Anda di halaman 1dari 8

TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR DAN PENGUAT ARUS

Diajukan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah dasar umum

Elektornika Dasar

Di susun Oleh :

Ranaldhi Nur F 1903905

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
A . PENGERTIAN TRANSISTOR
Pengertian Transistor adalah komponen elektronika terbuat dari alat semikonduktor yang

banyak di pakai sebagai penguat, pemotong (switching), stabilisasi tegangan, modulasi

sinyal dan masih banyak lagi fungsi lainnya. Pengertian Transistor pada alat

semikonduktor mempunyai 3 elektroda (triode), yaitu dasar (basis), pengumpul

(kolektor) dan pemancar (emitor).


Pada dasarnya transistor juga memiliki banyak kegunaan, salah satunya adalah berfungsi

semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya

(FET) memungkinkan mengalirkan arus listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber

listriknya. Tegangan yang memiliki satu terminal contohnya adalah Emitor yang dapat

di pakai untuk mengatur arus dan tegangan yang lebih besar dari pada input basis.

Dalam sebuah rangkaian analog, komponen transistor dapat di gunakan dalam penguat

(amplifier). Komponen yang terdapat dalam rangkaian analog antara lain pengeras suara,

sumber listrik stabil dan penguat sinyal radio. Jadi pengertian transistor dapat di bilang

sebagai pemindahan atau peralihan bahan setengah penghantar menjadi penghantar pada

suhu tertentu.
Pengertian transistor merupakan komponen yang sangat penting dan di perlukan untuk

sebuah rangkaian elektronika. Tegangan yang terdapat pada transistor merupakan

tegangan satu terminal, misalnya emitor yang dapat di pakai untuk mengatur arus dan

tegangan inputnya, memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit

sumber listriknya.
Cara kerja transistor hampir mirip dengan cara kerja resistor, yang juga memiliki tipe
tipe dasar yang modern. Pada saat ini ada 2 tipe dasar transistor modern, yaitu tipe
Bipolar Junction Transistor (BJT) dan tipe Field Effect Transistor (FET) yang memiliki

cara kerja berbeda beda tergantung dari kedua jenis tersebut.


B . PENGERTIAN TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR
Transistor Sebagai Saklar maksudnya adalah penggunaan transistor pada salah satu kondisi

yaitu saturasi dan cut off. Pengertiannya adalah jika ada sebuah transistor berada dalam

keadaan saturasi maka transistor tersebut akan seperti saklar tertutup antara colector dan emiter,

sedangkan apabila transistor dalam keadaan cut off transistor tersebut akan berlaku seperti

saklar terbuka.
Pengertian dari Cut off adalah kondisi transistor di mana arus basis sama dengan nol, arus

output pada colector sama dengan nol, sedangkan tegangan pada colector maksimal atau sama

dengan tegangan supply. Saturasi adalah kondisi di mana transistor dalam keadaan arus basis

adalah maksimal, arus colector adalah maksimal dan tegangan yang di hasilkan colector-emitor

adalah minimal.
Apabila terdapat rangkaian transistor sebagai saklar banyak menggunakan jenis transistor

NPN, maka ketika basis di beri tegangan tertentu. Transistor akan berada dalam kondisi ON,

sedangkan besar tegangan pada basis tergantung dari spesifikasi transistor itu sendiri. Dengan

cara mengatur bias sebuah transistor menjadi jenuh, maka seolah akan di dapat hubungan

singkat antara kaki colector dan emitor.


Terminal basis akan dengan cepat mengontrol arus yang mengalir dari colector menuju

emitor. Arus yang di hasilkan dari tegangan input akan menyebabkan transistor saturasi

menjadi saklar tertutup, akibat dari kejadian ini arus akan mengalir dari colector ke emitor.

Pada saat kondisi tegangan colector emitor mendekati 0 volt.


