Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktikum elektronika dasar merupakan pengimplementasian praktik untuk
menerapkan teori yang sudah dipelajarai dalam mata kuliah Elektonika Dasar.
Dalam peralatan elektronika dasar yang komplek, kita akan menemukan
komponen-komponen elektronika seperti dioda, transistor, OP-Amplifier, dan
komponen lainnya. Ilmu yang mempelajari alat-alat seperti ini merupakan cabang
dari ilmu fisika.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temui alat-alat elektronik. Suatu
alat elektronik akan tersusun dari banyak rangkaian elektronika. Serangkaian itu
sesungguhnya hanya memanfaatkan penggabungan sifat dari masing-masing
komponen elektronika. Karena tiap-tiap komponen elektronika memiliki
karakteristik kerja yang berbeda. Resistor yang memiliki sifat menghambat arus ,
kapasitor yang berfungsi sebagai penyimpan energy dalam medan listrik, inductor
yang memiliki karakter penyimpanan energy dalam bentuk medan magnet, diode
yang memiliki sifat pensaklaran, dan sebagainya. Perbedaan inilah yang akan di
rancang sedemikian rupa dari sehingga menjadi kesatuan rangkaian elektronika
yang saling melengkapi sifatnya, sehingga terciptalah suatu alat elektronik dengan
fungsi tertentu.
Komponen komponen elektronika dikenal ada dua jenis komponen. Dua
macam komponen ini adalah komponen aktif dan komponen pasif. Dua macam
komponen elektronika dalan elektronika dasar ini selalu ada dalam setiap
rangkaian elektronika.
Dalam elektronika dasar penggunaan  kedua jenis komponen ini hampir
selalu digunakan bersama-sama, kecuali dalam rangkaian-rangkaian pasif yang
hanya menggunakan komponen-komponen pasif saja misalnya rangkaian
baxandall pasif, tapis pasif dan sebagainya.

1
Kegunaan dari transistor adalah sebagai penguat arus, pemutus, dan
penyambung, stabilisasi sinyal dan lainnya disebut dengan transistor. Transistor
diperlukan untuk menguatkan arus yang masuk pada rangkaian listrik, atau pada
komponen listrik tertentu, agar arus yang masuk tepat pada rangkaian atau
component tersebut, sehingga komponen dapat bekerja secara optimal.
Pada percobaan kali ini akan dipelajar bagaimana Menentukan hubungan
arus basis dan arus kolektor pada transistor. Oleh karena itu percobaan ini penting
untuk dilakukan agar dapat diterapkan dalam aplikasi kehidupan sehari-hari.

1.1 Rumusan Masalah


Bagaimana menentukan hubungan arus basis dengan arus kolektor?
1.2 Tujuan
Menentukan hubungan arus basis dengan arus kolektor.
1.3 Hipotesis
Arus basis dan arus kolektor merupakan komponen penguat arus yang
hubungannya berbanding terbalik.
1.4 Definisi Istilah

a. Arus basis I B adalah arus yang masuk ke dalam basis.

b. Arus emitor I E adalah arus yang keluar dari emitor.

c. Arus kolektor I C adalah arus yang masuk ke dalam kolektor.


d. Parameter  adalah penguat arus untuk basis di tanahkan.
e. Transistor adalah suatu komponen aktif dibuat dari bahan semikonduktor.

f. Voltase basis atau voltase basis emitor, VBE adalah voltase antara basis dan
emitor.

g. Voltase kolektor dan voltase kolektor emitor, VCE adalah voltase antara
kolektor dan emitor.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Transistor


