Anda di halaman 1dari 32

Laporan Praktikum

Elektronika Fisis I

TRANSISTOR EFEK MEDAN (JFET)

DISUSUN OLEH

NAMA : SITI ZAHRA


NIM : H021211004
KELOMPOK : V (LIMA)
TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN, 31 OKTOBER 2022
ASISTEN : ADNAN ALIF NUGRAHA

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Transistor adalah salah satu komponen elektronika yang mempunyai tipe
yang bervariasi dengan karakteristik dan spesifikasi yang berbeda, sehingga
pengaplikasiannya disesuaikan dengan kebutuhan dalam perancangan. Transistor
dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus atau tegangan
inputnya, memungkinkan pengaliran sinyal listrik yang sangat akurat dari
rangkaian sumber listriknya atau adanya afek arus terobosan pada transistor.
Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik
modern. Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting
dalam kehidupan manusia saat ini, hampir semua aktivitas manusia berhubungan
dengan energi listrik. Dapat dikatakan bahwa hampir semua perangkat elektronik
menggunakan transistor untuk berbagai kebutuhan dalam rangkaiannya. Perangkat
elektronik yang dimaksud tersebut seperti televisi, komputer, ponsel, audio
amplifier, audio player, video player, konsol game, power supply, dan lainnya [1].
Dalam rangkaian elektronika, penguat listrik dapat dibangun oleh transistor
sebagai komponen utama. Walaupun demikian, tidak berarti peran komponen lain
diabaikan, seperti resistor, kapasitor, potensiometer, catu daya, dan komponen
lainnya. Gabungan dari beberapa komponen tersebut justru telah melahirkan
penguat dengan kualitas tinggi. Transistor termasuk dalam komponen aktif yang
berarti untuk dapat bekerja transistor perlu diberi catu daya. Pada penggunaan
transistor diperlukan ketelitian dan pemahaman yang baik, karena setiap bagian
transistor tentunya memiliki fungsi dan peran yang berbeda-beda pula.
Oleh karena itu, praktikum transistor ini dilakukan untuk memahami
bagaimana transistor dapat berperan sebagai penguat bahkan saklar sekalipun
dalam sebuah rangkaian, mengetahui jika terjadi kesalahan pada saat pemasangan
kaki resistor maka bisa berakibat fatal, serta mengetahui cara merangkai saklar pada
transistor.
I.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup percobaan ini dibatasi oleh menentukan kaki resistor,
mengukur nilai VCC,VCE, serta mengukur keluaran, mengamati rangkaian
common emitter dan bentuk-bentuk isyarat keluaran, mengukur hambatan masukan
dan hambatan keluaran penguat serta menghitung tanggapan amplitudo tanpa RL
dan menghitung tanggapan amplitudo dengan RL dan mengukur transistor sebagai
saklar.

I.3 Tujuan Praktikum


Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan memiliki kemampuan sebagai
berikut :
1. Menghitung hfe dan hoe dari kurva karakteristik keluaran transistor.
2. Mengerti cara kerja rangkaian common emitter dan membuatnya bekerja sebagai
penguat
3. Membuat transistor bekerja dengan titik q di tengah garis beban, pada daerah
saturasi, pada cut-off, serta menjelaskan bentuk-bentuk isyarat keluaran saat
transistor bekerja pada titik operasi yang bersangkutan.
4. Mengukur hambatan masukan dan hambatan keluaran penguat.
5. Mengukur tanggapan amplitudo penguat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Transistor

Transistor merupakan salah satu komponen semikonduktor yang terdiri atas


susunan material semikonduktor tipe-n dan tipe-p pada tiga daerah dopingnya.
Transistor pada rangkaian dapat disimbolkan seperti pada gambar 2.1, yang mana
secara umum ketiga bagian tersebut dibagi menjadi emitter pada bagian bawah
(yang memiliki tanda panah), base pada bagian tengah dan collector pada bagian
atas [2].