Sebaliknya jika tegangan transistor sebagai saklar tidak di berikan arus tegangan, maka

transistor akan berada dalam kondisi Cut off dan terminal colector emitor terputus seolah
sakalar menjadi terbuka. Akibat dari pemutusan ini arus tidak akan mengalir dari colector

menuju emitor. Dalam kondisi ini tegangan yang di hasilkan akan maksimal.
Kalau misalkan transistor di pakai hanya pada dua titik, yaitu titik putus dan titik saturasi, maka

transistor akan di pakai sebagai saklar. Daya yang di serap oleh dua titik ini sangat kecil, tetapi

dalam keadaan aktif daya yang di serap transistor akan lebih besar. Sebab pemakaian yang

mana menggunakan arus lebih besar harus di upayakan agar daerah yang di lewati aktif,

sehingga transistor tidak menjadi terlalu panas.


Gambar 2.1. Rangkaian Transistor Sebagai Saklar

Salah satu fungsi dari rangkaian transistor emitor bersama adalah sebagai saklar seperti pada

gambar 2.1, yang bekerja pada dua daerah kerja yaitu daerah jenuh (saturasi) dan daerah mati

(cut-off), grafik terlihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Kurva Karakteristik Luaran Transistor

Jika = 0, maka I = 0 dan I = 0, pada kondisi ini transistor pada kondisi tidak
menghantarkan arus I atau dengan kata lain kondisi saklar terbuka (OFF). Analogi transistor
ketika OFF seperti pada gambar 2.3 berikut.

Analog dengan

Gambar 2.3. Analogi Transistor OFF


Daerah yang diarsir biru adalah daerah cut-off. Pada saat cut-off kondisi transistor adalah arus

output pada kolektor mendekati dengan nol, tegangan pada kolektor maksimum atau sama

dengan tengangan sumber dan arus basis mendekati nol.

C. PENGERTIAN TRASISTOR SEBAGAI PENGUAT ARUS


Transistor adalah suatu alat yang memiliki kemampuan untuk penguatan dan penyakelaran
dengan memindahkan sinyal dari rangkaian bertahanan rendah ke rangkaian bertahanan tinggi.
Transistor merupakan suatu semikonduktor yang dibuat sedemikian rupa sehingga bagian tipe
p diapit oleh bagian tipe n, atau bagian tipe n diapit oleh bagian tipe p. Transistor seperti ini
disebut transistor pnp dan npn seperti yang terlihat pada gambar 1 dan 2.

elektron E C

Emiter Kolektor
(E) n p n (C)

basis (B) B

Gambar 1. Transistor NPN

E C

Emiter Kolektor
(E) p n p (C)

Basis
(B) B

Gambar 2. Transistor PNP

Pada gambar 3 terlihat sebuah transistor yang berada dalam keadaan bias yang tepat.
Pada rangkaian ini, sebuah baterai dihubungkan antara sambungan emiter-basis sehingga
tegangan pada emiter menjadi lebih negatif daripada basis. Sebuah baterai lain dihubungkan
antara sambungan kolektor-basis untuk menjamin bahwa tegangan pada kolektor lebih positif
daripada tegangan pada basis.

E C
n p n

Gambar 3. Transistor pada keadaan bias maju

Jika transistor berada dalam keadaan bias maju, arus akan mengalir di setiap bagian.
Gambar 4 menunjukkan hubungan antara ketiga arus transistor. Arus yang mengalir pada
emiter disebut IE, pada basis disebut dengan IB, dan pada kolektor disebut dengan IC.
Mengalirnya ketiga arus ini tetap mengikuti Hukum Kirchoff di mana jumlah arus yang
mengalir menuju sebuah komponen harus sama dengan arus yang mengalir keluar dari
komponen tersebut, sehingga:

IE = IB + IC

IE IC IE IC
n p n p n p

IB IB

Gambar 4. Arah arus pada transistor

IE selalu lebih kecil daripada IC. Pada banyak aplikasi, nilai IB kecil bahkan sangat kecil
sehingga sering diabaikan dalam perhitungan tegangan, arus, dan daya. Jika IB diabaikan, maka
IE dan IB dapat dikatakan sama.

