“ KARAKTERISITK TRANSISTOR “
Secara umum, Transistor dapat digolongkan menjadi dua keluarga besar yaitu
Transistor Bipolar dan Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor). Perbedaan yang
paling utama diantara dua pengelompokkan tersebut adalah terletak pada bias Input (atau
Output) yang digunakannya. Transistor Bipolar memerlukan arus (current) untuk
mengendalikan terminal lainnya sedangkan Field Effect Transistor (FET) hanya
menggunakan tegangan saja (tidak memerlukan arus). Pada pengoperasiannya, Transistor
Bipolar memerlukan muatan pembawa (carrier) hole dan electron sedangkan FET hanya
memerlukan salah satunya.
Pada transistor dikutub sambungan P-N antara emitor dan basis. Salah satu komponen
elektronika yang perlu untuk kita ketahui dan sangat penting dalam sebuah rangkaian
elektronika adalah transistor bipolar atau transistor dengan dua kutub yakni N dan P.
Sebenarnya, transistor merupakan komponen elektronika yang terdiri dari dua dioda baik tipe
N maupun tipe P yang saat digabung, keduanya dapat berubah menjadi tipe PNP atau NPN.
DASAR TEORI
2.1 Transistor
Transistor ada dua jenis yaitu NPN Transistor memiliki dua sambungan: NPN dan
PNP. Satu antara emitter dan basis, dan yang lain antara kolektor dan basis. Karena itu,
sebuah transistor perti dua buah dioda yang saling bertolak belakang yaitu diodaemitter-
basis, atau disingkat dengan emitter dioda dan dioda kolektor basis, ataudisingkat dengan
dioda kolektor.Bagian emitter- basis dari transistor merupakan dioda, maka diodaemitter
dibias maju maka kita akan melihat grafik arusterhadap basis tegangan dioda biasa. Saat
tegangan dioda emitter-basis lebih kecil dari potensial barriernya, maka arus basis (IB) akan
kecil. Ketika tegangan di oda melebihi potensi penghalangnya, basis (IB) akan naik arus
cepat.
Secara umum, terdapat 2 tipe dasar transistor, yaitu bipolar Junction Transistor (BJT)
sebagai 2 pembawa muatan (hole dan elektron) dan Field Effect Transistor (FET) – sebagai 1
pembawa muatan (hole atau elektron). Berdasarkan maksimum kapasitas daya, Transistor
dibagi menjadi 3 jenis, di antaranya Low Power, Medium Power, dan High Power. Sedangkan
menurut maksimum frekuensi kerjanya, transistor dibedakan menjadi 2 jenis. Yang pertama
adalah Low frequency di bawah 100 kHz yang digunakan untuk aplikasi-aplikasi frekuensi
radio. Dan yang kedua adalah High Frequency di atas 100 kHz yang digunakan untuk
aplikasi-aplikasi frekuensi radio.
Gambar 1. Jenis-jenis transistor
α = IC/IE………………………………………………………………………… (1)
Semakin tipis dan semakin sedikit basis didope, semakin tinggi αdc. Idealnya, jika
semua elektron yang diinjeksikan pergi ke kolektor, αdc akan sama dengan satu. Banyak
transistor mempunyai αdc > 0,99 dan hampir semua mempunyai αdc > 0,95.
2.2.2 Beta DC
Kita telah menghubungkan antara arus kolektor dan arus emitor dengan menggunakan
βdc. Kita dapat juga menghubungkan arus kolektor dengan arus basis dengan mendefinisikan
beta dc dari sebuah transistor sebagai :
β = IC/IB…………………………………………………………………..(2)
Hampir pada semua transistor, kurang dari 5 persen elektron yang diinjeksikan emitor
berekombinasi dengan lubang basis untuk menghasilkan IB; karena itu βdc hampir semuanya
lebih besar dari 20. Biasanya di antara 50 dan 300. Dan ada beberapa transistor mempunyai
dc sampai 1000.
IE = IC + IB…………………………………………………………………(3)
Arus emitor (IE) merupakan penjumlahan dari arus kolektor (IC) dan arus basis (IB).
Arus emitor merupakan terbesar dari ketiga arus tersebut, arus kolektor hampir sama besar
dengan arus emitor, dan arus basis jauh lebih kecil. Bila persamaan di atas dibagi dengan IC,
akan memberikan :
Salah satu cara untuk membayangkan bagaimana sebuah transistor bekerja, yaitu
dengan membuat grafik yang menghubungkan arus dan tegangan transistor.
Gambar 3. Rangkaian untuk mengatur arus tegangan kolektor dan Kurva kolektor
Jika VCE = 0, dioda kolektor tidak terbias balik, karena itu arus kolektor sangat
kecil.Untuk VCE antara 0 dan mendekati 1 V, arus kolektor naik dengan cepat dan kemudian
menjadi hampir konstan. Jika kita menaikkan VCE terlalu besar, dioda kolektor akan rusak
dan kerja transistor yang normal akan hilang. Kemudian transistor tidak lagi berfungsi
sebagai sumber arus.
Gambar 4. Kurva kolektor dengan bermacam-macam harga IB
Jika kita mengukur IC dan VCE untuk IB yang berbeda-beda kita dapatkan kurva
kolektor seperti gambar 4 di atas. Untuk arus basis IB = 0, arus kolektor kecil karena adanya
arus bocor dari dioda kolektor. Untuk transistor silikon arus bocor biasanya cukup kecil
sehingga dapat diabaikan pada sebagian besar aplikasi.
