transistor tidak diberi tegangan bias dari luar, maka
semua arus akan nol atau tidak ada arus yang mengalir. Sebagaimana terjadi
pada persambungan dioda, maka pada persambungan emiter dan basis (JE)
serta pada persambungan basis dan kolektor (JC) terdapat daerah pengosongan.
Tegangan penghalang (barrier potensial) pada masing-masing persambungan
dapat dilihat pada gambar 3.2. Penjelasan kerja berikut ini didasarkan pada
transistor jenis PNP (bila PNP maka semua polaritasnya adalah
sebalikanya) [6]:
(a) (b)
Gambar 2.5 Simbol JFET: (a) kanal-N dan (b) kanal-P
BAB III
METEDOLOGI PERCOBAAN
(a) (b)
Gambar 3.12 (a) Rangkaian Transistor PNP
(b) Skema Rangkaian Transistor PNP
3. Menghubungkan antar komponen rangkaian dengan menggunakan kabel
jumper.
4. Menyalakan catu daya, kemudian menghubungkan ke rangkaian pada Vcc,
ground, dan saklar.
5. Mencatat hasil yang diperoleh pada tabel data.
(a) (b)
Gambar 3.13 (a) Rangkaian Transistor NPN
(b) Skema Rangkaian Transistor NPN
3. Menghubungkan antar komponen rangkaian dengan menggunakan kabel
jumper.
4. Menyalakan catu daya, kemudian menghubungkan ke rangkaian pada Vcc,
ground, dan saklar.
5. Mencatat hasil yang diperoleh pada tabel data.
(a) (b)
Gambar 3.14 (a)Rangkaian Penguatan dengan RL
(b) Skema Rangkaian Penguatan dengan RL
3. Menghubungkan antar komponen rangkaian dengan menggunakan kabel
jumper.
4. Mengkalibrasi osiloskop pada channel 1 dan channel 2.
5. Mengukur Vin dan Vout dengan menggunakan catu daya sebagai sumber
tegangan, Menghitung channel 1 dan channel 2 dengan menggunakan
osiloskop, mengatur frekuensi keluaran menggunakan sinyal generator, dengan
menghubungkan saklar ke-ground dan saklar ke-VCC.
6. Mencatat hasil yang diperoleh pada tabel data.
(a) (b)
Gambar 3.15 (a)Rangkaian Penguatan Tanpa RL
(b) Skema Rangkaian Penguatan Tanpa RL
3. Menghubungkan antar komponen rangkaian dengan menggunakan kabel
jumper.
4. Mengkalibrasi osiloskop pada channel 1 dan channel 2.
7. Mengukur Vin dan Vout dengan menggunakan catu daya sebagai sumber
tegangan, Menghitung channel 1 dan channel 2 dengan menggunakan
osiloskop, mengatur frekuensi keluaran menggunakan sinyal generator, dengan
menghubungkan saklar ke-ground dan saklar ke-VCC.
5. Mencatat hasil yang diperoleh pada tabel data.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel Data
Tabel 4.1 Transistor PNP
ON 1
OFF 0
ON 1
OFF 0
Catatan :
Ch1 = 0,8
Ch2 = 1,2
Tabel 4.4 Penguatan tanpa RL
1. 200 1 3 3
2. 500 1 3 3
3. 1k 1 3 3
4. 2k 1 3 3
5. 5k 1 3 3
6. 10k 1 3 3
Catatan :
Ch1 = 1
Ch2 = 3
Keterangan :
VCC = 4,8 Volt
VCE = 2,4 Volt
IV.1.3 Gambar
IV.1.3.1 Transistor PNP
(a) (b)
Gambar 4.1 (a) Transistor BD 140 PNP, Dioda LED Menyala Saat Dihubungkan
Saklar ke-Ground (b) Transistor BD 140 PNP, Dioda LED Tidak Menyala Saat
Dihubungkan Saklar ke-VCC
(a) (b)
Gambar 4.2 (a) Transistor BD 139 NPN, Dioda LED Menyala Saat Dihubungkan
Saklar ke-VCC (b) Transistor BD 139 NPN, Dioda LED Tidak Menyala Saat
Dihubungkan Saklar ke-Ground
IV.1.3.3 Penguatan tampa RL
1. Frekuensi 200 Hz
hdgfgfhd
3. Frekuensi 1k Hz
hdgfgfhd
IV.1 Pembahasan
Pada praktikum pembuatan rangkaian saklar menggunakan dioda PNP, LED
pada rangkaian tersebut hanya akan menyala ketika basis transistor dihubungkan
dengan arus negatif atau pada saat elektron masuk ke basis. Hal ini menunjukkan
bahwa pergerakan elektron pada transistor PNP bergerak dari emitor ke kolektor.
Pada percobaan rangkaian saklar dengan transistor NPN, indikator LED pada
rangkaian hanya akan menyala jika kaki basis transistor dihubungkan dengan arus
positif atau ground, yakni elektron bergerak keluar dari basis, hal ini menunjukkan
bahwa pergerakan elektron transistor NPN bergerak dari kolektor ke emitter.
V.1 Kesimpulan
1. Dapat menghitung hfe dan hoe dari kurva karakteristik keluaran transistor.
2. Merangkai common emitter dan membuatnya bekerja sebagai penguat dengan
baik dan benar dilakukan dengan melakukan penambahan beban dan tanpa beban.
3. Membuat transistor yang bekerja dengan titik q di tengah garis beban, pada
daerah saturasi pada cut-off, yaitu menggunakan transistor BC 109, dengan
beberapa resistor dan kapasitor, serta penambahan potensiometer, yang
dihubungkan dengan kabel jumper, dimana terdapat sambungan untuk ke signal
generator, dan juga ground dan Vcc yang nantinya akan bekerja untuk dapat
memperoleh bentu syarat keluaran saat transistor bekerja pada titik operasi yang
bersangkutan.
4. Pengukuran hambatan dan masukan keluaran penguat dilakukan dengan bantuan
SWG dan catu daya setelah merangkai semua alat dan bahan dengan benar, dan
meletakkan atau menyambungkan signal generator dan catu daya pada posisi
rangkaian yang tepat juga.
5. Pengukuran tanggapan amplitudo penguat dilakukan dengan frekuensi yang
beragam, yang kemudian hasilnya ditampilkan pada osiloskop.
V.2 Saran
V.2.1 Saran untuk Laboratorium
Sebaiknya laboratorium menyediakan alat dan bahan yang lengkap juga
terjaga agar tidak rusak yang menyebabkan lambatnya praktikum berjalan.
[1] M. Naim. Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika. PT. Nasya Expanding
Management, Pekalongan, 2022.
[2] FMIPA ITB. 2018. Transistor sebagai Penguat. Bandung. Institut
Teknologi Bandung.
[3] Ratna. S. Air Mancur Otomatis dengan Musik Berbasis Arduino. Jurnal Ilmial
Technologia, Vol. 10, No. 4: 181, 2019.
[4] Maulana. E & Purnama. R. A. Pemanfaatan Layanan SMS Telepon Seluler
Berbasis Mikrokontroler Atmega328p sebagai Sistem Kontrol Lampu Rumah.
Jurnal Teknik Komputer Amik BSI, Vol. III, No. 1: 94, 2017.
[5] Surjono. H. D. 2008. Elektronika Analog. Jember. Penerbit Cerdas Ulet Kreatif.
[6] Surjono. H. D. 2007. Elektronika: Teori dan Penerapan. Jember. Penerbit
Cerdas Ulet Kreatif.
LAMPIRAN