IC ~ IE

Hubungan antara IC dan IE yang mengalir pada transistor dikenal dengan nama alfa DC
(αdc), di mana:

𝐼𝐶
𝛼𝑑𝑐 =
𝐼𝐸

Karena IC dan IE hampir sama, maka nilai αdc biasanya berkisar antara 0,95 sampai 0,99
dan tidak mungkin lebih besar dari 1. Nilai parameter αdc sudah ditentukan oleh pabrik
pembuatnya dan tidak dapat diubah lagi. Parameter ini hanya merupakan rasio desain yang
menentukan berapa besar IC yang mengalir pada IE tertentu. αdc juga disebut sebagai rasio
transfer arus maju. Parameter lain untuk transistor adalah βdc yang merupakan rasio antara IC
dan IB.

𝐼𝐶
𝛽𝑑𝑐 =
𝐼𝐵

βdc juga dikenal dengan nama hFE pada lembar data transistor. Karena IB sangat kecil,
bila dibandingkan dengan IC nilai βdc akan berkisar antara 20 sampai 200.

Mekanisme penguatan transistor


Gambar 10 menunjukkan transistor NPN dengan dua sumber tegangan dan resistansi beban R L.
Sumber tegangan VEE mencatu hubungan emiter-basis dalam arah maju (catu maju), dan VCC
mencatu hubungan kolektor-basis menurut arah sebaliknya (catu balik). Kalau sumber
tegangan tidak ada, dengan mengabaikan lebar daerah muatan ruang, perubahan energi
halangan lewat transistor, ditunjukkan seperti gambar 11. Perubahan energi halangan lewat
transistor, sesudah tegangan catu diberikan, ditunjukkan dalam gambar 12. Telah dimisalkan
bahwa resistansi dari daerah-daerah emiter, basis, dan kolektor diabaikan dan tegangan yang
digunakan muncul seluruhnya lewat hubungan-hubungan. Pencatuan maju hubungan emiter-
basis menurunkan energi halangan sebesar 𝑒 |𝑉𝐸𝐵 | dan pencatuan balik hubungan kolektor-
basis menaikkan energi halangan lewat hubungan tersebut sebesar 𝑒 |𝑉𝐶𝐵 |. Pencatuan maju
hubungan emiter-basis memungkinkan sejumlah besar elektron diinjeksikan ke dalam basis
dari emiter. Karena penghantaran (konduktivitas) emiter dibuat jauh lebih besar daripada
penghantaran basis, maka sejumlah kecil lobang mengalir dari basis ke emiter. Jadi, arus emiter
seluruhnya disebabkan oleh aliran elektron dalam transistor NPN.
Setelah masuk daerah basis, elektron membentuk gradien konsentrasi di daerah ini.
Konsentrasi pada daerah hubungan emiter jauh lebih besar daripada konsentrasi dalam daerah
hubungan kolektor. Karena itu elektron yang diinjeksikan pada prinsipnya bergerak secara
difusi lewat daerah basis menuju hubungan kolektor. Pada saat melewati daerah basis beberapa
elektron hilang akibat rekomendasi dengan lobang-lobang dari daerah basis. Dalam transistor
basis dibuat sangat tipis, sehingga sejumlah elektron yang hilang karena rekomendasi sangat
kecil. Lagipula, karena kolektor dibuat positif terhadap basis, pada saat mencapai hubungan
kolektor, elektron akan segera ditarik oleh terminal kolektor tetapi mendekati arus emiter,
karena beberapa elektron hilang dalam proses rekombinasi pada saat bergerak lewat.
Hubungan emiter-basis mendapat catu maju sehingga resistansi dinamisnya kecil.
Sebaliknya, resistansi dinamis hubungan kolektor-basis sangat besar karena hubungan kolektor
dicatu balik. Jadi kita simpulkan, karena aksi transistor, arus dari rangkaian masuk resistansi
rendah dipindahkan menuju rangkaian keluaran beresistansi tinggi dengan pengurangan yang
terabaikan dengan akibatnya pada perolehan daya. Kenyataannya, nama transistor berasal dari
kata transfer resistor.

5. Perolehan Penguat (Gain)


Kalau suatu tegangan AC dihimpitkan ke tegangan DC VEE pada masukan, tinggi
halangan pada hubungan emiter akan berubah secara periodik. Hal ini akan memberikan
perubahan periodik arus emiter yang selanjutnya menyebabkan perubahan periodik yang sama
pada arus kolektor. Besarnya komponen bolak-balik dari arus kolektor hampir sama
(kenyataannya sedikit kurang dari) komponen bersangkutan dari arus emiter. Komponen
bolak-balik dari arus kolektor akan menimbulkan penurunan tegangan bolak-balik melewati
resistansi beban RL. Hal ini membentuk tegangan keluaran dari penguat transistor.
Jika komponen AC dari arus emiter sama dengan ie, maka tegangan sinyal masuk Vin
diberikan oleh:

𝑉𝑖𝑛 = 𝑖𝑒 𝑟𝑖𝑛

di mana rin adalah resistansi dinamis dari hubungan emiter-basis.


Jika ic adalah komponen AC dari arus kolektor dan V0 adalah tegangan keluaran bolak-
balik lewat RL, maka:
𝑉0 = −𝑖𝑒 𝑅𝐿
Tanda negatif pada persamaan di atas muncul karena kenaikan arus kolektor
menyebabkan ujung bawah RL lebih positif dibandingkan dengan ujung atas dalam gambar 10.
Polaritas acuan untuk tegangan keluaran lewat RL ditunjukkan dalam gambar tersebut.
Perolehan tegangan (voltage gain) AV dari penguat transistor didefinisikan sebagai
perbandingan komponen bolak-balik dari tegangan keluaran (V0) ke tegangan masuk (Vin).
Karena itu, AV diberikan oleh:
𝑉0 𝑖𝑐 𝑅𝐿
𝐴𝑉 = = −
𝑉𝑖𝑛 𝑖𝑒 𝑟𝑖𝑛
Besaran –ic/ie dinamakan perolehan arus (gain current) (AI) dari transistor. Karena tanda dari
ic dan ie untuk transistor berlawanan, AI positif, yang selanjutnya mengakibatkan AV positif.
Penafsiran fisika dari hasil ini adalah sebagai berikut:
Dengan mengacu ke gambar 12, kenaikan Vin memperkecil catu maju pada hubungan
emiter-basis. Hal ini mengakibatkan berkurangnya arus kolektor yang mengakibatkan ujung
atas RL lebih positif dibandingkan dengan ujung bawah. Jadi, kenaikan Vin mengakibatkan
kenaikan V0. Jadi, dalam hal ini, tidak ada perbedaan fase antara tegangan masuk dan tegangan
keluar.
Besaran AI agak kurang dari 1, namun RL dapat dibuat jauh lebih besar daripada rin
sehingga AV menjadi cukup besar dari 1. Hasilnya adalah perolehan tegangan yang cukup
besar. Perolehan daya transistor kita peroleh dari persamaan berikut:
𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐴𝐶 𝑖𝑐2 𝑅𝐿
𝐴𝑝 = = 2 = 𝐴𝐼 𝐴𝑉
𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑎𝑛 𝐴𝐶 𝑖𝑒 𝑟𝑖𝑛

E C

IE IC
VEE
VEB VCB V0

IB RL

B VCC
Gambar 10. Transistor NPN dengan dua sumber tegangan dan resistansi RL

n p n CVB
Energi

Gambar 11. Perubahan energi dari transistor tanpa catu

eVB – e |VEB| p n eVB

n eVB eVB + e |VCB|


Energi

Gambar 12. Perubahan energi jika transistor dicatu

pppppppppppp

Anda mungkin juga menyukai