Gambar 2.1 Struktur penyusun material semikonduktor


tipe NPN dan tipe PNP
Transistor juga merupakan dioda dengan dua sambungan (junction).
Sambungan itu membentuk transistor PNP maupun NPN. Transistor ini disebut
transistor bipolar, karena struktur dan prinsip kerjanya tergantung dari perpindahan
elektron di kutup negatif mengisi kekurangan elektron (hole) di kutup positif bi =
2 dan polar = kutup. Biasanya digunakan sebagai penguat/amplifier, selain itu
banyak digunakan sebagai penguat sinyal (amplifier), membangkitkan sinyal
(oscillator), sebagai saklar (switching) dan sebagai filter frekuensi. Transistor
bipolar disebut juga komponen yang bekerja berdasarkan ada-tidaknya arus
pemicuan pada kaki Basisnya. Pada aplikasi driver relay, transistor bekerja sebagai
saklar yang pada saat tidak menerima arus pemicuan, maka transistor akan berada
pada posisi cut-off dan tidak menghantarkan arus. TIP31C adalah transistor bipolar
NPN standar dalam paket TO-220 dan sangat cocok untuk aplikasi switching daya
menengah. TIP31C spesifik ini dapat menangani arus puncak 3A dan dapat
mengalihkan tegangan hingga 100V DC [3].

Gambar 2.2 Transistor NPN TIP 31C


Transistor bipolar biasanya digunakan sebagai saklar dan penguat pada
rangkaian elektronika digital. Transistor memiliki 3 terminal komponen
semikonduktor pada satu terminal adalah berfungsi sebagai pembuka (open) atau
rangkaian. Transistor biasanya lebih banyak dibuat dari bahan silikon. Kaki yang
berlainan membentuk transistor bipolar adalah emitor, basis dan kolektor. Mereka
dapat dikombinasikan menjadi jenis NPN (Negative Positive Negative) atau PNP
(Positive Negative Positive) [4]. Pada transistor bipolar terdapat konfigurasi
common kolektor atau rangkaian pengikut emitor. Sebagai padanan dalam FET
terdapat rangkaian pengikut source atau common drain. Seperti halnya pada
transistor bipolar, ciri-ciri rangkaian pengikut source ini adalah mempunyai Av
kurang dari satu, Zo rendah, dan Zi sangat tinggi [5].

II.2 Kerja Transistor

Apabila pada terminal transistor tidak diberi tegangan bias dari luar, maka
semua arus akan nol atau tidak ada arus yang mengalir. Sebagaimana terjadi
pada persambungan dioda, maka pada persambungan emiter dan basis (JE)
serta pada persambungan basis dan kolektor (JC) terdapat daerah pengosongan.
Tegangan penghalang (barrier potensial) pada masing-masing persambungan
dapat dilihat pada gambar 3.2. Penjelasan kerja berikut ini didasarkan pada
transistor jenis PNP (bila PNP maka semua polaritasnya adalah
sebalikanya) [6]:

Gambar 2.3 Diagram potensial pada transistor tanpa bias


Pada diagram potensial terlihat bahwa terdapat perbedaan potensial antara
kaki emitor dan basis sebesar Vo, juga antara kaki basis dan kolektor. Oleh
karena potensial ini berlawanan dengan muatan pembawa pada masing-masing
bahan tipe P dan N, maka arus rekombinasi hole-elektron tidak akan mengalir.
Sehingga pada saat transistor tidak diberi tegangan bias, maka arus tidak akan
mengalir. Selanjutnya apabila antara terminal emitor dan basis diberi tegangan
bias maju (emitor positf dan basis negatif) serta antara terminal basis dan
kolektor diberi bias mundur (basis positif dan kolektor negatif), maka transistor
disebut mendapat bias aktif. Setelah transistor diberi tegangan bias aktif, maka
daerah pengosongan pada persambungan emitor-basis menjadi semakin sempit
karena mendapat bias maju. Sedangkan daerah pengosongan pada
persambungan basis-kolektor menjadi semakin melebar karena mendapat bias
mundur.
Pemberian tegangan bias seperti ini menjadikan kerja transistor berbeda
sama sekali bila dibanding dengan dua dioda yang disusun berbalikan,
meskipun sebenarnya struktur transistor adalah mirip seperti dua dioda yang
disusun berbalikan, yakni dioda emitor-basis (P-N) dan dioda basis-kolektor
(N-P). Prinsip kerja transistor ini akan lebih jelas lagi apabila dilihat diagran
potensial pada gambar dibawah ini [6]:
Gambar 2.4 Diagram potensial pada transistor dengan bias aktif