Dalam elektronika, penguat merupakan penerapan sifat-sifat komponen
elektronika yang paling utama. Tanpa penguatan sinyal-sinyal lemah tidak
mungkin terbentuk sistem-sistem elektronika yang bermanfaat. Kebutuhan
penguatan pada mulanya diperlukan dalam memperkuat sinyal radio yang amat
lemah agar dapat menggetarkan membran pengeras suara. Kemudian penguatan
juga diperlukan dalam instrumentasi pengukuran untuk memperkuat sinyal
keluaran transduser yang amat lemah.
Dalam sejarahnya komponen penguat yang mula-mula adalah trioda tabung
hampa. Setelah diketemukan transistor, maka transistor merupakan komponen
penguat utama (Sutanto,2006: 20).
Transistor adalah suatu komponen aktif dibuat dari bahan semikonduktor.
Ada dua macam transistor, yaitu transisitoe dwikutub (bipolar) dan transistor
efek medan (Field Effect Transistor-FET). Transistor digunakan dalam rangkaian
untuk memperkuat isyarat, artinya isyarat lemah pada masukan diubah menjadi
isyarat yang kuat pada keluaran (Sutrisno,1986:117).
Adapun transistor 2N3055 dan Thermoelectric Cooler (TEC) dirangkai
secara seri-paralel untuk mendapatkan tegangan dan arus yang diinginkan.

Gambar 2. Rangkaian hubungan seri-paralel


Prinsip kerja transistor 2N3055 dalam menghasilkan listrik sama seperti solar
cell pada umumnya, yaitu memanfaatkan cahaya matahari. Sedangkan

3
Thermoelectric Cooler (TEC) dalam menghasilkan energi listrik yaitu
membutuhkan panas pada salah satu permukaannya yang menempel pada
permukaan baja pada panel surya dan satu sisi lainnya harus dalam keadaan lebih
dingin daripada sisi panas, sehingga ketika terjadi perbedaan suhu timbulah
energi listrik.
Transistor hubungan terdiri dari kristal silikon (atau germanium) yang di
dalamnya, lapisan silikon jenis-n diletakkan di antara dua lapisan silikon jenis-p.
Cara lain, transistor mungkin juga terdiri dari satu lapisan jenis-p yang diletakkan
di antara dua lapisan bahan jenis-n. Dalam peristiwa pertama transistor
dinamakan p-n-p, sedang pada peristiwa kedua, transisitor dinamakan n-p-n.
Lapisan semikonduktor tersebut sangat kecil dan disegel rapat-rapat untuk
mencegah kelembaban di dalam kotak logam atau plastik.
Ketiga bagian transistor dikenal dengan nama emitter, basis, dan kolektor.
Panas pada kawat emitter menunjukkan arah aliran arus kalau hubungan emitor-
basis dicatu pada arah maju. Untuk kedua peristiwa di atas, arus-emiter, arus-

basis, dan arus-kolektor, yang berturut-turut I E , I B dan I C , mempunyai harga

positif, kalau arus mengalir masuk ke dalam transistor. Simbol-simbol VEB , VCB

dan VCE dipergunakan untuk berturut-turut tegangan emiter-basis, tegangan

VEB
kolektor-basis dan tegangan kolektor-emiter. (Lebih khusus lagi
menggambarkan penurunan tegangan dari emitter ke basis) (Jacob
Millman,1993:56).
Transistor merupakan alat dengan tiga terminal seperti yang diperlihatkan
oleh symbol sirkit pada gambar 6.1. Setelah bahan semikonduktor dasar diolah,
terbentuklah bahan semikonduktor jenis p dan n. Walaupun proses
pembuatannya banyak, pada dasarnya transistor merupakan tiga lapis gabungan
kedua jenis bahan tadi, yaitu n-p-n dan p-n-p.

4
Gambar 6.1 Simbol sirkit untuk transistor, (a) n p n; (b) p n p.
Simbol sirkit kedua jenis transistor itu hampir sama. Perbedaannya terletak
pada arah panah di ujung emitter. Seperti yang telah diketahui, arah panah ini
menunjukkan arah aliran arus konvensional yang berlawanan arah dalam kedua
jenis tadi tetapi selalu dari bahan jenis p ke jenis n dalam sirkit emitter dasar.
Untuk menghindari kesalahan, transistor yang dibicarakan disini selalu n p n,
kecuali bahwa polaritas tegangan suplai pada sirkit yang memakai transistor jenis
p n p terbalik dan arus mengalir dalam arah yang berlawanan dengan sirkit yang
memakai transistor n p n (Barry Wollard,2006:70).

