Anda di halaman 1dari 9

TRANSISTOR

A. PENGERTIAN TRANSISTOR
Transistor adalah sebuah komponen elektronika yang digunakan untuk penguat,
sebagai sirkuit pemutus, sebagai penyambung, sebagai stabilitas tegangan, modulasi
sinyal dan lain-lain. Fungsi transistor juga sebagai kran listrik yang dimana berdasarkan
tegangan inputnya, memungkinkan pengalihat listrik yang akurat yang berasal dari
sumber listrik.

Transistor seperti gambar diatas dapat disebut juga transistor bipolar atau transistor
BJT (Bipolar Junction Transistor). Transistor bipolar adalah inovasi yang menggantikan
transistor tabung (vacum tube). Selain dimensi transistor bipolar yang relatif lebih kecil,
disipasi dayanya juga lebih kecil sehingga dapat bekerja pada suhu yang lebih dingin.

Dalam beberapa aplikasi, transistor tabung masih digunakan terutama pada aplikasi
audio, untuk mendapatkan kualitas suara yang baik, namun konsumsi dayanya sangat
besar. Sebab untuk dapat melepaskan elektron, teknik yang digunakan adalah pemanasan
filamen seperti pada lampu pijar.

Transistor bipolar memiliki 2 junction yang dapat disamakan dengan penggabungan


2 buah dioda. Emiter-Base adalah satu junction dan Base-Kolektor junction lainnya
itulah kenapa disebut (Bipolar Junction Transistor). Seperti pada dioda, arus hanya akan
mengalir hanya jika diberi bias positif, yaitu hanya jika tegangan pada material P lebih
positif daripada material N (forward bias). Pada gambar ilustrasi transistor NPN berikut
ini, junction base-emiter diberi bias positif sedangkan basecolector mendapat bias negatif
(reverse bias).

Penerapan Rangkaian Elektronika


Karena base-emiter mendapat bias positif maka seperti pada dioda, electron
mengalir dari emiter menuju base. Kolektor pada rangkaian ini lebih positif, sebab
mendapat tegangan positif. Karena kolektor ini lebih positif, aliran elektron bergerak
menuju kutup ini. Misalnya tidak ada kolektor, aliran elektron seluruhnya akan menuju
base seperti pada dioda.

Tetapi karena lebar base yang sangat tipis, hanya sebagian elektron yang dapat
bergabung dengan hole yang ada pada base. Sebagian besar akan menembus lapisan base
menuju kolektor. Inilah alasannya mengapa jika dua diode digabungkan tidak dapat
menjadi sebuah transistor, karena persyaratannya adalah lebar base harus sangat tipis
sehingga dapat diterjang oleh elektron.

Jika misalnya tegangan base-emitor dibalik (reverse bias), maka tidak akan terjadi
aliran elektron dari emitor menuju kolektor. Jika pelan-pelan ‘keran’ base diberi bias
maju (forward bias), elektron mengalir menuju kolektor dan besarnya sebanding dengan
besar arus bias base yang diberikan. Dengan kata lain, arus base mengatur banyaknya
electron yang mengalir dari emiter menuju kolektor.

Ini yang dinamakan efek penguatan transistor, karena arus base yang kecil
menghasilkan arus emiter-colector yang lebih besar. Istilah amplifier (penguatan)

Penerapan Rangkaian Elektronika


sebenarnya bukanlah penguatan dalam arti sebenarnya, karena dengan penjelasan di atas
sebenarnya yang terjadi bukan penguatan, melainkan arus yang lebih kecil mengontrol
aliran arus yang lebih besar. Juga dapat dijelaskan bahwa base mengatur membuka dan
menutup aliran arus emiter-kolektor (switch on/off).

Pada transistor PNP, fenomena yang sama dapat dijelaskan dengan memberikan bias
seperti pada gambar berikut. Dalam hal ini yang disebut perpindahan arus adalah arus
hole.

Perlu diingat, walaupun tidak ada perbedaan pada doping bahan pembuat emitor dan
kolektor, namun pada prakteknya emitor dan kolektor tidak dapat dibalik.

Dari satu bahan silikon (monolitic), emitor dibuat terlebih dahulu, kemudian base dengan
doping yang berbeda dan terakhir adalah kolektor. Terkadang dibuat juga efek dioda
pada terminal-terminalnya sehingga arus hanya akan terjadi pada arah yang dikehendaki.

Untuk memudahkan pembahasan prinsip bias transistor lebih lanjut, berikut adalah
terminologi parameter transistor. Dalam hal ini arah arus adalah dari potensial yang lebih
besar ke potensial yang lebih kecil.