II.3 JFET dan MOSFET


Arah tanda panah pada Gate merupakan arah arus pada persambungan
seandainya diberi bias maju. Perlu diingat bahwa daerah kerja JFET adalah bila
persambungan tersebut diberi bias mundur. Oleh karena itu, arus Gate (IG) adalah
sangat kecil dan akibatnya resistansi input dari JFET adalah tinggi sekali [5].

(a) (b)
Gambar 2.5 Simbol JFET: (a) kanal-N dan (b) kanal-P
BAB III
METEDOLOGI PERCOBAAN

III.1 Waktu Dan Tempat Percobaan


Percoban ini dilakukan di laboratorium elektronika dan instrumentasi,
Departemen Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Hasanuddin pada tanggal 31 Oktober 2022.

III.2 Alat Dan Bahan


III.2.1 Alat Beserta Fungsi
1. Osiloskop

Gambar 3.1 Osiloskop


Osiloskop berfungsi sebagai alat bantu pengukuran tegangan masukan (Vin)
dan tegangan keluaran (Vout).
2. Catu Daya

Gambar 3.2 Catu Daya


Catu daya berfungsi sebagai alat bantu pemberi tegangan atau sumber
tegangan.
3. Sinyal Generator

Gambar 3.3 Sinyal Generator


Sinyal generator berfungsi sebagagai alat bantu pengukuran gelombang atau
frekuensi.
4. Papan Rangkaian

Gambar 3.4 Papan Rangkaian


Papan rangkaian berfungsi sebagai tempat merangkai rangkaian.
5. Kabel Jumper

Gambar 3.5 Kabel Jumper


Kabel jumper berfungsi sebagai alat penghubung antar rangkaian dan alat.
6. Multimeter Digital

Gambar 3.6 Multimeter Digital


Multimeter digital berfungsi sebagai alat untuk mengukur VCC dan VEC.

III.2.2 Bahan Beserta Fungsinya


1. Transistor

(a) (b) (c)


Gambar 3.7 (a) Transistor BD 139 (b) Transistor BD 140
(c) Transistor BC 109
Transistor BD 139 dan BD 140 berfungsi sebagai saklar, serta transistor BC
109 berfungsi sebagai penguat.
2. Kapasitor

Gambar 3.8 Kapasitor


Kapasitor berfungsi sebagai bahan yang dukur tegangan masukan (Vin) dan
tegangan keluaran (Vout).
3. Resistor

Gambar 3.9 Resistor


Resistor berfungsi sebagai hambatan.
4. Dioda LED

3.10 Dioda LED


Dioda LED berfungsi sebagai bahan yang diuji, menyala atau tidak apabila
diberi tegangan.
5. Potensiometer

Gambar 3.11 Potensiometer


Potensiometer berfungsi sebagai pengatur tegangan.

III.3 Prosedur Percobaan


III.3.1 Transistor PNP
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Merangkai rangkaian dengan menggunakan transistor BD 140, kapasitor 1k Ω,
Dioda LED, diatas papan rangkaian, seperti pada gambar dibawah:

(a) (b)
Gambar 3.12 (a) Rangkaian Transistor PNP
(b) Skema Rangkaian Transistor PNP
3. Menghubungkan antar komponen rangkaian dengan menggunakan kabel
jumper.
4. Menyalakan catu daya, kemudian menghubungkan ke rangkaian pada Vcc,
ground, dan saklar.
5. Mencatat hasil yang diperoleh pada tabel data.