Pada tegangan kolektor yang lebih tinggi, kolektor menangkap sedikit lebih banyak
elektron, ini mengurangi arus basis. Karena bagian basis-emitor dari transistor merupakan
sebuah dioda, sehingga grafiknya mirip dengan sebuah kurva dioda.
Pada kurva kolektor gambar 5, kurva yang terendah adalah untuk arus basis nol.
Keadaan IB = 0 ekivalen dengan membuka kawat penghubung basis. Arus kolektor dengan
kawat penghubung basis terbuka ditandai dengan ICEO di mana subkrip CEO berarti
kolektor ke emitor dengan basis terbuka. ICEO disebabkan sebagian oleh panas yang
dihasilkan pembawa muatan dan sebagian lagi oleh arus bocor permukaan. Gambar tersebut
menunjukkan kurva IB = 0.
Dengan tegangan yang cukup besar, kita dapat mencapai tegangan breakdown, yang
dinamakan BVCEO, dimana subkrip berarti kolektor ke emitor dengan basisterbuka. Agar
transistor bekerja normal, kita harus menjada agar VCE lebih kecil dari pada BVCEO.
Sebagain besar lembar data transistor menulis nilai BVCEO di antara rating maksimumnya.
Tegangan breakdown ini dapat kurang dari 20 V atau lebih dari 200V, tergantung pada jenis
transistor.
Gambar 6. Arus cut off dan tegangan breakdown
Garis beban dapat digambarkan pada kurva kolektor untuk memberikan pandangan
yang lebih banyak bagaimana transistor bekerja dan daerah mana dia beroperasi. Gambar
berikut menunjukkan tegangan sumber VCC membias balik dioda kolektor melalui RC.
Tegangan pada tahanan ini adalah VCC – VCE.
Catu daya VDD yang dipasang di antara drain dan source menimbulkan aliran
Elektron bebas dari source ke drain. Karena elektron harus mengalir melalui saluran, sehingga
arus drain tergantung pada lebar saluran (gate). Catu negatif VGG dipasang antara gate dan source
menimbulkan lapisan pengosongan di sekitar daerah p, yang mengakibatkan saluran penghantar
menjadi menyempit. Jadi semakin negatif VGG, saluran menjadi makin sempit karena lapisan
pengosongan makin dekat satu sama lain. Pada tegangan tertentu, lapisan pengosongan saling
bersentuhan yang mengakibatkan saluran penghantar terputus, atau arus drain putus. Tegangan gate
yang menimbulkan keadaan putus ini dilambangkan sebagai VP. Kurva daerah aktif (active region)
berada diantara tegangan minimum VP dan tegangan maksimum VDS(max). VP minimum disebut
pinchoff voltage dan tegangan maksimum VDS(max) disebut breakdown voltage.
Gambar kurva untuk VGS=0 (Short Gate) Gambar Kurva Drain
Gambar 3.5 adalah kurva drain untuk FET dengan IDSS pada 10 mA, untuk VGS= 0V. VP =
4 V dan VDS(max) = 30 V. Kurva berikutnya untuk VGS = -1 V, VGS = -2V dst. Untuk kurva yang
paling bawah, yaitu untuk VGS = -4V menurunkan arus drain ID 0, tegangan saat ini disebut source
cutoff volatge VGS(off) (Gambar 3.6).
Jika pada data sheet hanya diketahui VGS(off) maka harga tersebut juga menunjukkan harga
VP, yaitu
VGS(off) = -Vp
Tegangan pinchoff adalah tegangan pada daerah perubahan dari kurva drain vertikal tertinggi
ke kurva horizontal. Daerah pada tegangan ini disebut ohmic region, disini sangat penting karena pada
saat ini terjadi perubahan menuju daerah aktif. Ohmic region sama dengan daerah jenuh (saturation
region) pada transistor. Pada saat ini tahanan FET adalah :
Vp
RDS =
I DSS
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
1. Transistor BD135
2. Transistor BF245
3. Resistor 2K
4. Resistor 100 Ω
5. Resistor 6,8K
6. Resistor 1K
7. Resistor 680 Ω
8. Potensinometer 5k
9. Kapasitor 100 μF
10. Dioda 1N4007
11. Multimeter
12. Power Supply DC
13. Project Board
14. Kabel Jumper
15. Kabel Banana
Ic
β= 0 150 100 125 120 116,6 128,57 125
Ib
Gambar
Dari hasil praktikum pada percobaan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
a. Rangkaian transistor adalah rangkaian komponen elektronika yang terbuat
serta tersusun oleh bahan semikonduktor yang mempunyai tiga kaki.
b. Transistor mempunyai tiga kaki (elektroda) yang diberi nama basis (b),
emitor (e) dan kolektor (c).
c. Transistor adalah suatu komponen aktif yang dibuat dari bahan
semikonduktor ada dua macam yaitu transistor dwikutub (bipolar) dan
transistor efek medan.
d. Kurva atau grafik karakteristik masukan transistor menyerupai kurva dioda
pada rangkaian bias maju (forward biasa).
e. Grafik karakteristik keluaran transistor menunjukkan adanya hubungan
antara arus output IC dengan tegangan output VCE untuk harga arus IB
selalu dalam keadaan konstan. Di mana terdapat daerah operasi transistor.
Grafik karakteristik kontrol arus transistor menunjukkan bahwa terdapat
perbandingan antara IB dan IC.
f. Nilai βDC pada percobaan kali ini menunjukkan relasi antara IB dan IC, di
mana transistor mampu bekerja sebagai penguat arus.
6.2 SARAN