Penerapan Rangkaian Elektronika


Parameter-parameter Transistor

1. IC: arus kolektor


2. IB: arus base
3. IE: arus emitor
4. VC: tegangan kolektor
5. VB: tegangan base
6. VE: tegangan emitor
7. VCC: tegangan pada kolektor
8. VCE: tegangan jepit kolektor-emitor
9. VEE: tegangan pada emitor
10. ICBO: arus base-kolekto
11. VCB: tegangan jepit kolektor-base
12. VBE: tegangan jepit base-emitor (umumnya 0,6 – 0,7 volt untuk transistor silikon)

Pada tabel data transistor (databook) beberapa hal perlu diperhatikan antara lain
spesifikasi αdc (alpha dc) yang tidak lain adalah:

αdc = IC/IE

Defenisinya adalah perbandingan arus kolektor terhadap arus emitor. Karena besar
arus kolektor umumnya hampir sama dengan besar arus emiter maka idealnya besar αdc
adalah = 1 (satu). Namun umumnya transistor yang ada memiliki αdc kurang lebih antara
0.95 sampai 0.99.

Pada tabel data transistor (databook) juga dapat dijumpai spesifikasi βdc (beta dc)
atau hfe didefenisikan sebagai besar perbandingan antara arus kolektor dengan arus base.

βdc = IC/IB

Penerapan Rangkaian Elektronika


Dengan kata lain, βdc adalah parameter yang menunjukkan kemampuan penguatan
arus (current gain) dari suatu transistor. Parameter ini ada tertera di databook transistor
dan sangat membantu para perancang rangkaian elektronika dalam merencanakan
rangkaiannya.

B. FUNGSI TRANSISTOR

1. Transistor Sebagai Saklar Elektronik


Yaitu dengan mengatur bias dari sebuah transistor sampai transistor jenuh
maka didapat hubungan singkat antar kaki konektor dan emitor, dengan
memanfaatkan kejadian ini maka transistor bisa digunakan sebagai saklar.

2. Transistor Sebagai Penguat Arus


Yaitu digunakan sebagai penguat arus, dengan fungsi ini transistor dapat
digunakan sebagai rangkaian power supply tentunya dengan tegangan yang disetting.
Untuk dapat digunakan sebagai fungsi penguat arus transistor harus dibias tegangan
yang constant pada basisnya, agar pada emitor keluar tegangan yang tetap. Umumnya
untuk dapat tegangan basis agar tetap digunakan diode z
Transistor sebagai penguat sinyal AC, adapun fungsi transistor yang lainnya
ialah sebagai penguat sinyal AC, dan lain-lain.

C. CARA KERJA TRANSISTOR

1. Transistor Bipolar

Dinamakan seperti itu karena kanal konduksi utamanya memakai 2 polaritas pembawa
muatan elekton dan lubang, untuk membawa muatan atau arus listrik. Di dalam BJT,
arus listrik utamanya harus melewati satu daerah atau lapisan pembatas yang
dinamakan depletizon dan juga ketebalan dari lapisan ini bisa diatur dengan kecepatan
tinggi dengan maksud untuk mengatur aliran arus utama tersebut.

2. FET “Field-Effect Transistor”


Dinamkan juga transistor unipolar yakni hanya memakai satu jenis pembawa muatan
“electron atau hole, tergantung dari tipenya FET” saja. Didalam FET arus listrik
utamanya mengalir dalam satu kenal konduksi sempit dengan depletion zone sisinya.
Lalu ketebalan dari daerah perbatasan ini bisa diubah dengan perubahan tegangan
yang diberikan, untuk mengubah ketebalan kenal konduksi tersebut.

D. JENIS-JENIS TRANSISTOR
Jenis-Jenis Transistor yang paling umum dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
Transistor Bipolar dan Transistor Efek Medan. Jenis-Jenis Transistor ini sangat
menentukan sekali dalam pembuatan rangkaian elektronika. Terutama untuk pembuatan

Penerapan Rangkaian Elektronika


rangkaian amplifier, rangkaian saklar, general purpose, rangkaian audio, tegangan tinggi
dan masih banyak lagi yang lainnya.

Transistor Bipolar atau nama lainnya adalah transistor dwikutub adalah jenis
transistor paling umum di gunakan dalam dunia elektronik. Di dalam transistor ini
terdapat 3 lapisan material semikonduktor yang terdiri dari dua lapisan inti, yaitu lapisan
P-N-P dan lapisan N-P-N.

Transistor bipolar juga memiliki 3 kaki yang masing masing di beri nama Basis (B),
Kolektor (K) dan Emiter (E). Perbedaan antara fungsi dan jenis-jenis transisor ini terlihat
pada polaritas pemberian tegangan bias dan arah arus listrik yang berlawanan.