III.3.2 Transistor NPN


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Merangkai rangkaian dengan menggunakan transistor BD 139, kapasitor 1k Ω,
Dioda LED, diatas papan rangkaian, seperti pada gambar dibawah:

(a) (b)
Gambar 3.13 (a) Rangkaian Transistor NPN
(b) Skema Rangkaian Transistor NPN
3. Menghubungkan antar komponen rangkaian dengan menggunakan kabel
jumper.
4. Menyalakan catu daya, kemudian menghubungkan ke rangkaian pada Vcc,
ground, dan saklar.
5. Mencatat hasil yang diperoleh pada tabel data.

III.3.3 Penguatan dengan RL


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Merangkai rangkaian dengan menggunakan potensiometer, resistor 2k7 Ω,
resistor 560 Ω, resistor 1k Ω, 12k Ω, kapasitor 10 μF, kapasitor 100 μF,
transistor BC 109, diatas papan rangkaian, seperti pada gambar dibawah:

(a) (b)
Gambar 3.14 (a)Rangkaian Penguatan dengan RL
(b) Skema Rangkaian Penguatan dengan RL
3. Menghubungkan antar komponen rangkaian dengan menggunakan kabel
jumper.
4. Mengkalibrasi osiloskop pada channel 1 dan channel 2.
5. Mengukur Vin dan Vout dengan menggunakan catu daya sebagai sumber
tegangan, Menghitung channel 1 dan channel 2 dengan menggunakan
osiloskop, mengatur frekuensi keluaran menggunakan sinyal generator, dengan
menghubungkan saklar ke-ground dan saklar ke-VCC.
6. Mencatat hasil yang diperoleh pada tabel data.

III.3.4 Penguatan Tanpa RL


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Merangkai rangkaian dengan menggunakan potensiometer, resistor 2k7 Ω,
resistor 560 Ω, resistor 1k Ω, 12k Ω, kapasitor 10 μF, kapasitor 100 μF,
transistor BC 109, diatas papan rangkaian, seperti pada gambar dibawah:

(a) (b)
Gambar 3.15 (a)Rangkaian Penguatan Tanpa RL
(b) Skema Rangkaian Penguatan Tanpa RL
3. Menghubungkan antar komponen rangkaian dengan menggunakan kabel
jumper.
4. Mengkalibrasi osiloskop pada channel 1 dan channel 2.
7. Mengukur Vin dan Vout dengan menggunakan catu daya sebagai sumber
tegangan, Menghitung channel 1 dan channel 2 dengan menggunakan
osiloskop, mengatur frekuensi keluaran menggunakan sinyal generator, dengan
menghubungkan saklar ke-ground dan saklar ke-VCC.
5. Mencatat hasil yang diperoleh pada tabel data.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel Data
Tabel 4.1 Transistor PNP

Saklar LED (1/0)

ON 1

OFF 0

Tabel 4.2 Transistor NPN

Saklar LED (1/0)

ON 1

OFF 0

Tabel 4.3 Penguatan dengan RL

No. Frekuensi (Hz) V𝑖𝑛 (Volt) V𝑜𝑢𝑡 (Volt) Penguatan

1. 200 0,8 1,2 1,5

2. 500 0,8 1,2 1,5

3. 1k 0,8 1,2 1,5

4. 2k 0,8 1,2 1,5

5. 5k 0,8 1,2 1,5

6. 10k 0,8 1,2 1,5

Catatan :
Ch1 = 0,8
Ch2 = 1,2
Tabel 4.4 Penguatan tanpa RL

No. Frekuensi (Hz) V𝑖𝑛 (Volt) V𝑜𝑢𝑡 (Volt) Penguatan

1. 200 1 3 3

2. 500 1 3 3

3. 1k 1 3 3

4. 2k 1 3 3

5. 5k 1 3 3

6. 10k 1 3 3
Catatan :
Ch1 = 1
Ch2 = 3
Keterangan :
VCC = 4,8 Volt
VCE = 2,4 Volt

IV.1.2 Pengolahan Data


IV.1.2.1 Penguatan dengan RL
Vout
G=
Vin
1. Frekuensi 200 Hz
1,2
G=
0,8
G = 1,5 kali
2. Frekuensi 500 Hz
1,2
G=
0,8
G = 1,5 kali
3. Frekuensi 1k Hz
G = 1,5 kali
4. Frekuensi 2k Hz
1,2
G=
0,8
G = 1,5 kali
5. Frekuensi 5k Hz
1,2
G=
0,8
G = 1,5 kali
6. Frekuensi 10k Hz
1,2
G=
0,8
G = 1,5 kali