2.2 Bagian-Bagian Transistor


Satu transistor adalah satu komponen elektronik yang memiliki tiga
sambungan. Beberapa contoh diperlihatkan dalam gambar 8.1. Ketiga
sambungan kolektor, basis dan emitor, untuk transistor npn dipakai define
sebagai berikut:

 Arus kolektor I C adalah arus yang masuk ke dalam kolektor.

 Arus basis I B adalah arus yang masuk ke dalam basis.

 Arus emitor I E adalah arus yang keluar dari emitor.

 Voltase kolektor dan voltase kolektor emitor, VCE adalah voltase antara
kolektor dan emitor.

5
 Voltase basis atau voltase basis emitor, VBE adalah voltase antara basis dan
emitor.
Untuk transistor pnp semua arus dihitung terbalik dan voltase-voltase harus

menjadi terbalik, berarti VBE dan VCE menjadi negatif atau menjadi VEB (voltase

emitor-basis) dan VEC (voltase emitor-kolektor) (Richard Blocher,2009:103).


Kolektor dan emitter merupakan bahan n dan lapisan di antara mereka
merupakan jenis p. Pada mulanya diperkirakan bahwa transistor seharusnya
bekerja dalam satu arah, ialah dengan saling menghubungkan ujung-ujung
kolektor dan emitter karena mereka terbuat dari jenis bahan yang sama. Namun
hal ini tidaklah mungkin karena mereka tidak berukuran sama. Kolektor
kebanyakan berukuran besar dan dihubungkan secara langsung ke kotaknya
untuk penyerapan panas. Ketika transistor digunakan hampir semua panas yang
terbentuk berada pada sambungan basis-kolektor yang harus mampu
menghilangkan panas ini. Sambungan basis emitter hanya mampu menahan
tegangan yang rendah.
Operasi dalam arah balik dapat dijalankan tetapi tidak efisien, sehingga
tidak sesuai dengan metode hubungan praktis karena sering meruskkan alat. Pada
umumnya transistor dianggap sebagai suatu alat yang beroperasi karena adanya
arus. Kalau arus mengalir ke dalam basis dan melewati smabungan basis emitter,
suatu supplai positif pada kolektor akan menyebabkan arus mengalir diantara
kolektor dan emitter (Barry Wollard,2006:70-71).
Arus kolektor pada hakekatnya tidak tergantung pada tegangan kolektor
dan hanya tergantung pada arus emitter. Untuk memperoleh persamaan umum ini

diperlukan I CO dengan arus dalam diode p-n (yang terdiri dari daerah basis dan

daerah kolektor). Arus ini diberikan oleh hubungan volt-ampere dengan I O

diganti dengan  I CO dan V dengan VC , dimana symbol VC menggambarkan

6
penurunan tegangan dari sisi-p ke sisi-n. Persamaan lengkap untuk I C untuk

setiap harga VC dan I E adalah :


I C   I E  I CO (1 VC /VT ) ………………………………...(2.1)

Catatan, bahwa VC negatif dan mempunyai harga yang besar dibandingkan

dengan VT .

Arus emitter I E terdiri dari arus lobang I PE (lobang yang melintasi dari

emitter ke basis, disebut suntikan maju) dan arus electron I nE (electron yang
lewat dari basis ke emitter, disebut suntikan balik). Dalam transistor komersial
penyuntikan emitter dibuat lebih berat daripada penyuntikan di basis. Keadaan
ini meyakinkan (dalam transistor p-n-p) bahwa arus emitter hamper seluruhnya
terdiri dari lobang-lobang. Keadaan tersebut diharapkan, karena arus yang
diakibatkan oleh elektron-elektron yang melewati hubungan emitter dari basis ke
emitter tidak membentuk pembawa yang dapat mncapai kolektor. Arus ombang-
ambing pembawa minoritas yang melewati hubungan diabaikan dibandingkan
dengan arus difusi pembawa minoritas. Sehingga arus emitter total merupakan
jumlah dari arus-arus yang terlewat,
I C  I pE  I nE
……………………………….(2.2)
Semua arus dalam persamaan ini positif untuk transistor p-n-p (Jacob
Millman,1993,59-61).