Cara kerja transistor bipolar dapat di lihat dari dua dioda yang terminal positif dan
negatif selalu berdempet, itu sebabnya pada saat ini terdapat 3 kaki terminal. Perubahan
arus listrik dari jumlah kecil dapat menimbulkan efek perubahan arus listrik dalam
jumlah besar khususnya pada terminal kolektor. Prinsip kerja ini lah yang mendasari
penggunaan transistor sebagai penguat elektronik.

Transistor Efek Medan atau biasa di singkat FET adalah transistor yang juga
memiliki 3 kaki terminal yang masing masing di beri nama Drain (D), Source (S) dan
Gate (G). Sistem kerja FET adalah dengan cara mengendalikan aliran elektron dari
terminal Source ke Drain melalui tegangan yang di berikan pada terminal Gate.

Pada saat ini jenis-jenis transistor FET di bagi menjadi dua tipe, yaitu enhancement
mode dan depletion mode. Kedua mode ini menandakan polaritas tegangan gate di
bandingkan dengan source pada saat FET menghantarkan listrik. Sebagai contoh dalam
depletion mode, di sini gate adalah negatif di bandingkan dengan source, sedangkan
dalam enhancement mode, gate adalah positif. Jika tegangan pada gate di rubah menjadi
positif, maka aliran arus kedua mode di antara source dan drain akan meningkat.

E. KATEGORI TRANSISTOR
Secara umum, transistor dapat dibeda-bedakan berdasarkan banyak kategori,
diantaranya seperti di bawah ini:

1. Berdasarkan tipe diantaranya seperti: UJT, BJT, JFET, IGBT, IGFET, “MOSFET”,
HBT, VMOSFET, MISFET, HEMT, MESFET dan lain sebagainya.
2. Berdasarkan materi semikonduktor diantaranya germanium, silikon dan gallium
arsenide.
3. Berdasarkan kemasan fisiknya diantaranya seperti: IC, through hole metal, surface
mount, through hole plastic dan lain sebagainya.
4. Berdasarkan polaritas diantaranya seperti: PNP atau P-channel dan NPN atau N-
channel.
5. Berdasarkan maximum kapasitas daya, diantaranya seperti: Low power, medium
power dan high power.

Penerapan Rangkaian Elektronika


6. Berdasarkan maximum frekwensi kerja, yang diantaranya: Low, medium atau high
frequency, RF transistor, Microwave dan lain sebagainya.
7. Berdasarkan aplikasi yang diantaranya seperti, amplifier, audio, general purpose,
tegangan tinggi dan lain sebagainya.

AMPLIFIER

A. PENGERTIAN AMPLIFIER
Pengertian amplifier adalah sebuah alat yang berfungsi untuk mengubah sinyal dari
input dengan amplitudo rendah menjadi sebuah sinyal output dengan amplitude yang
relatif lebih tinggi namun frekuensinya masih tetap sama. Sinyal output yang dikuatkan
ini biasanya berupa suara audio berbentuk analog.
Alat yang biasanya berada pada alat-alat dengan loudspeaker. Agar bisa bekerja,
alat ini membutuhkan tranduser yang memiliki peran untuk mengkonversi suara menjadi
listrik. Selain itu, sinyal listrik yang memiliki tipe arus bolak balik atau AC, tegangannya
masih diperkuat lagi. Dengan begitu, output yang dihasilkan pun jadi lebih besar.
Besaran penguatan ini disebut dengan gain.
Sumber sinyal suara yang akan diubah oleh amplifier bisa berasal dari alat-alat
tranduser. Contohnya, mikrofon yang mampu mengkonversi energi suara berubah
menjadi listrik. Contoh lain adalah Optical Pickup CD yang dapat mengkonversi getaran
mekanik untuk berubah menjadi sinyal listrik.

B. FUNGSI AMPLIFIER
1. Menguatkan Suara
Fungsi paling utama dari alat amplifier ini adalah sebagai penguat suara.
Amplifier ini memiliki kemampuan untuk menguatkan sinyal audio. Sinyal yang
dikuatkan tersebut kemudian dikeluarkan melalui adanya gelombang suara yang ada
pada loudspeaker.
2. Mengatur karakteristik suara
Fungsi selanjutnya dari amplifier adalah untuk mengatur karakteristik audio yang
dikeluarkan, seperti balance, treble, volume, middle dan bass. Terutama jika di dalam
perangkat audio terdapat komponen lain berupa AUX seperti yang biasanya
ditemukan pada TOA. Dengan begitu karakteristik suaranya bisa diubah sesuai yang
Anda inginkan.
3. Menyesuaikan suara output
Fungsi terakhir dari amplifier adalah untuk menyesuaikan output atau suara
keluarannya. Amplifier dapat membuat sinyal suara output menjadi mirip dengan
sinyal suara input. Hal ini karena di dalam amplifier terdapat komponen pre-amp.
Tak hanya itu, pada sinyal input yang biasanya terdapat pada MP3
Player, CD/DVD dan perangkat audio lainnya umumnya memiliki karakteristik yang
berbeda. Dengan adanya komponen pre-amp, maka amplifier akan menyamakan
sekaligus menguatkan suara yang dihasilkan.