IV.1.2.2 Penguatan tanpa RL


Vout
G=
Vin
1. Frekuensi 200 Hz
3
G=
1
G = 3 kali
2. Frekuensi 500 Hz
3
G=
1
G = 3 kali
3. Frekuensi 1k Hz
3
G=
1
G = 3 kali
4. Frekuensi 2k Hz
3
G=
1
G = 3 kali
5. Frekuensi 5k Hz
3
G=
1
G = 3 kali
6. Frekuensi 10k Hz
3
G=
1
G = 3 kali

IV.1.3 Gambar
IV.1.3.1 Transistor PNP

(a) (b)
Gambar 4.1 (a) Transistor BD 140 PNP, Dioda LED Menyala Saat Dihubungkan
Saklar ke-Ground (b) Transistor BD 140 PNP, Dioda LED Tidak Menyala Saat
Dihubungkan Saklar ke-VCC

IV.1.3.2 Transistor NPN

(a) (b)
Gambar 4.2 (a) Transistor BD 139 NPN, Dioda LED Menyala Saat Dihubungkan
Saklar ke-VCC (b) Transistor BD 139 NPN, Dioda LED Tidak Menyala Saat
Dihubungkan Saklar ke-Ground
IV.1.3.3 Penguatan tampa RL
1. Frekuensi 200 Hz

hdgfgfhd

Gambar IV.1 Gambar masukan dan keluaran gelombang frekuensi 200 Hz


2. Frekuensi 500 Hz

Gambar IV.1 Gambar masukan dan keluaran gelombang frekuensi 500 Hz

3. Frekuensi 1k Hz

Gambar IV.1 Gambar masukan dan keluaran gelombang frekuensi 1k Hz


4. Frekuensi 2k Hz

Gambar IV.1 Gambar masukan dan keluaran gelombang frekuensi 2k Hz


5. Frekuensi 10k Hz

Gambar IV.1 Gambar masukan dan keluaran gelombang frekuensi 10k Hz

IV.1.3.4 Penguatan dengan RL


1. Frekuensi 200 Hz

hdgfgfhd

Gambar IV.1 Gambar masukan dan keluaran gelombang frekuensi 200 Hz


2. Frekuensi 500 Hz

Gambar IV.1 Gambar masukan dan keluaran gelombang frekuensi 500 Hz


3. Frekuensi 1k Hz

Gambar IV.1 Gambar masukan dan keluaran gelombang frekuensi 1k Hz


4. Frekuensi 2k Hz

Gambar IV.1 Gambar masukan dan keluaran gelombang frekuensi 2k Hz


5. Frekuensi 10k Hz

Gambar IV.1 Gambar masukan dan keluaran gelombang frekuensi 10k Hz

IV.1 Pembahasan
Pada praktikum pembuatan rangkaian saklar menggunakan dioda PNP, LED
pada rangkaian tersebut hanya akan menyala ketika basis transistor dihubungkan
dengan arus negatif atau pada saat elektron masuk ke basis. Hal ini menunjukkan
bahwa pergerakan elektron pada transistor PNP bergerak dari emitor ke kolektor.
Pada percobaan rangkaian saklar dengan transistor NPN, indikator LED pada
rangkaian hanya akan menyala jika kaki basis transistor dihubungkan dengan arus
positif atau ground, yakni elektron bergerak keluar dari basis, hal ini menunjukkan
bahwa pergerakan elektron transistor NPN bergerak dari kolektor ke emitter.