Adanya arus I C pada RC akan membuat kolektor mempunyai tegangan


positif terhadap basis, sehingga sambungan pn antara kolektor dan basis juga

akan mendapat panjar maju. Selanjutnya ini akan menarik arus I CB dari kolektor

ke basis, berlawanan dengan arus dari emitor, yaitu arus I BC . Lama kelamaan

arus I CB  I BC sehingga arus kolektor I C yang mengalir di dalam hambatan RC

7
menjadi sama dengan nol. Untuk menghindari terjadinya arus balik I CB , kita
harus membuat agar kolektor berada pada tegangan jauh di bawah basis,

walaupun pada arus I C mengalir di dalam hambatan kolektor RC . Untuk ini


antara kolektor dan basis dipasang tegangan panjar mundur melalui catu daya.
Nyatalah muatan mayoritas yang dikeluarkan oleh emitor bertumpu di basis, dan
di tampung oleh kolektor. Emitor berasal dari bahasa Inggris ‘emitter’ yang
berarti pengeluar. Basis bersala dari kata Inggris ‘base; yang berarti tumpuan
atau landasan, dan kolektor berasal dari kata ‘collector’ yang berarti pengumpul.

Adanya catu daya VCC menjamin bahwa walaupun ada arus I C yang

menyebabkan tegangan I C RC pada resistor kolektor, selalu ada tegangan

mundur VCB  VCC  IC RC untuk melawan arus dari kolektor menuju basis. Kerja
transistor berdasarkan kepekaan arus yang dihasilkan oleh emitter (pengeluar)
oleh beda tegangan antara emitor dan basis (tumpuan). Jika tegangan emitor naik
sedikit sehingga beda tegangan antara basis emitor naik sedikit, arus yang
dikeluarkan oleh emitor akan berubah banyak. Arus ini akan dikumpulkan oleh

kolektor yang diberi panjar mundur oleh VCC sehingga arus tak dapat membalik
lagi dari kolektor ke basis.

Arus basis I B dibuat kecil dengan membuat lapisan baris yang kecil. Arus
basis ini terjadi oleh karena rekombinasi antara lunang dan electron bebas yang
ada di basis. Rekombinasi ini akan menyebabkan banyak atomdonor yang
kehilangan electron, sehingga bermuatan positif. Akibatnya electron dari tanah
akan mengalir ke basis untuk membuatnya netral. Aliran elektronik ini tak lain
adalah arus basis itu. Tampak bahwa arus kolektor :

I C  I E  I B ………………………..…….(2.3)

8
Arus basis ini sebanding dengan arus emitor, yaitu I C   I E . Parameter 
disebut penguat arus untuk basis di tanahkan. Parameter  mempunyai nilai
hamper sama dengan s
tu, yaitu:  = 0,990-0,998 (Sutrisno,1986:118-121).
Perubahan arus kolektor terhadap perubahan tegangan kolektor emitter.
Dari Hukum Tegangan Kirchoff :
VCE  VCC  I C RL ……………………………...2.4)

dimana RL adalah tahanan beban rangkaian. Atau berarti :


VCC  VCE
IC 
VCE ………………………………(2.5)
VCC merupakan tegangan baterai yang tetap besarnya, sedang VCE merupakan

antara tegangan emitter yang besarnya dapat diubah-ubah sesuai dengan yang
diinginkan (Susanto,2006:21).
Antara basis dan emitor terdapat satu sambungan pn. Maka jelas sifat
sambungan ini sama dengan sifat diode. Hubungan arus kolektor dengan voltase
kolektor-emitor dosebut grafik output transistor. Arus kolektor hamper tidak
tergantung dari voltase kolektor-emitor (Richard Blocher,2009:103-105).

9
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


No
Nama Alat dan Bahan Gambar Jumlah
.

1 Transistor 2 SD 438 1

2 Hambatan tetap 10 k 2

3 Papan rangkaian 1

10
4 Jembatan penghubung 5

5 Potensiometer 50 k 1

6 Potensiometer 10 k 1

7 Kabel penghubung merah 3

8 Kabel penghubung hitam 3

11
9 Catu daya 1

10 Multimeter 1

11 Meter dasar 1

12 Saklar 1 kutub 1

3.2 Langkah Percobaan


a. Dihidupkan catu daya (on), kemudian tutup saklar (posisi 1)
b. Diatur potensiometer sehingga kuat arus yang ditunjukkan amperemeter A1
dan A2 dapat terbaca baik. Catat hasil pembacaan pada A1 dan A2 ke dalam
tabel pada hasil pengamatan.

12
c. Dilakukan langkah b sebanyak 4 kali dengan kuat arus yang berbeda (dengan
cara mengatur potensiometer), catat hasilnya ke dalam tabel pada hasil
pengamatan.

3.3 Foto Percobaan

Gambar Rangkaian Transistor II

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


IC
IB IC Skala 
No IB

1
21 42 0,21 2

2
0 42 0 42

3
0 44 0 44

4
0 44 0 44

5
0 44 0 44

4.2 Analisis Data


4.2.1 Perhitungan Skala
Skala Terbaca
Skala1   Batas Ukur
 Skala Maksimum

21 mA
 1 mA
100 mA
= 0.21 mA
Skala Terbaca
Skala2   Batas Ukur
 Skala Maksimum

14
0 mA
 1 mA
100 mA
= 0 mA
Skala Terbaca
Skala3   Batas Ukur
 Skala Maksimum
0 mA
 1 mA
100 mA
= 0 mA
Skala Terbaca
Skala4   Batas Ukur
 Skala Maksimum
0 mA
 1 mA
100 mA
= 0 mA
Skala Terbaca
Skala5   Batas Ukur
 Skala Maksimum
0 mA
 1 mA
100 mA
= 0 mA

4.2.2 Perhitungan Mencari 


I C 42
1   2
 I B 21

I C 42
2    42
 IB 0

I C 44
3    44
 IB 0

I C 44
4    44
 IB 0

I C 44
5    44
 IB 0

15
16
17
18
19
4.3 Grafik

44
43.5
43
42.5
42
41.5
41
40.5
40

Hubungan antara arus kolektor dan arus basis

20
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
a. Transistor adalah komponen semikonduktor yang dipakai sebagai penguat,
pemotong (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau fungsi
lainnya.
b. Hubungan antara arus basis dan arus kolektor adalah berbanding terbalik.
Penguatan arus besarnya adalah :
IC

I B dan I C   .I B

5.2 Saran
a. Dalam melakukan praktikum, praktikan di tuntut ketelitian, kesabaran ,
sehingga data yang diperoleh valid.
b. Sebelum melakukan praktikum, pratikan harus mempelajari dan memahami
dahulu materi yang akan dipraktikumkan, serta membaca dan memahami
buku panduan/ modul yang berkaitan dengan praktikum yang akan dilakukan
pada waktu itu. Hal ini bertujuan agar dalam pelaksanaan praktikum tidak
kesulitan untuk melakukan praktikum dan agar praktikum berjalan dengan
lancar.

21
DAFTAR PUSTAKA

Blocher, R. (2003). Dasar Elektronika. Yogyakarta: ANDI.


Milman, J. (1993). Mikro Elektronika Sistem Digital dan Rangkaian Analog. Jakarta:
Erlangga.
Sutanto. (1997). Rangkaian Elektronika Analog dan Terpadu. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Sutrisno. (1986). Elektronika. Bandung: ITB
Wollard, Barry. (2006). Elektronika Praktis. Jakarta: Pradnya Paramita
Mashya, Ima, dkk. (2013). Pemanfaatan Tenaga Surya Menggunakan Rancangan
Panel Surya Berbasis Transistor 2N3055 dan Thermoelectrik Cooler.
http://jurnal.upi.edu/electrans (ISSN 1412-3762). Bandung: Setiabudhi.

22

Anda mungkin juga menyukai