Penerapan Rangkaian Elektronika


C. CARA KERJA AMPLIFIER
Rangkaian pada amplifier audio tersusun atas rangkaian tertentu agar bisa
menghasilkan gain dari arus dan tegangan. Cara kerjanya melalui beberapa tahap, mulai
dari amplificasi tegangan hingga mencapai tahap output daya. Lebih lengkapnya, berikut
adalah cara kerja amplifier tersebut.
1. Tahap Penguat Tegangan
Tahap ini adalah tahap pertama. Sinyal pada input daya dari sumber kemudian
diberikan ke amplifier elektronik. Sinyal ini memiliki kisaran millivolt dan berperan
untuk menggerakkan tahap berikutnya. Jadi pada tahap ini sejumlah besar tegangan
diperkuat untuk memproses di tahap selanjutnya.Tujuan ini bisa didapatkan oleh
amplifier kelas-A. Sementara itu, penguatan tegangan esensial dicapai dengan
memanfaatkan dua/lebih amplifier kelas-A yang masih ditambah dengan RC.
2. Tahap Driver
Tahap ini merupakan tahap tengah yang perannya menampilkan amplifikasi tegangan
dan tahap output (keluaran) daya. Tahap penguat tegangan saja masih belum cukup
untuk bisa mendorong pada tahap output daya.
Karena mempunyai impedansi input daya yang rendah, tahap kedua inilah yang
berperan sebagai tahap tengah yang menghasilkan keuntungan dari arus. Tak hanya
itu, pada tahap ini juga menghasilkan keuntungan dari daya yang juga cukup.
3. Tahap Output
Ini adalah tahapan terakhir dari cara kerja amplifier. Pada tahap ini terdapat dua garis
besar, yaitu pengaturan push and pull dan trasistor tunggal. Namun, kebanyakan lebih
memilih menggunakan pengaturan push-pull.
Hal tersebut karena pengaturan ini dianggap lebih efisien, output daya yang dihasilkan
juga tinggi. Selain itu, kelebihannya ada pada pembatalan arus DC dan pembatalan
harmonik.

D. JENIS-JENIS AMPLIFIER
Amplifier umumnya dibagi menjadi empat jenis. Berikut ini akan dijelaskan lebih rinci
tentang keempat jenis amplifier tersebut.
1. Power Amplifier OTL
Amplifier jenis adalah amplifier yang tidak memakai transformer untuk
koplingnya dari rangkaian dengan loudspeaker. Ciri khas jenis amplifier ini ada pada
jenis power supplynya. Jenis amplifier OTL ini menggunakan jenis tegangan non
simetris.
Tak hanya itu, ciri khas lain jenis amplifier ini adalah ukuran kapasitornya yang
cukup besar, yaitu mencapai 10001000µF. Amplifier jenis ini biasanya digunakan
pada handphone, televisi, radio dan alat elektronik lain.
2. Power Amplifier OT
Jenis ini menggunakan trafo untuk menghubungkan antara penguat akhir
dengan pengeras suaran. Range frekuensinya umumnya ada pada range audio
menengah. Karena itu bassnya kurang begitu bagus.
Kelebihan amplifier ini adalah ketahanannya terhadap short circuit penguat
akhir. Karena itu, loud speaker pun tidak mudah rusak.

Penerapan Rangkaian Elektronika


3. Power Amplifier BTL
Amplifier jenis ini adalah gabungan antara dua amplifier dengan sebuah sistem
bernama bridge. Dengan begitu sinyal amplitudo yang didapat bisa mencapai 2x lipat
dibandingkan hanya menggunakan 1 amplifier.
Kekurangan jenis ini adalah masing-masing IC memiliki panas berlebih. Karena
itu harus dipasang heatsink agar tidak hangus atau terbakar.
4. Power Amplifier OCL
Jenis terakhir ini umumnya digunakan pada penguat daya dengan amplitudo
besar. Karena itu jenis amplifier ini dipasangkan dengan power supply simetris.
Amplifier ini juga diklaim lebih aman pada output yang dikeluarkan ke loudspeaker
(beban pengerasan suara).
Ciri khas amplifier ini adalah salah satu ujung beban output terhubung dengan
CT transformator. Karena itu suara yang dihasilkan bisa lebih bass dan besar
dibandingkan dengan jenis amplifier lainnya.

Penerapan Rangkaian Elektronika

Anda mungkin juga menyukai