Pada rangkaian penguatan sendiri terbaik menjadi dua, yakni rangkaian


penguat dengan beban dan rangkaian penguat tanpa beban dengan frekuensi yang
beragam yaitu, 200 Hz, 500 Hz, 1k Hz, 2k Hz, 5k Hz. Pada hasil rangkaian
penguatan dengan beban diperoleh masukkan dan keluaran yang memiliki nilai
yang sama yakni memiliki 0,8 Vin dan Vout 1,2 pada setiap frekuensi yang di
berikan, sehingga diperoleh besar penguatan pada frekuensi 200 Hz, 500 Hz, 1k Hz,
2k Hz, 5k Hz sebesar 1,5 kali. Sama halnya pada rangkaian rangkaian penguat tanpa
beban dengan frekuensi, 200 Hz, 500 Hz, 1k Hz, 2k Hz, 5k Hz diperoleh masukkan
dan keluaran yang memiliki nilai yang sama yakni 1untuk nilai Vin-nya dan Vout
bernilai 3 sehingga diperoleh besar penguatan pada frekuensi 200 Hz, 500 Hz, 1k
Hz, 2k Hz, 5k Hz sebesar 3 kali penambahan beban pada rangkaian penguatan
menghasilkan tegangan keluarannya lebih rendah dari rangkaian penguatan tanpa
nilai tegangan keluaran akan selalu lebih besar dibandingkan dengan tegangan yang
masuk meskipun adanya penambahan nilai frekuensi yang diberikan pada
rangkaian. Pada percobaan ini tidak menutup kemungkinan terjadi kesalahan di
dalam praktikum ini baik yang disebabkan oleh alat maupun praktikan yang kurang
teliti dalam melakukan percobaan.
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
1. Dapat menghitung hfe dan hoe dari kurva karakteristik keluaran transistor.
2. Merangkai common emitter dan membuatnya bekerja sebagai penguat dengan
baik dan benar dilakukan dengan melakukan penambahan beban dan tanpa beban.
3. Membuat transistor yang bekerja dengan titik q di tengah garis beban, pada
daerah saturasi pada cut-off, yaitu menggunakan transistor BC 109, dengan
beberapa resistor dan kapasitor, serta penambahan potensiometer, yang
dihubungkan dengan kabel jumper, dimana terdapat sambungan untuk ke signal
generator, dan juga ground dan Vcc yang nantinya akan bekerja untuk dapat
memperoleh bentu syarat keluaran saat transistor bekerja pada titik operasi yang
bersangkutan.
4. Pengukuran hambatan dan masukan keluaran penguat dilakukan dengan bantuan
SWG dan catu daya setelah merangkai semua alat dan bahan dengan benar, dan
meletakkan atau menyambungkan signal generator dan catu daya pada posisi
rangkaian yang tepat juga.
5. Pengukuran tanggapan amplitudo penguat dilakukan dengan frekuensi yang
beragam, yang kemudian hasilnya ditampilkan pada osiloskop.

V.2 Saran
V.2.1 Saran untuk Laboratorium
Sebaiknya laboratorium menyediakan alat dan bahan yang lengkap juga
terjaga agar tidak rusak yang menyebabkan lambatnya praktikum berjalan.

V.2.2 Saran untuk Asisten


Tidak ada saran yang dapat saya berikan karna kakak asisten sangat baik
dalam menjelaskan materi praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

[1] M. Naim. Buku Ajar Teori Dasar Listrik dan Elektronika. PT. Nasya Expanding
Management, Pekalongan, 2022.
[2] FMIPA ITB. 2018. Transistor sebagai Penguat. Bandung. Institut
Teknologi Bandung.
[3] Ratna. S. Air Mancur Otomatis dengan Musik Berbasis Arduino. Jurnal Ilmial
Technologia, Vol. 10, No. 4: 181, 2019.
[4] Maulana. E & Purnama. R. A. Pemanfaatan Layanan SMS Telepon Seluler
Berbasis Mikrokontroler Atmega328p sebagai Sistem Kontrol Lampu Rumah.
Jurnal Teknik Komputer Amik BSI, Vol. III, No. 1: 94, 2017.
[5] Surjono. H. D. 2008. Elektronika Analog. Jember. Penerbit Cerdas Ulet Kreatif.
[6] Surjono. H. D. 2007. Elektronika: Teori dan Penerapan. Jember. Penerbit
Cerdas Ulet Kreatif.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai